Anda di halaman 1dari 71

1

ANALISIS SEMIOTIKA PENDIDIKAN MORAL PADA FILM


PETUALANGAN SHERINA
Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure Pendidikan Moral Pada Film
Petualangan Sherina

Mia Siti Aisyah

102050097

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2014
2

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis salah satu produk jurnalistik,
yaitu film. Peneliti mengambil judul "Analisis Semiotika Pendidikan Moral pada
Film Petualangan Sherina", Analisis Semiotika Ferdinan De Saussure pada Film
Petualangan Sherina karya Riri Riza.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penanda (signifer), petanda
(signified) yang terdapat dalam film Petualangan Sherina. Serta untuk mengetahui
pendidikan moral yang terdapat pada film Petualangan Sherina dan mengacu pada
realitas sosial di dalam masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang merupakan
suatu penelitian yang mendalam. Serta menggunakan teori Semiotika Ferdinan De
Saussure untuk menganalisis makna-makna yang terdapat dalam setiap adegan
dalam film “Petualangan Sherina” dengan mengacu pada teori Konstruksi Realitas
Sosial Peter L Berger dan Luckman.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menarik kesimpulan bahwa dalam
film Petualangan Sherina ini memiliki penanda (signifer) dan petanda (signified)
dalam setiap adegannya. Disamping itu, terdapat pula pendidikan moral yang erat
kaitannya dengan realitas dalam kehidupan masyarakat. Sehingga pesan yang
disampaikan dapat dipahami oleh penonton.
Hal-hal yang ingin peneliti rekomendasikan sebagai masukan yaitu untuk
pada akademisi yang akan menganalisis film, sebaiknya lebih mengutamakan
ketelitian dan mengenali film tersebut, kepada penonton pilihlah film yang
membangun dan memberikan inspirasi, dan untuk pada sineas film ciptakanlah
film-film yang menjadi penyemangat bagi penonton.
3

ABSTRACT

The research have to determine the analysis of one of the journalistic


product, in the movie. Researchers took the title "Analysis of Moral Education in
Film Semiotics Petualangan Sherina", Ferdinand de Saussure's Semiotics
Analysis on Films Petualangan Sherina Beyonce works Riri Riza.
The purpose of this research was to determine (signifer), (signified)
contained in the film Petualangan Sherina. Determine moral education on the film
“Petualangan Sherina” and refers to the social reality in the community.
This research used a qualitative research method which is an in-depth
study. And using the theory of Ferdinand de Saussure's semiotics to analyze the
meanings contained in every scene in the film “Petualangan Sherina” of Beyonce
with reference to the theory Construction of Social Reality Peter L Berger and
Luckman.
Based on the research results, the researchers conclude that in the film
Petualangan Sherina Beyonce has a marker (signifer) and signified (the signified)
in every scene. In addition, there are also moral education is closely related to the
reality of people's lives. So that the message can be understood by the audience.
The things that want to researchers recommend as the input to the
academics who will analyze the movie, should prefer the precision and recognize
the film, the audience choose a film that builds and inspire, and create one for the
film maker who films an encouragement for audience.
4

RINGKESAN
Panalungtikan ieu boga tujuan pikeun nyaho analisis salah sahiji produk
jurnalistik, nyaéta film. Peneliti nyokot judul "Analisis Semiotika Atikan Moral
dina Film Petualangan Sherina", Analisis Semiotika Ferdinan De Saussure dina
Film Petualangan Sherina karya Riri Riza.
Tujuan panalungtikan ieu téh pikeun nyaho tanda (signifer), petanda
(signified) anu aya dina film Petualangan Sherina. Sarta pikeun nyaho atikan
moral anu aya dina film Petualangan Sherina sarta ngarujuk dina realitas sosial di
jero masarakat.
Panalungtikan ieu ngagunakeun padika panalungtikan kualitatif anu
mangrupa hiji panalungtikan anu mendalam. Sarta ngagunakeun teori Semiotika
Ferdinan De Saussure pikeun menganalisis harti-harti anu aya dina saban adegan
dina film “Petualangan Sherina” kalawan ngarujuk dina teori Konstruksi Realitas
Sosial Peter L Berger sarta Luckman.
Dumasar hasil panalungtikan, peneliti metot kacindekan yén dina film
Petualangan Sherina ieu ngabogaan tanda (signifer) sarta petanda (signified) dina
saban adeganana. Digigireun sabeulah éta, aya ogé atikan moral anu pageuh
pakait jeung realitas dina kahirupan masarakat. Ku kituna talatah anu ditepikeun
bisa dipahaman ku panongton.
Hal-hal anu hayang peneliti rekomendasikan minangka masukan nyaéta
pikeun dina akademisi anu baris menganalisis film, leuwih hadé leuwih
ngutamakeun ketelitian sarta mikawanoh film kasebut, ka panongton pilihlah film
anu ngawangun sarta mikeun inspirasi, sarta pikeun dina sineas film ciptakanlah
film-film anu jadi penyemangat pikeun panongton.
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan dasar dan primer manusia.

Komunikasi merupakan sarana interaksi antar manusia yang efektif dinyatakan

berinteraksi jika mereka yang terlibat masing-masing melakukan aksi dan reaksi.

Aksi dan reaksi yang dilakukan oleh manusia disebut tindakan komunikasi.

Tindakan komunikasi menyangkut perasaan, pikiran dan perbuatan manusia.

Komunikasi di lakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari karena

sebagai makhluk sosial manusia memiliki kebutuhan untuk saling berhubungan

satu sama lainnya, dan ini dilakukan melalui komunikasi. Istilah komunikasi

berasal dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang

mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan

sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi

tersebut.

Komunikasi di maksudkan untuk menyampaikan pesan, pengetahuan,

perasaan, dan pengalaman kepada komunikan (penerima) dari komunikator

(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung atau tidak

langsung, dan komunikasi dapat dikatakan efektif bila ada kesamaan makna dan

bahasa yang dipakai oleh komunikator kepada komunikan sehingga apa yang di

inginkan oleh komunikator dapat di mengerti oleh komunikan, serta memberikan

dampak atau effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator.
6

Manusia sebagai mahluk sosial, tidak terlepas sebagai pelaku komunikasi.

Sebagai mahluk sosial, manusia tidak memenuhi segala kebutuhannya sendiri,

namun untuk mengaktualisasikan kebutuhannya itu ia memerlukan cara dengan

berkomunikasi maka manusia dapat menyatu dalam kehidupan sosialnya.

Melalui komunikasi sosial terjadi aktualisasi dari masalah-masalah yang

akan dibahas. Oleh karena itu secara tidak langsung, komunikasi sosial adalah

sekaligus suatu proses sosialisasi. Melalui komunikasi sosial, kelangsungan hidup

sosial seperti, stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru

yang diagungkan oleh masyarakat, dari suatu kelompok sosial akan terjamin.

Hakekat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang

dinyatakan itu adalah pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain yang

menggunakan bahasa verbal maupun non verbal. Pikiran dan perasaan itu

disampaikan oleh komunikator kepada komunikan selalu bersatu padu. Oleh

karena itu dalam komunikasi selalu ada tujuan untuk menjadi satu atau

menyamakan pendapat atau informasi.

Era globalisasi sekarang ini, media komunikasi memberikan kontribusi

signifikan terhadap perubahan dunia. Perkembangan teknologi yang sangat pesat

sehingga komunikasi dapat di lakukan kapan saja dan di mana saja tanpa

hambatan ruang dan waktu terutama dalam mendapatkan suatu informasi yang

sangat penting bagi kehidupan manusia dan memberikan banyak manfaat.

Perkembangan terakhir informasi menjadi sangat penting dalam aspek

keidupan, metode, fasilitas serta perangkatnyapun sudah berkembang sangat baik

demikian modernnya sehingga dapat di gunakan oleh segala bentuk komunikasi


7

baik komunikasi personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Pada

saat ini media massa telah menjadi suatu kebutuhan hampir pada seluruh

masyarkat berbagi lappisan baik pada lapisan atas, tengah, dan bawah. Kebutuhan

tersebut bertambah seiring dengan perkembangan informasi yang sedang

berkembang saat ini.

Pesatnya perkembangan peradaban manusia dewasa ini salah satunya

diakibatkan oleh proses penyampaian informasi yang berjalan begitu lancar. Di

jaman yang serba modern ini segala macam informasi dengan mudah dapat kita

peroleh melalui berbagai media contohnya untuk media non elektronik adalah

koran dan majalah sedangkan media elektronik adalah PC/laptop yang yang

dilengkapi dengan jaringan internet . Tanpa terhalang jarak dan waktu semua

informasi tersebut bisa dengan cepat diterima kapanpun dan dimanapun.

Teknologi dan informasi sangat di butuhkan oleh manusia setiap waktu,

sehingga media massa dan elektronik menjadi suatu media yang sering kali untuk

mendapatkan informasi. Pemberitaan di media massa khususnya televisi,

merupakan suatu sarana menyampaikan berita (pesan) yang paling di minati

masyarakat pada umumnya. Penyampaian pesan yang di sampaikan kepada

penerima pesan (penonton) dengan cara yang lebih menarik yaitu dengan

adannya tampilan audio visual sehingga terasa lebih hidup dan dapat menjangkau

ruang lingkup yang sangat luas, hingga hal ini merupakan salah satu nilai positif

yang di miliki media massa televisi.

Jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi

tentang kejadian dan atau kejadian sehari-hari (pada hakiakatnya dalam bentuk
8

penerangan, penafsiran, dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan

sarana-sarana penting yang ada.

Secara etimologis, jurnalis berasal dari kata journ. Dalam bahasa perancis,

journ berarti catatan atau laporan harian, secara sederhana jurnaistik di artikan

sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari.

Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik

adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui

eksistensinya dengan baik.

Jurnalistik juga mengandung istilah suatu seni dan atau keterampilan

mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi dalam bentuk

berita secara indah agar dapat diminati dan dinikmati, sehingga bermanfaat bagi

segala kebutuhan pergaulan hidup khalayak

Film adalah sebuah industri yang tidak ada habisnya, sebagai media

massa film di gunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan

membentuk realitas. Cerita yang di tayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi

atau non fiksi. Lewat sebuah film informasi dapat di konsumsi dengan lebih

mendalam karena film adalah sebuah audio visual dengan cerita singkat yang di

tampilkan dalam bentuk gambar dan suara yang di kemas sedemikian rupa dengan

permainan kamera, teknik, editing, dan skenario yang ada sehingga membuat

penonton terpesona.

Film menjadi media yang sangat unik karena dengan karakter audio visual

film mampu memberikan pengalaman dan perasaan yang spesial kepada para

penonton atau khalayak. Para penonton dapat merasakan ilusi dimensi parasosial
9

yang lebih ketika menyaksikan gambar-gambar bergerak, berwarna, dan bersuara.

Dengan karakter audio visual ini juga film dapat menjadi media yang mampu

menmbus batas-batas kultural dan sosial.

Film sendiri merupakan gambaran hidup, yang juga sering di sebut movie.

Film secara kolektif sering di sebut sinema. Gambaran hidup adalah bentuk seni,

bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film di hasilkan dengan rekaman dari

orang lain dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera atau

animasi.

