PENYAJIAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 20 Tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Anggota TNI
Status Pernikahan : Belum menikah
Status pasien : BPJS
Ruang : Ruang Perawatan Halimun
Masuk Bangsal Jiwa : 16 Januari 2019
F. Riwayat Keluarga
Tidak terdapat satu pun keluarga yang memiliki kelainan yang
sama dengan yang dialami pasien. Riwayat terkena TB dan gangguan
jiwa dikeluarga disangkal.
c. Status Neurologi
1. Glasgow Coma Scale (GCS)
E4M6V5 = 15
2. Pupil
Bentuk : Bulat (+), Isokor (+)
Diameter : 3mm/3mm
Refleks cahaya : Langsung (+/+), Tidak langsung (+/+)
3. Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : negatif
Brudzinsky I : negatif
Brudzinsky II : negatif
Kernig : negatif
Laseque : negatif
4. Pemeriksaan Fungsi Motorik
5 5
5 5
5. Pemeriksaan Refleks Fisiologis
Bicep : positif
Tricep : positif
Patella : positif
Achilles : positif
6. Pemeriksaan Refleks Patologis
Babinsky : negatif
Oppenheim : negatif
Chaddock : negatif
Tromner : negatif
Hoffman : negatif
7. Pemeriksaan Sensorik
Sensitibilitas : tidak dinilai
8. Pemeriksaan Saraf Otonom
Inkontinensia urin : Tidak ada
Inkontinensia alvi : Tidak ada
IX. PENATALAKSANAAN
a. Non-farmakologi
Rawat inap dan informed consent perawatan
Edukasi keluarga pasien mengenai gangguan yang dialami
Observasi TTV dan pemberian obat
b. Farmakologi
Abilify 10 ml 1x1
Hepabalance tab 1x1
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanactionam : dubia
XI. FOLLOW UP HARIAN
Tanggal S O A P
17 Januari Tenang (+), TD : 120/80 GMO Sp.KJ :
2018 Makan/minum HR : 70 x/menit TB Paru Abilify 10 ml (1-0-
(HR 1) (+), melihat RR : 18 x/menit Hipokalemi 0)
bayangan (-), T : 36,6 Hipoalbumin Hepabalance 1x1
mendengar Dekorum buruk, Malnutrisi
bisikan (-), tampak bingung, Sp.P
Demam (-), kontak mata tidak R : 450 mg
Tampak lemas ade kuat, autistic, H : 300 mg
inkoheren, Z : 1000 mg
anhedonia. E : 1000 mg
Sp.Pd
Drip KCL 25 meq
dalam 300 cc RL
habis dalam 6 jam
dapat diulang 2x +
aspar K 3x1
Diet tinggi kalium
Sp. Gz
Diet : 1750 kkal
P : 88 gram
L : 53 g
Extra Putel 2
B : nasi
Frekuensi 3 x + 2
buah
Channa 2x C1
18 Januari Tenang (+), TD : 120/80 GMO Sp.KJ :
2019 Makan/minum HR : 76 x/menit TB Paru Abilify 10 ml (1-0-
(HR 2) (+), melihat RR : 20 x/menit Hipokalemi 0)
bayangan (-), T : 36,6 Hipoalbumin Hepabalance 1x1
mendengar Dekorum buruk, Malnutrisi
bisikan (-), tampak bingung, Sp.P
Demam (-), kontak mata tidak R : 450 mg
Tampak lemas ade kuat, autistic, H : 300 mg
inkoheren, Z : 1000 mg
anhedonia. E : 1000 mg
Sp.Pd
Drip KCL 25 meq
dalam 500 cc RL
KSR 3x1
Diet tinggi kalium
Sp. Gz
Diet : 1750 kkal
P : 88 gram
L : 53 g
Extra Putel 2
B : nasi
Frekuensi 3 x + 2
buah
Channa 2x C1
19 Januari Tenang (+), TD : 100/60 GMO Sp.KJ :
2019 Makan/minum HR : 78 x/menit TB Paru Abilify 10 ml (1-0-
(HR 3) (+), melihat RR : 18 x/menit Hipokalemi 0)
bayangan (-), T : 36,6 Hipoalbumin Hepabalance 1x1
mendengar Dekorum buruk, Malnutrisi
bisikan (-), tampak bingung, Sp.P
Demam (-), kontak mata tidak R : 450 mg
Tampak lemas ade kuat, autistic, H : 300 mg
inkoheren, Z : 1000 mg
anhedonia. E : 1000 mg
Sp.Pd
Drip KCL 25 meq
dalam 500 cc RL
KSR 3x1
Diet tinggi kalium
Sp. Gz
Diet : 1750 kkal
P : 88 gram
L : 53 g
Extra Putel 2
B : nasi
Frekuensi 3 x + 2
buah
Channa 2x C1
21 Januari Tenang (+), TD : 120/80 GMO Sp.KJ :
2019 Makan/minum HR : 76 x/menit TB Paru Abilify 10 ml (1-0-
(HR 5) (+), melihat RR : 18 x/menit Hipokalemi 0)
bayangan (-), T : 36,6 Hipoalbumin Hepabalance 1x1
mendengar Dekorum buruk, Malnutrisi
bisikan (-), tampak bingung, Hiponatremi Sp.P
Demam (-) kontak mata tidak ringan R : 450 mg
ade kuat, autistic, H : 300 mg
inkoheren, Z : 1000 mg
anhedonia, mulai E : 1000 mg
tenang,
komunikasi mulai Sp.Pd
ada terbatas Infus NaCl 0,3% 2
liter/hari
Sp.Gz
Diet : 1950 kkal
P : 98 gram
L : 58 g
KH : 259 gr
Putel 1
B : nasi
Channa 2x C1
22 Januari Tenang (+), TD : 110/70 GMO Sp.KJ :
2019 Makan/minum HR : 78 x/menit TB Paru Abilify 10 ml (1-0-
(HR 6) (+), melihat RR : 18 x/menit Hipokalemi 0)
bayangan (-), T : 36,6 Hipoalbumin Hepabalance 1x1
mendengar Dekorum buruk, Malnutrisi
bisikan (-), tampak bingung, Hiponatremi Sp.P
Demam (-) kontak mata tidak ringan R : 450 mg
ade kuat, autistic, H : 300 mg
inkoheren, Z : 1000 mg
anhedonia, mulai E : 1000 mg
tenang
Sp.Pd
Infus NaCl 0,3% 2
liter/hari
Sp.Gz
Diet : 1950 kkal
P : 98 gram
L : 58 g
KH : 259 gr
Putel 1
B : nasi
Channa 2x C1
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 PEMBAHASAN
Seorang laki-laki usia 19 tahun datang dibawa oleh atasan tentarannya
ke poli jiwa karena berbicara sendiri. Menurut atasan tentaranya, pasien
dibawa ke RS Dustira dengan keluhan berbicara sendiri, terkadang tidak
nyambung jika diajak berbicara. Pasien pernah teriak-teriak ingin pulang
kerumahnya yang berada di Makasar Pasien mengatakan bahwa pasien
mendengar suara bisikan yang menyuruhnya pulang kerumahnya yang
berada di Makasar. Keluhan yang dirasakan kurang lebih 1 bulan yang lalu
saat pasien dibawa ke RS dalam keadaan demam tinggi.. Pasien memiliki
riwayat penyakit TB paru yang saat ini sedang konsumsi OAT. Gangguan
mental dapat disebabkan oleh gangguan medis umum menyatakan bahwa
klinis, dan data yang tersedia berpikir bahwa gejala psikiatrik adalah bagian
dari suatu sindroma yang disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik.
Gangguan mental karena kondisi medis umum juga berarti bahwa gejala
psikiatrik adalah cukup berat untuk membutuhkan pengobatan sebagai suatu
masalah. Adanya penyakit fisik sistemik pada pasien ini yaitu infeksi TB
Paru dan malnutrisi yang memerlukan pengobatan yang cukup lama
membuat pasien tampak murung, lemah, tidak bersemangat, dan merasakan
adanya bisikan menyuruhnya pulang ke Makassar pada saat pasien
merasakan adanya demam. Jika tidak adanya demam maka pasien tidak
merasakan adanya bisikan hal ini menunjukkan kesembuhan dari gangguan
mental organik setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang
mendasarinya. Pada prognosis ini bervariasi, bergantuang pada keadaan
penyakitnya yang dapat diobati memiliki hasil yang lebih baik.
2.3 DIAGNOSIS
2.3.1 Aksis I
F06.0 Halusinosis Organik
Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang
berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang
dapat didiagnosis. Gangguan mental organik termasuk gangguan
mental simtomatik dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat
sekunder dari penyakit atau gangguan sistemik di luar otak
(extracerebral). Gangguan mental organik pada pasien ini merupakan
manifestasi dari kondisi medisnya berupa TB paru. Kriteria
diagnosis halusinosis organik menurut PPDGJ III, adalah sebagai
berikut :
1. Kriteria umum Gangguan mental lainnya akibat kerusakkan dan
disfungsi otak dan penyakit fisik :
Adanya penyakit, kerusakan atau disfusngsi otak, atau
penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan
salah satu sindrom mental yang tercantum
Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau
bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan
timbulnya sindrom mental
Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasarinya
Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab
alternative dari sindrom mental ini (seperti pengaruh yang
kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai
pencetus)
2. Adanya halusinasi dalam bentuk (biasanya visual atau
auditorik), yang menetap atau berulang
3. Kesadaran yang jernih (tidak berkabut)
4. Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna
5. Tidak ada gangguan afektif yang menonjol
6. Tidak jelas adanya waham (sering kali insight masih utuh)
2.3.2 Aksis II
Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
2.3.4 Aksis IV
Diagnosa aksis IV ini adalah yang berkaitan dengan masalah
psikososial dan lingkungan lain
2.3.5 Aksis V
Diagnosis aksis V pada pasien ini adalah 40-31 beberapa disabilitas
dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, serta disabilitas
berat dalam beberapa fungsi
2.4 PENATALAKSANAAN
2.5.1 Non- Farmakologi
a. Rawat Inap
Pasien diindikasikan untuk dirawat di rumah sakit untuk
menangani agitasi akibat keluhan psikotik akut yang diderita serta
mencari dan mengobati penyakit yang mendasari timbulnya gejala-
gejala yang ada pada pasien.
b. Terapi Psikososial
Terapi interpersonal dan keluarga dimaksudnya agar pasien dan
keluarga memahami kondisi fisik dan mental pasien serta keadaan
yang mendasarinya sehingga pasien dan keluarga mau
mengupayakan perbaikan keadaan pasien.
c. Edukasi
Edukasi perlu diberikan terutama kepada pasien dan keluarga
pasien. Tujuan edukasi terhadap pasien diharapkan dapat memahami
gangguannya, bagaimana cara pengobatannya, serta efek samping
yang kemungkinan dapat muncul. Kesadaran dan kepatuhan dalam
hal meminum obat merupakan bagian yang penting dalam
mengedukasi pasien, terutama karena pasien merupakan pasien
dengan penyakit TB yang harus rutin minum obat
2.5.2 Farmakologi
a. Abilify 10 ml 1x1
Aripiprazole (abilify) merupakan anti psikotik atipikal terbaru
dengan mekanisme kerja agonis parsial reseptor dopamine D2.
Konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 3 hingga 5 jam. Dosis
aripiprazole terlihat efektif dalam kisaran dosis 10 hingga 30 mg per
hari, dosis terendah didalam percobaan ini tidak lebih efektif
dibandingkan dosis 10 atau 15 mg per hari. Obat ini memperbaiki
dua jenis hendaya yang memiliki ciri khas skizofrenia seperti :
1. Gejala positif seperti halusinasi, waham, pikiran terganggu,
dan agitasi
2. Gejala negative seperti menarik diri, afek datar, anhedonia,
miskin pembicaraan, katatonia, dan hendaya kognitif.
Aripiprazole (abilify) memiliki efek samping ekstrapiramidal
yang rendah, sedasi ringan, penambahan berat badan ringan,
peningkatan prolactin. Efek samping terkait yang paling lazim
mencakup sakit kepala ansietas, dan insomnia.
BAB III
KESIMPULAN
Pasien laki-laki berusia 20 tahun didiagnosis gangguan mental lainnya
akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik berupa halusinosis
organik berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan psikiatri. Berdasarkan
PPDGJ III, Halusinosis organik karena adanya penyakit fisik sistemik,
adanya kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasarinya, dan tidak adanya bukti yang
mengarah pada penyebab alternative dari sindrom mental ini, adanya
halusinasi auditorik berupa bisikan untuk pulang kerumah yang berada di
Makasar. Setelah pemberian terapi, diharapkan terjadi perbaikan kondisi
klinis pasien sehingga pada akhirnya pasien dapat berkativitas secara
mandiri dengan kualitas hidup yang lebih baik. Selain terapi yang diberikan,
dukungan keluarga dan juga kepatuhan minum obat berpengaruh terhadap
prognosis dari pasien tersebut.