BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan organ yang penting bagi manusia karena memiliki fungsi antara lain
sebagai pelindung terhadap lingkungan disekitarnya dan mempertahankan suhu tubuh.
Komplikasi yang diakibatkan oleh kerusakan dan kehilangan jaringan kulit dapat menimbulkan
infeksi bakteri, kehilangan cairan tubuh, protein, energi, serta kerusakan jaringan dibawahnya.
Dalam menangani suatu luka akibat trauma atau penyakit, hasil yang diharapkan adalah dapat
mengembalikan integritas anatomi maupun fungsinya. Pada kenyataannya tidak semua luka
dapat menutup secara primer, karena kehilangan kulitnya terlalu luas membutuhkan jaringan
penutup untuk mengatasinya. Salah satu pilihan untuk menutup luka tersebut adalah dengan
melakukan tindakan skin graft.1,2
Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan pemindahan
sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal (donor) tanpa disertai
vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu defek. Pada umumnya skin
graft digunakan ketika metode tindakan bedah rekonstruksi lainnya tidak sesuai atau
penyembuhan luka tidak menunjukkan keberhasilan. Skin graft biasanya digunakan pada
kasus-kasus seperti luka yang luas, luka bakar derajat tiga, luka yang tidak menunjukkan
penyembuhan seperti ulkus diabetik, ulkus pembuluh darah, yang berfungsi untuk mencegah
kehilangan cairan, mencegah infeksi, mencegah perluasan lebih lanjut dari luka tersebut.3
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap luka yang tidak dapat ditutup primer
mempunyai indikasi untuk dilakukan skin graft. Jaringan yang dapat ditutup dengan skin graft
adalah jaringan terbuka yang memiliki permukaan luka dengan vaskularisasi yang cukup
seperti otot, fasia, dermis, perikondrium, periosteum, peritoneum, pleura dan jaringan granulasi.
Luka yang kurang suplai pembuluh darah sulit untuk dapat menghidupi skin graft, misalnya
tulang, tulang rawan, tendon, saraf, maka tidak dapat dilakukan teknik skin graft. Atau daerah
yang seharusnya dilakukan skin graft tetapi karena mengalami trauma berat
menyebabkan vaskularisasi daerah tersebut menjadi berkurang, sehingga tidak baik untuk
dilakukan skin graft.1,4
Skin graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama sebagai upaya
untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan dapat digunakan dari bagian
tubuh mana saja, namun lazimnya dari daerah paha, pantat, punggung, atau perut. Keberhasilan
skin graft juga ditentukan oleh perawatan pre operatif dan post operatif dari tindakan skin graft.
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis
serta lapisan subkutis.1
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel squamos yang terdiri
atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki pembuluh darah, sehingga
2
3
mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis, menuju ke membrane basalis yang
memisahkan epidermis dan dermis .
Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling luar, terdiri atas sel-sel
gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang kasar yang terdiri atas
keratohialin.
Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri atas dua jenis sel yaitu
sel kolumnair dan melanosit.
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastic dan
fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua
bagian yaitu pars papilaris dan pars retikularis.
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-
sel lemak.
2.2 Definisi Skin Graft
Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan pemindahan sebagian
atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal (donor) tanpa disertai vaskularisasinya
kedaerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu defek. Pada umumnya skin graft digunakan
ketika metode tindakan bedah rekonstruksi lainnya tidak sesuai atau penyembuhan luka tidak
menunjukkan keberhasilan. Skin graft biasanya digunakan pada kasus-kasus seperti luka yang
luas, luka bakar derajat tiga, luka yang tidak menunjukkan penyembuhan seperti ulkus diabetik,
ulkus pembuluh darah, yang berfungsi untuk mencegah kehilangan cairan, mencegah infeksi,
mencegah perluasan lebih lanjut dari luka tersebut.2
4
Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat, atau aspek
medial dari tangan.Untuk defek yang lebih besar, STSG donor haruslah permukaan
yang rata.
Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa tertutupi
pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin dan bisa
dikembungkan untuk pengangkatan
Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom, powered
dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau humby.
Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas karena
ketebalan graft yang diambil harus sama.
Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan NaCl
- Dimulai dengan melukis “sterile tongue depressor” diarea donor didepan surgeon,
tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom (alat pemotong kulit) untuk
menyediakan permukaan yang rata.
- Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan graft
- Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang tetap pada
permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan dermatom harus dalam arah “taking
off”/ landing pesawat.
- Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam NaCl yang steril.
diambil untuk mereparasi defek. Kadang dipakai tempelete dilokasi defek seperti gauze
telfa yang ditransfer ke lokasi donor.
Eksisi daerah donor sesuai dengan pola yang telah digambar dengan ketebalan tepat
diatas jaringan lemak didaerah dermal subdermal junction.
Dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut terangkat dengan gunting.
Defek daerah donor ditutup dengan menggunakan undermining pada tepi luka dan
sedapatnya ditutup secara primer tanpa ketegangan.
Penutupan defek pada daerah resipen dilakukan setelah prosedur hemostatis sempurna.
Untuk lebih menjamin kontak skin graft dengan resipen, ditambah jahitan kasur diatas
skin graft.
Untuk mencegah hematoma/seroma, dibuat sayatan kecil multiple pada skin graft.
Graft yang ditempel dijahit, ditutup dengan kasa tebal dan dilakukan tie over.
Setelah dibalut, dipasang perban elastic.
Gambar 2.6 Mesin mesher pada teknik STSG untuk memperluas ukuran skin graft 1
Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui penyerapan plasma
kemungkinan berhasil yang lebih besar karena cairan plasma yang diserap lebih efektif.
12
Kelenjar limfe yang terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu, dan reinervasi
graft akan dimulai pada minggu-minggu pertama. Proses revaskularisasi skin graft
sebagai berikut:
Pertumbuhan dari pembuluh darah resipen ke dalam saluran endothelial graft. (72
jam) Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft. (4-7 hari).
Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft bergeser dan
revaskularisasi tidak terjadi.
Infeksi
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi maka umumnya
tidak akan ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat berhasil.
Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan take dari graft
tersebut. Take dari graft tergantung dari :
13
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah resipien untuk
dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada daerah resipien yang kaya akan
pembuluh darah mempunyai kemungkinan untuk take yang lebih besar. Aliran darah dari
daerah resipien ke graft kemudian akan melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga
akhirnya terbentuk bridging pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu, hal-hal yang
menghalangi aliran darah ke graft seperti jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih
dahulu.
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari daerah ke graft
dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik antara skin graft dengan
daerah resipiennya. Untuk itu yang harus diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada
graft, ada tidaknya kumpulan cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara
graft dengan resipiennya.
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi yang baik yaitu
dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian dilanjutkan dengan beberapa jahitan
kasur diatas skin graft untuk menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan
yang terlalu longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat
terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan yang terlalu kuat
akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan merusak graft itu sendiri.
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari resipiennya,
menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang take dari skin graft tersebut dan
menyebabkan kegagalan graft. Perdarahan yang terjadi pada proses penempelan graft
biasanya akan berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi dilanjutkan,
harus dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang mungkin terjadi. Bila dicurigai
akan adanya seroma, hematoma atau pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam
dilakukan pengamatan skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera
14
di evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas seroma, hematoma
atau bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan
penggantian pembalut dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah
tidak ada lagi di bawah skin graft.
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi luka. Infeksi
luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan mikroorganismenya. Bila
jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 / gram jaringan, maka resiko infeksi adalah
sebesar 89%. Skin graft yang dilakukan pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr
jaringan akan selalu gagal. Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor
infeksi yang menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya
bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4 pasca bedah
apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan lebih menyokong adanya
infeksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat terapi
imunosupresan lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan
kompres NaCl 0.9% dan memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang
dapat merusak graft.
perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap
memakai pembalut elastis sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan. Bila diduga akan adanya
hematoma atau bekuan darah dibawah kulit sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan
skin graft. Karena bila terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan
mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take dari skin grat tersebut.
Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan hati-hati jangan sampai merusak
skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera
dievakuasi dengan melakukan insisi kecil pada skin graft tepat diatas
seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan
dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan darah tidak ada
lagi dibawah skin graft. Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam
pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft tidak akan menimbulkan
kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai
adanya bau atau kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah.
B. Daerah donor2,3
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses epitelisasi. Pada
daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan
atau epitelialisasi untuk thin split thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin
graft 10 – 14 hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih.
Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan
sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada donor
biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa.
Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas
spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri karena telah
terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini
merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah lama.
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa yaitu hari ke-3
kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini hasil tindakan tidak akan
timbul masalah control dapat langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin graft yang
tidak dapat ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft,
perawatannya seperti perawatan luka split thickness graft.
16
Daftar Pustaka
1. Grande JD. Mezebish DS. 2016. Skin Grafting. Medscape Reference. Available from
URL: http://emedicine.medscape.com/article/1129479-overview
2. Christensen D, Christopher Arpey, Duane C. Whittaker. 2015. Skin grafting. In :
Surgery of the Skin–Procedural Dermatology. 1St published. Elsevier Mosby :
Philadelphia.
3. Sudjatmiko G. 2011. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Yayasan
Khazanah Kebajikan: Jakarta.
4. Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyono TOH, Rudiman R, editor. Buku Ajar
Ilmu Bedah De Jong. 3 ed. Jakarta: EGC; 2010.