Kekuatan dan kemampuan sebuah film menjangkau banyak segmen sosial,

membuat film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak. Film merupakan

dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas yang mewakili realitas dalam arti

sebenarnya. Perkembangan film begitu cepat dan terprediksi, membuat film kini

di sadari sebagai fenomena budaya yang progresif.

Film mempunyai kemampuan untuk mengarahkan dan menuntun

perhatian masyarakat pada peristiwa tertentu. Film berpotensi untuk memasukkan

unsur pendidikan, nilai sosial, pengetahuan sejarah, dan pengetahuan kebudayaan

di dalamnya. Dengan pemasukan unsur – unsur tersebut, dapat membentuk

pemikiran masyarakat yang kritis dan berwawasan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan arus

distribusi informasi begitu cepat berpengaruh pada perubahan paradigma tentang

film. Film sebagai karya seni budaya yang terbentuk berdasarkan kaidah

sinematografi merupakan fenomena kebudayaan. Oleh karena itu, film menjadi

salah satu alternatif media dan model pembelajaran dari hasil proses kreatif para
10

sineas yang memadukanberbagai unsur seperti gagasan, sistem nilai, pandangan

hidup,keindahan, norma, tingkah laku manusia, dan kecanggihan teknologi yang

membawa pesan yang berisi gagasan-gagasan penting yang disampaiakn kepada

masyarakat dalam bentuk tontonan.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi,serta

relasi-relasi tanda dalam penggunaannya di dalam masyarakat.Semiotika

mempelajari relasi diantara komponen-komponen tanda, serta relasi antar

komponen-komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya. Semiotika, yang

berasal dari bahasa Yunani, semion yangberarti tanda (sign), bermula dari kajian

tentang bahasa, dan kemudian berkembang menjadi kajian kebudayaan.

Secara terminologi semiotik dapat di definisikan sebagai ilmu tentang

tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan

kebudayaan itu merupakan bentuk dari tanda-tanda. Semiotik juga mempelajari

sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi, yang memungkinkan anda-tanda

tersebut memiliki arti.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari

jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari kemanusiaan memaknai hal-hal

yang terdapat disekitarnya. Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan

dengan mengkomunikasikan.

Pengrtian diatas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ferdinand de

Saussure yang mendefinisikan semiotika (semiologi) sebagai ilmu yang mengkaji


11

tentang peran tanda sebagai dari kehidupan sosial. Secara implisit dari pengertian

ini menunjukan relasi bahwa bila tanda adalah bagian kehidupan sosial, maka

tanda merupakan bagian dari aturan-aturan yang berlaku.

Ada system tanda (sign system) dan social system yang saing berkaitan,

inilah yang disebut sebagai konvensi sosial (social convention) yang mengatur

tanda secara sosial, yaitu pemilihan, pengkombinasian dan penggunaan tanda-

tanda dengan cara tertentu, sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial.

Menurut Ferdinan de Saussure tanda mempunyai dua identitas, yaitu signifer dan

signified atau wahana tanda dan makna atau penanda dan petanda

(signifer+signified=sign).

Film petualangan sherina merupakan film musikal yang di peruntukan

kepada anak-anak dan mempunyai pesan moral terhadap pendidikan anak-anak .

Peran utama dalam film petualangan sherina ini adalah (Sherina Munaf) Film ini

menceritakan tentang seorang gadis cilik yang cerdik, energik dan senang

menyanyi. Selain itu, Sherina juga merupakan seorang anak yang memiliki rasa

keingintahuan yang besar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya frekuensi ia

bertanya tentang sesuatu hal yang tidak ia pahami kepada orang yang ia anggap

lebih mengerti. Selain itu, sifatnya yang ramah, humoris dan supel membuatnya

gampang menyesuaikan diri dan memperoleh teman – teman baru. Layaknya

keluarga yang sering berpindah tempat, orangtua Sherina, Darmawan (Mathias

Muchus) harus pindah ke Bandung, karena Darmawan diterima bekerja di

keluarga Ardiwilaga (Didi Petet).


12

Sherina pun harus bertemu dengan Sadam (Derby Romero) anak nakal

yang lemah. Sherina dan Sadam, dikelasnya dikenal sebagai dua anak yang saling

bermusuhan. Namun, dasar Sherina yang ingin tau kenapa Sadam bisa nakal

seperti itu, makanya Sherina mau saja berteman dengan Sadam yang notabene

anak dari keluarga Ardiwilaga.

Film petualangan sherina yang rilis pada tahun 2000 dengan alur maju

memberikan banyak pesan moral terhadap anak-anak. Sutradara film ini adalah

Riri riza dengan kesuksesan film petualangan sherina mendapatkan beberapa

penghargaan dalam dunia perfilman tidak hanya penghargaan di indonesia saja

tapi film petualangan sherina mendapatkan beberapa penghargaan dari luar negri.

Banyak respon positif dari penonton yang sudah menonton film

petualangan sherina. Selain bentuk serta penyampaian pesan moral terhadap anak-

anak yang patut di contoh dalam film petualangan sherina memberikan

pengarahan kepada orang tua untuk menanamkan moral-moral terhadap anak nya

untuk membangun serta meningkatkan rasa kepercayaan diri dan saling menolong

satu sama lain.

Menonton sebuah film bukanlah hanya sekedar sebagai hiburan, tapi juga

pembelajaran terhadap suatu hal yang bisa mempengaruhi pola pikir kita. Secara

teori, film adalah alat komunikasi massa yang dapat mempengaruhi orang lain

melalui cerita yang ditampilkan bahkan film juga terbukti mampu menjadi alat

propaganda. Idiologi tertentu dari suatu film muncul dari idiologi pembuat film itu

sendiri (movie maker) karenanya melalui film sang sutradara berusaha


13

menampilkan apa ide, gagasan, pandangan, dan pola pikirnya kepada masyarakat

(penontonnya).

Sangatlah penting bagi masyarakat untuk lebih selektif lagi menerima dan

memahami isi cerita dalam film yang ditonton. Beberapa film Indonesia tidak

kalah memiliki cerita yang luar biasa dan mampu memberikan inspirasi untuk

melihat fenomena yang ditampilkan sebagai pembelajaran yang berharga dalam

menjalani hidup yang lebih baik serta menjadi inspirator yang dapat di

realisasikan dalam kehidupan nyata.

Berangkat dari fenomena tersebut akhirnya peneliti menjadikan film

Petualangan Sherina sebagai objek penelitian. Hal ini di lihat dari banyaknya

tanda dan makna yang terkandung dalam film ini. Makna dan tanda dari symbol

tersebut juga merupakan sesuatu yang sangat dalam untuk kita maknai dari segi

moral. Dengan demikian peneliti berusaha mengangkat fenomena ini dengan

mengambil judul "ANALISIS SEMIOTIKA PENDIDIKAN MORAL PADA

FILM PETUALANGAN SHERINA".

1.2 Identifikasi Penenlitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mengidentifikasi masalaah

yang akan diteliti sebagai berikut:

1) Bagaimana makna penanda (signifier) dan pendidikan moral yang

disampaikan pada film petualangan sherina

2) Bagaimana makna petanda (signified) dan pendidikan moral yang di

sampaikan pada film petualangan sherina


14

3) Bagaimana realitas sosial pada film petualangan sherina

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian

strata satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

Bandung, Prodi Ilmu Komunikasi, pada bidang kajian Jurnalistik dan tujuannya

adalah sebagi berikut:

1) Untuk mengetahui makna penanda (signifier) dan pendidikan moral yang

disampaikan dalam film petualangan sherina

2) Untuk mengetahui makna petanda (signified) dan pendidikan moral yang

di sampaikan dalam film petualangan sherina

3) Untuk mengetahui realitas sosial pada film petualangan sherina

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni

mempunyai sifat teoritis, akan tetapi tidak menolak manfaat praktis yang akan di

dapat dalam penelitian untuk memecahkan suatu masalah. Kegunaan dari

penelitian ini adalah:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini memberikan manfaat terhadap pengaplikasian teori

semiotika karena peneliti akan meneliti suatu fenomena yang sedang terjadi di
15

dalam sebuah masyarakat. Penelitian ini dapat mengukuhkan pandangan dalam

input ilmu sosial lainnya. Serta sebagai pengembang ilmu komunikasi khususnya

mengenai bidang kajian jurnalistik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian bermanfaat bagi pembinaan pengetahuan dan kepekaan

mahasiswa dan menjadi sebuah parameter tentang perubahan kehidupan

masyarakat dengan meneliti segi-segi interaksi sosial, serta dapat penambahan

wawasan mengenai analisis fenomena kritik sosial secara kritis dalam kajian

analisis semiotika. Oleh karena itu ingin mencoba membuktikan bahwa sebuah

film dapat memberikan pesan berupa simbol-simbol.

1.5 Konstruksi Sosial dan Realitas

Penelitian ini menggunakan teori kontruksi realitas sebagai landasan dasar

untuk menelaah fenomena yang terjadi di dalam sebuah masyarakat. Istilah

konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) didefinisikan sebagai

proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara

terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Gagasan konstruktivisme pada aliran filsafat telah muncul sejak Socrates

menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan id.

Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan

istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. Ia

mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus


16

dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah fakta. Aristoteles

pulalah yang telah memperkenalkan ucapannya 'Cogito ergo sum' yang berarti

"saya berfikir karena itu saya ada". Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu

menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme

sampai saat ini.

Asal usul kostruksi sosial dan filsafat kontruktivisme yang di mulai dari

gagasan-gagasan kostruktif kognitif. Menurut Von Glaserfeld, pengertian

konstruksi kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara

luas di perdalam dan di sebarkan oleh Jean Piaget. Namun, apabila di telusuri,

sebenarnya gagasan-gagasan pokkok konstuktivisme sebenarnya telah di mulai

oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari italia, ia adalah cikal bakal

konstruktivisme.

Gagasan konstruktivisme telah muncul sejak sokrates menemukan jiwa

dalam tubuh manusia, sejak plato menemukan akal budi dan ide dalam filsafat.

Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan

istilah, informasi, relasi, individu, substansi, materi, assensi dan sebagainya. Ia

mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus di

uktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika dan dasar

pengetahuan adalah fakta.

Realitas sosial dengan memisahkan pemahaman 'kenyataan


dan pengetahuan'. Realitas diartikan sebagai kualitas yang
terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai
memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada
kehendak kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan sebagai
17

kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan


memiliki karakteristik yang spesifik. (2008:14)

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan

Luckman telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media massa

menjadi sangat substansi dalam proses eksternalisasi, subyektivasi, dan

internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai "konstruksi sosial media

massa". Substansi dari konstruksi sosial media massa ini adalah pada sirkulasi

informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan

sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga

membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung

sinis.

Bahasa merupakan instrument yang tidak dapat dilepaskan dalam

konstruksi realitas. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan instrument pokok

dalam menceritakan sebuah realitas. Bahasa juga dijadikan sebagai alat

konseptualisasi dan alat narasi. Oleh karena iti bahsa disini tidak selalu diartikan

sebagai bahasa verbal, akan tetapi keseluruhan bahasa baik verbal maupun non

verbal.

