Anda di halaman 1dari 15

Play Therapy Untuk anak-anak Korban Bencana Alam Yang

Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD)

Endah Nawangsih
Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116
e-mail : nawangsihendah@yahoo.com

Abstract

Anywhere in the world, natural disasters events cause loss of life, moreover a deep sorrow
and fear for the victims. They were in a state of very uneasy, very scared, never-ending
anxiety, and become prone to panic. These conditions called post-traumatic stress disorder
(PTSD) as a continuous maladaptive reaction to a traumatic experience. In contrast to
adults, children are in a state highly vulnerable to the impact caused by a traumatic event.
Children with PTSD may show confusion or agitation. This condition brings suffering
prolonged, if not given proper treatment. It required a specific intervention design for
children with PTSD namely Play Therapy techniques. This intervention is one way that can
be used to understand the world of children through playing, so that when used in the right
circumstances can be meaningful as physical activity as well as therapy.

Keywords: disaster, PTSD, children, play therapy

Abstrak

Peristiwa-peristiwa bencana alam di belahan dunia mana pun tidak saja menimbulkan
korban jiwa, tetapi duka yang mendalam, serta ketakutan yang mendalam. Para korban
merasa berada pada kondisi yang sangat tidak tenang, merasa sangat takut, kegelisahan
yang tidak berkesudahan, dan menjadi mudah mengalami panik.
Kondisi-kondisi tersebut merupakan gangguan pasca trauma (Post traumatic stress
disorder/PTSD) yaitu reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap pengalaman traumatis.
Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak berada dalam kondisi sangat rentan terhadap
dampak yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa yang menimbulkan trauma.
Anak-anak dengan PTSD kemungkinan menunjukkan kebingungan atau agitasi. Kondisi ini
membawa penderitaan yang berkepanjangan, apabila tidak diberikan penanganan yang
tepat. Diperlukan rancangan intervensi khusus bagi anak-anak yang mengalami PTSD
yakni teknik Play Therapy. Intervensi ini adalah salah satu cara yang dapat digunakan
dalam memahami dunia anak-anak melalui permainan, sehingga bila digunakan pada
situasi dan kondisi yang tepat dapat bermakna sebagai kegiatan fisik sekaligus sebagai
terapi.

Kata kunci: bencana, gangguan pasca trauma, anak-anak, play therapy

PENDAHULUAN serta ketakutan yang amat mendalam.


Banyak diantara korban bencana alam,
Peristiwa bencana alam yang terjadi kehilangan orang-orang yang dicintai,
di Indonesia mulai awal tahun 2009 hingga serta kehilangan harta benda. Banyak pula
saat ini masih menyisakan duka yang diantara korban bencana alam mengalami
mendalam. Berbagai bencana, seperti ben- kecelakaan fisik dan gangguan mental.
cana banjir, peristiwa gempa yang terjadi Berbagai peristiwa bencana yang
di berbagai kepulauan di Indonesia, juga menimbulkan duka yang mendalam ter-
peristiwa kebakaran tempat tinggal dan sebut, membuat para korban bencana alam
kebakaran hutan. Peristiwa-peristiwa ter- merasa berada pada kondisi yang sangat
sebut tidak saja menimbulkan korban jiwa, tidak tenang, merasa sangat takut, kege-
tetapi juga korban dan keluarga korban lisahan yang tidak berkesudahan. Selain
mengalami perasaan duka yang mendalam, itu, para korban pun menjadi mudah me-

164
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)

ngalami panik. Serangan-serangan panik korban bencana itu. Diperlukan upaya


melibatkan reaksi kecemasan yang intens penanganan terhadap korban bencana alam
disertai dengan simtom-simtom fisik, se- yang masih terus-menerus dilakukan.
perti jantung berdebar-debar, nafas cepat, Secara umum pengertian trauma ber-
nafas tersengal-sengal atau kesulitan ber- kaitan dengan cedera fisik, kerusakan
nafas, berkeringat banyak dan rasa lemas jaringan, luka atau shock. Sedangkan trau-
serta pusing. Serangan-serangan ini diser- ma secara psikologis diartikan sebagai
tai dengan perasaan teror yang luar biasa kecemasan hebat dan mendadak akibat
dan perasaan akan adanya bahaya yang peristiwa di lingkungan seseorang yang
segera menyerang atau ada malapetaka melampaui batas kemampuannya untuk
yang akan segera menimpa serta juga bertahan, mengatasi atau menghindar
disertai dengan suatu dorongan untuk (Nevid,2005). Dengan demikian, PTSD
melarikan diri dari situasi ini. merupakan sindrom kecemasan, labilitas
Perasaan duka yang mendalam yang autonomik, kerentanan emosional, dan
dialami oleh korban setelah mengalami kilas balik dari pengalaman yang amat
bencana menimbulkan trauma yang men- pedih setelah stres fisik maupun emosi
dalam, para korban mengalami suatu yang melampaui batas ketahanan orang
reaksi maladaptif yang terjadi sesudah me- biasa.
ngalami pengalaman traumatik. Reaksi National Institute of Mental Health
yang maladatif ini kemungkinan dapat (NIMH) mendefinisikan PTSD sebagai
berlangsung berbulan-bulan, bertahun- gangguan berupa kecemasan yang timbul
tahun, dan mungkin baru muncul setelah setelah seseorang mengalami peristiwa
beberapa bulan atau tahun setelah adanya yang mengancam keselamatan jiwa atau
pemaparan terhadap peristiwa traumatis. fisiknya. Peristiwa trauma ini bisa berupa
Meskipun kebanyakan individu atau serangan kekerasan, bencana alam yang
korban yang mempunyai pengalaman menimpa manusia, kecelakaan, atau
traumatis sampai taraf tertentu mengalami perang (Nevid, 2005). Dengan demikian
distres psikologis, tidak semua korban PTSD dapat meliputi kondisi yang muncul
trauma mengembangkan ciri-ciri post setelah pengalaman luar biasa mencekam,
traumatic syndromes disorders (PTSD). mengerikan dan mengancam jiwa seseo-
Tetapi, banyak yang menderita hal itu. rang, misalnya peristiwa bencana alam,
Kerentanan terhadap PTSD kemungkinan kecelakaan hebat, sexual abuse, atau
tergantung pada faktor-faktor seperti perang.
resiliensi dan kerentanan terhadap efek Secara umum gejala-gejala yang
trauma, keparahan trauma, derajat pema- sering dialami korban PTSD adalah
paran, ketersediaan dukungan sosial, peng- sebagai berikut:
gunaan respons coping aktif dalam meng- 1. Pengulangan pengalaman trauma,
hadapi stres traumatis, dan perasaan malu. ditunjukkan dengan selalu teringat
Para korban yang mengalami PTSD akan peristiwa yang menyedihkan
cenderung mempunyai resiko yang tinggi yang telah dialami itu, ada flashback
untuk menderita gangguan psikologis ter- (merasa seolah-olah peristiwa yang
tentu, seperti depresi mayor, gangguan menyedihkan terulang kembali),
panik, dan fobia sosial. Pada kasus trau- nightmares (mimpi buruk tentang
matis yang disebabkan oleh tindak kejadian-kejadian yang membuatnya
kekerasan dan mengalami pelecehan sek- sedih), reaksi emosional dan fisik
sual, penderita cenderung menunjukkan yang berlebihan karena dipicu oleh
keinginan bunuh diri yang tinggi. Dengan kenangan akan peristiwa yang menye-
demikian dapat dipahami akan kerugian dihkan
emosional yang luar biasa tinggi yang 2. Penghindaran stimuli yang diasosiasi-
sangat tidak diharapkan diderita oleh para kan dengan pengalaman traumatik

165
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178

atau mati rasa dalam responsivitas. yang berkelanjutan terhadap suatu penga-
Seseorang yang mengalami trauma laman traumatis. Berlawanan dengan ASD,
menghindari untuk berpikir tentang PTSD kemungkinan berlangsung ber-
trauma atau tentang stimulus yang bulan-bulan, bertahun-tahun, dan mungkin
mengingatkan pada kejadian tersebut. baru muncul setelah beberapa tahun sete-
Mati rasa adalah menurunnya keter- lah adanya pemaparan terhadap peristiwa-
tarikan pada orang lain, suatu rasa ke- peristiwa traumatis. Kedua tipe gangguan
terpisahan, dan ketidakmampuan un- ini terdapat pada orang-orang yang telah
tuk merasakan berbagai emosi positif. menjadi saksi dari hancurnya rumah-
3. Ketegangan yang meningkat, ditun- rumah dan lingkungan hidup mereka oleh
jukkan dengan susah tidur atau mem- bencana alam, seperti banjir, gempa bumi,
pertahankan tidur, mudah marah atau tornado, dan sebagainya.
tidak dapat mengendalikan marah, Pada ASD dan PTSD peristiwa
sulit berkonsentrasi, kewaspadaan traumatis tersebut melibatkan kematian
yang berlebih, respon kejut yang ber- atau ancaman kematian atau cedera fisik
lebihan atas segala sesuatu (Nevid, yang serius, atau ancaman terhadap kese-
2005) lamatan diri sendiri atau orang lain. Res-
pon terhadap ancaman tersebut mencakup
KAJIAN TEORI
perasaan takut yang intens, perasaan tidak
1. Kriteria Diagnostik PTSD berdaya, atau perasaan resa ngeri (horor).
Beberapa peristiwa besar yang Anak-anak dengan PTSD kemungkinan
terjadi atau yang dialami dalam kehidupan mengalami ancaman ini dengan cara lain,
seseorang, baik peristiwa yang me- misalnya dengan menunjukkan kebingung-
nyenangkan maupun yang menimbulkan an atau agitasi. Meskipun kebanyakan
perasaan yang tidak menyenangkan, akan orang yang mempunyai pengalaman trau-
memberikan perubahan pada kehidupan matis sampai pada taraf tertentu menga-
individu sebagai akibat yang dialaminya. lami distres psikologis, tidak semua kor-
Perubahan-perubahan tersebut dapat me- ban trauma mengembangkan ASD atau
nimbulkan stres. Stres yang dialami dapat PTSD.
menimbulkan adanya tekanan atau Ciri-ciri reaksi stres ASD dan
tuntutan yang dialami individu agar ia PTSD mempunyai banyak ciri dan simtom
beradaptasi atau menyesuaikan diri. Stres yang sama, beberapa ciri yang sama adalah
berimplikasi secara luas pada masalah- mengalami kembali peristiwa traumatis,
masalah fisik maupun psikologis. menghindari petunjuk atau stimuli yang
Efek dari stres dapat menimbulkan diasosiasikan dengan peristiwa tersebut,
gangguan penyesuaian yang menyangkut mati rasa dalam responsivitas secara
reaksi maladaptif terhadap stres. Pada umum atau dalam segi emosional, gang-
gangguan penyesuaian, individu mem- guan fungsi atau distres emosional yang
punyai kesulitan untuk menyesuaikan diri penting. Sedangkan perbedaan utama
dengan stresor dalam hidup, seperti antara kedua gangguan tersebut adalah
masalah pekerjaan, perceraian, penyakit pada ASD penekanannya ada pada
kronis, atau rasa duka cita yang mendalam disosiasi, yaitu perasaan asing terhadap
setelah mengalami kehilangan. Kondisi diri sendiri atau terhadap lingkungannya.
tersebut dapat menimbulkan gangguan Individu yang mengalami gangguan stres
stres akut (acute stress disorder/ASD). akut mungkin merasakan dunia ini seolah-
ASD adalah suatu reaksi maladaptif yang olah sebagai suatu tempat dalam mimpi
terjadi pada bulan pertama sesudah atau suatu tempat yang tidak nyata. Dalam
pengalaman traumatis. Sedangkan ganggu- gangguan stres akut (ASD), individu
an stres pascatrauma (post traumatic stress mungkin juga tidak dapat melaksanakan
disorder/PTSD) adalah reaksi maladaptif tugas-tugas yang perlu, seperti misalnya

166
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)

mendapatkan bantuan medis atau bantuan konsentrasi buruk dan kegelisahan


hukum yang diperlukan (Nevid, 2005). motorik).
Kriteria diagnostik untuk gangguan 6. Gangguan menyebabkan penderitaan
stres akut (ASD) berdasarkan Diagnotic yang bermakna secara klinis atau
and Statistical Manual of Mental gangguan dalam fungsi sosial, peker-
Disorders III-Revised (DSM III-R), dapat jaan atau fungsi penting lain meng-
memperlihatkan kondisi traumatik sese- ganggu kemampuan individu untuk
orang adalah sebagai berikut : mengerjakan tugas yang diperlukan,
1. Orang yang terpapar dengan suatu seperti meminta bantuan yang diper-
kejadian traumatik, dimana kedua dari lukan atau menggerakkan kemampuan
ciri berikut ini dapat ditemukan, yaitu pribadi dengan menceritakan kepada
orang yang mengalami, menyaksikan anggota keluarga tentang pengalaman
atau dihadapkan dengan kejadian yang traumatik.
berupa ancaman kematian atau kema- 7. Bukan efek fisiologis langsung dari
tian yang sesungguhnya atau cedera suatu zat (obat yang disalahgunakan,
yang serius atau ancaman kepada medikasi) atau kondisi medis umum,
integritas fisik diri sendiri atau orang tidak lebih baik diterangkan oleh
lain, atau respon berupa rasa takut gangguan psikotik singkat.
yang kuat dan rasa tidak berdaya atau Sedangkan kriteria diagnostik untuk
selalu dihantui perasaan takut yang gangguan stres pascatrauma (PTSD),
berlebihan. berdasarkan Diagnotic and Statistical
2. Merupakan salah satu keadaan dari Manual of Mental Disorders III-Revised
ketika seseorang mengalami atau (DSM III-R), dapat memperlihatkan
setelah mengalami kejadian yang kondisi traumatik seseorang adalah sebagai
menakutkan, maka individu akan berikut :
memiliki tiga atau lebih gejala diso- 1. Orang yang mengalami peristiwa luar
siatif yang berupa perasaan subyektif biasa, dan dirasa amat menekan semua
kaku, tidak ada responsivitas emosi, orang. Peristiwa traumatik itu secara
penurunan kesadaran sekelilingnya, menetap dapat dialami melalui cara
derealisasi, depersonalisasi, amnesia teringat kembali peristiwa secara
disosiatif (tidak mampu mengingat berulang dan sangat mengganggu,
aspek penting dari trauma). mimpi yang berulang tentang peris-
3. Kejadian traumatik yang secara ber- tiwa yang membebani pikiran, perasa-
tahap dialami kembali dalam seku- an atau tindakan mendadak seolah-
rangnya salah satu dari trauma yang olah peristiwa traumatik itu terjadi
berupa bayangan, pikiran, mimpi, lagi, tekanan jiwa yang amant sangat
ilusi, episode kilas balik yang karena terpaku pada peristiwa yang
berulang-ulang atau suatu perasaan melambangkan atau menyerupai
pengalaman hidup yang muncul kem- traumatiknya.
bali, pengalaman atau penderitaan saat 2. Pengelakan yang menetap terhadap
terpapar dengan pengingat kejadian rangsang yang terkait dengan trauma
traumatik. atau kelumpuhan yang bereaksi terha-
4. Penghindaraan pada stimuli yang me- dap situasi umum (yang tidak ada se-
nyadarkan rekoleksi trauma (pikiran, belum trauma itu). Keadaan ini paling
perasaan, percakapan, aktivitas, tem- tidak dapat ditunjukkan dengan
pat, orang). sedikitnya 3 (tiga) dari keadaan yang
5. Gejala kecemasan yang nyata atau berupa: upaya untuk mengelak
peningkatan kesadaran (kewaspadaan terhadap gagasan atau perasaan yang
berlebihan, sulit tidur, iritabilitas, terkait dengan trauma itu, upaya
untuk mengelak dari kegiatan atau

167
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178

situasi yang menimbulkan ingatan 3. Perilaku menghindar. Salah satu


terhadap trauma itu, ketidakmampuan gejala PTSD adalah menghindari hal-
untuk mengingat kembali aspek yang hal yang dapat mengingatkan pen-
penting dari trauma, minat yang derita pada kejadian traumatis.
sangat berkurang terhadap kegiatan Kadang-kadang penderita mengaitkan
yang penting, rasa terasing dari orang semua kejadian dalam kehidupannya
lain, kurangnya afeksi, dan merasa setiap hari dengan trauma, padahal
tidak mempunyai masa depan. kondisi kehidupan sekarang jauh dari
3. Gejala meningginya kesiagaan yang kondisi trauma yang pernah dialami.
menetap (tidak ada sebelum adanya Hal ini sering menjadi lebih parah
trauma) dengan ditunjukkan oleh 2 sehingga penderita menjadi takut un-
(dua) dari gejala : sulit masuk fase tuk keluar rumah dan harus ditemani
tidur atau mempertahankan tidur yang oleh orang lain jika harus ke luar
cukup, iritable atau mudah marah, rumah.
sulit berkonsetrasi, amat siaga, reaksi 4. Depresi. Banyak orang menjadi dep-
kejut (kaget) yang berlebihan, reaksi resi setelah mengalami peng-alaman
rentan faali saat menghadapi peristiwa traumatik dan menjadi tidak tertarik
yang melambangkan atau menyerupai dengan hal-hal yang disenanginya
aspek dari peristiwa traumatik. sebelum peristiwa trauma. Penderita
4. Jangka waktu gangguan itu (gejala mengembangkan perasaan yang tidak
pada kriteria ke-2, ke-3 dan ke-4) benar, perasaan bersalah, menyalah-
sedikitnya 1 bulan. kan diri sendiri dan merasa bahwa
Gangguan PTSD yang dialami peristiwa yang dialaminya merupakan
individu akan berdampak pula pada ke- kesalahannya, walaupun semua itu
hidupan sosial. Hal ini dapat dilihat tidak benar.
sebagai berikut : 5. Memiliki pemikiran negatif. Kadang-
1. PTSD memiliki gejala yang menye- kadang orang yang sedang mengalami
babkan gangguan, umumnya gang- depresi merasakan bahwa kehidupan-
guan tersebut adalah panic attack nya sudah tidak berharga. Hasil pene-
(serangan panik), perilaku meng- litian menjelaskan bahwa 50% korban
hindar, depresi, merasa disisihkan dan kejahatan mempunyai pikiran untuk
sendiri, merasa tidak percaya dan bunuh diri.
dikhianati, mudah marah, mengalami 6. Merasa diri disisihkan. Penderita
gangguan yang berarti dakan PTSD memerlukan dukungan dari
kehidupan sehari-hari. lingkungan sosialnya tetapi mereka
2. Panic attack (serangan panik), khu- seringkali merasa sendiri dan terpisah.
susnya pada anak atau remaja yang Perasaan yang demikian tersebut,
mempunyai pengalaman trau-matik umumnya penderita mengalami kesu-
dapat mengalami serangan panik keti- litan untuk berhubungan dengan orang
ka dihadapkan atau menghadapi pada lain dan mendapatkan per-tolongan.
sesuatu yang mengingatkan mereka Penderita sulit untuk percaya bahwa
pada trauma. Serangan panik meliputi orang lain dapat memahami apa yang
perasaan yang kuat atas ketakutan atau ia telah alami.
tidak nyaman yang menyertai gejala 7. Merasa dirinya tidak percaya dan
fisik dan psikologis. Gejala fisik meli- perasaan dikhianati. Setelah meng-
puti jantung berdebar-debar, berkeri- alami pengalaman yang menyedihkan,
ngat, gemetar, sesak nafas, sakit dada, penderita mungkin kehilangan keper-
sakit perut, merasa kedinginan, badan cayaan pada terhadap orang lain dan
panas, mati rasa. merasa dikhianati atau ditipu oleh

168
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)

lingkungan disekitarnya, atau oleh bolehkan untuk dikonsumsi oleh penderita.


nasib, atau oleh Tuhan. Sedangkan pendekatan terapi yang meng-
8. Perasaan marah dan mudah tersing- gunakan model psikologi atau yang di-
gung. Marah dan mudah tersinggung kenal dengan psikoterapi, bertujuan untuk
adalah reaksi yang umum diantara memperbaiki fungsi sosial penderita.
penderita trauma. Marah adalah suatu Model penanganan bagi korban yang
reaksi yang wajar dan dapat dibenar- mengalami PTSD pada anak-anak tentu
kan. Bagaimanapun, kemarahan yang berbeda dengan orang dewasa. Pada anak-
berlebihan dapat mempengaruhi anak model pendekatan yang dapat
proses penyembuhan dan menghambat digunakan adalah dengan bermain, atau
penderita untuk berinteraksi dengan yang dikenal dengan istilah play therapy.
orang lain. Terapi bermain ini berguna dalam mem-
9. Gangguan yang berarti dalam ke- berikan terapi pada anak yang mengalami
hidupan sehari-hari. Beberapa PTSD. Biasanya terapis memakai
penderita PTSD mempunyai beberapa permainan untuk memulai topik yang tidak
gangguan yang terkait dengan fungsi dapat dimulai secara langsung. Hal ini
sosial dan gangguan di sekolah dalam dapat membantu anak lebih merasakan
jangka waktu yang lama setelah nyaman dalam berproses dengan pengala-
trauma. Seorang korban kejahatan man traumatiknya.
mungkin menjadi sangat takut untuk Pada umumnya anak-anak yang
ditinggal sendirian. Penderita mungkin mengalami kondisi trauma menunjukkan
kehilangan kemampuannya dalam simptom-simptom seperti ketakutan,
berkonsentrasi dan melakukan tugas- cemas, sedih, menghindar dan kurang res-
nya di sekolah. Bantuan perawatan ponsif terhadap beragam emosi. The
pada penderita sangat penting agar Association for Play Therapy men-
permasalahan tidak berkembang lebih definisikan play therapy sebagai berikut :
lanjut.
10. Persepsi dan kepercayaan yang aneh. “Process where in trainer play therapists
Adakalanya seseorang yang telah use the therapeutic powers of play
mengalami trauma yang menyakitkan, To help clients prevent or resolve
seringkali untuk sementara dapat psychosocial difficulties and achieve
mengembangkan ide atau persepsi optimal growth and development”.
yang aneh, misalnya percaya bahwa
dirinya bisa melihat atau ber- Berdasarkan pengertian yang dike-
komunikasi dengan orang-orang yang mukakan tersebut, maka dapatlah diambil
sudah meninggal. Walaupun gejala ini beberapa pengertian pokok sebagai
menakutkan, menyerupai halusinasi landasan dalam melaksanakan play
dan hayalan, gejala ini bersifat therapy, yaitu :
sementara dan dapat hilang dengan 1. Play therapy dibangun berdasarkan
sendirinya. pondasi teoritik yang sistimatis.
2. Play Therapy Sebagai Model Dalam kaitan ini, play therapy disu-
Intervensi Bagi Anak Korban Bencana sun dengan menggunakan kerangka
Yang Mengalami PTSD. teori psikologi dan konseling, misal-
Secara umum, terdapat 2 (dua) nya Psikoanalisa, Client Centered,
pendekatan terapi yang dapat dilakukan Gestalt, Cognitif Behavior, Adlerian,
bagi penderita PTSD, yaitu dengan meng- dan sebagainya.
gunakan farmakoterapi dan psikoterapi. 2. Play therapy menekankan pada keku-
Pengobatan dengan cara farmakoterapi, atan permainan sebagai alat untuk
berupa terapi yang menggunakan obat- membantu klien yang memerlukan
obatan dan obat yang secara medis diper- bantuan.

169
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178

3. Tujuan dari penggunaan play therapy anak untuk mengekspresikan perasa-


adalah untuk membantu klien dalam an, mendapatkan pemahaman dan
rangka mencegah dan mengatasi melakukan berbagai perubahan
persoalan psikisnya serta membantu 3. Memudahkan konselor untuk mem-
pencapaian pertumbuhan dan per- bangun hubungan terapeutik dengan
kembangan sesuai dengan tugas anak, juga dapat melatih keterampilan
perkembangannya secara optimal. sosial anak
Konsep dasar yang dapat Menurut The Association for Play
digunakan pada play therapy ini adalah Therapy, terdapat 14 macam keuntungan
mengacu pada pendangan sebagai berikut : yang diperoleh bila menggunakan play
1. Bermain adalah salah satu cara yang therapy sebagai sebuah intervensi, yaitu
dapat digunakan dalam memahami 1. Mengatasi resistensi. Anak-anak
dunia anak-anak biasanya sulit untuk diajak konsultasi
2. Aspek perkembangan dalam kegiatan dengan konselor, apalagi mempunyai
bermain merupakan cara anak dalam keinginan sendiri. Permainan adalah
menemukan dan mengekplorasi iden- salah satu cara untuk menarik anak
titas diri mereka agar bisa terlibat dalam kegiatan
3. Anak dapat melakukan eksperimen konseling.
dengan berbagai pilihan imajinatif dan 2. Komunikasi. Permainan adalah media
terhindar dari konsekuensi seperti alami yang digunakan anak untuk
ketika di dunia nyata mengeskpresikan dirinya. Konselor
4. Permainan pada situasi dan kondisi bisa menggunakan berbagai pilihan
yang tepat dapat bermakna sebagai permainan yang dapat memancing
kegiatan fisik sekaligus sebagai terapi. anak untuk dapat terus terlibat dalam
Axline (1947), menjelaskan bahwa permainan.
penggunaan play therapy dilakukan de- 3. Kompetensi. Bermain memberikan
ngan alasan bahwa bermain adalah media kesempatan bagi anak untuk me-
yang alami yang dapat digunakan anak menuhi kebutuhan anak untuk meng-
untuk meng-ungkapkan dirinya. Selanjut- eksplorasi dan menguasai se-suatu
nya dijelaskan pula bahwa bermain keterampilan. Konselor bisa memba-
sebagai bahasa simbolik anak yang bersifat ngun kepercayaan dengan menunjuk-
alami untuk menyatakan emosi dan kan bahwa anak sedang melakukan
pengalaman-pengalaman sehari-hari, bah- kerja keras dan menunjukkan kema-
kan bermain adalah proses penyembuhan juan.
diri anak. Dengan demikian bermain dapat 4. Berpikir kreatif. Keterampilan
membantu upaya menjalin hubungan de- problem solving dikembangkan,
ngan anak, membangun konsentrasi anak, sehingga pemecahan atas persoalan
meningkatkan kesehatan dan per- anak bisa tercapai. Permainan mem-
kembangan anak. berikan peluang yang besar bagi anak
Banyak keuntungan yang diperoleh untuk mengembangkan kemampuan
dalam penggunaan play therapy, diantara- diri untuk berpikir kreatif atas
nya: persoalan yang dialami.
1. Membantu proses perkembangan 5. Chatarsis. Melalui permainan anak-
anak, dengan interaksi verbal yang anak dapat menyampaikan tekanan
minimal emosi yang dialaminya dengan lebih
2. Anak mendapatkan banyak kebebasan bebas, sehingga anak-anak bisa
untuk memilih, mampu meningkatkan tumbuh dan berkembang secara opti-
daya fantasi dan imajinasi anak, dapat mal tanpa beban mental.
menggunakan alat-alat sederhana, 6. Abreaction. Dalam bermain, anak
memberikan tempat yang aman bagi mendapat kesempatan untuk mem-

170
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)

proses dan menyesuaikan kesulitan Sebagaimana definisi yang dikemu-


yang pernah dialami secara simbolis kakan oleh The Association for Play
dengan ekspresi emosi yang lebih Therapy keberadaan play therapy merupa-
tepat. kan penerapan secara sistimatis beberapa
7. Role playing. Anak dapat memprak- teori konseling yang khusus diperuntukkan
tekkan berbagai tingkah laku yang bagi anak-anak dengan mengandalkan
baru dan mengembangkan kemam- kekuatan permainan dalam terapi. Play
puan empati dengan orang lain. therapy merupakan pendekatan konseling
8. Fantacy. Anak-anak dapat menggu- yang menggunakan beberapa teknik yang
nakan imajinasinya untuk mengerti diintegrasikan menjadi sebuah teknik
akan pengalamannya yang menyakit- terapi yang sesuai dengan kondisi anak
kan. Mereka juga bisa mencoba me- yang menjadi korban bencana.
ngubah hidup mereka secara perlahan- Untuk klien anak-anak digunakan
lahan. permainan dan game untuk menarik anak,
9. Metaphoric teaching. Anak-anak menjalin hubungan dan untuk menemukan
dapat memperoleh pengertian yang petunjuk tentang diri anak yang sebenar-
mendalam atas kesulitan dan keta- nya. Konselor melibatkan anak-anak da-
kutan yang dialaminya dengan kiasan lam berbagai kegiatan yang memungkin-
yang dimunculkan dalam permainan. kan anak dapat me-ngemukakan kondisi
10. Attachment formation. Anak dapat psikologis yang dialaminya, seperti ber-
mengembangkan suatu ikatan dengan main bersama, bermain peran, atau mem-
konselor serta mengembangkan ke- berikan kebebasan kepada anak untuk
mampuan untuk membangun koneksi memainkan apa saja yang ia kehendaki.
dengan orang lain. Permainan adalah alat yang sangat
11. Peningkatan hubungan. Bermain dapat efektif untuk menginterpretasikan bahasa
meningkatkan hubungan terapi yang simbolik yang disampaikan oleh anak me-
positif, memberikan kebebasan anak lalui bahasa simbolik dalam sesi permain-
untuk mewujudkan aktualisasi diri dan an. Permainan dapat memberikan penga-
tumbuh semakin dekat dengan orang ruh pada proses terapi melalui :
lain disekitarnya. Anak dapat menge- - Kegiatan mental, kesadaran atau
nal cinta dan perhatian yang positif ketidaksadaran, yang didalamnya ter-
terhadap lingkungannya. dapat hayalan dan harapan. Permainan
12. Emosi positif. Anak-anak menikmati juga merupakan aktifitas fisik yang
permainan, dengan suasana hati ini dapat diobservasi.
mereka bisa tertawa dan mempunyai - Permainan adalah sebuah kegiatan eks-
waktu yang menyenangkan di tempat plorasi, sebuah sarana untuk meng-
yang mereka merasa diterima. hidupkan kemauan untuk mencoba.
13. Menguasai ketakutan. Dengan per- Konselor berperan dalam hal menetap-
mainan yang diulang-ulang akan me- kan dan menjaga hubungan dengan
ngurangi kegelisahan dan ketakut-an anak, mengembangkan empati serta
anak. Bekerja dengan mainan, seni pemahaman.
dan media bermain lainnya mereka - Merupakan proses awal, dalam rangka
akan menemukan berbagai ke-teram- membangun hubungan dengan anak
pilan dalam mengatasi ketakutan agar anak mampu mengungkapkan ber-
14. Bermain game. Game membantu anak bagai pengalaman masa lalunya yang
untuk bersosialisasi dan mengembang- tidak menyenangkan melalui pengin-
kan kekuatan egonya. Mereka mem- tegrasian kemunculannya melalui
punyai peluang untuk meningkatkan bahasa simbol.
keterampilan - Merupakan suatu cara yang digunakan
untuk dapat mengupayakan renegosiasi

171
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178

hubungan anak dengan dirinya dan Untuk dapat membangun komuni-


orang lain. Hal ini bertujuan untuk kasi dengan anak, konselor bisa
memecahkan fiksasi, regresi, kekurang- melakukan dengan cara mengikuti apa
an dalam perkembangan dan hambatan- yang dilakukan anak, yang dikenal
hambatan lain yang mengganggu per- dengan istilah behavior tracking.
kembangan anak. Dengan behavior tracking ini, konselor
mengikuti bahkan bisa berpartisipasi
3. Microskills Play Therapy
Microskills merupakan keterampilan dalam apa yang dilakukan anak.
yang mutlak diperlukan dalam melakukan Dengan cara ini konselor bisa menggali
konseling. Untuk memperoleh keteram- apa saja yang sedang dirasakan anak,
pilan dasar itu, seorang konselor perlu yang dalam kondisi normal mungkin ia
memiliki keterampilan tersebut. Micros- akan sulit mengkomunikasikannya
kills dalam konseling anak-anak pada dengan orang dewasa. Dasar dari
content yang akan yang akan digali
dasarnya sama dengan yang digunakan
dalam konseling orang dewasa. Yang konselor dalam melakukan konseling
membedakannya adalah bagaimana kon- dengan anak-anak adalah emosi, yaitu
bagaimana anak mampu mengung-
selor mampu menerapkan keterampilan
kapkan perasaan yang ada dalam
dasar tersebut pada setting dunia anak-
anak. Konselor diharuskan mampu menye- dirinya. Hanya saja anak-anak
suaikan proses konseling yang dilakukan- seringkali kekurangan kosa kata untuk
nya dengan karakteristik anak-anak, seper- mampu mengungkapkan seluruh
ti kemampuan kognisi dan emosi, keter- perasaannya.
batasan bahasa yang dimiliki dan seba- Hindari bertanya atau meminta
pada anak untuk mengungkapkan
gainya. Jika hal ini diperhatikan, maka
perasaannya adalah sesuatu yang tidak
konselor akan mudah menjalin komunikasi
dengan anak. Jika komunikasi lancar, produktif. Tapi gunakanlah cara
menggali informasi yang dibutuhkan
konseling yang dilakukan pun akan lancar,
dengan bahasa non verbal, misalnya
dalam pengertian tidak mengalami ham-
batan dan bisa membantu anak dalam dengan mengkaitkan suatu aktifitas
menemukan hidup seperti yang semesti- dengan sesuatu yang dilihatnya. Selain
nya. itu, konselor harus mempunyai
kesabaran dan ketelatenan yang tinggi,
Keterampilan microskills yang
karena selain anak-anak mengalami
diperlukan saat melakukan konseling pada
anak-anak, terutama berpusat pada : kesulitan dalam menyampaikan ung-
1. Refleksi content dan feeling. kapan secara verbal, boleh jadi anak-
Hal yang terpenting yang anak telah mendapatkan pesan atau
dilakukan oleh konselor pada bagian ini pengajaran dari keluarganya untuk
menyembunyikan perasaannya.
adalah bagaimana ia bisa membangun
komunikasi dengan anak dalam rangka 2. Refleksi meaning, interpretasi dan
penggunaan metafora.
menyampaikan kesepahaman berkaitan
dengan isi dan perasaan yang ada dalam Ketika berkomunikasi dengan
diri anak. Sedangkan untuk orang orang dewasa, konselor bisa menggali
dewasa, metode ini bisa dilakukan secara tepat terhadap hal-hal apa saja
dengan komunikasi verbal. Tetapi, yang diungkapkan klien, konselor pun
karena anak mempunyai keterbatasan bisa meminta klien untuk mengulangi
bahasa verbal untuk menyampaikan dengan memberikan pertanyaan yang
sama. Namun ketika berkomunikasi
sesuatu, dan ia sering mengungkapkan
perasaannya melalui aktifitas dan dengan anak-anak dalam suatu proses
bermain, maka konselor harus bisa konseling, pertanyaan yang sama bisa
membuat klien anak merasa enggan
menggunakan sarana itu.

172
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)

menjawab. Keterampilan menggunakan hubungan yang terjadi sepanjang kegiatan


metafora penting dilakukan bila meng- konseling berjalan yang didalamnya men-
hadapi klien anak. Penggunaan meta- cakup upaya konselor dalam menyarankan
fora ini misalkan dengan mengaso- berbagai perubahan, juga berkaitan dengan
siasikan maksud yang hendak digali cara konselor dalam membangun hubung-
dari diri anak melalui permainan yang an yang penuh dengan kepercayaan dari
menjadi kesukaannya. anak. Salah satu cara yang dapat diguna-
Manfaat metafora ini dapat mem- kan untuk memperoleh kepercayaan dari
bantu konselor dalam menghadapi klien anak adalah melalui acticve listening dan
anak yang mengalami kesulitan dalam unconditional acceptance.
berkomunikasi. Teknik yang digunakan Fokus yang hendak yang dicapai
dalam metafora juga bermanfaat untuk dalam hal ini adalah terjadinya perubahan
‘mem-bypass’ resistensi klien, mem- atas tingkah laku anak yang menyimpang,
fasilitasi kesadaran yang berhubungan yang dapat membantu konselor dalam
dengan emosi, keyakinan dan mem- melihat pergerakan dan kemajuan yang
perkenalkan berbagai kemungkinan dan dicapai. Melalui media bermain seperti cat,
perspektif baru. Ketika anak sudah tanah liat dan air, anak-anak menyatakan
mampu menyatakan tentang dirinya dirinya secara kiasan dan simbolik. Oleh
dengan bebas melalui hayalan, maka karenanya dengan mengetahui langkah-
konselor dapat terus mengarahkan agar langkah dan tema dalam konseling anak,
ungkapan melalui hayalan dan simbolik dapat membantu konselor dalam proses
bisa mengarah pada kenyataan, yaitu konseling yang dilakukannya.
kenyataan hidup yang dialami anak. Langkah-langkah yang perlu diketa-
Langkah-langkah ini bisa digunakan hui dan dilaksanakan dalam kegiatan ini
untuk mengintegrasikan dengan cerita meliputi :
ketika anak menggambarkan dirinya 1. Mengenal langkah-langkah konseling
dan orang lain melalui karakter dalam anak.
cerita tersebut, kemudian hal ini bisa Hal pokok yang harus disadari oleh
dikembangkan untuk mendapatkan para konselor, yaitu setting, struktur sesi
pengertian yang mendalam tentang atau pertemuan yang disesuaikan dengan
masalah yang dihadapi anak. dunia anak-anak. Terdapat 3 (tiga) fase
Digunakan atau tidaknya makna yang perlu diperhatikan ketika konselor
interpretasi meaning sangat ditentukan akan berinteraksi dengan anak-anak, yaitu:
oleh orientasi teori yang dianut oleh a. Langkah awal.
konselor. Dengan demikian konselor Dalam tahap awal ini, kegiatan
sangat dituntut untuk memiliki utamanya adalah bagaimana mem-
pengetahuan yang mendalam yang bangun hubungan anak-konselor.
berkaitan dengan psikologi perkem- Konselor harus mampu membangun
bangan anak. Dengan penguasaan yang hubungan yang hangat, yang didalam-
mendalam tentang persoalan ini nya ada kepercayaan anak terhadap
konselor akan mudah memahami apa konselor. Untuk mencapai tujuan ter-
yang digambarkan anak melalui cerita sebut, konselor harus berusaha masuk
hayalannya, juga memudahkan bagi secara total pada dunia anak, sehingga
konselor dalam menanamkan anak betul-betul merasa aman dan
pengetahuan diri anak. menganggapnya sebagai sahabat.
4. Langkah-langkah Play Therapy. Langkah ini bisa dilakukan
Disamping memperhatikan ke- oleh konselor dengan menyediakan
terampilan dasar dalam melakukan berbagai permainan yang digemari
konseling dengan klien anak, perlu diper- anak. Melalui fasilitas permainan ini
hatikan prosesnya. Proses ini menandakan konselor bisa mengajar anak-anak ber-

173
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178

main dengan tujuan agar anak merasa nunjukkan kebutuhan minimalnya,


aman. Ketika anak sudah merasa secara simbolik mampu meng-
aman, konselor bisa menyiapkan ber- ekspresikan emosinya dan secara lisan
bagai perangkat konseling dalam mampu mendiskusikan berbagai isu.
menggali berbagai gejala dan infor- Konseling dapat dihentikan bila anak
masi yang ia butuhkan, yang ditunjuk- telah mampu menunjukkan kreatifitas-
kan anak melalui berbagai aktifitas nya dalam seni, mampu bermain
komunikasi dan interaksi termasuk peran, melakukan permainan yang
didalamnya aktifitas bermain mereka. melibatkan kerjasama dengan teman
b. Langkah pertengahan. sebayanya, atau menampilkan
Langkah pertengahan dimulai perubahan perilaku yang positif
ketika anak sudah asyik dengan lainnya.
permainan dan perhatian mereka.
5. Mengidentifikasi Tema Konseling
Konselor dapat memfasilitasi kegiatan
Anak
ini dengan menyediakan berbagai Perbedaan jenis kelamin sangat
sarana bermain agar anak dapat berpengaruh terhadap pola dan tema
mengekspresikan berbagai perasaan
permainan anak. Dari hasil penelitian yang
baik sesuatu yang pernah dialaminya
telah dilakukan oleh seorang ahli terhadap
di masa lampau atau keinginan yang ia anak laki-laki dan perempuan dengan latar
harapkan pada masa yang akan belakang keluarga yang tidak harmonis,
datang. sering terjadi pertengkaran antara ayah dan
Pada kondisi ini konselor bisa ibunya dan berujung pada perceraian.
melibatkan diri pada aktifitas yang Hasil penelitian tersebut menunjukkan
sedang dilakukan anak, misalnya anak
bahwa anak laki-laki cenderung menyukai
yang sedang menggambar, konselor
permainan dengan tema agresi atau
bisa melakukan eksplorasi berbagai kekerasan dibanding dengan anak
informasi yang dibutuhkan melalui
perempuan.
upaya terlibat langsung dengan
Terdapat 3 (tiga ) tema besar yang
aktifitas yang sedang dilakukan anak. dapat digunakan sebagai bahan pendekatan
Melalui menggambar anak akan dalam melaksanakan konseling anak,
mengekspresikan suasana emosinya. yaitu:
Konselor bisa juga mengguna-
a. Sebagian anak mempunyai kecen-
kan cerita dengan karakter pelaku
derungan untuk menyukai bentuk
cerita orang-orang yang ada dalam permainan agresif dan meng-andalkan
kehidupan anak, dengan permasalahan kekuatan. Bentuk-bentuk permainan
yang serupa dengan apa yang dialami dalam katagori ini adalah permainan
anak. Melalui teknik ini, konselor yang melibatkan keaktifan anak,
dapat membantu anak untuk mengem-
pelibatan energi tinggi, permainan
bangkan kreatifitasnya secara lebih gross motor dan permainan kata tegas
luas, seperti kemampuan bahasa, seni,
(assertive verbalization). Konselor
gerak, drama dan dapat mengembang- bisa mengajak anak untuk bermain
kan kemampuan emosi anak dalam dengan permainan-permainan seperti
menjalin hubungan dengan alam bermain tentara-tentaraan, memukul
sekitarnya. drum, melempar pasir, dan sebagai-
c. Langkah akhir. nya. Fokusnya adalah bagai-mana
Pada tahap ini konselor dapat anak bisa menyalurkan energi-nya
mengakhiri proses konseling bila pada
yang tinggi untuk dijadikan sebagai
diri anak telah menunjukkan kemajuan sarana emosinya yang ter-tekan.
dalam berbagai bentuk perilaku posi- b. Tema keluarga.
tif. Bila anak telah mampu me-

174
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)

Anak-anak juga mempunyai lebih parah sehingga penderita menjadi


kecenderungan untuk menyukai per- takut untuk keluar rumah dan harus
mainan yang bertemakan keluarga ditemani oleh orang lain jika harus
atau kepengasuhan. Konselor bisa keluar rumah.
menggunakan boneka, figur binatang b. Depresi.
dan figur dalam permainan drama. Banyak penderita mengalami dep-
c. Tema safety atau security. resi setelah mengalami pengalaman
Permainan dengan tema kese- trauma dan menjadi tidak tertarik
lamatan dan keamanan difokuskan dengan hal-hal yang disenanginya
pada upaya anak untuk menghadirkan sebelum peristiwa trauma. Mereka
figur karakter yang menyelematkan mengembangkan perasaan yang tidak
dan menjaga ke-amanan. Mungkin benar, perasaan bersalah, menyalahkan
anak bisa bermain dengan membuat diri sendiri, dan merasa peristiwa yang
sangkar binatang, kemudian ia dialaminya merupakan kesalahannya,
menyembunyikan figur yang berba- walaupun semua itu tidaklah benar.
haya yang mengancam keselamatan c. Kecenderungan ingin bunuh diri.
binatang peliharaannya, kemudian ia Kadang-kadang orang yang dep-
menghadirkan figur pe-nyelamat yang resi berat merasa bahwa kehidupannya
bisa menghindarkan ancaman. Figur sudah tidak berharga. Hasil penelitian
pahlawan bisa dimainkan oleh dirinya yang dilakukan para ahli, ditemukan
sendiri atau figur lain yang menjadi bahwa 50% korban kejahatan mempu-
idolanya. nyai pikiran untuk bunuh diri.
d. Merasa disisihkan dan sendiri.
6. Mengidentifikasi Perilaku Yang Akan
Penderita PTSD memerlukan
Diubah.
dukungan dari lingkungan sosialnya
Anak atau remaja yang mempunyai tetapi mereka seringkali merasa sendiri
pengalaman trauma, dapat mengalami dan terpisah. Perasaan yang bersifat
serangan panik ketika dihadapkan pada negatif ini membuat mereka mengalami
sesuatu yang mengingatkan mereka pada kesulitan untuk berhubungan dengan
trauma. Serangan panik meliputi perasaan orang lain dan mendapatkan
yang kuat atas ketakutan atau rasa tidak pertolongan. Penderita sulit untuk
nyaman yang menyertai gejala fisik dan percaya bahwa orang lain dapat
psikologis. Gejala fisik meliputi jantung memahami apa yang telah ia alami.
berdebar, berkeringat, gemetar, sesak e. Merasa tidak percaya dan dikhianati.
napas, sakit dada, sakit perut, pusing, Setelah mengalami pengalaman
merasa kedinginan, badan terasa panas, yang menyedihkan, penderita mungkin
mati rasa. akan kehilangan kepercayaan terhadap
Beberapa perilaku yang sering orang lain dan merasa dikhianati atau
diperlihatkan oleh anak atau remaja yang ditipu oleh dunia, nasib atau Tuhan.
mengalami trauma, diantaranya : f. Marah dan mudah tersinggung.
a. Perilaku menghindar. Marah dan mudah tersinggung
Salah satu gejala PTSD adalah adalah reaksi yang umum diantara pen-
menghindari hal-hal yang dapat mengi- derita trauma. Bagaimanapun kema-
ngatkan penderita pada kejadian rahan yang berlebihan dapat mem-
traumatis. Kadang-kadang penderita pengaruhi proses penyembuhan dan
mengkaitkan semua kejadian dalam menghambat penderita untuk
kehidupannya setiap hari dengan berinteraksi dengan orang lain di rumah
trauma, padahal kondisi kehidupan dan di tempat terapi.
sekarang jauh dari kondisi saat trauma g. Gangguan yang berarti dalam kehidupan
yang dialaminya. Hal ini sering menjadi sehari-hari.

175
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178

Penderita PTSD mempunyai be- pada anak-anak yang mengalami trauma


berapa gangguan yang terkait dengan dilaksanakan dalam kelompok.
fungsi sosial dan gangguan penyesuaian Konseling kelompok adalah suatu
di sekolah dalam jangka waktu yang bentuk konseling yang dilakukan dalam
lama setelah trauma. Seorang korban kelompok-kelompok kecil. Anggota ke-
kejahatan mungkin menjadi sangat lompok berjumlah antara 6 sampai 10
takut untuk tinggal sendirian. Penderita orang. Anggota kelompok diseleksi
mungkin kehilangan kemampuannya dengan hati-hati. Pertemuan dengan
dalam berkonsentrasi dan melakukan konselor dilakukan secara berkala dan
tugasnya di sekolah. Bantuan dan terjadual. Dalam pelaksanaannya anggota
perawatan pada penderita sangat kelompok ditumbuhkan motivasinya untuk
penting agar permasalahannya tidak memberikan umpan balik pada anggota
berkembang lebih lanjut. lainnya, menanggapi termasuk meng-
h. Persepsi dan kepercayaan yang aneh. ekspresikan perasaan mereka mengenai
Adakalanya seseorang yang telah apa yang dikatakan atau dilakukan anggota
mengalami trauma yang menyakitkan, lain. Interaksi antara anggota kelompok
seringkali untuk sementara waktu me- sangat mendorong dan memberikan setiap
ngembangkan ide atau persepsi yang orang dengan sebuah kesempatan untuk
aneh, misalnya ia mempercayai bahwa mencoba cara baru dalam berperilaku, juga
ia bisa melakukan komunikasi atau memberikan kesempatan pada anggota
melihat orang-orang yang sudah untuk belajar lebih lanjut tentang cara
meninggal. Walaupun gejala ini berinteralsi dengan orang lain.
menakutkan, menyerupai halusinasi Konselong kelompok merupakan
atau hayalan, gejala ini bersifat lingkungan yang aman untuk membangun
sementara dan akan menghilang dengan tingkat kepercayaan yang menungkinkan
sendirinya. mereka untuk berbicara secara pribadi dan
jujur. Anggota kelompok membuat suatu
7. Pelaksanaan Konseling Kelompok
komitmen dan diinstruksikan bahwa isi
Pada Anak-anak (Group Counseling)
Masa anak-anak adalah masa pembicaraan dalam kelompok adalah
bermain. Pada masa ini tumbuh minat bersifat rahasia dan tidak dibenarkan bagi
terhadap teman sebaya, sehingga anak- anggota kelompok untuk mengungkapkan
kejadian-kejadian dalam kelompok kepada
anak seringkali menghabiskan waktunya
pihak lain di luar kelompok tersebut.
dengan bermain dengan teman sebayanya.
Ketika seorang anak menjalin interaksi 7.1 Tahap Pembentukan Kelompok
dengan teman sebaya, ia akan mempelajari Tahap pembentukan kelompok ini
berbagai keterampilan sosial yang merupakan langkah awal ini adalah sebuah
dibutuhkan, diantaranya berkomunikasi, pertemuan yang diasumsikan sebagai
pertemuan pertama antara konselor dan
mengembangkan inisiatif, persaingan, dan
sebagainya. Anak-anak menerima umpan peserta konseling (anak). Oleh karenanya
langkah pertama yang harus dilakukan
balik tentang kemampuan-kemampuan
mereka dari kelompok teman sebaya. adalah membangun keakraban dengan
Anak-anak mengevaluasi apa yang mereka anak melalui attending. Tujuan akhir dan
lakukan dalam arti apakah ini lebih baik langkah awal ini adalah anak merasa aman
daripada apa yang dilakukan oleh anak- ketika bersama konselor. Konselor tidak
anak lain. lagi dianggap sebagai sosok yang
Dengan demikian, banyak hal yang membawa ancaman, tapi sebaliknya,
konselor telah dianggap sebagai individu
akan diperoleh manfaatnya bagi anak-anak
ketika berada dalam kelompok. Kondisi yang menyenangkan, melindungi dan
serta manfaat kelompoklah yang men- bersahabat dengan anak. Dengan adanya
keterbatasan bahasa verbal yang dimiliki
dasari mengapa konseling yang diberikan

176
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)

anak, maka permainan adalah bahasa langkah berikutnya yang perlu mendapat
simbolik yang lebih tepat. perhatian, mengingat kondisi anak sedang
Pada tahap ini perlu kiranya dalam situasi yang tertekan, yaitu :
diperhatikan beberapa langkah yang 1. Gunakan permainan yang me-
dipersiapkan dalam membentuk kelompok, mungkinkan bagi konselor untuk
yaitu : banyak berdialog dengan anak,
1. Sebelum konseling dimulai, konselor misalnya menggambar, permainan alat
perlu berdiskusi terlebih dahulu dengan bongkar-pasang, boneka tangan, dan
orang tua, atau pengasuh anak atau sebagainya.
pihak-pihak lain yang mempunyai 2. Tentukan pilihan permainan dengan
kedekatan emosional dengan anak melibatkan anak.
untuk mendapatkan beberapa informasi 3. Sambil bermain bersama, konselor
yang terkait dengan karakteristik anak. dapat menyampaikan beberapa
2. Disarankan konselor anak memiliki pertanyaan yang kira-kira bisa
ruangan khusus yang didesain sebagai mengungkap perasaan apa yang sedang
kamar bermain dan memenuhi standar dirasakan anak. Informasi yang
keamanan bagi anak-anak diperoleh melalui orang tua atau
3. Plihlah permainan yang disukai anak- pengasuh dapat pula dijadikan referensi.
anak (hal ini bisa ditanyakan terlebih 4. Membuat catatan-catatan hasil dialog
dahulu pada anak tersebut) konselor dengan anak untuk dijadikan
4. Ajaklah anak-anak tersebut bermain, sebagai alat untuk mengidentifikasikan
dalam hal ini konselor harus proaktif apa saja kelebihan-kelebihan yang
dan menunjukkan kesan bersungguh- dimiliki anak, permasalahan yang
sungguh serta melakukan observasi dialami anak.
terhadap seluruh kejadian yang 5. Setelah konselor dapat meng-
berlangsung. Melalui permainan identifikasikan masalah yang dialami
suasana kelompok akan lebih mudah anak, konselor dapat masuk pada fase
lebur, sehingga akan mudah menjalin berikutnya, yaitu mengatasi
kedekatan atau keakraban. Dengan permasalahan anak.
demikian konselor perlu kemahiran
dalam merancang permainan kelompok. PENUTUP
5. Lakukan percakapan yang ringan,
Sebagaimana hal yang telah
dengan tujuan untuk menarik anak-anak
diungkapkan pada awal tulisan ini, bahwa
memiliki kedekatan emosional dengan penanganan yang diperlukan bagi korban
konselor. bencana yang mengalami PTSD baik bagi
6. Berupaya agar bisa dianggap oleh anak- orang dewasa maupun anak-anak memiliki
anak sebagai sahabat yang cara pendekatan yang berbeda. Bagi anak-
menyenangkan, sebagai tempat untuk
anak yang mengalami PTSD teknik yang
berlindung bagi mereka. sesuai untuk mengatasi kondisi trauma
7. Ketika sudah merasakan bahwa anak-
adalah dengan menggunakan teknik Play
anak sudah dekat dengan konselor, Therapy. Masa anak-anak adalah masa
maka konselor dapat melanjutkan pada usia bermain, maka aspek ini menjadi
fase berikutnya, yaitu mengeksplorasi salah satu faktor pertimbangan bagi
perasaan dan persoalan yang sedang konselor didalam merancang teknik
dihadapi anak. Pada langkah ini konseling yang digunakan. Permainan
memudahkan bagi konselor untuk pada situasi dan kondisi yang tepat dapat
menegakkan diagnosis suatu ganggun
bermakna sebagai kegiatan fisik sekaligus
yang dialami anak. sebagai terapi. Selain itu, pada masa anak-
Bila sudah terbangun pembentukan anak, bermain dalam kelompok merupakan
struktur kelompok, terdapat beberapa
kegiatan yang diminati anak-anak, se-

177
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178

hingga kelompok pun dapat berfungsi Brammer, Lawrence M. 1979. The Helping
untuk mengembangkan keterampilan so- Relationship, second edition,
sial pada anak-anak. Prentice-Hall, Inc., englewood
Setelah anak-anak korban bencana Cliffs, New Jersey.
mengikuti sesi konseling, tentu saja Corey, Gerad, Teori dan Praktek
diharapkan anak yang mengalami trauma Konseling dan Psikoterapi, Penerbit
menunjukkan perubahan yang ke arah Refika Aditama, 2003.
positif setelah mengikuti konseling. Ketika Davidson, Gerald. C, Psikologi Abnormal,
anak telah menunjukkan perubahan edisi ke-9, PT. Rajawali Press, 2006.
perilaku ke arah yang positif, konselor Geldard, David, 1993. Basic Personal
dapat mengakhiri permainan dan apabila Counseling : a training manual for
diperlukan konselor dapat membuat janji counselors, second edition. Prentice-
untuk mengikuti sesi konseling berikutnya. Hall of Australia Pty Ltd, Australia.
Orang tua atau pengasuh dapat tetap Ivey, Allen,E.1980. Counseling and
dilibatkan pada upaya penanganan Psychotherapy : Skills, Theories, and
permasalahan anak, dengan selalu mem- Practice. Prentice-Hall, Inc.,
berikan permainan yang serupa kepada Englewood Cliffs, New Jersey.
anak, selain itu agar orang tua atau Kurnanto M. Edi, Situs Konseling STAIN
pengasuh dapat terus mendampingi ketika Pontianak, Play Therapy Intervensi
anak sedang bermain dengan cara Konseling yang tepat untuk anak.
memberikan berbagai stimulasi yang sudah Nevid, Jeffrey, S. (penerjemah Tim
diberikan contohnya oleh konselor. Fakultas Psikologi Indonesia),
Sebagai tindak lanjut dari proses Psikologi Abnormal, 2003, Penerbit
konseling tersebut, konselor dapat Erlangga, Jakarta.
memberikan pemahaman pada orang tua Paterson, Cecil Holden., 1986, Theories Of
atau pengasuh, diantaranya : Counseling and Psychotherapy, 4th-
1. Orang tua atau pengasuh memberikan ed, Harper & Row, Publisher, New
perhatian pada anak dengan cara York
mendampingi aktifitas bermain anak Yalom, ID., 1985, The Theory and
sehari-hari. Practice of Group Psychotherapy,
2. Buatlah kesan yang mendalam agar 4th ed, New York : Basic Book, Inc
anak merindukan kebersamaannya W. Yurika F., Lestari W. Gangguan Stres
dengan orang tua atau peng-asuhnya. Pasca Trauma Pada Korban
3. Orang tua dapat mengulangi sesi pelecehan Seksual dan Perkosaan,
bermain dengan permainan yang Pusat Penelitian dan Pengembangan
berbeda, tetapi memberikan stimulasi Sistem dan Kebijakan Kesehatan,
pada wilayah perkembangan yang sama Surabaya, 2003.
(yang sesuai dengan permasalahan
anak).

DAFTAR PUSTAKA

Axline, Virginia, 1947, Play Therapy : The


Inner Dynamics of Childhood, 1st ed,
John Wiley & sons.

178

Anda mungkin juga menyukai