Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikologi kepribadian merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi.
Dimana psikologi kepribadian ini didalamnya membahas tentang perbedaan pribadi
antar individu serta dinamikanya dalam membangun relasi intrapersonal dan
interpersonal. Dalam bidang psikologi khusus terdapat banyak teori yang
diungkapkan oleh para ahli yang bergerak di bidang ini. Salahsatu teori psikologi
kepribadian yaitu yang dikemukakan oleh Carl Rogers mengenai self. Carl Rogers
merupakan salah satu tokoh dari bidang psikologi humanistik, dimana  memiliki
pandangan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kedewasaan dan hidupnya
sendiri. Carl Rogers berpendapat bahwa setiap orang bebas untuk melatih dan
mengatur diri mereka sendiri. Namun tetap setiap orang harus memiliki
tanggungjawab atas kontrol diri yang mereka lakukan. Teori yang dikemukakan oleh
Carl Rogers ini menjadi salah satu teori yang banyak digunakan di bidang konseling
dan terapis, karena memang pada dasarnya Carl Rogers ini bergerak di bidang
psikoterapi. Oleh karena itu, guna menambah pengetahuan mengenai kepribadsian ini,
khususnya untuk seorang guru dimana guru juga berperan sebagai konselor untuk
peserta didiknya yang bermasalah, makan pembahasan makalah ini akan
dikonsentrasikan membahas mengenai teori kepribadian dari Carl Rogers.
2.1      Rumusan Masalah
1. Apa hakekat fenomenologis dari Carl Rogers?
2. Apa itu Struktur kepribadian Carl Rogers ?
3. Bagaimana Dinamika kepribadian Carl Rogers?
4. Apa itu Perkembangan Kepribadian Carl Rogers?
5. Apa kelemahan teori Carl Rogers ?
3.1      Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan hakekat fenomenologis dari Carl Rogers
2. Untuk mengetahui Struktur Carl Rogers.
3. Untuk mengetahui Dinamika kepribadian Carl Rogers.
4. Untuk mengetahui Perkembangan Kepribadian Carl Rogers.
5. Untuk mengetahui Kelemahan teori Carl Rogers.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Pribadi Fenomenologis

Pendekatan humanistik sangat menghargai individu sebagai organisme yang


potensial. Rogers mengemukakan 19 rumusan mengenai hakekat pribadi (self)
sebagai berikut :

1. Organisme berada dalam dunia pengalaman yang terus menerus berubah


(phenomenal field), dimana dia menjadi pusatnya. Pengalaman adalah segala
sesuatu yang berlangsung di dalam diri individu pada saat tertentu,meliputi
proses psikologik, kesan sensorik, dan aktivitas motoric
2. Organisme menanggapi dunia sesuai persepsinya. Realita subyektif mungkin
berbeda dengan fakta sebenarnya. Pemicu yang menggerakan tingkah laku
bukan stimulus tapi realita subyektif.
3. Organisme mempunyai kecenderungan pokok yakni keinginan untuk
mengaktualisasikan-memlihara dan meningkatan diri.
4. Organisme mereaksi medan fenomena secara total dan berarah ke tujuan.
5. Tingkah laku merupakan usaha yang terarah ke tujuan untuk memuaskan
kebutuhan, mempertahankan, megaktualisasi, dan memperluas diri.
6. Emosi menyertai tingkahlaku sehingga intensitas emosi tergantung kepada
pengamatan subyektif seberapa penting tingkah lakudalam usaha aktualisasi-
memelihara-mengembangkan diri
7. Jalan terbaik memamhami tingkah laku seseorang adalah dengan memakai
kerangka pandangan orang itu sendiri. Teknik laporan-diri cukup baik walau
tidak memberi ambaran jelas tentang gambaran individu. Teknik ini lebih baik
dari teknik asesmen memkai tes psikologi,angket dll.
8. Sebagian dari medan fenomena secara berangsur mengalami deferensiasi sebagai
proses terbentuknya self.
9. Struktur self terbentuk dari hasil interaksi organisme dengan medan fenomenal,
terutama evaluatif dengan orang lain.

2
10. Apabila terjadi konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan nilai-nilai
baru yang akan diintrojeksi, serta mengaburkan nilai yang semula ada dalam
dirinya. organisme akan meredakan konflik dengan merevisi gambaran dirinya
dengan medistorsi nilai-nilai baru.
11. Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang diproses oleh kesadaran
yang berbedatingkatannya.
12. Umumnya tingkahlaku konsisten dengan self, sehingga untuk menggubah tingkah
laku adalah dengan menggubah konsep self.
13. Tingkahlaku yang didorong oleh kebutuhan organis tapi tidak diimbangkan bisa
tidak konsisten dengan self. Tingkahlaku semacam ini biasanya dilakukan untuk
memelihara gambaran self.
14. Spyuchological maladjusment akibat adanya tension terjadi akibat organisme
menolak menyadari pengalaman sensorik yang tidak dapat disimbulkan dan
disusun dalam struktur self. Peyesuaian psikologis terjadi apabila organisme
dapat menampung/mengatur pengalaman sensorik sedemikian rupa dalam
hubungan harmonis konsep diri.
15. Penyesuaian psiologi terjadi apabila orgnisme dapat menampung, mengatur
semua pengalaman sensorik sedemikian rupa dalam hubungan harmonis dalam
konsep diri.
16. Setiap pengalaman yang tidak sesuai struktur self akan diamati sebagai ancaman.
Semakin kuat strukyur selfnya akan semakin banyak pengalaman yang dianggap
ancaman karena tidak sesuai dengannya, sehingga semakin kuat pula usaha
mempertahan dirinya
17. Dalam kondisi tertentu.kondisi yang bebas ancaman terhadap struktur
self,pengalaman yang tidak konsisten dengan struktur self diamati dan diuji,
serta di revisi untuk mengasimilisasi pengalaman tersebut.
18. Apabila organisme mengamati dan menerima semua pengalaman sensoriknya ke
dalam sistem yang konsisten, maka dia akan bisa mengerti dan menerima orang
lain sebagai individu yang berbeda.
19. Semakin banyak individu mengamati dan menerima pengalaman sensorik
kedalam struktur selfnya,kemungkinan terjadi introjeksi/revusu nilai-nilai
semakn besar(Alwison, 2004: 265-268).

3
B.   Struktur Kepribadian
1. Organism
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
a. Makhluk hidup: organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologiknya. Organisme adalah tempat semua pengalaman, segala sesuatu
yang secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi
seseorang mengenai event yang terjadi di dalam diri dan di dunia eksternal.
b. Realitas subyektif: Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau
dialaminya Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan fakta
benar-salah. Realita subyektif semacam itulah yang menentukan/ membentuk
tingkah laku.
c. Holisme: Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada
satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki
makna pribadi dan bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan,
dan mengembangkan diri.

2. Medan Fenomena (phenomenal field)

Keseluruhan pengalaman itu, baik yang internal maupun eksternal, disadari maupun
yang tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan fenomena adalah seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, Sebagaimana persepsi
subyektifnya. Beberapa deskripsi berikut menjelaskan pengertian medan fenomena:

1. Meliputi pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan


pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar).
2. Meliputi pengalaman yang: disimbolkan (diamati dan disusun dalam
kaitannya dengan diri sendiri), disimbolkan tetapi diingkari/dikaburkan
(karena tidak konsisten dengan struktur dirinya), dan tidak disimbolkan
atau diabaikan (karena diamati tidak mempunyai hubungan dengan
struktur diri). Pengalaman yang disimbolkan disadari, sedang pengalaman
yang diingkari dan diabaikan tidak disadari.
3. Semua persepsi bersifat subjektif, benar bagi dirinya sendiri.

4
4. Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali
me lalui inferensi empatik, itupun pengetahuan yang diperoleh tidak bakal
sempurna.

3. Self

Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan
self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Beberapa
penjelasan mengenai self dapat disimpulkan dari 19 rumusan Rogers:
1. Self terbentuk melalui diferensiasi medan fenomena.
2. Self juga terbentuk melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu (significant
person : orang tua) dan dari distorsi pengalaman.
3. Self bersifat integral dan konsisten.
4. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap sebagai ancaman.
5. Self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar.

Secara bertahap melalui pengalaman bagian dari medan fenomena akan


terdiferensiasi; persepsi yang cocok atau disetujui menggambarkan diri sendiri.
Konsep self menggambarkan konsepsi orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang
dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang
dirinya sebagai; "saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hati, dan menarik." Konsep
self juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai perannya
dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal. Jadi konsep
self itu mungkin kumpulan dari perangkat-perangkat persepsi yang menggambarkan
berbagai peran, misalnya diri sebagai ayah, suami, siswa, pekerja, mandor, atlet,
musisi, dan artis sekaligus. Konsep self dalam bentuk apa adanya, disebut struktur self,
untuk membedakan dengan self ideal (ideal-self) yang berisi gambaran diri seperti
yang diinginkan, bagaimana dirinya seharusnya, sebagai tujuan perkembangan dan
prestasi. Tanpa kesadaran, struktur-self dan self ideal tak pernah ada. Rogers
membatasi kesadaran sebagai "representasi simbolik dari bagian-bagian pengalaman,"
bisa dalam wujud simbol verbal atau simbol-simbol lainnya. Karena itu bagi Rogers
kesadaran dan simbolisasi adalah sinonim. Ada tiga tingkatan simbolisasi atau
kesadaran:

5
 Suatu peristiwa dialami di bawah ambang kesadaran sehingga diabaikan atau
diingkari, Pengabaian terjadi, misalnya ketika seorang siswa yang sedang
konsentrasi belajar, dia juga menangkap stimulasi suara gaduh diluar
kamarnya dan stimulasi pinggangnya yang sakit karena terlalu lama duduk.
Namun kedua stimulus itu diabaikan, tidak dimasukkan ke dalam struktur self.
Pengingkaran terjadi, misalnya siswa itu sesungguhnya tidak senang, benci
dengan materi yang dipelajarinya. Perasaan tidak senang itu diingkari, tidak
dimasukkan ke dalam struktur self karena ketidak senangan itu dapat
menurunkan semangat belajar sehingga menimbulkan bahaya terhadap konsep
diri.
 Suatu peristiwa dialami dengan kesadaran yang penuh, disimbolkan ke dalam
struktur self. Sayup-sayup, siswa itu mendengar teman-temannya “ngrasani”
bahwa dia adalah anak yang rajin. Dia sendiri memiliki struktur self sebagai
“diri yang rajin," dan pengalaman “dirasani” sebagai siswa yang rajin sesuai
dengan struktur selfnya. Pengalaman semacam itu akan disimbolkan dan
menjadi bagian dari struktur selfnya.
 Suatu peristiwa dialami dalam bentuk pengaburan. Ketika hasil ujiannya
buruk, itu tidak sesuai dengan struktur self yang memandang dirinya siswa
yang rajin, cerdas, berprestasi. Dia mengaburkan pengalaman "nilai buruk" itu
dengan persepsi nasib buruk, atau guru yang tidak objektif dalam menilai, atau
teman yang nyontek. Pengalaman itu membahayakan, mengancam kongruensi
selfnya, dan mengaburkan pengalaman itu dalam rangka mempertahankan
struktur self diri berprestasi yang dimilikinya.

C. Dinamika Kepribadian.     

1.  Penerimaan Positif (positive Regard)

Bayi mengembangkan konsep self dengan membedakan dan mengiternalisasi


pengalaman eksternal yang memuaskan atau tidak,mula-mula secara fisik, namun
kemudian berkembang menjadi kepuasan emosional dan sosial.akhirnya konsep
self akan mencakup gambaran dirinya,siapa seharusnya dirinya, dan siapa
kemungkinan dirinya.

6
Kesadaran memiliki konsep diri kemudian mengembangkan penerimaan positif
(kebutuhan dicintai,diakui lingkungan dan agar diterima dengan baik),
penerimaan positif ibu akan memuaskan si bayi. Penerimaan positif yang
dibutuhkan adaah penerimaan tanpa syarat sebagai pribadi yang utuh. Orang yang
merasa puas karena menerima regard positif akan merasa puas saat memberikan
penerimaan yang positif,itulah hubungan timbal balik regard positif.

Konsep penerimaan positif Rogers bertentangan dengan konsep super-ego dari


freud. Prinsip super ego freud adalah konsensia( baik-buruk) dan ego ideal
( performa terbaik), yang menghadiahi tinggkah laku baik dan menolak tingkah
laku buruk sehingga disebut penerimaan positif bersyarat.

2. konsistensi dan salingsuai self (self consistency dan congruence)


Organisme tidak berusaha mencari kepuasan dan menghindari sakit, tetapi
berusaha memelihara struktur self yang dimilikinya. Individu mengmbangkan
sistem nilai yang pusatnya adalah nilai dirinya. Individu mengorganisir nilai nilai
dan fungsi fungsi dirinya untuk memlihara sistem selfnya.

3. Aktualisasi Diri
 Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat
dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh
pengalaman dan belajar, khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri
akan berubah Sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai
lisia tertentu (adolensi), seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari
fisiologis ke psikologis. Tendensi dasar pertumbuhan ini mengaktualisasikan dan
mengekspansikan diri sendiri -tampak paling jelas sekali apabila individu diamati
dalam suatu jangka waktu yang lama. Ada suatu gerak maju pada kehidupan
setiap orang; tendensi yang tidak henti-hentinya inilah yang merupakan satu-
satunya kekuatan yang dapat diandalkan oleh ahli terapi untuk mengadakan
perbaikan dalam diri klien.  
             
D.  Perkembangan Kepribadian
1.     Pribadi yang Berfungsi Utuh (Fully Functioning Person)

7
Menurut Rogers tujuan hidup adalah mencapai aktualisasi diri, atau memiliki
ciri-ciri kepribadian yang membuat kehidupan menjadi sebaik-baiknya (good
life). Pandangan ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Good
life bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah di mana orang dapat
berpartisipasi sepenuhnya sesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh
adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai
kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman
yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.
Rogers memerinci 5 ciri kepribadian orang yang berfungsi sepenuhnya, sebagai
berikut:   
 Terbuka untuk mengalami (Openess to experience): adalah kebalikan dari
sifat bertahan (defensiveness). Orang yang-terbuka untuk mengalami
mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan secara mendalam
pengalaman visceral, sensori, emosional, dan kognitif dalam dirinya tanpa
merasa terancam. Mereka sadar dengan fikiran dan perasaannya yang
terdalam, semuanya disimbolisasi dalam kesadaran tanpa distorsi atau
denial. Mendengar orang membual dapat menimbulkan rasa muak, dan
orang yang berfungsi utuh terbuka untuk memiliki perasaan muak tanpa
harus diikuti dengan perbuatan yang melampiaskan perasaan muak itu.
Rasa muak itu tidak mengancam dirinya, dan dia dapat mengalihkan
perhatiannya kepada hal lain tanpa merusak hubungan interpersonal.
Orang yang defensif merasa terancam dengan perasaan muak itu dan
memunculkan tingkahlaku untuk menghilangkannya.
 Hidup menjadi (Existential living): Kecenderungan untuk hidup
sepenuhnya dan seberisi mungkin pada setiap eksistensi. Setiap
pengalaman dipandang baru dan unik berbeda dengan yang pernah terjadi;
berkembang tanpa diawali prasangka dari harapan sebelumnya. Semua
pengalaman itu akan mengembang kan self dan kepribadian, bukan
sebaliknya. pengalama disesuaikan dengan struktur self yang kaku. Orang
menjadi fleksibe? adaptabel. toleran, dan spontan.
 Keyakinan organismik (Organismic trusting): Orang mengambil
keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri, mengerjakan

8
apa yang “dirasanya benar./” sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya
untuk mengarahkan tingkahlaku yang memuaskan. Orang mampu
memakai perasaannya yang terdalam sebagai sumber utama membuat
keputusan, Kebalikan keyakinan organismik adalah pengambilan
keputusan berdasarkan sumber eksternal; norma sosial, aturan institusi
(misalnya; agama), penilaian orang lain, atau tingkahlakunya sendiri
ketika menghadapi situasi lain.
 Pengalaman kebebasan (Experiental freedom): Pengalaman hidup bebas
dengan cara yang diinginkan/dipilih sendiri, tanpa perasaan tertekan atau
terhambat; Organisme mempunyai pilihan bebas, apa yang terjadi pada
organisme itu tergantung kepada dirinya sendiri. Orang itu melihat banyak
pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan apa yang ingin
dikerjakannya. Tentu tidak ada kebebasan yang absolut. Rogers mengakui
pengaruh keturunan, kekuatan sosial dan pengalaman masa lalu terhadap
pilihan organisme.
 Kreativitas (Creativity): Merupakan kemasakan psikologik yang optimal.
Orang dengan good life berkemungkinan besar untuk memunculkan
produk kreatif (idea, project, action) dan hidup kreatif. Orang yang kreatif
cenderung hidup konstruktif dan'adaptif dalam kulturnya (memuaskan
lingkungan) sekaligus memuaskan kebutuhannya yang terdalam.

2.    Perkembangan Psikopatologi


    Menurut Rogers, orang maladjusmen sepertinya tidak sadar dengan perasaan
yang mereka ekspresikan (yang ditangkap jelas oleh orang luar)Mereka juga tidak
sadar dengan pernyataan yang bertentangan dengan self-nya dan berusaha
menolak ekspresi yang dapat mengungkap hal itu. Hubungan akrab dipandang
sebagai ancaman, dan keterlibatan dengan orang lain dihindari. Sebaliknya, orang
sehat menyadari pengalaman dan ekspresi perasaannya, bertanggung jawab
dengan perasaan yang dimilikinya. dan berani bergaul akrab dengan segala
resikonya.

 Tak Saling Suai (lncongruence)

9
Orang yang secara psikologik sangat sehatpun secara berkala tetap dihadapkan
dengan pengalaman yang mengancam konsep dirinya yanq memaksanya untuk
mendistorsi atau mengingkari pengalamannya. Jad' Siapapun memiliki pertahanan
untuk menangani kecemasan ringan dan cara bertingkahlaku yang dapat
mengurangi kecemasan itu. Ketika pengalaman sangat tidak konsisten dengan
struktur self atau pengalaman inkongruerl sering timbul, tingkat kecemasan yang
terjadi dapat merusak rutinitas dan orang menjadi neurotik. Orang ini sebagian
pertahanannya masih efektif dalam menjaga pengalaman mengancam agar tidak
masuk ke kesadaran. struktur-self masih tetap utuh walaupun lemah.
Semakin besar jurang ketidaksesuaian antara konsep diri dengan pengalaman
organismik, semakin orang menjadi rentan (vulnerable). Lebihlebih jika orang itu
sudah tidak menyadari perbedaan antara konsep diri dengan pengalamannya. Jika
tingkat tak inkongruen sangat tinggi, pertahanan mungkin tidak dapat
dioperasikan. Pengalaman inkongruen disimbolisasi ke dalam kesadaran, sehingga
konsep-diri menjadi hancur. Kondisi di mana self tidak mampu mempertahankan
diri dari pengalaman yang mengancam im akan menimbulkan disorganisasi
kepribadian dan psikopatologi membuat orang menjadi psikotik.

 Kecemasan dan Ancaman


  Jika vulnerabilita muncul akibat dari orang tidak menyadari ketidaksesuaian
dalam diri-selfnya, kecemasan dan ancaman muncul akibat dari orang yang sangat
sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit saja orang menyadari bahwa perbedaan
antara pengalaman organismik dengan konsep diri yang tidak muncul ke
kesadaran, telah membuatnya merasakan kecemasan. Rogers mendifinisi
kecemasan sebagai "keadaan ketidak nyamanan atau ketegangan yang sebabnya
tidak diketahui." Ketika orang semakin menyadari ketidak kongruenan antara
pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman
terhadap konsep diri kongruen, dan terjadi pergeseran menjadi sikap diri
takkongruen. Kecemasan dan ancaman yang menjadi indikasi adanya ketidak
kongruenan diri dengan pengalaman membuat orang berada dalam perasaan
tegang yang tidak menyenangkan, namun "pada tingkat tertentu kecemasan dan
ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa yang sehat.

10
 Tingkah laku Bertahan (Defensiveness)
     Tingkah laku bertahan yang dipakai untuk menangani inkongruen, dapat
efektif atau tidak efektif. Deskripsinya mirip dengan mekanisme pertahanan dari
Freud. Rogers hanya mengklasifikasi dua tingkahlaku bertahan, yakni distorsi dan
denial (distortion dan denial). Termasuk dalam distorsi adalah kompulsi,
kompensasi, rasionalisasi, fantasi, dan projeksi, sebagai berikut:
 Distorsi: pe'ngalaman diinterpretasi secara salah dalam rangka
menyesuaikannya dengan aspek yang ada di dalam konsep self. Orang
mempersepsi pengalaman secara sadar tetapi gagal menangkap (tidak
menginterpretasi) makna pengalaman seperti yang sebenarnya. Distorsi
dapat menimbulkan bermacam difense dan tingkahlaku salah suai.
 Denial: orang menolak menyadari suatu pengalaman, atau paling tidak
menghalangi beberapa bagian dari pengalaman untuk disimbolisasi.
Pengingkaran itu dilakukan terhadap pengalaman yang tidak kongruen
dengan konsep diri, sehingga orang terbebas dari ancaman ketidak-
kongruenan diri.
 Disorganisasi
     Disorganisasi kepribadian dapat terjadi mendadak atau berangsur-angsur,
namun sumbernya tetap sama, yakni defense yang tidak dapat dioperasikan, dan
struktur self yang pecah. Jadi, tingkahlaku disorganisasi adalah akibat dari
ketidak-kongruen antara self dengan pengalaman. Besarnya perbedaan antara
self dengan pengalaman inilah yang menentukan parahnya salahsuai psikologik.
Disorganisasi kepribadian itu dapat disembuhkan/dikoreksi dengan terapi yang
memberinya penerimaan positif tanpa syarat.

E.     Kelemahan
 Teori humanistik tidak bisa di uji dengan mudah
 Banyak  konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang
telah berhasil  mengaktualisassikan dirinya, ini masih buram dan subjektif
 Psikologi humanisktik mengalami pembiasaan terhadap nilai
individualistis.

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Carl Rogers mendeskripsikan the self  atau self-structure sebagai sebuah
konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self
ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu
saat ini, sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh
individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Bila
seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan,
maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut
Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental,
seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik. Rogers
juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia
lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada
masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang
menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.

Saran

Kami berharap dengan adanya pemaparan tentang keterampilan dalam


konseling,masyarakat dapat mengunakan jasa para konselor dan memberikan
kepercayaan bahwa konselor dapat membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah melalui proses konseling.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian.Malang : Penerbit Universitas


Muhammadyah Malang.

Alwisol . (2009) Psikologi kepribadian . Edisi revisi

Boeree, CG. (1997) .Personality Theories :Melacak Kepribadian Anda Bersama


Psikolog Dunia. (Alih bahasa : Inyiak Ridswan Muzir). Yogyakarta :
Primasophie.

Farozin, H. M. Dan Fathiyah, Kartika Nur.(2004) Pemahaman Tingkah Laku.


Jakarta : Rineka Cipta.

Koeswara, E. (1991) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.

Sumadi Suryabrata. (2005) Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV Rajawali.

13

Anda mungkin juga menyukai