Konstruksi sosial akan membentuk sebuah pemahaman yang menyluruh

dan akhirnya akan menjadi sebuah konstruksi realitas. Dalam pertautannya

dengan penelitian ini konstruksi realitas akan memjembatani bagaimana fenomena

wacana pendidikan moral pada film Petualangan Sherina terbentuk dan bagaimana
18

khalayak akan menerimanya sebagai pemahaman serta menyikapinya di luar

dirinya.

1.6 Analisis Semiotika Ferdinan Dee Saussure

Penelitian ini menggunakan landasan teori semiotika komunikasi.

Semiotik (semiotic) adalah teori tentang pemberian 'tanda'. Secara garis besar

semiotik digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotik pragmatik

(semiotic pragmatic), semiotik sintatik (semiotic syntactic), dan semiotik semantik

(semiotic semantic).

Teori semiotik yang peneliti pakai adalah teori dari Ferdinan De Saussure

(1857-1913). Dalam teori ini smeiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu

penanda (signifer) dan petanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud

fisik dapat dikenal melelui wujud karya arsitektur, eksisitensi Saussure adalah

relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan

signifikasi.

Semiotika signifikasi adalah sisstem tanda yang mempelajari relasi

elelmen anda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.

Kespakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut

Saussure, tanda terdiri dari : Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau

penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified

atau petanda.
19

Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan

sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penenda adalah “bunyi yang

bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material

dari bahasa : apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.

Tanda terdapat dimana-mana : 'kata' adalah tanda, demikian pula gerak

isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur

film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda.

Segala sesuatu dapat menjadi tanda.

Bartens yang dikutip Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi

mengatakan : Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi

petanda adalah aspek mental dari bahasa (2001 : 180). Yang mesti

diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsur tadi

tidak bisa dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi : penanda atau

petanda ; signifier atau signified atau sinnife.

Saussure yang dikutip Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi

menjelaskan:

Seuatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa itu tidak


merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin
disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda ; petanda
atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan
demmikian merupakan suatu faktor linguisik. “penanda dan
petanda merupakan kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai
kertas”.(2003:46)
20

Definisi bisa mengartikan semiotika sebagai ilmu yang mengkaji tanda-

tanda, yakni sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas

tertentu sebagai sesuatu yang bermakna. Tanda-tanda adalah segala sesuatu yang

digunakan dalam upaya mencari jalan di dunia ini, di tengah manusia dan

bersama-sama manusia. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari

kemanusiaan memaknai hal-hal yang terdapat disekitarnya.

Tanpa sadar dalam kehidupan sehari-hari kita telah mempraktekkan

semiotika atau semiologi dalam komunikasi. Misalkan saja ketika kita melihat

lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah maka otomatis kita

menghentikan kendaraan kita, dan kita memaknai lampu hijau artinya jalan. Atau

pada rambu-rambu lalu lintas tanda P dicoret maka kita tahu bahwa kita tidak

boleh memarkirkan kendaraan di lokasi tersebut. Ketika kita memaknai tanda P

dicoret itu, kita telah berkomunikasi, kita telah melakukan proses pemaknaan

terhadap tanda (sign) tersebut.

Gambar dan bahasa dapat memeberikan tanda-tanda yang dapat dimaknai

dan tidak hanya sebagai alat penyimpan pesan. Dengan tanda-tanda kita dapat

mencari keteraturan di tengah-tengah dunia yang cntang-perentang ini, setidaknya

agar kita mempunyai sedikit pegangan. Terkadang orang-orang banyak yang tidak

mempu membaca sebuah tanda, dan hanya terpaku pada sebuah kata yang

tercermmin dalam kehidupan sehari-hari.

Saussure yang dikutip Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi

menjelaskan:
21

Bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Suara-suara,


baik suara manusia, binatang, atau bunyi-bunyian, hanya
bisa dikatakan sebagai bahsa atau berfungsi sebagai bahasa
bagaimana suara atau bunyi tersebut mengekspresikan,
menyatakan, atau menyampaikan ide-ide, pengertian-
pengertian tertentu. Untuk itu suara-suara tersebut
merupakan bagian dari sebuah sistem konvensi, sistem
kesepakatan dan merupakan bagian dari sebuah sistem tanda.
(2003:46).

Bahasa adalah sebuah sistem yang dibentuk oleh sejumlah komponen yang

berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-

lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut

makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki dan menyatakan

suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran

bahasa memiliki makna.

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat. Bahasa juga

menunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi

masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan

sehingga mampu menyesuaikan dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat.

Selain itu, fungsi bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan

juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan dapat melambangkan tingkah laku

seseorang yang mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi untuk

menentukan nilai, makna, dan pengertian dalam suatu masyarakat.

Ada lima pandangan Sausure yang menjadi peletak dasar dari

strukturalisme Levi-Strauss, yaitu pandangan tentang (1) signifer (penanda) dan

signified (petanda), (2) Form (bentuk) dan Content (isi), (3) Langue (bahsa) dan
22

Parole (tuturan,ujaran), (4) Synchronic (sinkronik) dan Diachronic (diakronik),

serta (5) Syntagmatic (sintagmatik) Associative (paradigmatik).

Saussure yang di kutip Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi

menjelaskan:

Dengan ini de Saussure berusaha melihat tanda sebabai


sebuah ketentuan antara dua entitas mental yang terdiri atas
signifieant (signifier atau petanda), yaitu image acoustique
atau cerita bunyi, dan signifie (signified atau petanda), yang
disebutnya sebagai konsep (1973:146).
Misalnya citra bunyi kupu-kupu merupakan penanda yang petandanya

adalah “konsep tentang kupu-kupu”. Asosiasi antara citra bunyi dan kosep

dapat dilihat dalam gambar berikut.

Gambar 1.1

Konsep

Cara bunyi
kupu kupu

Contoh konsep tanda de Saussure

(Sumber De Saussure 1973: 147)

Saussure membedakan tuiga istilah dalam bahasa perancis : Langange,

langue (sistem bahasa) dan parole (kegiatan ujaran). Langange mengacu kepada
23

bahasa pada umumnya yang terdiri atas langue dan parole (Bartens, 2001:181-182;

Alwasilah, 1998;77).

Langue dan parole. Saussure dianggap cukup penting oleh Recoeur karena

ialah yang meletakan dasar perbedaan antara Langue dan Parole (Recoeur,

1976:2-3) objek itu tidak tergantung dari materi tanda yang membentuknya dan

disebut Langue. Disamping itu, terdapat Parole yang mencakup bagian bahasa

yang sepenuhnya bersifat individual (bunyi,realisasi aturan-aturan, dan kombinasi

tanda-tanda yang terjadi sewaktu-waktu).

Istilah konstruksi sosial atas realitas sosial (social constructions of reality)

menjadi terkenal sejak dipekenalkan oleh Peter L. Berger Luckman melalui

bukunya yang berjudul The Social Constructions of Reality : A Treatise inthe

Sociological of Knowledge (1996). Ia menggambarkan proses sosial melalui

tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus

realitsa yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Teori konstuksi sosial atas realitas sendiri berpandangan bahwa

masyarakat yang memiliki kesamaan budaya akan memiliki pertukaran makan

yang berlangsung secara terus menerus. Secra umum, setiap hal memiliki makna

yang sama bagi orang-orang yang memiliki kultur yang sama. Tanda larangan

berhenti di jalan misalnya, memiliki makna yang akan sama bagi setiap orang.

Berger dan Lukcman yang dikutip dalam buku Teori Komunikasi

Massa menyebutkan bahwa:


24

Tanda larangan itu memiliki simbol makna yang objektif


karea orang kerap menginterprestasikan secra biasa-biasa
saja. Namun ada beberapa hal lainnya yang merupakan
makna subjektif, hal ini disebut dengan tanda.(2010:135)

Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat

cultural education atau pendidikan budaya. Meski pada awalnya film diperlakukan

sebagai komoditi yang diperjual-belikan sebagai media hiburan, namun pada

perkembangannya film juga kerap digunakan sebagai media propaganda, alat

penerangan bahkan pendidikan. Dengan demikian film juga efektif untuk

menyampaikan nilai-nilai budaya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan arus

distribusi informasi begitu cepat berpengaruh pada perubahan paradigma tentang

film. Film bukan hanya sebagai media hiburan dan alat propaganda politik saja,

tapi memiliki perankultural dan pendidikan. Sedangkan posisi film dalam bidang

pendidikan adalah sebagai media edukatif dan media untuk pembelajaran

Sebuah film memiliki pengaruh yang besar dan efektif sebagai media

pembelajaran dalam rangka menanamkan nilai-nilai luhur, pesan moral,

pendidikan,unsur didaktif. Itulah sebabnya film mempunyai fungsi pendidikan,

hiburan,informasi, dan pendorong tumbuhnya industri kreatif lainnya.

Sebuah film terdapat sejumlah tanda dan makna untuk mengemukakan dan

menemukan makna di balik setiap tanda dalam setiap scenenya. Oleh karena itu

peneliti menggunakan analisis semiotika Ferdinan De Saussure dalam penelitian

ini.
25

Bagan Kerangka Pemikiran Pada Film Petualangan Sherina

Analisis Semiotika Pendidikan Moral


Pada Film Petualangan Sherina

Teori Konstruksi Sosial Atas Realitas


Sosial Peter L Berger
26

Model Analisis Ferdinan De Saussure

Penanda (signifer) Petanda (signified)

Bunyi-bunyian dan Konsep dari Bunyi-


Gambar bunyian dan Gambar

Realitas Sosial

(Pendidikan Moral)

Sumber : Olahan Penelitian 2014

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggirsnya yaitu Communication berasal

dari kata latin yaitu Communicatus dan bersumber dari katra Communis yang berarti

sama, disini maksudnya adalah sama dalam pemaknaannya. Kesamaan bahasa yang

digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Jadi,
27

apabila dua orang atau lebih terlibat komunikasi misalnya dalam bentuk percakapan,

maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai

apa saja yang mereka perbincangkan.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat

dalam proses komunikasi adalah manusia.

Hakikatnya komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia, yang

dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam istilah komunikasi pernyataan tadi

disebut pesan, orang yang menyampaikan pesan tersebut disebut komunikator dan orang

yang menerima pesan dari komunikator disebut dengan komunikan.

Komunikan bukan sekedar penerusan informasi dari suatu sumber kepada

masyarakat luas, ia lebih mudah dipahami sebagai penciptaan kembali gagasan-gagasan

informasi oleh masyarakat jika diberikan petunjuk symbol, slogan atau tema pokok

Melalui symbol, diucapkan atau tidak dituliskan atau tidak, orang bertukar atau berbagi

citra dan dengan berbuat demikian, menciptakan makna-makna baru.

Pendapat Hovland yang dikutip Effendy dalam bukunya Komunikasi Teori dan

Praktek, menjelaskan bahwa Ilmu Komunikasi adalah : Upaya yang sistematis

merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan

pendapat dan sikap.(2005:10)

Definisi Hovland diatas menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu

komunikasi bukan saja menyampaikan informasi, melainkan juga pembentukan pendapat

umum (Public Opinion).


28

Banyak sekali pemahaman tentang komunikasi karena komunikasi merupakan

sebuah wujud yang ada di masyarakat. Semua orang melakukan kegiatan komunikasi

untuk memahami apa yang harus mereka pahami dalam kehidupan. Laswell dalam

karyanya The Structure Function of Communication in Society mengatakan kalau cara

yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pernyataan-

pernyataan berikut : Who, Says, In Which Channel, To Whom, With What Effect atau

kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah siapa, mengatakan apa, dengan saluran

apa, kepada siapa, dengan pengaruh bagaimana.

