OLEH :
Mutawaffika Mahir
11120172103
PEMBIMBING RESIDEN:
Dr. Ahyani Muslimin
SUPERVISOR:
Dr. Hj. Rabiah Tanthawie, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2018
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..........................................................................................3
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Gangguan panik adalah salah satu gangguan jiwa yang paling sering
ditemukan pada populasi umum. Lebih dari 30 juta orang di Amerika Serikat
menderita kondisi ini. Data epidemiologi menunjukkan prevalensinya pada wanita
lebih besar dua sampai tiga kali dari pada pria.7
Gangguan cemas panik diawali serangan panik yang terjadi beberapa kali
dalam satu hari. Kondisi lebih lanjut gangguan ini dapat mengarah ke
agoraphobia, yaitu suatu kondisi kecemasan berada di tempat terbuka karena takut
ditinggalkan, tidak berdaya, atau merasa tidak ada yang menolong bila serangan
panik datang.8
Apabila timbul suatu gangguan atau penyakit pada seorang manusia,
bukan hanya jiwanya yang terganggu (misalnya depresi, imbesilitas, skizofrenia
dan sebagainya), bukan badannya saja yang sakit (misalnya kelainan jantung dan
sebagainya) akan tetapi seluruh manusia itulah yang menderita dan memerlukan
atau mencari pertolongan kepada siapapun yang menurut anggapannya dapat
menolongnya. Dan ia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.2 Sesuai dengan
pandangan holistik, yaitu bahwa manusia itu merupakan makhluk bio-psiko-sosial
yang tidak dapat dipisah-pisahkan juga, maka pandangan holistik dalam
pengobatan berarti bahwa kita senantiasa harus memperhatikan ketiga unsur ini,
bahwa kita mempergunakan atau menggerakkan unsur-unsur somatik, psikologik
dan sosial pasien ataupun masyarakat untuk tujuan terapeutik.2
Sebab itu, pengobatan dalam ilmu kedokteran pada umumnya dapat dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu somatoterapi, psikoterapi, dan manipulasi
lingkungan dan sosioterapi.2 Dengan somatoterapi, kita langsung mempengaruhi
badan (soma) dengan harapan agar manusia sebagai keseluruhan dapat ditolong.
Dengan manipulasi lingkungan (yang tidak “sakit”) yaitu lingkungan fisiknya
(perumahan, cara berpakaian, makanan, cara berpakaian, pekerjaan, dan
3
sebagainya) dan terutama lingkungan sosialnya (keluarga, teman-teman, dan
sebagainya) demi penyembuhannya. Dan bila yang dianggap sakit adalah
(sekelompok) masyarakat, maka pengobatannya disebut sosioterapi.2
Demikian juga dengan psikoterapi, kita berusaha untuk langsung
mempengaruhi jiwa manusia supaya secara keseluruhan pasien itu dapat ditolong.
Pada refarat ini, akan dibahas tentang psikoterapi yang dapat digunakan pada
gangguan panik.2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual atau gangguan perut
8. Perasaan pusing, bergoyang, melayang atau pingsan
9. Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa
diri sendiri)
10. Kehilangan ketakutan kendali atau menjadi gila
11. Rasa takut mati
12. Parestesia (mati rasa atau sensasi geli)
13. Menggiigil atau perasaan panas.1
6
Psikoterapi, dapat diberikan dalam berbagai format, yaitu :
1. Individual : terapi ini hanya melibatkan pasien dan therapist
2. Kelompok : dua atau lebih pasien, dapat berpartisipasi pada waktu terapi
secara bersamaan. Pasien dapat saling berbagi pengalaman, dan saling
memahami perasaan.
3. Keluarga : keluarga merupakan salah satu kunci keberhasilan yang
dapat menmbantu perbaikan kondisi mereka yang menderita gangguan
jiwa.5
7
pengguanaan teknik yang dibakukan untuk relaksasi otot dan membayangkan
situasi yang menimbulkan relaksasi, pasien belajar teknik yang dapat membantu
mereka melewati serangan panik.1
a. Aspek didaktik
Termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias kognitif, skema, dan
logika yang salah. Ahli terapi harus mengemukakan kepada pasien bahwa mereka
akan menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya selama perjalanan
terapi.1
8
b. Teknik kognitif
Pendekatan kognitif terdiri dari empat proses yaitu :
1. Mendapatkan pikiran otomatis
Kognisi yang menghalangi antara peristiwa eksternal dan reaksi emosional
orang terhadap peristiwa.suatu contoh dari pikiran otomatis yaitu keyakinan
bahwa “setiap orang akan menertawakan saya jika mereka mengetahui betapa
buruknya permainan” __suatu pikiran yang terjadi pada seseorang yang
diminta untuk bermain bowling dan berespon secara negative. Pikiran
otomatis juga dinamakan distorsi kognitif.1
2. Menguji pikiran otomatis
Dengan berperan sebagai guru, ahli terapi membantu pasien menguji
keabsahan pikiran otomatis,. Tujuannya adalah untuk mendorong pasien
menolak pikiran otomatis yang tidak akurat dan berlebih-lebihan setelah
pemeriksaan yang cermat.1
3. Mengidentifikasi asumsi maladaptive.
Saat pasien dan ahli terapi terus berusaha mengidentifiksaikan pikiran
otomatis, pola biasanya menjadi tampak. Pola mewakili aturan atau tanggapan
umum yang maladaptive yang menuntun kehidupan pasien. Contoh dari aturan
tersebut yaitu “supaya gembira, saya harus sempurna” dan “jika setiap orang
tidak menyukai saya, saya tidak dicintai.” Aturan tersebut akan menyebabkan
kekecewaan dan kegagalan dan akhirnya depresi.1
4. Menguji keabsahan asumsi maladaptive .
Mirip dengan pengujian keabsahan pikiran otomatis adalah menguji keakuratan
anggapan maladaptive. 1
c. Teknik Perilaku
Teknik perilaku bekerjasama dengan teknik kognitif :teknik perilaku
digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptive dan tidak akurat.
Tujuan keseluruhan teknik adalah utnuk membantu pasien mengerti
ketidakakuratan asumsi kognitifnmya dan mempelajari strategi dan cara baru
menghadapi masalah tersebut.1
9
2.2.2 TERAPI PERILAKU
Ahli terapi perilaku memusatkan pada perilaku yang jelas, menekankan
untuk menghilangkan gejala yang jelas, tanpa memandang pengalaman pribadi
pasien atau konflik dalam diri pasien. Tujuan terapetik ahli terapi perilaku adalah
langsung dan konkrit: menghilangkan kebiasaan atau sikap maladaptive dan
menggantikannya dengan pola perilaku yang baru, sesuai dan tidak menimbulkan
kecemasan. Metode yang terlekat pada terapi perilaku adalah didasarkan pada
keyakinan dasar bahwa perilaku maladaptive dan kecemasan persisten telah
dibiasakan (conditioned) (atau dipelajari); dengan demikian, terapi yang berhasil
terdiri dari berbagai macam bentuk penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau
ditinggalkan yaitu bilamana perilaku buruk telah dipelajari dapat ditinggalkan.1,10
Terapi perilaku didasarkan pada prinsip teori belajar (learning theory)
khususnya, pembiasaan pelaku dan klasik. Terapi perilaku paling sering
digunakan jika diarahkan pada kebiasaan bereaksi yang spesifik dan tergambar
terhadap kecemasan terhadap stimuli yang secara objektif tidak berbahaya.1,10
Pemaparan In Vivo
Pemaparan in vivo digunakan sebagai terapi perilaku primer untuk
gangguan panik. Teknik melibatkan pemaparan yang semakin besar terhadap
stimulus yang ditakuti, dengan berjalannya waktu, pasien mengalami desensitisasi
terhadap pengalaman. Sebelumnya, fokus adalah pada stimuli eksternal; sekarang
ini, teknik telah termasuk pemaparan pasien dengan sensasi internal yang ditakuti
(sebagai contohnya, takipnea dan ketakutan mengalami serangan panik).1
Latihan Pernafasan
Karena hiperventilasi yang bersamaan dengan serangan panik kemungkinan
disertai dengan beberapa gejala, seperti rasa pening dan pingsan, satu pendekatan
langsung untuk mengendalikan serangan panik adalah melatih pasien bagaimana
mengendalikan dorongannya untuk melakukan hiperventilasi.
Setelah latihan tersebut, pasien dapat menggunakan teknik untuk membantu
mengendalikan hiperventilasi selama suatu serangan panik. 1
10
2.2.3 TERAPI PSIKOSOSIAL LAIN
• Terapi Keluarga
Keluarga pasien dngan gangguan panik dan agoraphobia mungkin menjadi
terganggu selama perjalanan gangguan. Terapi keluarga yang diarahkan
untuk mendidik dan mendukung seringkali bermanfaat.1
11
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang tidak diduga
dan spontan yang terdiri atas periode rasa takut intens yang hati-hati dan
bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari smapai hanya sedikit serangan
selama satu tahun, yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan
takipnea karena pasien dengan serangan panik sering kali datang ke klinik medis,
gejala mungkin keliru didiagnosis sebagai suatu kondisi medis yang serius
(sebagai contoh infark miokardium) atau suatu yang dinamakan gejala histerikal.
Frekuensi pasien dengan gangguan panik mengalami serangan panik
adalah bervariasi dan serangan multiple dalamsatu hari sampai hanya beberapa
serangan selama satu tahun. Gangguan panik sering disertai dengan agorafobia,
yaitu ketakutan benda, sendiri di tempat-tempat publik (seperti contoh di
supermarket), khususnya tempat darimana pintu keluar yang cepat akan sulit jika
orang mengalami serangan panik. Agorafobia mungkin merupakan fobia yang
paling mengganggu,karena terjadi agorafobia dapat mengganggu secara bermakna
kemampuan seseorang untuk berfungsi di dalam situasi kerja dan sosial di dalam
rumah.
Gangguan panik dapat diatasi dengan memberikan obat Alprazolam
(xanan) dan paroksetin (Paxil) adalah dua obat yang disetujui U.S Food and Drug
Administration (FDA) untuk terapi gangguan panik. Selain farmakoterapi yang
diberikan diperlukan psikoterapi untuk gangguan panik yaitu terapi kognitif-
behaviour.
Dengan terapi, sebagian besar pasien mengalami perbaikan dramatik pada
gejala gangguan panik dan agoraphobia. Dua terapi yang paling efektif adalah
farmakoterapi dan terapi kognitif- perilaku. Terapi keluarga dan kelompok
mungkin membantu pasien yang menderita dan keluarganya untuk menyesuaikan
dengan kenyataan bahwa pasien menderita gangguan dan dengan kesulitan
psikososial yang telah dicetuskan oleh gangguan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13