Anda di halaman 1dari 25

PTSD

Oleh
dr. Sulistiana Dewi,SpKJ
Pendahuluan
• Trauma secara sederhana dapat diartikan
sebagai luka yang sangat menyakitkan
• Pengalaman traumatik, secara psikologik
berarti pengalaman mental yang luar biasa
menyakitkan, melampaui ambang
kemampuan rata-ratanorang untuk
menanggungnya
• Peristiwa/bencana pada suatu daerah yang
mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian
kehidupan manusia, serta memburuknya
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna, sehingga memerlukan bantuan
luar biasa dari pihak luar. (WHO-Ditkeswamas
Depkes)
• Reaksi individu dalam menghadapi
pengalaman traumatik berbeda-beda
tergantung dari berbagai faktor, diantaranya:
– Berat dan jenis paparan trauma
– Ciri kepribadian
– Dukungan dari kelauarga & lingk.
– Respon komunitas/budaya
• Yang termasuk dalam peristiwa traumatik:
– Bencana alam
– Konflik kekerasan
– Penyiksaan
– Pemerkosaan
– Kecelakaan yang mengerikan
– Peristiwa-peristiwa yang
mengancam kelangsungan hidup
• Seseorang yang mengalami peristiwa
traumatik, kehilangan dan duka cita yang luar
biasa, menurut Kubler Ross akan melampaui
beberapa tahapan respons mental, yaitu:
1. Keterkejutan dan penyangkalan
2. Kemarahan
3. Tawar-menawar
4. Keputusasaan
5. Penerimaan
Dampak Psikososial
• Sekitar 10-20% korban bencana akan
mengalami gangguan mental bermakna,
seperti : Gangguan Stres Pasca Trauma
(GSPT/PTSD), Gangguan depresi, Gangguan
Panik, dan berbagai gangguan ansietas lainnya
yang terkait trauma
• Mereka itu membutuhkan pertolongan ahli
kesehatan jiwa
Kelompok Risiko Tinggi
• Anak-anak
– Usia perkembangan
– Rentan menjadi korban kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT
– Tidak berperan mengambil
keputusan
• Perempuan
– Peran subordinat
– Peran multifungsi
– Peran menjadi korban KDRT
• Lanjut usia
– Deteriorasi kemampuan fisik/mental
– Sulit beradaptasi
– Kehilangan peran
– Rentan pengabaian oleh keluarga
Neurobiologi PTSD

• Berbagai mekanisme hemostatik/allostatic


tubuh tidak dibangun untuk menangani stres
berat yang berlangsung lama.
• Pitman (1989) menghipotesiskan pada PTSD,
terjadi gangguan regulasi neuropeptida dan
katekolamin diotak (pengeluaran katekolamin
dan hormon kortisol)
• katekolamin ↑  Individu siaga terus, jika
hormon kortisol gagal menghentikan
proses tsb  katekolamin makin>> 
“konsolidasi berlebihan” dari ingatan-
ingatan peristiwa traumatik yang dialami
Potential consequences of low cortisol
during trauma
• Pengeluaran katekolamin berlebihan pada saat
trauma  Konsolidasi berlebihan atau
dipasangkan dengan ingatan yang tidak sesuai
dengan distres  timbulnya pengingat traumatik
yang memberatkan “distress” provoking
traumatic memories  lebih lanjut, distres
dihubungkan dengan stimulus yang tidak spesifik
 kecemasan meningkat  peningkatan
pengeluaran CRF  berlanjut, menetap, dan
mengubah aksis HPA  beberapa konsekuensi
terjadi (eg. Behavioral, cognitive, immune system,
health, personality and neuroanatomic change)
• Amigdala juga sangat berperan dalam PTSD 
mengaktivasi beberapa neurotransmitter
• Dalam milidetik amigdala bereaksi dengan
menstimulasi tanda darurat kepada
– Sistim saraf simpatis (katekolamin)
– Sistim saraf parasimpatis
– Aksis hipotalamus-hipofisis-kelenjar adrenal (aksis
HPA)
• Perangsangan saraf simpatik TD↑,nafas ↑
 “fight or flight reaction”
Gambaran klinis
• Bayangan, mimpi atau kilas balik peristiwa
traumatik
• Menghindari hal2 yang mengingatkan akan
peristiwa itu
• Amnesia terhadap aspek penting peristiwa itu
• Timbul ansietas hebat dan kesiagaan
berlebihan jika terpapar pada hal-hal yang
mengingatkan akan peristiwa itu
• Mood yang depresif atau iritabel
• Menarik diri dari lingkungan sosialnya
• Sulit berkonsentrasi
• Mudah tertegun
• Mimpi buruk dan tidur yang terganggu
•  umumnya datang tidak dengan gejala
diatas, tetapi berupa gejala depresi, ide2
bunuh diri, penyalahgunaan alkohol/zat adiktif
dan keluhan2 fisik
Kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ
III (F43.1)
• Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan
ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah
kejadian traumatik berat ( masa laten yang
berkisar antara beberapa minggu sampai
beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6
bulan). Kemungkinan diagnosis masih dapat
ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai
saat kejadian dan awitan gangguan melebihi
waktu 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya
khas dan tidak didapat alternatif kategori
lainnya
• Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus
didapatkan bayang-bayang atau mimpi2 dari
kejadian traumatik tersebut secara berulang-
ulang kembali (flashback)
• Gangguan otonomik, gangguan afek dan
kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis tetapi tidak khas
• Suatu ‘sequele’ menahun yang terjadi lambat
setelah stress yang luar biasa, misalnya saja
beberapa puluh tahun setelah trauma
diklasifikasikan dalam kategori F62.0
(perubahan kepribadian yang berlangsung
lama setelah mengalami katastrofik)
------------------------------
Gejala2 dapat dikelompokan menjadi 3
golongan :

Mengalami kembali
(re-experiencing)
Avoidance

Kesiagaan berlebihan ( hyperarousal)


Tatalaksana
• Komprehensif meliputi:
– Medikasi
– Psikoterapi
– Edukasi
– Dukungan psikososial
– Teknik meredakan kecemasan
– Modifikasi pola hidup
• Berdasarkan rekomendasi dari Expert
Consensus Panels for PTSD, tatalaksana PTSD
mempertimbangkan beberapa aspek dibawah
ini
1. Gangguan stres pasca tarauma merupakan
suatu gangguan yang kronik dan berulang
serta sering berkormobiditas dengan
gangguan-gangguan jiwa lainnya
2. Antidepresan golongan SSRI merupakan obat
pilihan pertama untuk kasus ini
3. Terapi yang efektif harus dilanjutkan paling
sedikit 12 bulan
4. Exposure therapy merupakan terapi dengan
pendekatan psikososial terbaik yang
dilanjutkan dan sebaiknya dilanjutkan selama
6 bulan
Medikasi

Anda mungkin juga menyukai