Berdasarkan definisi Laswell, dapat ditarik kesimpulan kalau komunikasi

membutuhkan lima komponen yang antara satu sama lainnya saling ketergantungan.

Pertama, sumber atau sering disebut juga pengirim, pembicara atau komunikator.

Komponen kedua adalah pesan atau sesuatu yang dikomunikasikan oleh sumber

kepada penerima. Ketiga, media atau saluran dan sarana yang digunakan oleh sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Keempat, penerima pesan atau biasa

yang disebut pendengar khalayak atau komunikan. Kelima, efek yang terjadi setelah

penerima menerima pesan dari sumber.

Menurut Belerson dan Stainer yang di kutip oleh Effendi dalam bukunya

Komunikasi Teori dan Praktek, mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi


keterampilan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang,
kata-kata, gambar, bilangan, grafik dan lain-lain. Kegiatan atau
proses penyampainlah yang biasanya di namakan komunikas.

Dari berbagai sumber dapat dipahami bahwa inti dari sebuah komunikasi adalah

adanya komunikator (penyampai pesan), pesan (informasi yang disampaikan) dan

komunikan (penerima pesan) juga timbal balik (feedback). Sedangkan, pengertian

komunikasi secara sederhana adalah proses penyampaian pesan dari penyampai pesan
29

(komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) sehingga terjadi timbal balik

(feedback).

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan

secara efektif Berelson dan Steiner yang dikutip Mulyana dalam bukunya Ilmu

Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan:

Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,


keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-
simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.
Tindakan dan proses transmisi itulah yang biasanya disebut
komunikasi. (2001:62).

Penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwa komunikasi itu tidak hanya berupa

ucapan saja (verbal) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melainkan

juga bisa berupa transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan juga bisa

menggunakan simbol-simbol yang ada pada kehidupan sehari-hari (non vervbal).

2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi menurut Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a. Proses komunikasi secara primer


Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa,isyarat,
gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
"menerjemahkan" pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak
dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya
bahasalah yang mampu "menerjemahkan" pikiran seseorang
terhadap orang lain.

b. Proses komunikasi secara sekunder


30

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian


pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat
atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua
dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai
sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya
banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi,
film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam
komunikasi. Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder
itu menggunakan media yang dapat dikalsifikasikan sebagai media
massa (surat kabar, televisi, radio, dsb) dan media nirmassa atau
nonmassa (telepon, surat, megapon dsb).(1994:11-19).

Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

menggunakan lambang (symbol) baik verbal maupun non verbal, dan

komunikasi dapat di berlangsung meskipun komunikator berada di tempat yang

jauh namun bisa di konsumsi oleh khalayak, karena menggunakan media

massa dan media nirmassa.

2.1.3 Konseptual Komunikasi

Menurut Mulyana dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi

Suatu Pengantar mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam

tiga konseptual yaitu :

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.


Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan
searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang
(sekelompok orang) lainnya, baim secara langsung (tatap
muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat
kabar, majalah, radio, atau televisi.

2. Komunikasi sebagai interaksi.


Pendangan ini menyertakan komunikasi dengan suatu proses
sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian.
Seseorang menyamapaikan pesan, baik verbal atau non
verbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban
verbal ataupun non verbal, kemudian orang pertama bereaksi
31

lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang ke


dua, dan begitu seterusnya.

3. Komunikasi sebagai interaksi


Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
yang dinamis secara sinambungan mengubah pihak-pihak
yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka
orang-orang yang berkomunikasi di anggap sebagai
komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan
pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau
pesan non verbal. (2005:61-69).

Tiga konseptual komunikasi diatas menjlaskan bahwa komunikasi

terjalin dengan sendirinya, semua itu ada sebab akibatnya, baik itu pesan

verbal mauoun non verbal sehingga setiap saat mereka bisa bertukar pesan.

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Gorden yang dikutip oleh Muyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi

Suatu Pengantar mengkategorikan fungsi komunikasi

1. Sebagai komunikasi sosial


Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk
membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk
hubungan dengan orang lain, melalui komunikasi kita
bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga,
kelompok negara secra keseluruhan) untuk mencapai tujuan
bersama.

2. Sebagai komunikasi ekspektif


Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-
perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaaan
sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prih,
periatin, mara dan benci dapat disamaikan secara lebih
ekspresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukan
kasih sayangnya dengan membelai kepala ankanya. Orang
32

dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat,


mengepalkan tangan seraya melotoykan matanya,
mahasiswa memproses kebijakan penguasa negara atau
penguasa kampus dengan melakukan demonstrasi.

3. Sebgai komunikasi ritual


Suatu komunitas sering melakukan uoacara-upacara
berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang
disebut para antropologi sebagai rites of passage, muali dari
upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,
siraman, pernikahan dan lain-lain. Dalam acara-acara itu
orang mengucakan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu
yang bersifat simbolik. Mereka yang berpartisipasi dalam
bentuk komuniasi ritual tersebut menegaskankembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa,
ideologi, atau agama mereka.

4. Sebagai komunikasi instrumental


Komunikasi instrumental mempunyai bebrapa tujuan umum,
yaitu : menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap, menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Sebagi
instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk
menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut. (2005:5-30)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa ada empat fungsi komunikasi,

dimana komunikasi sangat penting dilakukan untuk membangun konsep diri

dan cara bersosialisai dengan masyarakat luas.

2.2 KOMUNIKASI MASSA

2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi berasal dari bahasa inggris, mass communication yang artinya

komunikasi yang menggunakan media mass atau komunikasi yang mass mediated.

Komunikasi diartikan sebagai saluran, Mass mengandung pengertian orang


33

banyak. Mereka tidak harus berada di satu tempat yang sama namun tersebar di

lokasi yang berjauhan namun dapat mendapatkan informasi secara bersamaan.

Ardianto dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar

memberikan pengertian bahwa komunikasi massa adalah:

Pengertian komunikasi massa pada satu sisi adalah proses


dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan
kepada publik secara luas dan pada sisi lain diartikan sebagai
bentuk komunikasi yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak
yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak
maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat. (2005:31)

Pernyataan di atas menunjukan bahwa komunikasi massa merupakan proses

dimana suatu organisasi menyebarkan dan memproduksi informasi kepada khalayak yang

tersebar dimana saja melalui media cetak atau pun media elekttronik sehingga dapat

diterima secara serentak dan sesaat.

Komunikasi massa (mass communication) dikemukakan oleh Effendy dalam

bukunya Ilmu Teori dan Failsafat Komunikasi adalah:

Komunikasi melalui media massa modern. yang meliputi surat


kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan
televisi ditunjukkan kepada umum, dan film yang
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.(1993:79).

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa komunikasi massa ditunjukan kepadaa

khalayak umum yang dapat berlangsung melalui media modern seperti siaran radio, surat

kabar, televisi dan film. Semua media massa modern tersebut merupakan alat

penyampaian informasi yang sangat sesuai dengan peranan media massa modern saat ini,

yaitu mampu untuk melakukan proses komunikasi massa dan memberikan manfaat bagi

khalayak luas.
34

Sesuai dengan perkembangan komunikasi, media massa pun semakin canggih

dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih besar terutama dalam menjangkau

komunikan. Berbagai informasi dapat disampaikan melalui media cetak maupun

elektronik seperti koran, majalan, radio, televisi, film maupun internet sehingga memiliki

jangkauan yang luas bagi khalayak. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada orang

yang terlepas dari terpaan media massa.

Sedangkan dalam buku Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat karya Widjadja,

Komunikasi massa di definisikan : “komunikasi yang di tunjukan kepada massa.”

(1993:93). Dalam buku Ilmu Komunikasi Dan Teori Praktek karangan Effendi

komunikasi massa memiliki pengertian yaitu: “Komunikasi yang menggunakan media

massa.” (1984:20).

Dari beberapa penegertian atau definisi mengenai komunikasi massa terlihat

bahwa inti dari proses komunikan ini adalah media massa sebagai salurannya untuk

menyampaikan pesan kepada komunikan untuk mencapai tujuan tertentu. Media dalam

komunikasi massa terdiri dari media elektronik yakni televisi dan radio serta media cetak

yakni, surat kabar, majalah dan tabloid.

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Effendy yang dikutip Ardianto dalam bukunya Komunikasi Massa

Suatu Pengantar, terdapat tiga fungsi komunikasi massa secara umum, yaitu:

1. Fungsi Informasi
Fungsi informasi ini diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar dan pemirsa.
Berbagai informasi dibutuhkan khalyak media massa yang
bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi
khalayaknya (mass education). Karena media massa
35

banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah


satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah
melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang
berlaku bagi pemirsa atau pembaca..
3. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit
terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan artikel dan
sebagainya. (2007:18-19)

Selain fungsi komunikasi massa yang diungkapkan Effendy, terdapat pula fungsi

komunikasi massa secara khusus menurut DeVito yang dikutip Ardianto dalam bukunya

Komunikasi Massa Suatu Pengantar, yaitu:

1. Fungsi Meyakinkan (to persuade)


Fungsi meyakinkan atau persuasi bisa datang dalam bentuk:
a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau
nilai seseorang;
b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang;
c. Menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu;dan
d. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai
tertentu.
2. Fungsi Menganugerahkan Sesuatu Penganugerahan
sesuatu terjadi apabila berita yang disebarluaskan
melaporkam kegiatan individu-individu tertentu sehingga
prestise(gengsi) mereka meningkat.
3. Fungsi Membius
Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi
tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu
harus diambil.
4. Fungsi Mencipatakan Rasa Kebersatuan
5. Fungsi Privatisasi
Privatisasi adalah kecenderungan bagi seseorang untuk
menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke
dalam dunianya sendiri.
(2007:20-24).

Dilihat dari fungsi-fungsi komunikasi massa tersebut, dapat disimpulkan bahwa

media massa baik cetak maupun elektronik dapat menimbulkan dampak yang bermacam-

macam. Dampak tersebut tentu sesuai dengan persepsi khalayak dalam menerima

informasi yang disajikan media massa, sehingga dapat bersifat positif maupun negatif.
36

Jenis media massa yang digunakan pun menentukan seberapa besar fungsi-fungsi

tersebut dapat memperngaruhi khalayak. Melihat realita dilapangan media televisi dan

internet ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku khalayak. Oleh

karena itu, masyarakat yang berperan sebagai komunikan dituntut untuk lebih teliti

menerima informasi yang disajikan media massa.

Manfaat yang begitu besar dari komunikasi massa harusnya patut kita syukuri

mungkin, agar dengan komunikasi massa ini interaksi antar masyarakat satu bangsa bisa

terjalin dengan baik sesuai dengan tujuan dari komunikasi massa itu sendiri.

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa untuk Masyarakat.

McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa yang menyatakan bahwa

fungsi komunikasi massa untuk masyarakat meliputi:

1. Informasi:
a. Menyediakan infromasi tentang perisitiwa dan kondisi
dalam mesyarakat dan dunia.
b. Menunjukan hubungan kekuasaan.
c. Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan
2. Korelasi:
a. Menjelaskan, menfsirkan, mengomentari makna
peristiwa dan informasi.
b. Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan.
Melkukan sosialisasi.
c. Mengkoordinasi bebrapa kegiatan. Membentuk
kesepakatan.
d. Menentukan urutan perioritas dan memberikan status.
3. Kesinambungan:
a. Mempersiapkan budaya dominan dan mengakui
keberadaan kebudayaan khusus (subcculture) serta
perkembangan budaya baru.
b. Meningkatkan dan melestariakn nilai-nilai.
4. Hiburan:
a. Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana
relaksasi.
b. Meredakan ketegangan.
5. Mobilisasi.
37

Mengkapanyekan tujuan masyarakat dalam bidang


politik, perang pemebangunan ekonomi, pekerjaan dan
kadang kala juga dalam bidang agama. (2001: 10).

Segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat baik itu informasi

ataupun peristiwa, yang disampaikan harus penting dan layak untuk di ketahui

karena hak ini menyangkut kepentingan umum dan individu dalam komunikasi

massa.

2.2.4 Fungsi Komunikasi Massa untuk Individu

Sean MacBride dalam buku Pengantar Ilmu Komunikas menyatakan

fungsi komunikasi massa untuk individu meliputi:

a. Informasi; yakni kegiatan untuk mengumpulkan,


menyimopan data, fakta dan pesan, opini dan komentar,
sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjading me di
luar dirinya apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional
atau internasional.
b. Sosialisasi; yakni menyediakan dan mengajrkan ilmu
pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang
ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara
efektif.
c. Motivasi; yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan
orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar lewat
media massa.
d. Bahan diskusi; menyediakan informasi sebgau bahan diskusi
untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat
mengenai hal-hal yang menyagkut orang banyak.
e. Pendidikan; yakni membuka kesempatan untuk memperoleh
pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formaldi
sekolah maupun untuk di luar sekolah. Juga meningkatkan
kualitas penyajian materi yang baik, menarik, dan
mengesankan.
f. Memajukan kebudayaan; media massa menyebarluaskan
hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran
radio dan televisi, ataukah bahkan tercetak seprti buku
penerbitan-penerbitan lainnya. Pertukaran ini akan
memungkinkan peningkatan daya kreativitas guna
memajukan kebudayaan nasional masing-masing negara,
serta mempertinggi kerja sama hubungan antar negara.
38

g. Hiburan; media massa telah menyita banyak waktu luang


untuk semua golongan usia dengan difungsikannya sebagai
alat hiburan dalam rumah tangga. Sifat estetika yang
dituangkan dalam bentuk lagu, lirik, dan bunyi maupun
gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi menikmati
hiburan seperti halnya keutuhan pokok lainnya.
h. Integrasi; banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh
kepentinngan-kepentingan tertentu kerena perbedaan etnis
dan ras. Kominikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk
menjembatani perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan
memperkokoh bangsa.

Pernyataan diatas dapat menunjukan bahwa komunikasi massa adalah

komunikasi yang berlangsung secara satu arah, media massa saluran komunikasi

merupakan lembaga, bersifat umum dan sasarannya pun beraneka ragam.

2.3 JURNALISTIK

2.3.1 Pengertian Jurnalistik

Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa

perancis journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik

diartikan sebagai kegiatan yang erhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap

hari. Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa.

Jurnalistik adalah kegiatan yang memugkinkan pers atau media massa bekerja dan di

akui eksistensinya dengan baik.

Dalam kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk meyiapkan,

mengedit dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.

(Assegaf, 1983:9)

Amar yang dikutip oleh Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia,

mengaatakan bahwa:
39

Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan


menyebarkan berita kepada khgalayak seluas-luasnya dengan
secepat-cepatnya. (1984:30)

Pengertian diatas dapat di katakan bahwa jurnalistik adalah sebuah proses

pencarian berita sampai berita tersebut disebar luaskan kepada khalayak dengan

menggunakan sebuah media berkala. Suhandang dalam buku Pengantar

Jurnalistik, Seputar Organisasi, dan Kode Etik memberikan pengertian

jurnalistik sebagai berikut:

Jurnalistik adalah seni dan keterampialm mencari,


mengumpulkan, mengolah menyusun, dan menyajikan berita
tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam
rangka memenuhi segala kebutuhan hatu nurani khalayaknya,
sehingga terjadi peruahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku
khalaak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya (2004:21)

Setiap bentuk jurnalistik memiliki ciri dan kekhasannya masing-masing. Ciri dan

kekhasannya itu antara lain terletak pada aspek filosofi penerbitan, dinamika teknis

persiapan dan pengelolaan, serta asumsi dampak yang ditimbulkan terhadap khalayak

pembaca, pendengar, atau pemirsa.

Jurnalistik identik dengan pers adapun hubungan diantara keduanya adalah

bahwa pers merupakan lembaga yang menjalankan kegiatan jurnalistik. Seperti yang

dikemukakan oleh Effendy dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi:

Pers adalah lembaga, badan atau organisasi yang menyebarkan


berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan
jurnalistik dapat diibaratkan seperti jiwa dan raga, pers adalah
aspek raga karena ia berwujud konkret, nyata. Oleh karena itu,
ia dapat diberi nama, sedangkan jurnalisitk adalah aspek jiwa.
Karena ia abstrak, merupakan kegiatan, daya hidup,
menghidupi aspek pers. (2003:90)
40

Berdasarkan pengertian pers diatas, antara pers dan jurnalistik adalah merupakan

sebuah kesatuan yang tidak dapat terpisahkan karena akan saling mengisi satu dengan

yang lainnya. Maka dari itu, pers dan jurnalistik meruppakan dwitunggal. Pers

tidak mungkin bisa beroprasi tanpa jurnalistik. Sebaliknya, jurnalistik tidak akan

mungkin mewujudkan suatu karya bernama berita tanpa adanya pers.

Peristiwa besar maupun kecil, tindakan organisasi maupun pendapat

individu, asa itu dapat menarik massa pembaca, pendengar, ataupun pemirsa akan

menjadi dasar jurnalistik untuk kemudian di olah menjadi berita yang

disebarlauskan kepada masyarakat. Lebih lanjut lagi peristiwa akan menjadi berita

apabila mempunyai kepentingan bagi masyarakat.

Wahyudi dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan

Televisi. menjelaskan bahwa:

Ilmu jurnalistik adalah salah satu ilmu terapan (applied


science) dari ilmu komunikasi, yang mempelajari
keterampilan seseorang dalam mencari, mengumpulkan,
menyeleksi, dan mengolah informasi yang mengandung nilai
berita menjadi karya jurnalistik, serta menyajikan kepada
khalayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun
elektronik. (1996:1)

Pengetian diatas menyatakan bahwa kegiatan pencarian, pengumpulan,

penyeleksian dan pengelolaan informasi yang mengandung nilai berita adalah suatu karya

jurnalistik. Dalan penyajiannya kepada masyarakat melalui media massa periodik cetak

maupun elektronik. Selain itu, dalam kegiatan jurnalistik dituntut adanya kecepatan

dalam pencarian, pengelolaan dan penyampaian informasi yang seluas-luasnya dengan

ketepatan berita disertai dengan kelengkapan data dan fakta berita tersebut.

2.3.2 Jenis-Jenis Jurnalistik


41

Menurut Romli dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Praktis menjelaskan

bahwa jenis-jenis jurnalistik meliputi:

1. Jazz journalism, yaitu jurnalistik yang mengacu pada


pemberitaan hal-hal sensasional, menggemparkan atau
menggegerkan.
2. Adversary journalism, yaitu jurnalistik yang membawa misi
pertentangan, yakni beritanya sering menentang kebijakan
pemerintah atau penguasa.
3. Govermet-say-so-journalism, yaitu jurnalistik yang memberitakan
apa saja yang disiarkan pemerintan layaknya koran pemerintah.
4. Checkbook journalism, yaitu jurnalistik untuk memperoleh bahan
berita harus memberi uang pada sumber berita.
5. Alcohol journalism, yaitu jurnalistik untuk liberal yang tidak
menghargai urusan pribadi seseorang atau lembaga.
6. Crusade journalis, yaitu jurnalistik yang memperjuangkan nilai-
nilai tertentu
7. Elektronik journalism, yaitu pengetahuan tentang berita-berita
yang disiarkan melalui media massa modern seperti televisi, film,
radio, kaset dan sebagainya.
8. Junket journalism, (journalistik foya foya, yaitu penulis jurnalistik
yang tercela, yakni wartawan yang mengadakan perjalanan
jurnalistik atas biaya dan perjalanan yang diongkosi di
pengundang
9. Gutter journalism, yaitu teknik jurnalis yang lebih menonjolkan
pemberitaan tentang seks dan kejahatan.
10. Gossip journalism (jurnalistik kasak-kusuk), yaitu jurnalistik
yang lebih menekankan pada berita kasak-kusuk dan isu
kebenarannya masaih sangat diragukan.
11. Development journalism (jurnalistik pembangunan), yaitu
jurnalistik yang mengutamkan peranan pers dalam rangka
pembangunan nasional negara dan bangsanya. (2003:101)

Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja

dan diakui eksistensinyan dengan baik. Dalam kamus, jurnalistik diartikan sebagai

kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah atau

berkala lainnya.

2.3.3 Bentuk-Bentuk Jurnalistik


42

Jurnalistik dibagi menjadi tiga bagian besar dilihat dari segi bentuk dan

pengelolaannya menurut Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia adalah

sebagai berikut:

1. Jurnalistik Media Cetak (newspapaer and magazine journalism).


Yaitu dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal dan visual.
Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan
menyusun kata dalam merangkai kalimat dan paragrap yang
efektif dan komunikatif. Sedangkan visual menunjukan pada
kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata
letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan.
2. Jurnalistik Media Elektronik Auditif (radio broadcast journalism).
Lebih banyak dipengaruhi oleh dimensi verbal, teknologikal dan
visikal. Verbal berhubungan dengan kemampuan menyusun kata,
kalimat dan paragrap secara efektif dan komunikatif. Teknologikal
berkaitan dengan teknologikal yang memungkinkan daya pancar
radio dapat ditangkap dengan jelas dan jernih oleh pesawat radio
penerima. Sedangkan fisikal, erat kaitannya dengan tingkat
kesehatan fisik dan kemampuan pendengaran khalayak dalam
menyerap dan mencerna setiap pesan kata atau kalimat yang
disampaikan.
3. Jurnalistik Media Elektronik Audiovisual (television journalism).
Merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal dan
dimensi dramatikal. Verbal berhubungan dengan kata-kata yang
disusun secara singkat, padat, efektif, visual lebih menekankan
pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat.
Teknologikal berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas suara
dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat televisi
penerima dirumah-rumah. Dramatikal yang dihasillkan oleh
rangkaian gambar yang dihasilkan secara simultan. (2008:5)

Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar harian, jurnalisitk tabloid

minggun dan jurnalistik majalah. Setiap bentuk jurnalistik memiliki ciri khas masing-

masing. Ciri khas tersebut antara lain terletak pada aspek filosofi penerbitan, dinamika

teknis persiapan dan pengelolaan, serta asumsi dampak yang ditimbulkan terhadap

khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa. Sebagai contoh, filosofu surat kabar harian

menekankan pada segi keunggulan dan kecepatan dalam memperoleh dan menyebarkan

informasi. Sedangkan filosofi penerbitan majalah berita mingguan lebih banyak


43

menekankan pada segi kelengakapan dalam kedalaman informasi serta ketajaman daya

analisisnya.

