Anda di halaman 1dari 4

Tatalaksana TB paru

Semua pasien yang belum pernah diobati dan tidak memiliki faktor resiko
untuk resistensi obat harus mendapatkan pengobatan lini pertama yang sudah
disetujui oleh WHO. Terapi standar pada penderita TB paru terdiri dari empat
obat yaitu rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol yang diberikan pada
fase intensif yaitu selama 2 bulan diikuti dengan rifampisin dan isoniazid yang
diberikan pada fase lanjutan selama 4 bulan. Penggunaan obat kombinasi dosis

tetap dapat mempermudah pemberian obat.13

Terapi tersebut digunakan pada setiap pasien TB paru maupun ekstraparu


dengan onset baru dan tanpa komplikasi. Obat-obatan tersebut diberikan
dengan dosis tunggal dan dimakan sebelum makan pagi. Sebagian besar
pasien dapat diobati di rumah dan pengobatan harus diawasi secara ketat
khususnya pada 2 minggu pertama yang bertujuan untuk melihat kepatuhan
minum obat pasien serta mengawasi adanya reaksi obat. Pengawasan
kepatuhan minum obat pasien menggunakan strategi pengobatan Directly
Observed Treatment-Shortcourse (DOTS) yaitu pengobatan yang diawasi
secara langsung oleh Pengawas Minum Obat (PMO) tiga kali per minggu
menggunakan obat lini pertama dalam dosis lebih tinggi.12
Indonesia memiliki panduan khusus Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang
digunakan oleh Program Nasional Tuberkulosis sesuai rekomendasi WHO
dan International Standard for TB Care (ISTC) yaitu:18
 Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3

 Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
 Kategori Anak : 2(HRZ) / 4(HR) atau 2HRZA(S) / 4-10HR
 Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu kanamisin, kapreomisin,
levofloksasin, etionamide, sikloserin, moksifloksasin dan para-
aminosalicylic acid (PAS), serta OAT lini yaitu pirazinamid dan
etambutol.
10

Adapun paket pengobatan berdasarkan kategori yang telah tersedia di


Indonesia yaitu sebagai berikut:18
 Panduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk
paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT-KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien yang dapat dilihat pada tabel
2.2 dan 2.4.

 Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister. Panduan OAT ini disediakan untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada
pengobatan dengan OAT-KDT sebelumnya. Dosis paket ini dapat
dilihat pada tabel 2.3 dan 2.5.

 Kategori anak disediakan dalam bentuk paket OAT-KDT yang terdiri
dari kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien.
Adapun syarat pemberian OAT-KDT sesuai kategori yang telah
ditentukan yaitu sebagai berikut:18
a. Kategori 1
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
 Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis

 Pasien TB paru terdiagnosis klinis

 Pasien TB ekstra paru

Tabel 2.2 Dosis Panduan OAT-KDT Kategori 1 : 2(HRZE) / 4(HR)3.18


11

Tabel 2.3 Dosis Panduan OAT Kombipak Kategori 1 : 2HRZE / 4H3R3.18

b. Kategori 2
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya (pengobatan ulang):
 Pasien kambuh

 Pasien gagal pada pengobatan dengan panduan OAT kategori 1
sebelumnya

 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
Tabel 2.4 Dosis Panduan OAT-KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE) /
5(HR)3E3.18

Tabel 2.5 Dosis Panduan OAT Kombipak Kategori 2 : 2HRZES / HRZE


/ 5H3R3E3.18
Sumber :
KEMENKES RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.2014.Jakarta

Epidemiologi

Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana
1.1 juta orang (13%) diantaranya pasien dengan HIV positir. Sekitar 75% dari pasien tersebut
di wiayah afrika, pada tahun 2012 diperkirkan terdapat 450.000 orang yang menderita TB
MDR dan 170.000 diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus
TB anak diantara seluruh kasus TB secara global mencapai 6% atau 530.000 pasien TB anak
pertahun, atau sekitar 8% dari total kematian yang disebabkan TB.
Indonesia berpeluang mencapai penurunan angka kesakitan dan kematian akibat TB
menjadi setengahnya di tahun 2015 jika dibandingkan dengan data tahun 1990 angka
prevalensi TB yang pada tahun 1990 sebesar 443 per 100.000 penduduk, pada tahun 2015
ditargetkan menjadi 280 per 100.000 0enduduk berdasarkan hasil survei TB tahun 2013,
prevalensi TB paru smear positif per 100.000 penduduk umur 15 tahun keatas sebesar 257.
Angka notifikasi kasus menggambarkan cakupan penemuan kasus TB.
secara umum notifikasi kasus BTA poitif baru dan semua kasus dari tahun ke tahun di
Indonesia menglamai peningkatan. Angka notifikasi kasus pada tahun 2015 untuk semua kasus
sebesar 117 per 100.00 penduduk

Sumber : Infodatin Pusat data dan informasi KEMENKES RI. Temukan Obati Sampai
Sembuh. 2015. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai