PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Glaukoma
2.2.1 Definisi
Kelainan pada mata karena rusaknya saraf optik akibat peningkatan tekanan
intraokuler. Kelaianan ini dapat menyebabkan kebutaan pada mata yang mengalami
kelainan.
2.2.2. Epidemiologi
Glaukoma lebih sering terjadi pada orang yang berusia diatas 40 tahun. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Tham, diketahui bahwa kejadian glaukoma sudut
terbuka lebih sering terjadi pada orang afrika, sedangkan untuk kasus glaukoma
sudut tertutup lebih sering terjadi pada orang asia. Pada penelitian tersebut juga
diketahui bahwa pada tahun 2013 jumlah penderita glaukoma di dunia adalah
2
sebanyak 64,3 juta orang, dan diprediksikan akan meningkat menjadi 76 juta orang
pada tahun 2020.
2.2.3 Faktor Resiko
a. Genetik dan Riwayat Keluarga
Orang-orang dengan riwayat keluarga pernah menderita glaukoma
cenderung lebih mudah untuk menderita glaukoma
b. Usia
Orang-orang dengan usia 40 tahun keatas lebih beresiko untuk menderita
glaukoma.
c. Ras
Glaukoma sudut terbuka cenderung lebih banyak terjadi pada ras afrika dan
amerika, sementara kasus glaukoma sudut tertutup lebih sering terjadi pada orang-
orang asia.
d. Gangguan refraksi
Riwayat gangguan refraksi dapat menjadi salah satu faktor terjadinya
glaukoma. Beberapa penderita glaukoma sudut tertutup memiliki kelainan refraksi
berupa hiperopia, sedangkan penderita glaukoma sudut terbuka memiliki kelainan
refraksi berupa miopia.
e. Diabetes
Diabetes merupakan salah satu faktor terjadinya glaukoma sudut terbuka
karena hiperglikemi dapat meningkatkan sensitivitas dalam peningkatan tekanan
intraokuler dan terjadinya kerusakan saraf.
2.2.4 Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi akueos humor dan pengeluaran
aquous humor dari mata. Pada orang normal, TIO berada pada angka 10-21 mmHg
dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan pengeluaran
aquous humor. Aqueous humor diproduksi di dalam badan silier dan mengalir
keluar melalui kanal schlemn ke dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat
terjadi akibat produksi berlebih dari badan silier atau peningkatan hambatan
abnormal terhadap pengeluaran aquous humor melalui COA. Peningkatan TIO
3
melebihi 21 mmHg memerlukan evaluasi lebih lanjut. Peningkatan TIO dapat
mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemik menyebabkan struktur
ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari
perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus, saraf optik, dan retina
bersifat irreversible dan permanen. Apabila pasien dengan glaukoma tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat, dapat menyebabkan kebutaan, hilangnya
penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
Pada glaukoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jalinan trabekular,
sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intraokular meningkat
karena adanya hambatan pengeluaran aquous humor akibat kelainan mikroskopis
pada jalinan trabekular. Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan, jalinan trabekular
normal, sedangkan tekanan intraokular meningkat karena obstruksi mekanik akibat
penyempitan sudut bilik mata, sehingga pengeluaran aquous humor terhambat saat
menjangkau jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada COA yang
sempit.
4
intraokular dan mata teraba keras saat dipalpasi. Pasien mengeluhkan sakit kepala
berat dan dapat muncul gejala gastrointestinal. Terdapat penurunan tajam
penglihatan menjadi hanya dapat melihat lambaian tangan atau persepsi cahaya.
c. Glaukoma Kongenital
Pada glaukoma kongenital pasien akan mengalami fotofobia, epiphora,
opasifikasi kornea, dan pembesaran kornea secara unilateral atau bilateral. Anak-
anak yang menderita kelainan ini akan cenderung mudah terganggu, sulit makan,
dan sering menggaruk matanya.
5
Gambar 2.1 Gambaran Mata dengan Uveitis
b. Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler,
disertai dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Penyebab peradangan ini
adalah endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik lainnya dan
eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan penyulit
infeksi pada pembedahan. Nyeri hebat pada mata, mata merah, lakrimasi,
penurunan visus, dan fotofobia. Tanda pada endoftalmitis antara lain: kelopak mata
bengkak dan eritema, konjungtiva tampak kemosis, kornea edema, keruh, tampak
infiltrat, hipopion, iris edema, dan keruh, eksudat pada vitreus, visus menurun
bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan menjadi jelek pada pasien-
pasien dengan endoftalmitis.
6
2.3.7. Penatalaksanaan Glaukoma Akut
2.3.8. Prognosis
Apabila pasien tidak ditangani dengan cepat dan tepat, pasien bisa
mengalami kebutaan. Pasien dapat disembuhkan dengan pengobatan dan dapat
mencegah serangan selanjutnya dengan tatalaksana pembedahan.
Akan tetapi, apabila terjadi glaukoma sudut tertutup rekuren ataupun
glaukoma akut sudut tertutup lebih dari 48 jam, pasien dapat mengalami sinekia
perifer diantara iris dan trabecular meshwork. Apabila hal tersebut terjadi,
tatalaksana pembedahan tidak dapat menyembuhkan kelainan tersebut.
7
BAB III
STATUS OFTALMOLOGI
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 35 tahun
Status : Menikah
Alamat : Jl. Dr. Wahidin S. Gg. Sepakat 2A
Suku : Melayu
Agama : Islam
Tanggal Konsul : Kamis, 4 Mei 2017
B. Anamnesis
Keluhan Utama :
Sakit di kepala dan mata sebelah kanan disertai penglihatan yang kabur
pada mata sebelah kanan sejak 2 hari yang lalu.
8
disangkal. Riwayat penggunaan obat steroid dan obat tetes mata sebelumnya
disangkal.
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga di dekat pasien yang memiliki keluhan sama
seperti yang dialami pasien. Riwayat penyakit menular pada keluarga
disangkal. Riwayat hipertensi dan diabetes pada keluarga disangkal.
C. Status General
Kondisi Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital :
- Tekanan Darah : 100/70 mmHg
- HR : 68x/menit
- RR : 20x/ menit
- Temp. : 36,5oC
Status gizi : Kesan gizi cukup
Kepala : tidak dilakukan
Kulit : tidak dilakukan
Jantung : tidak dilakukan
Paru : tidak dilakukan
Hati : tidak dilakukan
Limpa : tidak dilakukan
Limfe : tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral teraba hangat, Edema (-)
9
D. Status Oftalmologi
Pemeriksaan Visus
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
1/300 Visus 5/30
- Koreksi dan Addisi Belum di koreksi
- Pinhole 5/5
- Kacamata Lama -
10
Pergerakan Bola Mata
OD OS
+
+ +
+ +
+
+ +
+ +
+ + +
+ + +
Inspeksi
OD OS
Orthoforia Posisi bola mata Orthoforia
Pergerakan (+), ptosis (-), Palpebra Superior Pergerakan (+), ptosis (-),
lagoftalmos (-), edema (-), dan Inferior lagoftalmos (-), edema (-),
eritema (-), nyeri tekan (-), eritema (-), nyeri tekan (-),
ektropion (-), entropion (-), ektropion (-), entropion (-),
trikiasis (-), sikatriks (-), trikiasis (-), sikatriks (-),
Fisura Palpebra dalam Fisura Palpebra dalam batas
batas normal normal
Hiperemis (-), Folikel (-), Konjungtiva Hiperemis (-), Folikel (-),
Papil (-), Sikatriks (-), Palpebra Papil (-), Sikatriks (-),
Anemis (-), Kemosis (-) Anemis (-), Kemosis (-)
Sekret (-), injeksi Konjungtiva Bulbi Sekret (-), injeksi
konjungtiva (+), injeksi konjungtiva (-), injeksi
siliar (-), penebalan epitel siliar (-), penebalan epitel
konjungtiva (-), nodul (-), konjungtiva (-), nodul (-),
perdarahan subkonjungtiva perdarahan subkonjungtiva
(-) (-)
Warna putih Sklera Warna putih
Ikterik (-), nyeri tekan (-) Ikterik (-), nyeri tekan (-)
11
Sensibilitas baik, edema Kornea Permukaan jernih dan licin,
(+), infiltrat (-), ulkus (-), sensibilitas baik, edema (+),
perforasi (-), sikatriks (-), infiltrat (-), ulkus (-),
arkus senilis (-) perforasi (-), sikatriks (-),
arkus senilis (-)
Hipopion (-), hifema (-) Camera Oculi Hipopion (-), hifema (-)
Anterior
Iris : berwarna coklat, Iris dan Pupil Iris : berwarna coklat,
Pupil : bulat, diameter 7 Pupil : bulat, diameter ±3
mm, Anisokor, reflek mm, isokor, reflek cahaya
cahaya (-), shadow test (+) (+), shadow test (-)
Keruh Lensa Jernih dan bening
Sulit dinilai Vitreous Jernih dan Bening,
perdarahan (-)
Sulit dinilai Funduskopi Diskus optikus : tepi tegas,
warna kuning, bentuk bulat,
C/D ratio 0.3
Pembuluh darah : rasio AV
(arteri 2:3 vena)
Fundus : tidak ada
perdarahan, warna kemerahan
Makula : tidak ada pembuluh
darah sekitar macula
Penurunan lapang pandang Tes Lapang Pandang Normal
(Konfrontasi)
Teraba lebih keras dibanding Tes Intraocular Normal
mata kiri Pressure dengan
Palpasi
Tidak dilakukan Uji Fluorescein Tidak dilakukan
12
E. Resume
Pasien datang ke balai pengobatan dengan keluhan sakit kepala dan mata
sebelah kanan disertai pandangan pada mata kanan kabur sejak 2 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan mata kanannya berair. Pasien mengaku penglihatannya
terganggu ketika melihat ke arah sumber cahaya. Mata kiri merah dan berair. Faktor
yang memperberat keadaan pasien adalah ketika melihat cahaya yang terang, pasien
merasa matanya semakin perih. Tajam penglihatan mata pasien OD 1/300 , OS 5/30
untuk tanda-tanda vital dalam batasan normal. Pada pemeriksaan oftalmologi
didapatkan pada mata kanan (OD), konjungtiva palpebra hiperemis, pada
konjungtiva bulbi ditemukan injeksi konjungtiva, didapatkan edema pada kornea,
pupil anisokor berukuran 7 mm dengan reflek cahaya negatif, shadow test positif,
lensa tampak keruh, vitreous dan fundus sulit dinilai. Pada mata kiri posisi bola
mata, palpebra, bilik mata anterior, iris, pupil, lensa dan bilik mata posterior dalam
batas normal.
F. Diagnosis
Diagnosis Kerja
Glaukoma Akut Sudut Tertutup Oculi Dextra
Diagnosis Banding
Uveitis Oculi Dextra
Endoftalmitis Oculi Dextra
H. Terapi
Non medikamentosa :
Keluarga pasien diminta untuk menggunakan obat secara teratur untuk
mempercepat penyembuhan
13
Menjelaskan kepada penderita mengenai komplikasi yang mungkin
terjadi dan kontrol ulang
Medikamentosa:
- Obat tablet (oral) Glaucon 250 mg diminum 3 kali sehari
- Obat KSR mengandung Kalium klorida 1 kali sehari pada pagi hari
- Tetes mata C. Timol 0,5% (Timolol maleate) ditetes pada mata kanan 1
atau 2 tetes, 2 kali sehari
- Tetes mata C Carpin 1% (Pilocarpine) ditetes 1 atau 2 tetes pada mata kanan
4 kali sehari
- Tetes mata C Xitrol (Dexamethasone Sodium phosphate 0,1%,
dikombinasikan dengan neomycin sulphate 3,5 mg dan polymixin B
sulphate 6.000 IU) di tetes 1 atau 2 tetes pada mata kanan 4 kali sehari.
I. Prognosis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Ad Vitam Bonam Bonam
Ad Sanationam Dubia et Bonam Bonam
Ad Fungsionam Bonam Bonam
14
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Ny S 35 tahun mengeluh sakit pada kepala dan mata sebelah kanan disertai
pandangan mata kanan yang kabur sejak 2 hari yang lalu. Mata kiri merah. Keluhan-
keluhan lain seperti gatal, nyeri, dan berair disangkal. Pasien juga tidak memiliki
riwayat darah tinggi dan diabetes mellitus.
Kelainan yang ditemukan hanya pada mata sebelah kanan pasien dimana
terjadi penurunan penglihatan secara mendadak pada 2 hari yang lalu. Setelah
pasien di periksa visus dan didapatkan hasil OD 1/300 dan OS 5/30.
15
mengatasi hipokalemia yang mungkin ditimbulkan akibat penggunaan
acetazolamide.
16
BAB V
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta : Kemenkes RI;
2016.
2. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J
Ophthalmol. 2011.
3. Vaughan D. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta; 2010.
4. Tham YC, Li X, Wong TY, Quigley HA, Aung T, et al. Global Prevalence of
Glaucoma and Projections of Glaucoma Burden through 2040. AAO Journal.
2014; 121(11): 2081–2090.
5. Chihara E. Assessment of true intraocular pressure: the gap between theory and
practical data. Surv Ophthalmol. 2008. 53(3):203-18.
6. Lang GK. Ophthalmology: A Short Textbook; 2000.
7. Nema HV. Textbook of ophthalmology, 4thed, Jaypee Brothers, 2002.
8. Khurana AK. Community ophthalmology in comprehensif ophthalmology,
chapter 20, 4thed, New Age International (P) Limited. New Delhi; 2007.
9. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta; 2010.
18