2.3.4 Produk Jurnalistik

Enam produk jurnalistik dijelaskan oleh Sumadiria dalam bukunya yang

berjudul Jurnalistik Indonesia adalah:

1. Tajuk rencana
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat
dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan
tehadap persoalan aktual, fenomena dan atau controversial
yang berkembang dalam masyarakat.
2. Karikatural
Secara jenis jurnalistik, karikatural diartikan sebagai opini
redaski media dalam bentuk gambar yang sarat dengan
muatan kritik sosial dengan mamasukan unsur kelucuan,
anekdot, atau humor agar siapapun yang melihatnya bisa
tersenyum, termasuk tokoh atau objek yang di karikaturkan
itu sendiri.
3. Pojok
Pojok adalah kutipan pernyataan singkat narasumber atau
peristiwa tebtunya yang dianggap menarik atau
kontroversial, untuk kemudian dikomentari oleh pihak
redaksi dengan kata-kata atau kaliamat relatif yang
mengusik, menggelitik dan ada kalanya reflektif.
4. Artikel
Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang
mengupas tuntas masalah tertentu yang sifatnya aktual dan
atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu
(informatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif
argumentatif) atau gambar khalayak pembaca (rekreatif).
5. Kolom
Kolom adalah opini singkat seseorang lebih banyak
menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap
suatu persoalan atau keadaan yang terdapat dalam
masyarakat.
6. Surat pembaca
Surat pembaca adalah opini singkay yang ditulis oleh
pembaca dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca.
(2008:-7)
44

Produk jurnalistik adalah hasil karya yang ditulis jurnalis di halaman

Koran/media cetak editorial sebuah media massa yang tentunya denga data dan

fakta. Produk jurnalistik biasanya ciri khas sebuah media yang diterbitkan melalui

rapat redaksi terlebih dahulu.

2.4 PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK PERS

Istilah pers berasal dari bahasa belanda, yang berarti dalam bahasa inggris

berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak, dan secara maknafiah berarti

penyiaran secara tercetak atu pubikasi secara dicetak. (Effendy,1994)

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan meyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,

suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk

lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis

saluran yang tersedia

Dalam perkambangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers

dalam pengertian luas dan dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas

meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk pers elektrolit, radio siaran, dan

televisi siaran. Sedangkan pers dalm arti sempit hanya terbatas pada pers cetak,

yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita. Meskipun pers mempunyai

dua pengertian seperti di terangkan di atas, pada umum seperti itu disebabkan

oleh ciri khas yang terdapat pada media itu, dan tidak dijumpai pada media lain.
45

Sedangkan Sumadiria mengatakan karakteristik pers dalam pers buku Jurnalistik

Indonesia adalah sebagai berikut

1. Periodesitas. Pers harus terbit secara teratur, periodek,


misalnya setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan
sebagainya. Pers harus dalam pilihan penerbitnya ini.
2. Publisitas. Pers ditunjukan (disebarkan) kepada khalayak
sasaran yang sangat heterogen. Apa yang dimaksud heterogen
menunjuk dua hal, yaitu geografis, dan psikografis. Geografis
menunjuk pada data administrasi kependudukan, seperti
jenis kelamin pada data administrasi kependududkan, seperti
jenis kelamin, kelompok usia, suku bangsa, agama, tingkat
pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan, dan sebagainnya.
Sedangkan psikologis menunjukan pada karakter, sifat
kepribadian, kebiasaaan, adat istiadat, dan sebagainya.
3. Aktualitas. Informasi apapapun yang disuguhkan media pers
harus mengandung unsur kebaruan, menunjuk kepada
peristiwa yang benar-benar baru terjadi atau sedang terjadi.
Secara etimologis, aktualitas (actuality) mengandung arti kini
dan keadaan sebenarnya, secara teknis jurnalistik, aktualitas
mengandung tiga dimensi: kalender, waktu, masalah.
Aktualitas kalender berarti merujuk kepada berbagai
peristiwa yang sudah tercantum atau terjadwal dalam
kalender. Aktualitas waktu berkaitan dengan peristiwa yang
baru saja terjadi, atau sesaat lagi akan terjadi. Aktivitas
masalah berhubung dengan peristiwa yang dilihat dari
topiknya, sifatnya, dimensi dan dampaknya, mencerminkan
fenomena yang senantuasa mengandung unsur kebaruan.
4. Universalitas. Berkaitan dengan kesemataan pers dilihat dari
sumbernya dan dari keanekaragaman materinya isinya.
5. Objektivitas. Merupakan nilai etika dan moral yang harus
dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi
jurnalistiknya. Setiap berita yang disuguhkan itu harus dapat
dipercaya dan menarik perhatian pembaca. (2005:35)

Karakteristik tersebut dipenuhi baik oleh pers cetak surat kabar dan

majalah maupunoleh pers elektronik radio dan televisi. Kendati demikian, antara

oers cetak dan pers elektrolit itu terdapat perbedaan yang khas, yakni pesan-pesan

yang disiarkan oleh pers elektrolit hanya diterima sekilas dan khalayak harus
46

selalu berada di depan pesawat, sedangkan pesan-pesan yang disiarkan pers dapat

duilangkaji dan dipelajari serta disimpan untuk dibaca pada tiap kesematan.

Pers adalah lembaga kemasyarakatan, sebagi lembaga kemasyarakatan,

pers merupakan subsistem kemasyarakatan tempay ia berada bersama dengan

sibsistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hiduo secara mandiri, tetapi

dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lain. Bersama-sama dengan

lembaga kemasyarakatan lainnya itu, pers erada dalam keterikatan organisasi

yang benama negara, karenanya pers dipengaruh bahkan ditentukan oleh filsafah

dan sisitem ppolitik negara empat pers itu hidup. Pers di negara dan di masyarakat

tempat ia berada bersama mempunyai fungsi yang universal. Akan tetapi, sejauh

mana fungsi itu dapat dilaksanakan bergantung pada falsafah sisitem politik

negara tempat pers itu beroprasi.

Anggapan yang selalu ada adalah pers merupakan saran yang sangat

berbahaya bagi sebuat institusi dikala mendapatkan sebuah pemberitaan yang

dapat menurunkan reputasinya dimasyarakat, namun disisi lain pers merupakan

kacamata bagi masyrakat, dimana sewaktu-waktu apabila kinerja sebuah institusi

kepemerintahan buruk maka berita itu akan dengan cepat diketahui oleh

masyarakat luas.

2.5 FILM

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu

tempat tertentu. (Effendy, 1986: 134).


47

Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung

dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup

berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan dalam

film adalah menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran

manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya.

Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa

yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan

suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam

waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus

ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat

mempengaruhi audiens

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film secara kolektif

sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau

gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di

kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film

(sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos

(cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah

melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita

harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.

Seiring berkembangnya dunia perfilman, semakin banyak film yang

diproduksi dengan corak yang berbeda-beda. Secara garis besar, film dapat

diklasifikasikan berdasarkan cerita, orientasi pembuatan, dan berdasarkan genre.

Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi.

menonton film ke bioskop ini menjadi aktifitas popular bagi orang-orang Amerila pada

tahun 1920-an sampai 1950-an.


48

Dominick yang dikutip oleh Ardianto dalam bukunya Komunikasi Massa

Suatu Pengantar:

Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser


anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya
seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi
orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan)
yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk
karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan
keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang, keluar dari
kaidah artisitk film itu sendiri. (2000:306)

Pada dasarnya film lahir dari sebuah gambar atau foto yang dihubungkan melalui

sederet kamera dengan benang yang disambung kamera shutter. Setelah objek tersebut

bergerak, maka benang yang terhubung dengan kamera shutter akan diputuskan secara

berurutan dan membuka kamera shutter. Dengan demikian lahirlah sebuah seni gambar

bergerak (motion picture).

Danesi menjelaskan film dalam bukunya yang berjudul Semiotika Media

sebagai berikut:

Pada tingkat penanda, film merupakan sebuah teks yang


membuat serangkaian citra fotografi dan mengakibatkan
adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata.
Sedangkan dalam tingkat petanda, film merupakan cermin
kehidupan metaforis. (2010:134)

Pengertian diatas menjelaskan bahwa topik yang terdapat dalan sebuah film dapat

dijadikan pokok pembahasan semiotika media karena di dalam jenis aliran film terdapat

sistem signifikasi yang ditanggapi orang-orang masa kini dan melalui film mereka

mencari hiburan atau rekreasi inspirasi dan wawasan pada tingkat interpretant.
49

Elvinaro dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa menjelaskan

bahwa:

Film (gambaran bergerak) adalah bentuk dominan dari


komunikasi massa visual di bekahan dunia ini. Lebih dari ratusan
juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video
laser setiao minggunya. (2007:143).

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memiliki

sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Oey Hong Lee yang

dikutip Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi menyebutkan : ”film sebagai

alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa waktu

unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dinikin

lenyap.(1905:40)”

Industri flm adalah industri yang tidak ada habisnya. Sseagai media massa,

film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan

membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film berbentuk fiksi atau non

fiksi. Lewat film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film

adala media audio visual. Media ini banyak digemari orang karena dapat dijadikan

sebagi hiburan dan penyalur hobi.

Kekeuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas

membuat para ahli berpendapat bahwa film memeliki potensi untuk mempengaruhi

khalayak. Sejak itu, maka merebaklah berbagai penelitian yang hendaj melihat

dampak film terhadap masyrakat.

Irwanto yang dikutip Turner dalam buku Semiotika Komunikasi

mengatakan bahwa:

Menolak perspektif yang meliat film sebagai refleksi mesyarakat.


Maka film sebagai representasi dari realitas masyarakat, bagi
tuner, berbeda dengan film sekedar sebagai refleksi dari realitas.
Sebagai refleksi dan realitas, film sekedar “memindah” realitas
kelayar tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu, sebagai dari
50

representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan


kembali” realitas berdasarkannkode-kode, konvensi-konvensi.
Dan ideologi dari kebudayaannya.(1999:14)

Pengertian diatas menjelaskan bahwa film yang diambil dari sebuah

kisah nyata, harus sesuai dengan fakta-fakta yang ada di dalamnya tanpa

menambah dan mengurangi kenyataan yang terjadi disana. Namun tetap

dengan kode-kode, konvensi, dan ideology dari kebudayaan yang ada

dilingkungan film itu dibuat.

2.5.1 Kategori Film

Danesi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Memahami Semiotika

Media menjelaskan tiga kategori film, yakni sebagai berikut:

Tiga kategori utama dalam film adalah film fitur, film


dokumentasi, dan film animasi yang secara umum dikenal
sebagai film kartun. Film fitur merupakan karya fiksi, yang
strukturnya selalu berupa narasi, yang dibuat dalam tiga
tahap post-produksi (editing). Film documenter merupkan
film non fiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata
dengan setiap individu menggambarkan perasaan dan
pengalamannya dalam situasi yang apa adanya, tanpa
persiapan, langsung kepada kamera atau pewawancara. Film
animasi merupakan film dengan pemakaian teknik ilusi gerak
serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi.
(2010:134).

Dengan adanya tiga kategori film tersebut artinya film dibuat tidak sembarangan.

Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan pertimbangan lain agar

pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan tepat sasaran sesuai

dengan segmentasi yang ada.

2.5.2 Karakteristik Film


51

Ardianto, menjelaskan dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar

faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakterisitk film , sebagai berikut :

a. Layar yang luas /lebar. Layar film yang luas telah


memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat
adegan-adegan yang disajikan dalam film. Apalagi dengan
adanya kemajuan teknologi, layar film di bioskop-bioskop
pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penontonnya
seolah-olah melihat kejadian nyata.

b. Penggambilan gambar. Sebagai konsekuensi layar lebar,


maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop
memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan
panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan
menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk member kesan
artistic dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film
menjadi lebih menarik.

c. Konsentrasi penuh. Disaat kita menonton film di bioskop,


bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah
tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan, tampak di
depan kita layar yang luas dengan gambar-gambar cerita
film tersebut. Terbebas dari hiruk pikuknya suara diluar
karena biasanya ruangan kedap suara. Semua mata hanya
tertuju pada layar, sementara pikiran dan perasaan tertuju
pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kira juga
terbawa suasana, kita akan tertawa terbahak-bahak
manakala adegan film lucu, atau sedikit senyum apabila ada
adegan menggelitik. Bandingkan dengan pada saat kita
menonton televisi di rumah, selain lampu tidak
dimatikan,orang-orang disekeliling kita berkomentar atau
hilir mudik mengambil minuman dan makanan,a tau
sedang melihat adegan seru tiba-tiba pesawat telepon
berbunyi ditambah lagi dengan selingan iklan.

d. Identifikasi psikologis. Kita semua dapat merasakan bahwa


suasana di gedung bioskop telah membuat pikiran dan
perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena
penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara
tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi
kita dengan salah seorang pemeran dalam film itu, sehingga
seolah-olah kita lah yang sedang berperan. Gejala ini
menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi
psikologis.
52

Sudah jelas dari karakteristik film diatas bahwa ada perbedaan yang akan

dirasakan pada saat kita menonton film dengan layar lebar dan luasnya biskop atau

dengan menggunakan televisi dirumah. Meskipun pada saat kita menonton film dirumah

dengan menggunakan layar televise yang lebar, akan terasa

perbedaannya.

2.5.3 Jenis-Jenis Film

Mengetahui jenis-jenis film agar sebagai seorang komunikator mampu

memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya, dijelaskan oleh Ardianto

dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar :

a. Film cerita (story film). Jenis film yang mengandung suatu


cerita yang lazin dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan
bintang film tenar dan film yang didistribusikan sebagai barang
dagangan. Cerita ini diangkat menjadi topic film bisa berupa
cerita fiktif ata berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi,
sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun
dari segi gambarnya. Sejarah dapat diangkat menjadi film cerita
yang mengandung informasi akurat, sekaligus contoh teladan
perjuangan para pahlawan.
b. Film berita (newsreel). Film mengenai fakta, peristiwa yang
benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang
disajikan kepada public harus mengandung nilai berita(news
value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Jadi
beritanya juga haris penting atau menarik atau penting dan juga
menarik. Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya,
atau film beritanya bisu, pembaca berita yang membacakan
narasinya.
c. Film documenter(documentary fim). Berbeda dengan film
berita, film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi
(pembuatnya)mengenai kenyataan tersebut.biografi seseorang
yang memiliki karya pundapat dijadikan sumber bagi
dokumenter.
d. Film kartun(cartoon film). Dibuat untuk dikonsumsi oleh
anak-anak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu
diputar akan membuat kita tertawa karena keulucuan para
53

tokohnya. Namun ada juga film karton yang membuat iba


penontonnya dengan penderitaan tokohnya. Sekalipun tujuan
utamanya adalah menghibur, film kartun bisa juga mengandung
unsur pendidikan. Minimal akan terekam bahwa kalau ada tokoh
jahat dan tokoh baik, maka pda akhirnya tokoh baiklah yang
selalu menang.

2.5.4 Genre-Genre Film

Pembuatan film menggunakan bahan dari novel, vaudevile, sirkus dan

berbagai sumber sebagai skenario di dalam film mereka. Tetapi mereka juga

menciptakan genre mereka sendiri yang tetap mempengaruhi pembuatan film.

Danesi menyebutkan genre-genre film yang paling populer dalam bukunya

yang berjudul Pengantar Memahami Semiotika Media sebagai berikut:

1. Drama Kriminal: seperti Little Caeser (1930).


2. Fiksi Ilimiah: seperti A Trip To The Moon (1902).
3. Animasi: seperti Snow White and Seven Dwarfs (1937).
4. Komedi: seperti It Happened One Night (1934)
5. Drama Karakter: seperti Citizen Kane (1941).
6. Drama Sejarah: seperti Intoerance (1916).
7. Dokumenter: seprti Nanook Of The North (1921).
8. Film Detektif: seperti The Maltese Falcon (1941).
9. Film Suspense: seperti M (1931).
10. Film: seperti Kingkong (1933).
11. Film Horor: seperti Nesferatu (1922) dan Dracula (1931).
12. Film Musik: seperti Flying Down to Rio (1993) dan The Wizard
of Oz (1931).
13. Film perang: seperti Birth of A Nation (1915) dan Wings
(1931).
14. Aksi-Petualangan: sepert Thief of Bhagdad (1921).
15. Film Noir: seperti Double Indemnity (1944).
16. Wastern: seperti The Great Train Robbery (1903).
17. Roman: seperti The Sheik (1921).
18. Melodrama: seperti The Perils of Pauline (1941).
(2010:159).

Sistem signifikasi yang medasari bagaimana menarik makna dari fil juga

merupakan metafora dari pengalaman hidup kita yang terpecah. Film

memungkinkan kita saling mengkaitkan cerita criminal, kejadian misterius,


54

romantika dan seks, sertambanyak hal lainnya yang membentuk realitas sosial kita

melalui mata kamera yang selalu menyelidikinya.

2.6 SINEMA

Sinema berasal dari kata yunani kinema yang berarti gambar juga

mnejelaskan tempay dimana film diputar, baik yang beratap maupun yang terbuka.

sinema adalah karya seni yang ahit dari penikmat manusia, serta dipadukan

dengan dunia industri.. dibandingkan dnegan karya seni lain, sinema memiliki

keistimewaan, yaitu gerak, gambar, musik, syair, adn suara, semuanya secara

serempak dapat ditampilkan di layar sehingga menimbuljan makna dan

pemahaman baru.

Sinema bisa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan berbagai

pemahamna dan aliran seni, mulai dari surailesmeu, romantismeu, sampai

satire.salah satu aliran sinema yang akhir-akhir ini muali tumbuh adaah sinema

spiritual. Sinema spiritual memiliki tujuan untuk mengajak penonton untuk

memikirkan pemahaman tertentu yang disampaikan oelh sineas.

Shaffer yang dikutip Danesi dalam bukunya yang berjudul Pengantar

Memahami Semiotika Media menjelaskan bahwa:

Sinema adalah medium yang merisukan para penulis


naskah panggung. Esensinya yang tidak verbal
menyulitkan orang-orang yang lebih banyak hidup dalam
dunia lisan. Semakin lama, sering berkembangnya
popularitas film Amerika diseluruh dunia, tampak bahwa
yng paling berhasil adalah yang diucapkan dalam tutur
55

layar (Screen speak), suatu bentuk Eperanto sinemati yang


sama-sama dipahami di Bogota dan Bulaway. (2010:136)
Pada pernyataan diatas dapat ditunjukan bahwa film telah

memperkenlakna bahasa baru pada diskursus sosial, yang berlandasakan citra dan

popularitas secara umum ungkapan pembicaraan yang tidak formal. Implikasi dan

tutur layar dalam perkembangan teater dan fim sudah jelas.

2.7 Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia agar dapat

memperbaiki harkat dan martabat dari manusia tersebut. Pendidikan pun akan

memberikan status sosial yang lebih baik dari sebelumnya. Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat.

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir

seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan

membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi

mereka sebelum kelahiran.

Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti

daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, Saya tidak pernah

membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya. Anggota keluarga mempunyai


56

peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang

disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak

resmi.

UU No.20 Tahun 2001 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan definisi

pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat bangsadannegara.
(http://duniabaca.com/definisi-pendidikan.html)

2.8 MORAL

Moral bila diartikan merupakan sebuah etika. Etika sendiri berasal dari bahasa

yunani yaitu ethos. Ethos berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan . sedangkan moral

sendiri berasal dari bahasa latin yaitu mos dan dalam bentuk jamaknya "mores" yang

berarti adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik,

dan menghindari hal-hal yang buruk.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi

individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam

zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau

sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit.

Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki

standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan
57

telah terbangun sejak lama. Moral juga dapat diartikan sebagai

sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba

melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman,tafsiran,suara hati,serta nasihat.

Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang

terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk.

Moral adalah sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus

memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan

dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari

kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang

dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan

nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan

lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga

sebaliknya.

Pengertian moral menurut Suyitni yang dikutip oleh Soenrjani dalam buku

Metode Penelitian menjelaskan bahwa:


Moral berasal dari bahsa latin mores, dari suku kata mos yang
artinya istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak. Dalam
perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam
bertingkah laku yang baik, yang susila (1989:25).

Pengertian diatas dikatakan bahwa moral adalah erkenaan dengan kesusilaan.

Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkah laku sesuai

dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai

dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral.
58

2.9 NILAI

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan

berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau

berguna bagi kehidupan manusia.

Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila

sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD

1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai

instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun

pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya

belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung

dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya

undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar

yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih

lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu

kemudian dinamakan Nilai Instrumental.

Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang

dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam

bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-

batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh

bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan

atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara

pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen

pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang

benar, baik, atau diinginkan.


59

2.10 PENGERTIAN SEMIOTIKA

Semiotika berasal dari kata yyunani semion yang berarti “tanda”. Noth

yang dikutip Fikse dalam bukunya Introduction to Communicattion Studies

menguraikan asal-usul kata semiotika; “secara etimologi semiotika dihubungkan

dnegan kata Yunani sign=sigh dan signal,sign.(1993:13).

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi,serta

relasi-relasi tanda dalam penggunaannya di dalam masyarakat.Semiotika

mempelajari relasi diantara komponen-komponen tanda, serta relasi antar

komponen-komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya. Semiotika, yang

berasal dari bahasa Yunani, semion yang berarti tanda (sign), bermula dari kajian

tentang bahasa, dan kemudian berkembang menjadi kajian kebudayaan.

Secara terminologi semiotik dapat di definisikan sebagai ilmu tentang

tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan

kebudayaan itu merupakan bentuk dari tanda-tanda. Semiotik juga mempelajari

sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi, yang memungkinkan anda-tanda

tersebut memiliki arti.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari

jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari kemanusiaan memaknai hal-hal

yang terdapat disekitarnya. Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan

dengan mengkomunikasikan.
60

Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan

olfactory (semua tanda atau sinyal yang biasa diakses dan diterima oleh

seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membuntuk

sistem kode yang secara sistemastis menyampaikan informasi atau pesan

secara tertulis disetiap kegiatan dan perilaku manusia.

Semiotika yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-

tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-

kode, yaitu sistem apapun yang menungkinkan untuk memandang entitas-

entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna.

Dikatakan Hawkes yang dikutip oleh Budiman dalam bukunya Semiotika

Visual
Sampai saat ini,bidang-bidang studi semiotika sangatlah
beragam, mulai dari kajian perilaku komunikasi hewan
(zoosemiotics) sampai dengan analisis atas sistem-sistem
pemaknaan seperti komunikasi tubuh (kinesik dan proksemik),
tanda-tanda bebauan (olfactory signs), teori estetika, retorika,
dan seterusnya. (1978:124).

Barthes yang dikutip oleh Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi

menjelaskan :

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji


tanda. Tanda - tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam
upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah
manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam
istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak memperlajari
bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things).
Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan
dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai
berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi,
dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi
juga mengkonstitusi sistem struktur dari tanda. (2006:53)
61

Secara ringkas semiotika ialah ilmu tanda. Bagaimana menafsirkan

dan bagaimana meneliti bekerjanya suatu tanda dalam membentuk suuatu

kestuan arti atau suatu makna baru saat ia digunakan. Semiotika

merupakan suatu metode analisa isi media atau suatu teks, dimana analisa

terseut mengadaptasi model analisa linguistik Ferdinand De Saussure (1960).

Saussure memberikan pengertian semiotika sebagai: sebuah ilmu mepelajari

tentang bekerjanya tanda-tanda sehingga dapat dipahami dalam masyarakat.

Dengan semiotika akan dapa ditampilkan apa saja yang membentuk tanda-

tanda dan bagaimana bekerjanya.

Tanda terdapat dimana-mana: ‘kata’ adalah tanda. Demikian pula

gerak isyarat, lamou lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya

sastra, sturuktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat

dianggap sebagia tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda.

Tanda dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran

tradisi komunikasi mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda

mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada

diluar diri. Studi mengenai tanda tidak saja memberikan jalan atau cara

dalam mempelajari ilmu komunikasi, tetapi juga memiliki efek besar pada

hampir tiap aspek.

Ketika semua bentuk komunikasi adalah tanda, maka dunia ini oenuh

dengan tanda. Ketika kita berkomunikasi, kita mneciptakan tanda sekaligus

makna. Dalam perspektif semiologi atau semiotika, pada


62

akhiryankomunikasi akan menjadi suatu ilmu untuk mengungkapkan

pemaknaan dari tanda yang diciptakan oleh proses komunikasi itu sendiri.

2.11 TEORI SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE

Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-

1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu

penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai

bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang

pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi

dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi

semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan

konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah

sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem

berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan

untuk dapat memaknai tanda tersebut.

Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar,

disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan

gambar, disebut signified.

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk

mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan

tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa

dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object


63

untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan

menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan

Saussure mengembangkan bahasa sebagai suatu sistim tanda.

Semiotik dikenal sebagai disiplin yang mengkaji tanda, proses menanda dan

proses menandai. Bahasa adalah sebuah jenis tanda tertentu. Dengan

demikian dapat dipahami jika ada hubungan antara linguistik dan semiotik.

Menurut Saussure, tanda mempunyai dua entitas, yaitu signifier

(signifiant/wahana tanda/penanda/yang mengutarakan/simbol) dan signified

(signifie/makna/petanda/yang diutarakan/thought of reference). Tanda

menurut Saussure adalah kombinasi dari sebuah konsep dan sebuah sound-

image yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara signifier dan signified

adalah arbitrary (mana suka). Tidak ada hubungan logis yang pasti diantara

keduanya, yang mana membuat teks atau tanda menjadi menarik dan juga

problematik pada saat yang bersamaan

Pemikiran Saussure juga mempunyai gaung yang kuat dalam rumpun

ilmu-ilmu sosial budaya secara umum dan akhirnya menjadi sumber ilham

bagi sebuah paham pemikiran yang dinamakan strukturalisme. Prinsip-

prinsip linguistik Saussure dapat disederhanakan kedalam butir-butir

pemahaman sebagai sebagai berikut :

1. Bahasa adalah sebuah fakta sosial.

2. Sebagai fakta sosial, bahasa bersifat laten, bahasa bukanlah gejala-

gejala permukaan melainkan sebagai kaidah-kaidah yang


64

menentukan gejala-gejala permukaan, yang disebut sengai langue.

Langue tersebut termanifestasikan sebagai parole, yakni tindakan

berbahasa atau tuturan secara individual.

3. Bahasa adalah suatu sistem atau struktul tanda-tanda. Karena itu,

bahasa mempunyai satuan-satuan yang bertingkat-tingkat, mulai dari

fonem, morfem, klimat, hingga wacana.

4. Unsur-unsur dalam setiap tingkatan tersebut saling menjalin melalui

cara tertentu yang disebut dengan hubungan paradigmatik dan

sintakmatik.

5. Relasi atau hubungan-hubungan antara unsur dan tingkatan itulah

yang sesungguhnya membangun suatu bahasa. Relasi menentuka

nilai, makna, pengertian dari setiap unsur dalam bangunan bahasa

secara keseluruhan.

6. Untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa yang prinsip-

prinsipnya yang telah disebut diatas, bahasa dapat dikaji melalui

suatu pendekatan sikronik, yakni pengkajian bahasa yang membatasi

fenomena bahasa pada satu waktu tertentu, tidak meninjau bahasa

dalam perkembangan dari waktu ke waktu (diakronis).

Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure mengemukakan empat

konsep teoritis yang dikutip sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi

yaitu:

1) Signifer (penanda) dan signified (petanda)


65

Teori Saussure adalah prinsip mengatakan bahwa bahasa iu adalah

merupakan suatu system tanda, dan setiapa itu tersusun dari dua bagian,

yakni signifer (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure yang

dikutip Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi

Bahasa itu merupakan, suatu system tanda(sign). Suara-


suara, baik suara manusia, binatang, ataupun bunyi-
bunyian, hanya bias dikatakan sebagai ahsa atau berfungsi
sebagai bahasa bilamana suara atau bunyi tersebut
mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan ide-
ide, dan pengertian-pengeertian tertentu. Untuk itu suara-
suara tersebut harus merupakan bagian dari konvensi,
system kesepakaan dana merupakan bagian dari sebuah
system tanda. (2009:46).

Bartens yang dikutip sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi

menjelaskan bahwa :

Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifer)


dengan sebuah ide atau petanda (signifer). Dengan kata lain
penanada adalah “bunyi yang bermkana” atau “coretan
yang bermakna”. Jadi penenada adalah aspek material dari
bahasa: apa yang dikatakan atau apa yang didengar dan
apa yang ditulis ataupun yang dibaca. Petanda adalah aspek
mental dari bahas.(2001:180)

Kutipan diatas menjelaskan bahwa tanda adalah kesatuan dari

bentuk objek atau benda dengan sebuah ideu atau gagasan maka akan

menjadi aspek material dari bahasa. Yaitu apa yang dikatakan, didengar,

dibaca, maupun ditulis.

2) Form (bentuk) dan content (isi)

Saussure membandingkan form dan content dengan permainan

catuur.
66

Dalam permainana catur, papan dan bijinya itu tidak teralu penting. Yang

penting itu adalah fungsinya yang dibatasi, aturan-aturan permainannya.

Jadi bahasa berisi tentang system nilai, bukan koleksi unsur yang di

tentukan oleh materi, tetapi system itu ditentukan oleh perbedaannya.

3) Langue (bahasa) dan parole (tuturan,ujaran)

Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa perancis : langage,

language (system bahasa)mdan parole (kegiatan ujaran). Langage mengacu

kepada bahasan pada umumnya yang terdiri dari atas langue dan parole.

suatu

langange adalah bahasa pda umumnya, yaitu suatu kemmapuan berbahsa

yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun

pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan yang ada disekitar

dan stimulus yang menunjang.

Language adalah abstrak dan artikulasi bahasa pada tingkat social

budaya, sedangkan parole merupakan ekspresi bahasa pada tingkat

individu.Jika langue mempunyai objek studi system atau tanda atau kode,

maka parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa

sebagaimana teerlihat dalam penggunaannya. Kalau langue bersifat kolektif

dan pemakaiannya “tidak disadari” oleh penggunaan bahasa yang

bersangkutan, maka parole lebih memperhatikan factor pribadi penggunaan

bahasa. Unit dasar langue adalah kata, maka unit dasar parole adalah

kalimat.

4) Synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik)


67

Sinkronis dan diakronis berasal dari kata Yunani khoronos (waktu)

dan dua awala syn- dan dia- masing-masing berarti “bersama” dan

“melalui” Bartens yang dikutip Sobur dalam bukunya Semiotika

Komunikasi menyebutkan:

Sinkronis sebagai “bertepatan dengan waktu”. Dengan


demikian, linguistik sinkronis mempelajari bahasa tanpa
mempersoalkan urutan waktu. Sedangkan diakronis adalah
“menelusuri waktu” jadi studi diakronis atas bahasa
tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah
“melalui waktu”.(2001:184)

5) Syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paradigm)

Satu lagi struktur bahasa dalam konsepsi dasar Saussure tentang

system pembedaan antara tanda-tanda adalah mengenai syntagmatic dan

associative. Hubungan-hubungan ini terdapat pada kata-kata seagai

rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata sebagai konsep.


68
69

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro.2005.Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media

Basari, Hasan .1990. Buku Tafsir Sosial Atas Kenyataan.1990. Jakarta : Salemba

Humanika

Bunghin, Burhan. 2008. Kontruksi Sosial Atas Media Massa. Jakarta : PT

Kencana Prenada Media Group

Canggara, Hafied.2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung : Raja Grafindo

Persada

Danesi, Marcel. 2010. Semiotika Media. Jakarta : Jala Sutra

Effendy,Onong Ujhana. 2000. Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung :

Citra Aditya Bakti

Kuswandi, Wawan.1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.

Jakarta: Rineka Cipta

Mulyana, Deddy. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rodakarya

Romli, Asep. 2001. Jurnalistik Praktis. Bandung : Batic Press

Sobur, Alex.2009. Semiotika Komunikas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


70

Sumadiria, As Haris.2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita Dan Feature.

Bandung : Simbiosa Rekatama

Sugiyono.2010. Metode Penelitan Kualitatif Dan Kuantitatif R&D. Bandung :

Alfabeta Rosdakarya

Peter. L Berger And Thomas Luckman. 1996. The Sosial Construction Of Reality

A Treatise In The Sociology Of Knowledge. New York

Widjaja, H.A.W. 1993. Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi

Aksara

Tim Dosen Prodi Ilmu Komunikasi. 2003. Panduan Skripsi Jurusan Ilmu

Komunikasi

Internet

http://www.scribd.com/doc/7024

http://recapkoreandrama.blogspot.com

http://scribd.com/doc/702443564/9/pengertian-film

http://operadewa.wordpress.com2012/10/05kontruksi-sosial-atas-realitas-oleh-

media-massa/

http://www.anneahira.com/pengertian-film.htm

http://www.en.wikipedia.org/wiki/List_of_genre

http://sinopsis-film-film.blogspot.com/2013/08/miracle-in-cell-no-7.html.
71

http://duniabaca.com/definisi-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai