Anda di halaman 1dari 173

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 2

PERTEMUAN KE I
Introduction
DISKRIPSI MUATAN STUDI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 2
Psikologi kepribadian merupakan salah satu mata kuliah psikologi
terapan yang mempelajari dan mendiskusikan teori-teori kepribadian
yang dikemukakan oleh para teoretikus kepribadian dalam usaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan :

1) Apakah yang membuat manusia berperilaku seperti yang


mereka lakukan ?
2) Apakah manusia sadar akan apa yang sedang ia lakukan, atau
apakah perilaku mereka merupakan hasil dari motif-motif
tersembunyi yang tidak disadari ?
3) Apakah orang pada dasarnya baik dan yang lainnya jahat ?
Atau apakah setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi
baik atau jahat?
4) Apakah kebanyakan perilaku manusia merupakan produk dari
sifat dasar, atau perilaku tersebut dibentuk oleh pengaruh
lingkungan ?
5) Dapatkah manusia secara bebas memilih untuk membentuk
kepribadiannya, atau apakah hidup mereka sudah ditentukan
oleh kekuatan-kekuatan yang ada di luar kendali mereka ?
6) Bisakah gangguan kepribadian yang disebabkan oleh aspek
kejiwaan dan tercermin dlm perilaku menyimpang itu diterapi ?
Jika tidak mengapa ? Dan jika bisa bagaimana caranya ?
KOMPETENSI
1. Mahasiswa mampu memahami hakekat kepribadian individu dengan
memahami fikirannya, perasaan dan perilakunya.
2. Mahasiswa mampu menganalisis berbagai permasalahan yang
menyebabkan terjadinya gangguan kepribadian individu dan
mencoba melakukan bantuan psikoterapi secara tepat.
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan psikologi
kepribadian dalam membangun kesehatan kepribadian, baik bagi
kepentingan psichiatrik, forensik dan kriminologik.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Metode : Ekspository (menjabarkan), inkuiri (menanyakan)


Penugasan dan Diskusi
Media : Whiteboard dan LCD

EVALUASI
Keberhasilan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan psikologi
kepribadian 2 ini ditentukan oleh prestasi masing-masing
mahasiswa dalam hal :
1. Partisipasi kegiatan dalam kelas.
2. Pembuatan tugas dan respons dalam kegiatan diskusi di
kelas
3. Kuis, UTS dan UAS
KONTRAK BELAJAR
TUGAS PENYUSUNAN MAKALAH & DISKUSI
1. A Person Centered Approach - Carl Rogers
2. A Personal Construct Approach, the humanistic-existential approach
George Kelly
3. Teori Humanistik-Eksistensial Approach - Abraham Maslow
PERTEMUAN KE 2
A person centered approach
Carl Rogers
PERSONALITY CONSTRUCT

MEDAN
ORGANISME
FENOMENA
SELF
Carl Rogers lebih memperhatikan bagaimana kepribadian individu itu
berubah dan berkembang, yang dalam teorinya personality construct
yang mendasar, yaitu :
1. Organisme, yang mencakup 3 hal :
1) Makhluk hidup, organisme yang lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologiknya.
2) Realitas Subyektif, organisme yang menanggapi dunia seperti
yang diamati atau dialaminya.
3) Holisme, organisme yang merupakan satu kesatuan sistem
sehingga perubahan satu bagian akan mempengaruhi bagian
yang lain. Perubahan itu memiliki makna dan tujuan, yaitu
mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan
diri.
2. Medan Fenomena, seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang
hidupnya, meliputi :
1) Pengalaman Internal dan external.
2) Pengalaman yang disimbolkan, (diamati dan disusun dalam kaitannya
dg diri sendiri), disimbolkan tetapi diingkari/dikaburkan (krn tidak
konsisten dg struktur dirinya) dan tidak disimbolkan (krn diamati tdk
mempunyai hubungan dg struktur diri)
3) Persepsi yang bersifat subyektif , benar menurut diri sendiri.
4) Inferensi Empatik, medan fenomena yang tidak diketahui oleh orang
lain.
3. Self, diri yang terbentuk melalui :
1) Deferensi medan fenomena.
2) Introjeksi nilai-nilai tertentu.
3) Bersifat integral dan konsisten
4) Dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar.
5) Medan fenomena yang tidak sesuai dg self dinilai sbg ancaman
• Self consept adalah kesadaran batin yg tetap, pengalaman yg
berhubungan dg aku dan yg membedakan aku dari yg bukan aku.
Self consept terdiri :
1. Self real, diri yg organismik, yaitu diri yg perasa (feeling self),
yang bersifat intuitif dan membuka diri utk merasakan proses
pengalaman organik, terdiri :
 Congruence adalah situasi dimana pengalaman diri
diungkapkan dg seksama dlm sebuah konsep diri yg utuh,
integral dan sejati.
 Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yg dirasakan
dlm pengalaman aktual disertai pertentangan & kekacauan
batin.
Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yg disebut need for
positive regard, dibedakan :
1) Conditional positive regard, penghargaan positif bersyarat,
seperti pujian orang tua thd anak jika anak itu bertingkah laku
seperti keinginan orangtua, pujian Tuhan terhadap hamba-
Nya yang ber taqwa.
2) Unconditional positive regard, penghargaan positif tak bersyarat

2. Self ideal, diri yang dicitakan, pandangan seseorang atas diri


sebagaimana yang diharapkan, yang meliputi semua atribut yang
ingin dimiliki oleh seseorang.
Kurt Lewin menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik
individu dan lingkungan atau B = f (P,E).
TEORI YANG BERPUSAT PADA PRIBADI

KECENDERUNGAN FORMATIF
Kecenderungan setiap hal untuk berevolusi dari
bentuk yg sederhana menjadi yg lebih komplek
ASUMSI DASAR

KECENDERUNGAN AKTUALISASI
Kecenderungan manusia utk bergerak menuju
keutuhan atau pemuasan dari potensi
PSIKOTERAPI
• Terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapis) berasumsi
bahwa untuk orang-orang yang rentan /cemas dapat berkembang
secara psikologis jika bertemu dengan terapies yang kongruen dan
yang mereka rasakan sebagai orang yang mampu memberikan
nuansa penerimaan tidak bersyarat dan empati yang akurat. Teori
Rogers dapat dilihat dalam hal kondisi, proses dan hasil.
• Kondisi. Terdapat beberapa kondisi yg dianggap perlu & memadai :
1) Klien yang cemas atau rentan harus bertemu dengan terapis
yang kongruen.
2) Terapis harus memiliki empati dan penerimaan positif tidak
bersyarat untuk klien.
3) Klien harus mendengar secara empati dari konselor yang
dianggap perlu dan memadai.
• Proses.
Proses pengubahan kepribadian yang konstruktif diletakkan dalam
sebuah kontinum dari yang paling defensif ke yang paling integratif :
1) Dicirikan dengan ketidak mampuan untuk mengkomunikasikan
apapun tentang diri.
2) Klien mulai bersedia mendiskusikan peristiwa-2 internal dengan
orang lain meskipun mereka tidak menyadari perasaan-2 nya.
3) Klien lebih bebas membicarakan dirinya walaupun masih sebagai
subyek.
4) Klien mulai berbicara mengenai perasaan mendalam, tetapi bukan
yang sedang dirasakan saat itu.
5) Klien mulai mengalami perubahan dan perkembangan yang
signifikan
6) Klien mulai mengalami perubahan yang dramatis dan pergerakan
menuju seseorang yang berfungsi sepenuhnya.
7) Klien telah menjadi manusia masa depan yang berfungsi sepenuhnya
(aktualisasi kognitif, afektif dan behavioralnya).
• Hasil.
Hasil yang paling mendasar dari terapi yang berpusat pada klien adalah
klien yang kongruen, tidak defensif, lebih terbuka terhadap pengalaman.

MANUSIA MASA DEPAN


1) Orang yang lebih mudah beradaptasi.
2) Manusia yang lebih terbuka atas pengalaman-2 nya
3) Kepercayaan mereka atas diri organismiknya.
4) Manusia yang memiliki kecenderungan untuk hidup sepenuhnya pada
masa sekarang.
5) Manusia yang percaya terhadap kemampuan dirinya untuk merasakan
hubungan yang harmonis dengan orang lain.
6) Manusia yang lebih terintegrasi, lebih utuh, tanpa batasan-2 buatan
antara proses kognitif yang dilakukan secara sadar maupun tidak.
7) Memiliki kepercayaan pada kemanusiaan, peduli pada orang lain
dan siap membantu kepada siapa saja.
8) Manusia yang terbuka dengan dengan semua pengalaman, lebih
menikmati kekayaan hidup jikwanya.
PERTEMUAN KE 3
A personal construct approach,
the humanistic-existential approach
George Kelly
POSISI FILOSOFIS KELLY
• Apakah perilaku manusia itu berdasar kenyataan atau persepsi orang
terhadap kenyataan ? Kelly menolak posisi Skinner yang menyatakan
perilaku itu dibentuk oleh lingkungan, yaitu kenyataan. Dan menolak teori
fenomenologi yang menyatakan bahwa realita adalah yang dipersepsi
manusia.
• Konstruk personal atau cara menginterpretasi dan menjelaskan peristiwa
merupakan kunci untuk memprediksikan perilaku manusia.

KONSTRUK PERSONAL
• Konstruk personal adalah cara dalam melihat dunia, yang membuat
manusia mampu untuk memetakan suatu bentuk perilaku, diformulasikan
dengan eksplisit atau cara implisit, secara verbal atau sama sekali tidak
dapat dielaborasikan, konsisten dengan bentuk perilaku yang lain atau tidak
konsisten dengan mereka, dinalar secara intelektual atau dirasakan secara
vegetatif.
• Asumsi Dasarnya : “bahwa proses seseorang diarahkan melalui jalur-
jalur psikologis oleh cara-cara ketika (orang tersebut) mengantisipasi
peristiwa-peristiwa”, atau perilaku manusia (pikiran dan tindakan)
diarahkan oleh cara mereka melihat masa depan”
Proses dari seseorang merujuk pada manusia yang hidup, berubah
dan bergerak karena hidup itu sendiri menjelaskan pergerakan
seseorang, bukan motif, kebutuhan, dorongan atau insting sebagai
motivasi yang mendasari.
Diarahkan melalui jalur-jalur dimaksudkan untuk mengindikasikan
bahwa manusia bergerak terarah melalui suatu jaringan dari suatu
jalan atau jalur.
Cara mengantisipasi peristiwa dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan bahwa manusia mengarahkan tindakan mereka
sesuai dengan prediksi mereka atas masa depan yang diinginkan.
Jadi, manusia secara terus menerus berusaha “mencapai masa
depan melalui jendela masa kini”
• Untuk mengelaborasikan teori konstruk personal, Kelly mengajukan
sebelas konsekwensi pendukung yang diambil dari asumsi dasarnya,
yaitu :
1. Persamaan di antara peristiwa.
Tidak ada dua kejadian itu sama, tetapi kejadian yang serupa itu
dipersepsi sebagai sesuatu yang sama. Persamaan antar peristiwa
ini disebut “Konsekuensi Konstruksi”
2. Perbedaan di antara manusia.
Manusia itu berbeda satu sama lain dalam konstruksi mereka thd
peristiwa. Penekanan atas perbedaan ini disebut sebagai
“Konsekuensi Individualitas”.
3. Hubungan di antara konstruk.
Hubungan diantara konstruk menyatakan bahwa “manusia secara
karakter akan mengembangkan konstruk mengenai suatu sistem
yang merangkul hubungan ordinal atara konstruk untuk
kenyamanan (mereka) dalam mengantisipasi kejadian”.
Konsekuensi ini disebut “Konsekuensi Organisasi”. Kompleksitas
hubungan antar konstruk ini dapat di ilustrasikan sbb. :
BAIK BURUK

Integrasi KEMANDIRIAN Kesehatan Kebodohan KETERGANTUNGAN


Penyakit
RUMAH
SEKOLAH

TRANSPORTASI

BUS BERJALAN TEMAN-TEMAN


MOBIL

BELI MOBIL BEKAS


4. Dikotomi Konstruk.
Konsekuensi dikotomi menyatakan bahwa “sistem konstruksi
seseorang terdiri dari konstruk dikotomi dengan jumlah terbatas”
5. Dst. s/d 11 konsekuens konstruk
GANGGUAN PSIKOLOGIS – KELLY
Ancaman, perasaan terancam pada saat orang
mempersepsikan bahwa stabilitas dari konstruk dasar
mereka digoyahkan.
Ketakutan, ancaman yang lebih spesifik dan
bersifat sekunder.
GANGGUAN
PSIKOLOGIS Kecemasan/Neurotik, kesadaran bahwa
kejadian yang dihadapi seseorang itu berada di luar
jangkauan praktis dari sistem konstruk orang itu
Rasa Bersalah, perasaan kehilangan struktur
peran inti seseorang.
PERTEMUAN KE 4
TEORI HUMANISTIK / EKSISTENSIAL APPROACH
Abraham Maslow,
PANDANGAN MASLOW TENTANG MOTIVASI
Teori Kepribadian Maslow disusun berdasarkan asumsi dsr motivasi :
1) Maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi
(holistic approach to motivation), yaitu keseluruhan dari seseorang,
bukan hanya satu bagian atau fungsi, termotivasi.
2) Motivasi itu kompleks, terdiri dari beberapa hal (usualy complex),
yang berarti tingkah laku seseorang bisa muncul dari beberapa
motivasi yang terpisah.
3) Orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan (people
are continualy motivated by one need or another), Jika kebutuhan
terpenuhi maka kebutuhan itu mulai beralih pada kebutuhan yang
lain.
4) Semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang
sama (all people everywhere are motivated by the same basic needs).
5) Bahwa kebutuhan-kebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah
herarchi sebagaimana berikut :

Meta Needs Self Actualization

Basic Esteem Needs


Needs LoveNeeds
Safety Needs
Fisiological Needs
HERARCHI KEBUTUHAN MASLOW

JENJANG NEED DISKRIPSI


METANEED Self Actualization 1) Kebutuhan untuk menjadi yang
Need (kebutuhan seharusnya, sesuai dg potensinya.
akan kepuasan 2) Kebutuhan kreatif, ralisasi diri dan
diri) pengembangan self.
3) Kebutuhan harkat kemanusiaan utk
mencapai tujuan, being values,
4) Kebutuhan yg berkaitan dg pengetahuan
& pemahaman.
BASIC NEED Esteem Needs 1) Kebutuhan kekuatan, penguasaan,
(kebutuhan harga kompetensi, kepercayaan diri,
diri) kemandirian
2) Kebutuhan prestise, status, ketenaran,
dominasi, kehormatan, menjadi penting
dan apresiasi.
JENJANG NEED DISKRIPSI
Love Needs Kebutuhan kasih sayang, keluarga, sejawat,
pasangan, menjadi bagian dari kelompok,
masyarakat.

Safety Needs Kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur,


hukum, keteraturan, bebas dari ancaman & cemas.

Physiological Kebutuhan homeostetic, kebutuhan makan,


Needs minum, protein, istirahat, seks ds.
KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI
 Konasi
 Estetika tidak terpenuhi ? Kepribadian terganggu ?
 Kognitif
 neurotik
KEBUTUHAN META : ESTETIK & KOGNITIF

No METANEED KARAKTER YANG BERHUBUNGAN


1. Keanggunan (beauty) Keindahan, keseimbangan bentuk, menarik perhat
2. Bersemangat (aliveness) Hidup, bergerak spontan, berfungsi penuh, berubah
3. Keunikan (uniquiness) Keistimewaan, khas, tidak sama, ke-baruan
4. Bermain-main (playfulness) Gembira, riang, senang, menggelikan, humoris
5. Kesederhanaan (simplicity) Jujur, terbuka, tidak berlebihan, tidak rumit
6. Kebaikan (goodness) Positif, bernilai, sesuai dengan yang diharapkan
7. Teratur (order) Rapi, terencana, beraturan, serasi, seimbang
8. Kemandirian (self sufficiency) Otonom, menentukan diri sendiri, tidak dependent
9. Kemudahan (effortiesness) Ringan, tanpa hambatan, bergaya
10. Kesempurnaan (perfection) Mutlak, pantas, tidak berlebih/berkutang, optimal
11. Kelengkapan (completion) Selesai, tamat, sampai akhir, puas, tanpa sisa
12. Berisi (richness) Komplek, penuh, berat, rumit, semua sama penting
13 Hukum (justice) Tidak berat sebelah, menurut hukum, yg seharusnya
14. Penyatuan (dicotomy) Menerima perbedaan, perubahan, penggabungan
15. Keharusan (necessity) Tidak dapat ditolak, syarat sesuatu harus seperti itu
16. Kebulatan (wholeness) Kesatuan, integrasi, saling berhubungan
17. Kebenaran (truth) Kenyataan, apa adanya, faktual, tidak berbohong
JONAH KOMPLEX
• Hal yang sering menghambat pertumbuhan menuju aktualisasi diri
adalah Jonah Kompleks, ketakutan untuk mencapai puncak dengan
ciri melarikan diri dari taqdir. Mengapa ?
1) Tubuh yang tidak cukup kuat untuk betahan melalui kenikmatan
dari sebuah keberhasilan dalam waktu tertentu.
2) Sebagian besar orang mempunyai ambisi pribadi untuk menjadi
besar (novelis, artis, peneliti, profesor dsb), tetapi dengan
membandingkan dengan orang lain timbul rasa tidak percaya
diri.
PERTEMUAN KE 5
TRAIT THEORY – GORDON W ALPORT
Ali Ghozi (C) terlambat hadir diskusi
PENDEKATAN ALLPORT THDP TEORI KEPRIBADIAN
• Apakah kepribadian itu ?
Allport memulai mendefinisikan secara cermat dari kata “personality”
dari kata “persona” – topeng treatrikal sehingga dia merumuskan 49
definisi kepribadian. Kemudian ia menawarkan definisi kepribadian
yang ke 50 bahwa kepribadian itu “organisasi dinamis dari sistem
psikofisik individu yang menentukan caranya yang khas untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya” (tahun 1937). Dan pada
tahun 1961 ia mengubah frasa terakhirnya menjadi “yang
menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya”.
 Sistem psikopisik → jiwa dan raga merupakan sistem terpadu,
berinteraksi mengarahkan tingkah laku.
 Khas → setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri
karena memiliki kepribadiannya sendiri-sendiri.
• Apa peran motivasi yang disadari ?
Allport menekankan pentingnya motivasi yang disadari dan
kesadaran itu menjadi alasan untuk melakukan sesuatu. Allport tidak
mengabaikan pentingnya proses yang tidak disadari karena faktanya
ada beberapa motivasi yang didorong oleh impuls-impuls yang
tersembunyi dan dorongan yang tersublimasi. Mis, kerugian adalah
akibat termotivasi oleh kecenderungan yang tidak disadari.
• Apa Karakteristik Pribadi Yang Sehat ?
Allport mengidentifikasi 6 kreteria kepribadian yang matang/sehat :
1) Perluasan Perasaan Diri. Semua orang mempunyai rasa cinta
terhadap diri sendiri, namun hanya perluasan atas diri yang menjadi
penanda kematangan pribadi.
2) Hubungan yang hangat dengan orang lain.
3) Keamanan emosional atau penerimaan diri.
4) Persepsi yang realistik
5) Insight dan humor
6) Filosofi kehidupan yang integral yang utuh, termasuk orientasi nilai yang 
partikular, sentimen keagamaan yang terdifferensiasi, dan kesadaran yang 
terpersonlisasi

STRUKTUR KEPRIBADIAN
• Struktur terpenting kepribadian adalah yang dapat mendeskripsikan orang
dalam konteks karakteristik individual yang disebut Disposisi Personal.
• Trait dibedakan
1) common trait (sifat umum), karakteristik yg dimiliki banyak orang, yang
menggambarkan cara hidup dalam suatu budaya dan dapat
dibandingkan satu sama yang lain.
2) individual trait (sifat individual), untuk mendeskripsikan
karakteristik yang relatif stabil, seperti mudah bergaul, introvert.

TINGKATAN DISPOSISI PERSONAL


Disposisi adalah sutu kontinum dari yang paling utama sampai yang
mempunyai tingkat kepentingan sekunder bagi seseorang, terdiri :
1) Disposisi Pokok, karakteristik yang sangat kuat atau emosi kuat
yang bersifat mengatur dan sangat menonjol. Orang yang memiliki
disposisi pokok biasanya dikenal dengan karakteristik individual tsb.
Karena disposisi personal lebih bersifat individual (seperti idealistik,
heroik, narsistik, sadistik dsb) tidak dimiliki oleh orang lain maka
sifat individual itu akan menjadi sifat umum.
2) Disposisi Sentral
3) Disposisi Motivasi dan Ekspresif
PERTEMUAN KE 6
A FACTOR THEORY TRAITS
Raimond B Cattel
STRUKTUR TRAIT
• Trait merupakan konstruk hipotetik/imajiner sebagai kesimpulan dari
pengamatan obyektif terhadap tingkahlaku. Trait adalah elemen
dasar dari kepribadian yang berperan vital dalam usaha meramalkan
tingkahlaku. Maka trait adalah struktur komplek dari trait yang
tersusun dalam berbagai kategori yang memungkinkan prediksi
tingkahlaku seseorang dalam situasi tertentu, mencakup seluruh
tingkahlaku yang konkrit maupun yang abstrak.

KATEGORI TRAIT :
1. Kategori Kepemilikan :
1) Trait Umum : trait yang dimiliki semua orang dalam tingkatan
tertentu. Misal, intelegensi, introversi. Sifat universal trait umum
dilatar belakangi oleh Hereditas, kelompok budaya yang sama.
2) Trait Khusus, trait yang dimiliki satu orang saja – bisa juga dimiliki
oleh beberapa orang dengan kombinasi antar trait yang berbeda.
Sifat unik ini terutama berhubungan dengan interes dan attitude.
2. Kategori Kedalaman :
1) Trait Permukaan,sifat yang tampak, yang menjadi tema umum
dari beberapa tingkahlaku. Misal, remaja yang lincah,
menyenangkan orang lain, dapat dikatakan memiliki trait
permukaan yang periang. Sebaliknya dapat dikatakan memiliki
sifat permukaan depresif.
2) Trait Sumber, elemen dasar yang menjelaskan tingkahlaku. Sifat
ini tidak bisa disimpulkan secara langsung dari amatan
tingkahlaku dan hanya diidentifikasi memakai analisis faktor untuk
menentukan faktor yang mempengaruhi (bawaan atau bentukan
lingkungan)
3. Kategori Modalitas Ekspresi :
1) Trait Kemampuan, menentukan keefektifan seseorang dalam
usaha menggapai tujuan, seperti kecerdasan.
2) Trait Temperamen, gaya atau irama tingkahlaku, seperti
ketenangan/kegugupan, keberanian, santai, mudah terangsang.
3) Trait Dinamik, motivasi atau kekuatan pendorong tingkahlaku,
seperti interest, ambisi menguasai sesuatu.

ERG (DORONGAN PEMBAWAAN).


Sifat sumber konstitusional yang dinamis, juga disebut teoritisi
dorongan, kebutuhan, insting. Erg terdiri dari :
4) Menyebabkan perspektif selektif, menyebnabkan beberapa hal
lebih diperhatikan daripada hal lain, seperti perut lapar, makanan
lebih diperhatikan daripada kuliah.
2) Menstimuli respon emosi bagi pemikiran atau obyek tertentu,
seperti saat lapar, berfikir tentang menu makanan terasa lebih
menyenangkan daripada berfikir tetntang teori kepribadian.
3) Menstimuli perilaku yang mengarah pada tujuan tertentu, sep.
saat lapar, perilakunya ditujukan pada upaya mendapatkan
makanan dan minuman.
4) Hasil dari sejumlah yang sudah menggerakkannya terlebih
dahulu, seperti ketika lapar dan individu itu menemukan
makanan, maka ia akan memakannya.

Meta Erg
Sifat sumber yang dinamis tetapi asal usulnya dari lingkungan,
termasuk meta erg adalah :
1) Sikap atau attitude, konsep tingkahlaku spesifik sebagai respon
terhadap suatu situasi. Sikap berperan menjadi motivasi
tingkahlaku.
2) Sentimen,struktur keseimbangan attitude yang memperoleh
energi dari erg tetapi dibentuk dari hasil belajar
PERTEMUAN KE 7
A THEORY OF TYPES
Hans J. Eysenck
A = 17,18,19 (85/80) ---01,29,09,32,22,40,38,10,08,36
TEORI ANALISIS FAKTOR EYSENCK
• Teknik analisis faktor Eysenck menghasilkan tiga faktor yang bersifat
bipolar – ekstraversi/intraversi, neurotisisme/stabilitas dan psikotik /
superego. Teori lima faktor (the big five) meliputi neuritisisme dan
ekstraversi ditambahkan keterbukaan pada pengalaman, keramahan
dan kesadaran.
• Ada empat kreteria dalam mengidentifikasi suatu faktor, yaitu :
1. Bukti psikometrik untuk eksistensi faktor yang harus releabel dan
dapat direplikasi.
2. Mempunyai keterwarisan (heritability) dan harus sesuai dengan
model genetis yang sudah dikenal sebelumnya.
3. Harus masuk akal saat dipandang dari segi teoritis.
4. Harus mempunyai relevansi sosial (mempunyai hubungan
dengan variabel sosial (tidak harus kausalaitatif)
• Herarki organisasi perilaku.
Eysenck mengenali herarchi empat level pengorganisasian perilaku :
1. Level terendah adalah kognisi atau tindakan spesifik, perilaku
atau pikiran yang merupakan karakteristik seseorang.
2. Level kedua adalah tindakan atau kognisi umum, respon yang
terjadi secara berulang dalam kondisi yang serupa, seperti
mahasiswa yang bertahan untuk menyelesaikan tugas sampai
selesai.
3. Level ketiga adalah sifat dari perilaku, disposisi kepribadian
yang penting dan semipermanen, seperti ketekunan dalam
menyelesaikan tugas merupakan sifat.
4. Level ke empat adalah type atau superfaktor, terdiri dari Psikotik
(P), Ekstraversi (E) dan Neurotisme (N).
DIMENSI KEPRIBADIAN EYSENCK & CATTELL

Type Intro
versi

Sft
Sifat Ketek
unan
pemal
u

Kebiasaan Melanj Kerjaka Tolak


Tekun Selesai Lakuka
utkan n undang
dg hobi kan tgs n hobi
tgs sek sendiri an
• Struktur herarchi Superfaktor yang di gagas Eysenck
Psikotik

Agresif Dingin Egosentris Tdk Ramah Impulsif

Antisosial Tdk Empati Kreatif Keras Kepala


Ekstraversi

Ramah Dinamis Aktif Tegas Sensasif

Riang Dominan Brontak Berani


Neurotisisme

Rasa
Cemas Tertekan inferior Tegang
Bersalah

Irrational Pemalu Murung Emosional


• Neurotisisme (N) dan Psikotik (P) tidak terbatas pada individu yang
patologis. Eysenck menilai ketika faktor (N, P dan E) itu sebagai
bagian dari struktur kepribadian normal. Ketiganya bersifat bipolar
dengan ekstraversi berada dalam salah satu kutub dari faktor E dan
introversi menempati kutub sebaliknya, faktor N meliputi neurotisme
pada satu kutub dan stabilitas pada kutub yang lain, dan faktor P
mempunyai psikotik dalam satu kutub dan fungsi superego dalam
kutub yang lain.
• Mengukur Kepribadian
Eysenck mengembangkan empat inventory kepribadian untuk
mengukur superfaktor :
1. Maudslay Personality Inventory (MPI) yang mengkaji korelasi E
dan N
2. Eysenck Personaliti Inventory (EPI) yang mengkaji skala
kebohongan (lie – L) untuk mendeteksi kepura-puraan (faking).
3. EPI yang dikembangkan untuk anak usia 7-16 tahun.
4. Eysenck Personality Questionnaire (EPQ) yang memasukkan
skala psikotik (P).
PERTEMUAN KE 8
UTS
PERTEMUAN KE 9
STIMULUS RESPON THEORY
Neil E Miller dan John Dollard
A = 20,21,22 (80/75) --- 09,07,04,25,30,12,36,37,40.
• Kebiasaa (habit) adalah satu elemen yang memiliki sifat struktural,
ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon yang relatif stabil
dan tahan lama dalam kepribadian. Meski demikian, dorongan sekunder
(secondary drives), dorongan primeir (primary drives) dan hubungan S-
R yang bersifat bawaan juga menyumbang struktur kepribadian
DINAMIKA KEPRIBADIAN.
• Motivasi – Dorongan (Motivation – Drives)
Dalam kehidupan manusia, banyak dorongan yang dipelajari
(secondary drives), atau berdasarkan dorongan primeir (primary drives)
sep. lapar, haus dan kebutuhan fiiologis lainnya. Dorongan yang
dipelajari itu berperan sebagai wajah semu yang fungsinya
menyembunyikan dorongan bawaan. Bahkan bukan hanya dorongan
primeir yang diganti oleh dorongan sekunder, tetapi primeir reward juga
diganti dengan sekunder reward, seperti senyum dan suapan.
• Proses Belajar
Berdasarkan studi eksperimen terhadap binatang, Dollard dan Miller
berkesimpulan bahwa sebagian besar dorongan sekunder yang
dipelajari manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut dan anxiety.
Untuk bisa belajar orang harus menginginkan sesuatu, mengenali
sesuatu, mengerjakan sesuatu dan mendapatkan sesuatu, yang
kemudian dikenal dengan empat komponen belajar (drive, cue,
response dan reinforcement).
1) Drive adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang
mendorong terjadinya kegiatan, tetapi tidak menentukan bentuk
kegiatannya. Semakin kuat drivenya, semakin keras usaha
tingkah laku yang dihasilkan. Drive sekunder diperoleh
berdasarkan drive primeir (rasa takut karena rasa sakit). Kekuatan
drive sekunder bergantung pada kekuatan drive primeir dan
jumlah reinforcement yang diperoleh.
2) Cue, stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon
yang sesungguhnya. Jenis dan kekuatan cue bervariasi dan
variasi itu menentukan bagaimana reaksinya.
3) Response, aktivitas yang dilakukan seseorang. Belajar akan
menghilangkan beberapa respon yang tidak perlu sehingga
menjadi resultant hierarchy yang lebih efektif dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
4) Reinforcement, hadiah atau drive pereda dorongan (drive
reduction). Event yang mengikuti suatu respon sangat
menentukan hubungan respon dengan stimulusnya. Event yang
hanya meredakan sebentar stimuli pendorongnya akan
memperkuat respon apapun yang terlibat.
Kadang tidak ada respon yang sukses atau respon yang tidak ada
reinforcement sehing menghasilkan extinction (hilangnya tingkah
laku yang tidak efektif).
PROSES MENTAL YANG LEBIH TINGGI
• Perluasan Stimulus – Respon.
Dolard dan Miller memperluar stimulus-respon dari peristiwa anxiety
menjadi pikiran, dari respon anxiety meloncat menjadi fikiran yang
lebih luas sehingga teori belajar bukan hanya menjelaskan tingkah
laku yang sederhana tetapi juga hal-hal yang maknawi dan
penerapannya berkaitan dengan persoalan kepribadian yg komplek.
• Generalisasi Stimulus
Ada dua tipe interaksi individu dengan lingkungannya, yaitu :
1) Interaksi yang umumnya memiliki respon berdampak segera
(immediate effect) terhadap lingkungan dan dituntun oleh cue
atau situasi tunggal (menginjak rem mendadak karena ada
penyeberang jalan yang berlarian).
2) Respon menghasilkan isyarat (cue producting response) yang
fungsi utamanya membuka jalan terjadinya generalisasi atau
diskriminasi. Semakin mirip stimulus lain dengan stimulus
aslinya, peluang terjadinya generalisasi tingkahlaku, emosi,
fikiran atau sikap semakin besar.
• Reasoning.
Reasoning merupakan pengganti perbuatan nyata menjadi cue-
producting response (alur berfikir) internal yang lebih efisien untuk
memecahkan masalah daripada berbuat coba-coba. Alur berfikir itu
dipandang sebagai hubungan stimulus respon dalam kondisioning
klasik.
• Bahasa.
Bahasa merupakan respon isyarat yang penting sesudah reasoning
yang berfungsi sebagai generalisasi dan diskriminasi.
PERTEMUAN KE 6
A FACTOR THEORY TRAITS
RAIMOND B CATTEL
A = 14,15,16 (80/80) ---21,30,09,11,39,08,03,01,31,37,12,40,20.
B = 55,56,57 (80/75) --- 42,60,42,52,48,
STRUKTUR TRAIT
• Trait merupakan konstruk hipotetik/imajiner sebagai kesimpulan dari
pengamatan obyektif terhadap tingkahlaku. Trait adalah elemen
dasar dari kepribadian yang berperan vital dalam usaha meramalkan
tingkahlaku. Maka trait adalah struktur komplek dari trait yang
tersusun dalam berbagai kategori yang memungkinkan prediksi
tingkahlaku seseorang dalam situasi tertentu, mencakup seluruh
tingkahlaku yang konkrit maupun yang abstrak.

KATEGORI TRAIT :
1. Kategori Kepemilikan :
1) Trait Umum : trait yang dimiliki semua orang dalam tingkatan
tertentu. Misal, intelegensi, introversi. Sifat universal trait umum
dilatar belakangi oleh Hereditas, kelompok budaya yang sama.
2) Trait Khusus, trait yang dimiliki satu orang saja – bisa juga dimiliki
oleh beberapa orang dengan kombinasi antar trait yang berbeda.
Sifat unik ini terutama berhubungan dengan interes dan attitude.
2. Kategori Kedalaman :
1) Trait Permukaan,sifat yang tampak, yang menjadi tema umum
dari beberapa tingkahlaku. Misal, remaja yang lincah,
menyenangkan orang lain, dapat dikatakan memiliki trait
permukaan yang periang. Sebaliknya dapat dikatakan memiliki
sifat permukaan depresif.
2) Trait Sumber, elemen dasar yang menjelaskan tingkahlaku. Sifat
ini tidak bisa disimpulkan secara langsung dari amatan
tingkahlaku dan hanya diidentifikasi memakai analisis faktor untuk
menentukan faktor yang mempengaruhi (bawaan atau bentukan
lingkungan)
3. Kategori Modalitas Ekspresi :
1) Trait Kemampuan, menentukan keefektifan seseorang dalam
usaha menggapai tujuan, seperti kecerdasan.
2) Trait Temperamen, gaya atau irama tingkahlaku, seperti
ketenangan/kegugupan, keberanian, santai, mudah terangsang.
3) Trait Dinamik, motivasi atau kekuatan pendorong tingkahlaku,
seperti interest, ambisi menguasai sesuatu.

ERG (DORONGAN PEMBAWAAN).


Sifat sumber konstitusional yang dinamis, juga disebut teoritisi
dorongan, kebutuhan, insting. Erg terdiri dari :
4) Menyebabkan perspektif selektif, menyebnabkan beberapa hal
lebih diperhatikan daripada hal lain, seperti perut lapar, makanan
lebih diperhatikan daripada kuliah.
2) Menstimuli respon emosi bagi pemikiran atau obyek tertentu,
seperti saat lapar, berfikir tentang menu makanan terasa lebih
menyenangkan daripada berfikir tetntang teori kepribadian.
3) Menstimuli perilaku yang mengarah pada tujuan tertentu, sep.
saat lapar, perilakunya ditujukan pada upaya mendapatkan
makanan dan minuman.
4) Hasil dari sejumlah yang sudah menggerakkannya terlebih
dahulu, seperti ketika lapar dan individu itu menemukan
makanan, maka ia akan memakannya.

Meta Erg
Sifat sumber yang dinamis tetapi asal usulnya dari lingkungan,
termasuk meta erg adalah :
1) Sikap atau attitude, konsep tingkahlaku spesifik sebagai respon
terhadap suatu situasi. Sikap berperan menjadi motivasi
tingkahlaku.
2) Sentimen,struktur keseimbangan attitude yang memperoleh
energi dari erg tetapi dibentuk dari hasil belajar
BEHAVIORISME (Skinner)
Asumsi Dasar Kepribadian :
1. Perilaku itu mengikuti hukum tertentu dan ilmu merupakan usaha
menemukan keteraturan hubungan peristiwa.
2. Perilaku itu dapat diramalkan dan ilmu juga meramalkan peristiwa
yang akan datang, bukan hanya menjelaskan peristiwa.
3. Perilaku itu dapat dikontrol dan ilmu dapat melakukan antisipasi dan
membentuk perilaku

Struktur Kepribadian :
Skinner tidak tertarik pada struktur kepribadian tetapi lebih tertarik
pada perubahan perilaku yang dipandang sebagai unsur
kepribadian yang dipandang relatif tetap.
Tipe Perilaku diklasifikasikan :
1. Tingkahlaku responden, tingkahlaku sebagai respon atas stimulus.
Jadi konsep motivasi yang menjelaskan variabel tingkahlaku bukan
fungsi keadaan energi, tujuan dan penyebab perilaku.
2. Tingkahlaku operan, tingkahlaku yang muncul tanpa adanya
stimulus spesifik yang memaksa terjadinya respon.

DINAMIKA KEPRIBADIAN.
3. Dinamika dan Belajar. Individu memiliki tingkahlaku baru, menjadi
lebih trampil, menjadi lebih tahu adalah karena belajar pada
lingkungan sehingga hakekat teori Skinner adalah teori belajar.
Cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkahlaku adalah
melakukan reinforcement, suatu strategi yang membuat tingkahlaku
masa mendatang terjadi atau tidak terjadi perubahan.
2. Kondisioning Klasik. Tingkahlaku dipelajari dg memanfaatkan
hubungan stimulus-respon yang bersifat reflek bawaan.
3. Kondisioning Operan. Tingkahlaku operan merupakan tingkahlaku
yang belum pernah dimiliki individu, tetapi ketika individu itu
melakukannya, dia mendapatkan reward sehingga menjadi
reinforcement dan berpeluang untuk diulang lebih sering terjadi.

Pengaturan Reinforcement.
Reinforcement bisa bersifat positif dan bisa bersifat negatif.
Reinforcement positif membuat tingkahlaku yang dikehendaki
berpeluang untuk diulangi, dan yang bersifat negatif berpeluang
untuk ditinggalkan atau kecil kemungkinannya untuk di ulangi.
Dalam memanipulasi tingkahlaku, yang penting bukan hanya wujud
reinforcementnya tetapi juga pengaturan pemberiannya. Skedulnya
dikategorikan alam :
1) Penguat berkelanjutan dimana setiap kali muncul tingkahlaku yang
dikehendaki diberikan reinforcement.
2) Interval tetap, pemberian reinforcement berselang secara teratur.
3) Interval berubah, pemberian reinforcemen yang tidak tertentu.
4) Perbandingan tetap, pemberian reinforcement sesudah respon yang
dikehendaki muncul kesekian kalinya.
5) Perbandingan berubah, pemberian reinforcement secara acak, tidak
menentu.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN.
• Tingkahlaku Sosial. Prinsip yang menentukan perkembangan
tingkahlaku di lingkungan obyek inanimate dan lingkungan sosial
tidak ada perbedaan. Bagi Skinner, ciri kepribadian dapat
diterjemahkan dalam sekelompok respon spesifik yang cenderung
diasosiasikan dengan situasi tertentu, dan yang dominan adalah
orang yang dalam berinteraksi dengan orang lain argumentatif,
menyela, lebih banyak bicara, suaranya keras, bersikeras dengan
pandangannya dsb.
• Ketuaan. Menjadi tua menimbulkan perubahan tingkahlaku, bukan
berkembang tetapi menurun seiring menurunnya fungsi organisme
PENERAPAN TEORI SKINNER.
Skinner dalam bukunya Beyond Freedom and Dignity menghadirkan dirinya
sebagai seorang futuris, yg menggariskan bagaimana kebudayaan
dengan lembaga sosial bisa secara sadar dirancang menurut prinsip
behaviorisme, yaitu:

1) Teknologi Tingkah Laku.


Masalah utama yang dihadapi dunia modern dewasa ini adalah
menyangkut tingkah laku manusia, sep. ledakan penduduk, perlombaan
senjata, polusi lingkungan, kriminalitas, bencana dsb. Utk mengatasinya
tdk bisa hanya mengandalkan pada fisika atau kimia, tetapi justru
teknologi tingkah laku, yaitu melihat faktor penyebab tingkah laku dan
menterapinya. Sifat manusia yang paling menghambat terbentuknya
teknologi tingkahlaku adalah “kebebasan” dan “kemuliaan”.
2) Kebebasan.
Keyakinan bahwa manusia pada dasarnya bebas berperilaku
adalah kekeliruan yang besar. Perjuangan yang tidak
berkesudahan untuk kebebasan itu bukan keinginan untuk
bebas, tetapi untuk menghindari stimulus lingkungan yang tidak
menyenangkan karena manusia tidak bisa sepenuhnya lepas
dari kendali lingkungan.
3) Kemuliaan.
Human dignity itu menyangkut pemeliharaan martabat dan
kehormatan manusia, yang menganggap kemuliaan manusia
itu otonom. Karena itu mereka menentang kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tingkahlaku karena menganggap
kemuliaan itu otonominya.
PERTEMUAN KE 2
TEORI BEHAVIORISME
Teori Watson dan Paplov tentang
Kondisioning Klasik,
Psikopatologi dan
Perubahan Perilaku
PERTEMUAN KE 3
TEORI BEHAVIORISME
Teori Perilaku Skinner tentang
Kondisioning Operan
Organisme manusia
Kepribadian Tidak Sehat
KONDISIONING OPERAN
• Kebanyakan perilaku manusia dipelajari melalui pengkondisian operan,
yang kuncinya adalah penguatan yang langsung dari sebuah respon,
kemudian penguatan akan meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang
sama untuk terjadi lagi.
• Pembentukan (shaping) adalah prosedur memberikan penghargaan atas
perkiraan kasar dari perilaku, lalu perkiraan yang lebih dekat dan perilaku
yang diinginkan (perkiraan berkala). Pembentukan (shaping) dapat
diilustrasikan dari melatih anak yang memiliki keterbatasan mental untuk
memakai baju sendiri dengan pemberian penguatan. Jadi :
Pengkondisian operan harus ada :
1) Anteseden (A), lingkungan / situasi ketika perilaku itu muncul.
2) Behavior (B), perilaku yang tidak boleh diganggu oleh perilaku
kompetitif atau antagonis.
3) Koncekuensi (C), penguatan yang dipersiapkan.
• Penguatan (reinforcement) memiliki dua efek : memperkuat perilaku
dan memberikan penghargaan. Setiap perilaku yang meningkatkan
kemungkinan bahwa suatu species atau seseorang akan bertahan
hidup, cenderung akan menguat (positive reinforcement) sedangkan
yang merusak kemampuan bertahan hidup dan mereduksi kondisi
yang akan diberi penguatan bisa memperkuat perilaku (negative
reinforcement).
• Penguatan positif (positive reinforcement) adalah setiap stimulus yang
saat dimasukkan dalam suatu situasi memungkinkan suatu perilaku
meningkat. Penguatan negatif (negative reinforcement) adalah
menghilangkan suatu stimulus yang tidak disukai dari suatu situasi,
yang dapat meningkatkan perilaku sebelumnya.
• Hukuman, adalah pemberian stimulus yang tidak menyenangkan, atau
menghilangkan stimulus yang menyenangkan. Hukuman tidak
menguatkan suatu respons dan/atau melemahkan respons.
• Efek dari hukuman adalah untuk (1) menekan perilaku, (2)
pengkondisian atas perasaan negatif dengan mengasosiasikan
stimulus kuat yang tidak disenangi dengan perilaku yang diberikan
hukuman dan (3) penyebaran efeknya
ORGANISME MENUSIA
• Perilaku dan kepribadian manusia dibentuk oleh tiga kekuatan :
1) Seleksi alam, dimana kepribadian manusia merupakan hasil dari
sejarah evolusi yang panjang.
2) Praktik budaya, dimana budaya membentuk perilaku dan
kepribadian manusia., seperti seni – menguatkan perilaku dan
kepribadian seniman.
3) Sejarah atas penguatan yang diterimanya.
KEPRIBADIAN YANG TIDAK SEHAT
• Teknik kontrol sosial dan kontrol diri memberikan dampak yang
merusak kepribadian, yang dapat berakibat pada perilaku yang tidak
pantas dan perkembangan kepribadian yang tidak sehat.
• Perilaku yang tidak pantas merupakan hasil dari teknik melawan
kontrol sosial yang merugikan diri sendiri, terutama jika di iringi oleh
emosi yang kuat.
• Bentuk perilaku yang tidak pantas antara lain :
1) Perilaku yang sangat kuat dan belebihan, tidak masuk akal,
2) Perilaku yang terbatas, cara untuk mengatasi stimuli yang tidak
menyenangkan.
3) Pengetahuan diri yang salah.
PERTEMUAN KE 12
TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA
Learning, Triadic Reciprocal Causation, Agensi,
Regulasi Diri dan Perilaku Disfungsional
C : 109,110,111 (80/75) --- 99,96,114,90,117,88,84,90,86
LEARNING
• Manusia cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap,
kemampuan dan perilaku serta cukup banyak dari pembelajaran tsb
yang merupakan hasil dari pengalaman yang tidak langsung, dan
banyak diperoleh dari mengobservasi orang lain.
• Observasi memberikan jalan pada manusia untuk belajar tanpa harus
melakukan perbuatan apapun, cukup dengan mengobservasi
fenomena alam, tumbuhan, binatang, pergerakan planet dsb. Tetapi
yang terpenting adalah belajar melalui observasi terhadap perilaku
orang lain. Pembelajaran melalui observasi lebih efisien daripada
belajar melalui pengalaman langsung. Dengan mengobservasi orang
lain, manusia tidak perlu mengalami berbagai respon yang dapat
berakibat pada hukuman atau tanpa menghasilkan penguatan sama
sekali.
• Modeling adalah inti dari pembelajaran melalui observasi, yaitu menambahi
atau mengurangi suatu perilaku yang diobservasi dan menggeneralisasi
dari suatu observasi ke observasi lain. Modeling meliputi proses kognitif
dan bukan sekedar melakukan imitatif, lebih dari sekedar mencocokkan
perilaku dari orang lain tetapi mempresentasikan secara simbolis suatu
informasi dan menimpan-nya untuk digunakan di masa depannya.
• Faktor yang menentukan apakah seseorang akan belajar dari seorang
model adalah :
1) Karakteristik model itu sangat penting. Seperti statusnya,
kompetensinya dsb.
2) Karakteristik dari yang melakukan observasi. Orang yang tidak
berstatus, kemampuan, kekuatan lebih mungkin untuk melaku-kan
modeling.
3) Konsekuensi dari perilaku yang akan ditiru mempunyai pengaruh thdp
orang yang melakukan observasi.
• Proses yang mengatur pembelajaran melalui observasi
1) Perhatian, timbul karena seseorang mempunyai kecenderungan
untuk mengobservasi seseorang yang diasosiasikan dengan diri
kita, dan karena model yang atraktif dan menarik memungkin-
kan untuk diobservasi.
2) Representasi
3) Produksi perilaku, dari observasi kemudian memproduksi
perilaku dengan mengubah representasi kognitif ke dalam
tindakan yang tepat
4) Motivasi. Pembelajaran melalui observasi paling efektif jika
pihak yang belajar termotivasi untuk melakukan perilaku yang di
tiru.
TRIADIC RECIPROCAL CAUSATION
• Sistem ini mengasumsikan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari
interaksi antara tiga variabel, yaitu lingkungan, perilaku dan
person/manusia, yang dapat dipresentasikan sbb. :

faktor kognitif seseorang


P

Lingkungan E B
perilaku yang dihasilkan
eksternal
AGENSI
• Agensi kepribadian adalah kapasitas untuk melakukan kontrol atas
hidup mereka. Bandura yakin bahwa manusia mempunyai sifat untuk
meregulasi diri sendiri, proaktif, merefleksikan diri dan dapat
mengatur diri sendiri serta mempunyai kekuatan utk mempengaruhi
tindakan mereka sendiri sehingga menghasilkan konsekuensi yang
diinginkan.
• Agensi merupakan proses aktif dari mengekplorasi, memanipulasi
dan mempengaruhi lingkungannya untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan.
• Aspek inti agensi manusia adalah :
1) Intensionalitas, tindakan yang dilakukan seseorang secara
bertujuan, tidak sekedar merencanakan atau prediksi suatu
tindakan, tetapi juga proaktif untuk mewujudkannya.
2) Visi, ideum untuk menentukan tujuan, mengantisipasi
kemungkinan hasil dari tindakannya dan memilih perilaku yang
akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan.
3) Reaktivitas diri
4) Refleksi diri, pemikiran kapabilitas dari pemikiran mereka sendiri.
Mekanisme refleksi diri manusia yang paling penting adalah
efikasi diri, suatu keyakinan akan kemampuannya melakukan
suatu tindakan yang menghasilkan dampak yang diharapkan.
• Hal yang mempengaruhi efikasi diri adalah :
1) Pengalaman menguasai sesuatu (mastery experiences)
2) Model Sosial (social modelling).
3) Persuasi Sosial (social persuation)
4) Kondisi fisik dan emosional (emotional dan pshisical konditions)
REGULASI DIRI
• Regulasi diri dimaksud adalah usaha untuk mengurangi perbedaan
antara pencapaian dan tujuan yang diinginkan. Kebutuhan internal
dalam proses melakukan regulasi diri yang kontinyu adalah :
1) Observasi diri
2) Proses penilaian
3) Reaksi diri
PERILAKU DISFUNGSI
• Konsep Bandura atas perilaku disfungsi lebih menitik beratkan pada
reaksi depresi, fobia dan perilaku agresif.
• Depresi atau kekalutan mental yang serius, berbentuk gangguan
emosional yang ekstrim, yaitu terus menerus bergerak antara
gembira ria, tertawa-tawa sampai rasa depresif sedih, putus asa
menurut Bandura terjadi dalam salah satu dari tiga subfungsi regulasi
diri (observasi diri, proses penilaian atau reaksi diri).
Seseorang dapat mengalami depresi mungkin karena :
1) Salah dalam menilai performa mereka sendiri atau mendistorsi
ingatan mereka mengenai pencapaian sesuatu dimasa lalu.
Mereka cenderung membesar-besarkan kesalahannya di masa
lalu danmengecilkan pencapaian mereka terdahulu sehingga
akan meningkatkan depresi mereka sendiri.
2) Depresi lebih memungkinkan karena penilaian yang salah
dimana mereka menentukan standar yang tidak realistik atau
dangat tinggi sehingga pencapaian yang dinilai tidak sesuai
dengan keinginan dinilai sebagai kegagalan
3) Seseorang yang mengalami depresi tidak hanya menilai diri
mereka sendiri dengan keras tetapi juga cenderung
memperlakukan diri mereka sendiri dengan buruk karena
keterbatasannya sehingga tidak dicapai apa yang diinginkan.
• Fobia, ketakutan yang kuat dan bertahan lama sehingga memiliki
efek yang cukup parah dan melumpuhkan kehidupan sehari-hari.
Kasus-kasus kekerasan, pemerkosaan, perampokan dsb yang
ditayangkan TV akan membuat kehidupan seseorang dalam
keterbatasan dan ketakutan yang tidak rational.
• Agresi, sikap menyerang orang lain karena hasil observasi orang
lain, pengalaman langsung dengan penguatan negatif dan positif,
latihan atau instruksi dan keyakinan abstrak. Kekerasan yang
ditayangkan lewat TV akan memotivasi pemirsa untuk meniru sifat
agresifnya kepada orang lain.
PERTEMUAN KE 11
TEORI BELAJAR SOSIAL – JULLIAN ROTTER
Memprediksi Perilaku Spesifik, Perilaku Umum dan Perilaku Maladaptif
A = 27,28,29 (75/75) --- 39,30,09,22,24,11,40,25,32,03
B = 70,71,72+ (75/70) --- 81,74,54,58,42,48,57
C = 106,107,108 (75/65 ) --- 97,84,96,117,100,121
KEPRIBADIAN

s P

B
E
PENGANTAR TEORI BELAJAR SOSIAL – ROTTER
• Teori belajar sosial Rotter didasarkan pada hipotesis dasar :
1) Bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan yang berarti
untuk dirinya sehingga reaksi terhadap stimulus lingkungan
bergantung pada arti/kepentingan yang berkaitan dengan suatu
kejadian.
2) Bahwa kepribadian manusia bersifat dipelajari. Artinya keprib.
tidak ditentukan berdasarkan usia, tetapi bisa diubah selama
manusia mampu untuk belajar.
3) Bahwa kepribadian manusia mempunyai kesatuan mendasar,
sehingga kepribadian manusia mempunyai stibilitas yg relatif.
4) Bahwa motivasi terarah berdasarkan tujuan, dimana perilaku
terekpektasi untuk mengembangkan ke arah tujuan tertentu
5) Bahwa manusia mampu untuk mengantisipasi kejadian.
PREDIKSI PERILAKU SPESIFIK
• Untuk membuat prediksi perilaku yang akurat dalam situasi spesifik, maka
variabel yang perlu dianalisis adalah :
1) Variabel potensi perilaku, kemungkinan bahwa suatu respon tertentu
akan terjadi pada suatu waktu dan tempat. Pergi ke Mall bisa jadi
untuk belanja, atau melihat orang belanja, atau potensi perilaku lain.
2) Variabel Ekspektasi, dimana penguatan spesifik akan terjadi dlm
suatu situasi yang ditentukan oleh masing-masing orang.
3) Variabel Nilai Penguatan (reinforcement value), kecenderungan
pilihan yang dijatuhkan seseorang pada suatu penguatan tertentu
pada saat probabilitas terjadinya penguatan yang berbeda-beda itu
setara.
4) Variabel Situasi Psikologis, bagian dari dunia eksternal dan internal
yang direspon seseorang. Ini karena perilaku diyakini sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya.
PERILAKU UMUM
1) Untuk memprediksi kemungkinan perilaku seseorang, konsep
generalisasi dan ekspektasi umum menjadi teori prediksi perilaku
Rotter dimana probabilitas-2 dan penguatan spesifik bisa dijadikan
cara untuk memprediksi perilaku umum.
2) Kebutuhan sebagai perilaku atau seperangkat perilaku dapat
menggerakkan seseorang ke arah suatu tujuan, dan konsep
kebutuhan memberikan jalan untuk memprediksi peilaku yang lebih
umum dari yang difasilitasi oleh ke empat variabel spesifik.
3) Kategori kebutuhan yang paling penting sebagai penguatan perilaku
adalah (a) penguatan status, (b) dominasi, (c) kemandirian, (d)
perlindungan-ketergantungan, (e) cinta dan afeksi, dan (f)
kenyamanan fisik.
PERILAKU MALADAPTIF
• Dalam teori Rotter, perilaku maladaptif adalah perilaku bertahan
pada apapun yang gagal menggerakkan seseorang untuk menjadi
lebih dekat dengan tujuan yang diinginkan. Tujuan yang terlalu tinggi
atau kebebasan begerak yang rendah merupakan kontributor yang
dapat menyebabkan perilaku maladaptif
• Psikoterapi terhadap perilaku maladaptif adalah dengan :
1) Mengubah kepentingan dari tujuan, dan
2) Mengeliminasi ekspektasi yang terlalu rendah atas kesuksesan.
PERTEMUAN KE 13
A COGNITIVE SOCIAL LEARNING
RECONCEPTUALIZATION
Walter Mischel
C = 112,113,117 (75/65) --- 88,84,99,100,96
A = 35,36,37 (65/65) --- 25,08,39,22,40,11.
B = 77,78,79 (75/75) --- 42
TIPE KEPRIBADIAN

SBG INTITAS DINAMIS


(dimotivasi oleh dorongan,
persepsi, kebutuhan,
ekpektasi, kebutuhan dan
tujuan

TIPE KEPRIBADIAN

SBG FUNGSI DR SIFAT


PERSONAL YG STABIL
PENGANTAR TEORI KEPRIBADIAN – Mischel
• Teori kepribadian memiliki dua tipe, yaitu :
1) Mereka yang melihat kepribadian sebagai entitas dinamis yang
termotivasi oleh dorongan, persepsi, kebutuhan, tujuan dan
ekspektasi. Teori kepribadian yang termasuk tipe ini adalah Adler,
Maslow, Bandura.
2) Mereka yang melihat kepribadian sebagai fungsi dari sifat atau
disposisi personal yang relatif stabil. Teori kepribadian yang
termasuk tipe ini adalah teori Alport, Eysenck, McCrae & Costa.
Pendekatan ini lebih melihat manusia termotivasi oleh sejumlah
dorongan dan sifat pribadi yang terbatas, yang cenderung membuat
perilaku seseorang menjadi konsisten. Teori ini diberi nama Mischel
sebagai Teori Kepribadian Kognitif-Afektif, yang berpandangan
bahwa perilaku berasal dari disposisi personal yang relatif stabil
dan proses kognisi-afeksi yang berinteraksi dengan situasi tertentu.
SISTEM KEPRIBADIAN
• Mischel menyatakan bahwa perilaku manusia secara empirik
menunjukkan banyak variasi yang disebut paradoks konsistensi.
Untuk memecahkan paradoks konsistensi, Mischel menawarkan
sistem kepribadian kognitif-afektif yg menjelaskan keberagaman
dalam berbagai situasi dan stabilitas perilaku dalam diri seseorang.
• Sistem Kepribadian Kognitif-Afektif, meliputi :
1) Prediksi Perilaku, prediksi perilaku bersandar sepenuhnya pada
pengetahuan ttg bagaimana dan kapan unit kognitif dan afektif
(pengkodean, ekspektansi, keyakinan, kompetensi, rencana dan
strategi pengaturan diri, konsekwensi dan tujuan) diaktifkan.
2) Variable Situasi, variable situasi dan sifat pribadi mempunyai
pengaruh yang relatif kuat. Tetapi variable situasi lebih kuat
daripada karakteristik pribadi.
• Unit Kognitif-Afektif.
Mischel menawarkan rangkaian lima variable yang berinteraksi dengan
situasi untuk menentukan perilaku, yaitu :
1) Strategi Encoding
Unit kognitif-afektif yang paling mempengaruhi perilaku adalah konstruk
personal dari seseorang dan strategi encoding, cara manusia
mengkategorisasikan informasi yang diterima dari stimulus eksternal.
Proses kognitif → stimulus

konstruk personal
konsep diri
pandangan thd orang lain
cara melihat dunia
orang yang berbeda akan melakukan encoding yang berbeda thd
peristiwa yang sama, seperti reaksi ketika dihina orang.
2) Kompetensi dan Strategi Regulasi Diri
Keyakinan atas apa yang dapat kita lakukan berkaitan dengan kompetensi,
istilah untuk menunjuk pada beragam informasi yang didapatkan mengenai
dunia dan dan hubungan kita dengannya.
Untuk mengontrol perilaku, manusia menggunakan strategi regulasi diri.
Manusia tidak membutuhkan reward dan punishment yang bersifat eksternal
untuk membentuk perilaku, tertapi dapat menentukan tujuan untuk diri
sendiri, kemudian memberikan kritik atrau penghargaan pada diri sendiri
berkaitan dengan perilaku yang sesuai dengan arah tujuan perilakunya.
3) Ekspektasi dan Keyakinan
Potensi perilaku manusia banyak tergantung pada ekspektasi dan keyakinan
spesifik mengenai konsekwensi dari masing-masing kemungkinan perilaku
yang berbeda-beda. Pengetahuan atas hipotesis seseorang mengenai hasil
dari situasi apapun adalah prediktor yang lebih baik atas perilaku drpd
pengetahuan mengenai kemampuan untuk berperilaku.
4) Tujuan dan Nilai
Manuasia bereaksi secara aktif atas situasi dan terarah pada tujuan.
Tujuan, Nilai dan preferensi subyektif seseorang merepresentasikan unit
kognitif-afektif. Misal, dua mahasiswa yang memiliki kemampuan
akademis yang sama dan ekspektasi thd kesuksesan, tetapi mahasiswa
yang satu menempatkan nilai yang lebih untuk memasuki lahan pekerjaan,
sedang yang satunya menempatkan nbilai studi di pasca sarjana.
Nilai, tujuan dan minat, bersama dengan kompetensi adalah beberapa dari
unit kognitif-afektif yang bersifat stabil
5) Respon Afektif.
Respon afektif meliputi emosi, perasaan dan eaksi fisiologis. Respon
afektiftidak hadir sendirian, tetapi tidak bisa dipisahkan dari proses kognitif
dan respon afektif juga mempengaruhi masing-2 unit kognitif afektif
lainnya. Misal, proses encoding seseorang selalu mengikut sertakan
perasaan negatif atau positif tertentu.
PERTEMUAN KE 14
TEORI KONSTRUK PERSONAL - KELLY
Posisi Filosofis, Teori Konstruk Personal,
Aplikasi Teori Konstruk Personal
B =81,82 (75/75 ---55,60,
POSISI FILOSOFIS KELLY
• Apakah perilaku manusia itu berdasar kenyataan atau persepsi orang
terhadap kenyataan ? Kelly menolak posisiSkinner yang menyatakan
perilaku itu dibentuk oleh lingkungan, yaitu kenyataan. Dan menolak teori
fenomenologi yang menyatakan bahwa realita adalah yang dipersepsi
manusia.
• Konstruk personal atau cara menginterpretasi dan menjelaskan peristiwa
merupakan kunci untuk memprediksikan perilaku manusia.

KONSTRUK PERSONAL
• Konstruk personal adalah cara dalam melihat dunia, yang membuat
manusia mampu untuk memetakan suatu bentuk perilaku, diformulasikan
dengan eksplisit atau cara implisit, secara verbal atau sama sekali tidak
dapat dielaborasikan, konsisten dengan bentuk perilaku yang lain atau tidak
konsisten dengan mereka, dinalar secara intelektual atau dirasakan secara
vegetatif.
• Asumsi Dasarnya : “bahwa proses seseorang diarahkan melalui jalur-
jalur psikologis oleh cara-cara ketika (orang tersebut) mengantisipasi
peristiwa-peristiwa”, atau perilaku manusia (pikiran dan tindakan)
diarahkan oleh cara mereka melihat masa depan”
Proses dari seseorang merujuk pada manusia yang hidup, berubah
dan bergerak karena hidup itu sendiri menjelaskan pergerakan
seseorang, bukan motif, kebutuhan, dorongan atau insting sebagai
motivasi yang mendasari.
Diarahkan melalui jalur-jalur dimaksudkan untuk mengindikasikan
bahwa manusia bergerak terarah melalui suatu jaringan dari suatu
jalan atau jalur.
Cara mengantisipasi peristiwa dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan bahwa manusia mengarahkan tindakan mereka
sesuai dengan prediksi mereka atas masa depan yang diinginkan.
Jadi, manusia secara terus menerus berusaha “mencapai masa
depan melalui jendela masa kini”
• Untuk mengelaborasikan teori konstruk personal, Kelly mengajukan
sebelas konsekwensi pendukung yang diambil dari asumsi dasarnya,
yaitu :
1. Persamaan di antara peristiwa.
Tidak ada dua kejadian itu sama, tetapi kejadian yang serupa itu
dipersepsi sebagai sesuatu yang sama. Persamaan antar peristiwa
ini disebut “Konsekuensi Konstruksi”
2. Perbedaan di antara manusia.
Manusia itu berbeda satu sama lain dalam konstruksi mereka thd
peristiwa. Penekanan aatas perbedaan ini disebut sebagai
“Konsekuensi Individualitas”.
3. Hubungan di antara konstruk.
Hubungan diantara konstruk menyatakan bahwa “manusia secara
karakter akan mengembangkan konstruk mengenai suatu sistem
yang merangkul hubungan ordinal atara konstruk untuk
kenyamanan (mereka) dalam mengantisipasi kejadian”.
Konsekuensi ini disebut “Konsekuensi Organisasi”. Kompleksitas
hubungan antar konstruk ini dapat di ilustrasikan sbb. :
BAIK BURUK

Integrasi KEMANDIRIAN Kesehatan Kebodohan KETERGANTUNGAN


Penyakit
RUMAH
SEKOLAH

TRANSPORTASI

BUS BERJALAN TEMAN-TEMAN


MOBIL

BELI MOBIL BEKAS


4. Dikotomi Konstruk.
Konsekuensi dikotomi menyatakan bahwa “sistem konstruksi
seseorang terdiri dari konstruk dikotomi dengan jumlah terbatas”
5. Dst. s/d 11 konsekuens konstruk
• Kelly - manusia mampu untuk memetakan suatu bentuk perilaku,
diformulasikan dengan eksplisit atau cara implisit, secara verbal atau
sama sekali tidak dapat dielaborasikan, konsisten dengan bentuk
perilaku yang lain atau tidak konsisten dengan mereka, dinalar
secara intelektual atau dirasakan secara vegetatif.
• Freud -
PERTEMUAN KE 15
Evaluasi dan kritik mengenai
pandangan Kelly dan Freud ttg kepribadian
•  
EVALUASI & KRITIK TEORI FREUD DAN KELLY

NO FREUD KELY
1. Struktur kepribadian adalah integrasi Struktur kepribadian adalah konstruk
antar unsur Id (aspek fisik), Ego personal, cara menginterpretasikan dan
(aspek psikis) dan Super Ego (aspek menjelaskan dunia sehingga kepribadian
sosial). Anehnya, perilaku manusia dinilai sebagai hasil persepsi
lebih banyak dipengaruhi oleh insting
pada tingkatan kesadaran diri.
2. Teori Psikoanalisis lebih banyak Manusia itu hidup hanya pada waktu
mengkaji kepribadian kaum lelaki dan sekarang sehingga tidak perlu
Freud tidak memahami wanita dan menjelaskan pengaruh perkembangan thd
kepribadiannya. masa lalu dan budaya kepribadian masa
yang akan datang
3. Teori yang dibangun Freud sangat
lemah dan tidak ilmiah karena :
1) Tidak berdasarkan penelusuran
experimental tetapi lebih pada
pengamatan subyektif.
2) Teori Freud tidak bisa diulang
oleh peneliti lain sehingga tidak
bisadipertanggung jawabkan
kebenaran ilmiahnya.
3) Teori Freud lebih memberikan
penekanan pada alam tak sadar
sehingga data yang tidak
konsisten bisa masuk dalam
kerangka teorinya.
4) Teori Freud tidak berfungsi sbg
panduan pemecah masalah-2
praktis.
5) Teori Freud tidak konsisten scr
internal sekalipun.
6) Teorinya bukannya lebih bersifat
sederhana shg dpt memberikan
jawaban yang mudah, tetapi
justru sulit dipahami.
PERTEMUAN KE 7
TEORI DISPOSISI
PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALLPORT

Pendekatan Teori Kepribadian, Struktur Kepriadian,


Motivasi , Studi terhadap individu
PERTEMUAN KE 8
TEORI DISPOSISI
PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR
EYSENCK, McRAE & COSTA
Iktisar Teori Trait dan Factor, Rintisan Teori Raymond B. Cattel, Dasar
Faktor Analisis, Teori Faktor Eysenck, Dimensi Kepribadian,
Mengukur Kepribadian, Dasar Biologis dari Kepribadian, Kepribadian
sebagai Prediktor
TEORI ANALISIS FAKTOR EYSENCK
• Teknik analisis faktor Eysenck menghasilkan tiga faktor yang bersifat
bipolar – ekstraversi/intraversi, neurotisisme/stabilitas dan psikotik /
superego. Teori lima faktor (the big five) meliputi neuritisisme dan
ekstraversi ditambahkan keterbukaan pada pengalaman, keramahan
dan kesadaran.
• Ada empat kreteria dalam mengidentifikasi suatu faktor, yaitu :
1. Bukti psikometrik untuk eksistensi faktor yang harus releabel dan
dapat direplikasi.
2. Mempunyai keterwarisan (heritability) dan harus sesuai dengan
model genetis yang sudah dikenal sebelumnya.
3. Harus masuk akal saat dipandang dari segi teoritis.
4. Harus mempunyai relevansi sosial (mempunyai hubungan
dengan variabel sosial (tidak harus kausalaitatif)
• Herarki organisasi perilaku.
Eysenck mengenali herarchi empat level pengorganisasian perilaku :
1. Level terendah adalah kognisi atau tindakan spesifik, perilaku
atau pikiran yang merupakan karakteristik seseorang.
2. Level kedua adalah tindakan atau kognisi umum, respon yang
terjadi secara berulang dalam kondisi yang serupa, seperti
mahasiswa yang bertahan untuk menyelesaikan tugas sampai
selesai.
3. Level ketiga adalah sifat dari perilaku, disposisi kepribadian
yang penting dan semipermanen, seperti ketekunan dalam
menyelesaikan tugas merupakan sifat.
4. Level ke empat adalah type atau superfaktor, terdiri dari Psikotik
(P), Ekstraversi (E) dan Neurotisme (N).
DIMENSI KEPRIBADIAN EYSENCK & CATTELL

Type Intro
versi

Sifat Ketek
Sft
pemal
unan
u

Kebiasaan
Melanj Kerjaka Tolak
Tekun Selesai Lakuka
utkan n undang
dg hobi kan tgs n hobi
tgs sek sendiri an
• Struktur herarchi Superfaktor yang di gagas Eysenck
Psikotik

Agresif Dingin Egosentris Tdk Ramah Impulsif

Antisosial Tdk Empati Kreatif Keras Kepala


Ekstraversi

Ramah Dinamis Aktif Tegas Sensasif

Riang Dominan Brontak Berani


Neurotisisme

Rasa
Cemas Tertekan inferior Tegang
Bersalah

Irrational Pemalu Murung Emosional


• Neurotisisme (N) dan Psikotik (P) tidak terbatas pada individu yang
patologis. Eysenck menilai ketika faktor (N, P dan E) itu sebagai
bagian dari struktur kepribadian normal. Ketiganya bersifat bipolar
dengan ekstraversi berada dalam salah satu kutub dari faktor E dan
introversi menempati kutub sebaliknya, faktor N meliputi neurotisme
pada satu kutub dan stabilitas pada kutub yang lain, dan faktor P
mempunyai psikotik dalam satu kutub dan fungsi superego dalam
kutub yang lain.
• Mengukur Kepribadian
Eysenck mengembangkan empat inventory kepribadian untuk
mengukur superfaktor :
1. Maudslay Personality Inventory (MPI) yang mengkaji korelasi E
dan N
2. Eysenck Personaliti Inventory (EPI) yang mengkaji skala
kebohongan (lie – L) untuk mendeteksi kepura-puraan (faking).
3. EPI yang dikembangkan untuk anak usia 7-16 tahun.
4. Eysenck Personality Questionnaire (EPQ) yang memasukkan
skala psikotik (P).
PERTEMUAN KE 9
TEORI DISPOSISI
PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR
EYSENCK, McRAE, dan COSTA
The Big Five – Taksonomi atau teori ?,
Pencarian the Big Five, Evolusi Teori the Big Five
TAKSONOMI ATAU TEORI ?
• Pendekatan 3 faktor (PEN) Eysenck adalah contoh baik tentang
bagaimana sebuah teori ilmiah menggunakan taksonomi untuk
menghasilkan hipotesis yang universal.
• The Big Five Personality lebih sebagai sebuah taksonomi karena
hanya mengklasifikasikan berdasarkan hubungan-hubungan yang
wajar untuk menyederhanakan definisi yang saling overlaping.
• Sifat dan kepribadian adalah bipolar dan mengikuti distribusi yang
memiliki skor mendekati titik Mean.
• Sifat kepribadian yang paling kuat dan terjadi pada setiap individu
adalah N dan E. Individu yang memiliki skor tinggi pada N cenderung
penuh kecemasan, temperamental, sentimentil, emosional, rentan.
BIG FIVE FACTOR

BIG FIVE SKOR TINGGI SKOR RENDAH


Ekstraversi (E) Penuh kasih sayang Tidak peduli
Mudah bergaul Penyendiri
Banyak bicara Pendiam
Menyukai kesenangan serius
bersemangat Tidak berperasaan
Neurotisme (N) pencemas Tenang
Temperamental Kadang temperamental
Sentimental Bangga dengan diri sendiri
Emosional Tidak emosional
Rentan Kuat
BIG FIVE SKOR TINGGI SKOR RENDAH
Keterbukaan (O) Imajinatif Realistis
Kreatif Tidak kreatif
Inovatif Konvensional
Penasaran Tidak penasaran
Bebas Konservatif
Keramahan (Friendly) Berhati lembut Keras hati
Mudah percaya Penuh kecurigaan
Dermawan Pelit / bakhil
Ramah Bermusuhan
Toleran Kritis
bersahabat Lekas marah
BIG FIVE SKOR TINGGI SKOR RENDAH
Kesadaran (inner awareness) Teliti Ceroboh
Bekerja keras Malas
Teratur Tidak teratur
Tepat waktu Terlambat
Ambisius Tidak punya tujuan
Gigih Mudah menyerah
PERTEMUAN KE 10
TEORI HUMANISTIK / EKSISTENSIAL
Teori Holistik-Dinamik dari Maslow,
Pandangan Maslow tentang Motivasi dan Aktualisasi Diri
MOTIVASI
• Motivasi adalah proses dimana perilaku diberikan energi dan
diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Atau kecenderungan
untuk melakukan sesuatu yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan
diarahkan pada tujuan tertentu yang telah direncanakan (Yoga R,
2004).
• Menurut Maslow, setiap perilaku manusia dimotivasi oleh variasi
kebutuhan, yang dipandang tersusun dalam bentuk berjenjang.
Herarchi kebutuhan itu terdiri dari Basicneeds dan Metaneeds yang
tersusun secara berjenjang sbb. :
HERARCHI KEBUTUHAN MASLOW

JENJANG NEED DISKRIPSI


METANEED Self Actualization 1) Kebutuhan untuk menjadi yang
Need (kebutuhan seharusnya, sesuai dg potensinya.
akan kepuasan 2) Kebutuhan kreatif, ralisasi diri dan
diri) pengembangan self.
3) Kebutuhan harkat kemanusiaan utk
mencapai tujuan, being values,
4) Kebutuhan yg berkaitan dg pengetahuan
& pemahaman.
BASIC NEED Esteem Needs 1) Kebutuhan kekuatan, penguasaan,
(kebutuhan harga kompetensi, kepercayaan diri,
diri) kemandirian
2) Kebutuhan prestise, status, ketenaran,
dominasi, kehormatan, menjadi penting
dan apresiasi.
JENJANG NEED DISKRIPSI
Love Needs Kebutuhan kasih sayang, keluarga, sejawat,
pasangan, menjadi bagian dari kelompok,
masyarakat.

Safety Needs Kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur,


hukum, keteraturan, bebas dari ancaman & cemas.

Physiological Kebutuhan homeostetic, kebutuhan makan,


Needs minum, protein, istirahat, seks ds.
KEBUTUHAN META : ESTETIK & KOGNITIF

No METANEED KARAKTER YANG BERHUBUNGAN


1. Keanggunan (beauty) Keindahan, keseimbangan bentuk, menarik perhat
2. Bersemangat (aliveness) Hidup, bergerak spontan, berfungsi penuh, berubah
3. Keunikan (uniquiness) Keistimewaan, khas, tidak sama, ke-baruan
4. Bermain-main (playfulness) Gembira, riang, senang, menggelikan, humoris
5. Kesederhanaan (simplicity) Jujur, terbuka, tidak berlebihan, tidak rumit
6. Kebaikan (goodness) Positif, bernilai, sesuai dengan yang diharapkan
7. Teratur (order) Rapi, terencana, beraturan, serasi, seimbang
8. Kemandirian (self sufficiency) Otonom, menentukan diri sendiri, tidak dependent
9. Kemudahan (effortiesness) Ringan, tanpa hambatan, bergaya
10. Kesempurnaan (perfection) Mutlak, pantas, tidak berlebih/berkutang, optimal
11. Kelengkapan (completion) Selesai, tamat, sampai akhir, puas, tanpa sisa
12. Berisi (richness) Komplek, penuh, berat, rumit, semua sama penting
13 Hukum (justice) Tidak berat sebelah, menurut hukum, yg seharusnya
14. Penyatuan (dicotomy) Menerima perbedaan, perubahan, penggabungan
15. Keharusan (necessity) Tidak dapat ditolak, syarat sesuatu harus seperti itu
16. Kebulatan (wholeness) Kesatuan, integrasi, saling berhubungan
17. Kebenaran (truth) Kenyataan, apa adanya, faktual, tidak berbohong
PERTEMUAN KE 11
TEORI HUMANISTIK / EKSISTENSIAL
Teori Person-Centered Rogers dan Aplikasi Teorinya
Jika ….. Maka ….
Carl Rogers lebih memperhatikan bagaimana kepribadian individu itu
berubah dan berkembang, yang dalam teorinya diperoleh tiga
konstruk kepribadian yang mendasar, yaitu :
1. Organisme, yang mencakup 3 hal :
1) Makhluk hidup, organisme yang lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologiknya.
2) Realitas Subyektif, organisme yang menanggapi dunia seperti
yang diamati atau dialaminya.
3) Holisme, organisme yang merupakan satu kesatuan sistem
sehingga perubahan satu bagian akan mempengaruhi bagian
yang lain. Perubahan itu memiliki makna dan tujuan, yaitu
mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan
diri.
2. Medan Fenomena, seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang
hidupnya, meliputi :
1) Pengalaman Internal dan external.
2) Pengalaman yang disimbolkan, (diamati dan disusun dalam
kaitannya dg diri sendiri), disimbolkan tetapi diingkari/dikaburkan
(krn tidak konsisten dg struktur dirinya) dan tidak disimbolkan (krn
diamati tdk mempunyai hubungan dg struktur diri)
3) Persepsi yang bersifat subyektif , benar menurut diri sendiri.
4) Inferensi Empatik, medan fenomena yang tidak diketahui oleh
orang lain.
3. Self, diri yang terbentuk melalui :
1) Deferensi medan fenomena.
2) Introjeksi nilai-nilai tertentu.
3) Bersifat integral dan konsisten
4) Dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar.
5) Medan fenomena yang tidak sesuai dg self dinilai sbg ancaman
TEORI YANG BERPUSAT PADA PRIBADI

KECENDERUNGAN FORMATIF
Kecenderungan setiap hal untuk berevolusi dari
bentuk yg sederhana menjadi yg lebih komplek
ASUMSI DASAR

KECENDERUNGAN AKTUALISASI
Kecenderungan manusia utk bergerak menuju
keutuhan atau pemuasan dari potensi
• Self consept adalah kesadaran batin yg tetap, pengalaman yg
berhubungan dg aku dan yg membedakan aku dari yg bukan aku.
Self consept terdiri :
1. Self real, diri yg organismik, yaitu diri yg perasa (feeling self),
yang bersifat intuitif dan membuka diri utk merasakan proses
pengalaman organik, terdiri :
 Congruence adalah situasi dimana pengalaman diri
diungkapkan dg seksama dlm sebuah konsep diri yg utuh,
integral dan sejati.
 Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yg dirasakan
dlm pengalaman aktual disertai pertentangan & kekacauan
batin.
Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yg disebut need for
positive regard, dibedakan :
1) Conditional positive regard, penghargaan positif bersyarat,
seperti pujian orang tua thd anak jika anak itu bertingkahlaku
seperti keinginan orangtua, pujian Tuhan terhadap hamba-Nya
yang bertaqwa.
2) Unconditional positive regard, penghargaan positif tak bersyarat

2. Self ideal, diri yang dicitakan, pandangan seseorang atas diri


sebagaimana yang diharapkan, yang meliputi semua atribut yang
ingin dimiliki oleh seseorang.
Kurt Lewin menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik
individu dan lingkungan atau B = f (P,E).
PSIKOTERAPI
• Terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapis) berasumsi
bahwa untuk orang-orang yang rentan /cemas dapat berkembang
secara psikologis jika bertemu dengan terapies yang kongruen dan
yang mereka rasakan sebagai orang yang mampu memberikan
nuansa penerimaan tidak bersyarat dan empati yang akurat. Teori
Rogers dapat dilihgat dalam hal kondisi, proses dan hasil.
• Kondisi. Terdapat beberapa kondisi yg dianggap perlu & memadai :
1) Klien yang cemas atau rentan harus bertemu dengan terapis
yang kongruen.
2) Terapis harus memiliki empati dan penerimaan positif tidak
bersyarat untuk klien.
3) Klien harus mendengar secara empati dari konselor yang
dianggap perlu dan memadai.
• Proses.
Proses perubahan kepribadian yang konstruktif diletakkan dalam sebuah
kontinum dari yang paling defensif ke yang paling integratif :
1) Dicirikan dengan ketidak mamuan untuk mengomunikasikan apapun
tentang diri.
2) Klien mulai bersedia mendiskusikan peristiwa-2 internal dengan
orang lain meskipun mereka tidak menyadari perasaan-2 nya.
3) Klien lebih bebas membicarakan dirinya walaupun masih sebagai
subyek.
4) Klien mulai berbicara mengenai perasaan mendalam, tetapi bukan
yang sedang dirasakan saat itu.
5) Klien mulai mengalami perubahan dan perkembangan yang
signifikan
6) Klien mulai mengalami perubahan yang dramatis dan pergerakan
menuju seseorang yang berfungsi sepenuhnya.
7) Klien telah menjadi manusia masa depan yang berfungsi sepenuhnya
(aktualisasi kognitif, afektif dan behavioralnya).
• Hasil.
Hasil yang paling mendasar dari terapi yang berpusat pada klien adalah
klien yang kongruen, tidak defensif, lebih terbuka terhadap pengalaman.

MANUSIA MASA DEPAN


1) Orang yang lebih mudah beradaptasi.
2) Manusia yang lebih terbuka atas pengalaman-2 nya
3) Kepercayaan mereka atas diri organismiknya.
4) Manusia yang memiliki kecenderungan untuk hidup sepenuhnya pada
masa sekarang.
5) Manusia yang percaya terhadap kemampuan dirinya untuk merasakan
hubungan yang harmonis dengan orang lain.
6) Manusia yang lebih terintegrasi, lebih utuh, tanpa batasan-2 buatan
antara proses kognitif yang dilakukan secara sadar maupun tidak.
7) Memiliki kepercayaan pada kemanusiaan, peduli pada orang lain
dan siap membantu kepada siapa saja.
8) Manusia yang terbuka dengan dengan semua pengalaman, lebih
menikmati kekayaan hidup jikwanya.
PERTEMUAN KE 12

Teori Psikologi Eksistensial


(Kecemasan, Rasa Bersalah, Intensionalitas, Perhatian, Cinta, dan
Kehendak, Kebebasan dan destiny,
Kekuatan Mitos, Psikopatologi)

Aplikasi Teori Psikologi Eksistensial


NEUROSIS / KECEMASAN
“Gangguan yang terjadi pada sebagian kepribadian sehingga orang
masih bisa bekerja secara biasa dan jarang memerlukan perawatan
medis” (Soekanto).
Ciri-cirinya :
1) Tegang dan cemas.
2) Lesu mental seakan kurang tenaga.
3) Rasa takut (fobi) yang tidak logis (seperti pada tempat tinggi,
keramaian, kesempitan, kematian dsb).
4) Obsesif, lengketnya ide yang sulit dilupakan.
5) Kompulsif, kecenderungan melakukan sesuatu tanpa bisa dicegah.
Salah satu jenis kompulsi adalah “kleptomani”, kecenderungan
mencuri yang sulit dicegah oleh penderita.
6) Gelisah, murung, nafsu makan menurun dan susah tidur ( insomnia)
7) Reaksi emosional tidak terkendali, seperti kejang-2 untuk
menghindarkan diri dari sesuatu yang kurang menyenangkan.
Yang termasuk Psikoneurosa adalah :
1) Hesteria, suatu neurosa yang kompleks dalam beberapa bentuk
penampilannya dengan ciri-ciri ketidak stabilan emosional, represi,
dissosiasi dan sugestibilitas. Sebab-sebabnya :
a) Predisposisi pembawaan berupa sistem syaraf yang lemah.
b) Tekanan mental (stress).
c) Disiplin dan kebiasaan hidup yang salah.
d) Defence mechanism yang negatif/keliru.
e) Kondisi fisik yang tidak menguntungkan.
f) Sugesti diri untuk melarikan dari kesulitan.
Neurosis Histerik terdiri dari :
g) Reaksi konversi, dimana kecemasan dikonversi, diubah menjadi
gangguan fungsional susunan syaraf somato-motorik atau somato-
sensorik (syaraf yang dipengaruhi kemauan atau kehendak kita)
Kepribadian penderita neurotik histerik pada reaksi konversi
sering mempunyai sifat-sifat dramatis, exhibisionistik, lekas
beremosi, suka menggoda, dependent dan suka
mempermainkan orang lain.
b) Reaksi Disosiasi, kecemasan yg hebat shg mengakibatkan
pemisahan beberapa fungsi kepribadian satu dari yang lain dan
bagian itu terisolasi serta bekerja secara otonom, maka timbul
reaksi disosiasi, seperti stupor (gangguan kesadaran).

2. Neurosa Fobik, rasa takut yang hebat sekali terhadap suatu benda
atau keadaan yang oleh individu sebenarnya disadari sebagai
bukan ancaman. Rasa takut ini dapat mengakinatkan perasaan
seperti akan pingsan, rasa lelah, berkeringat, mual, tremor dan
panik.
3. Neurotik Obsesif-Kompulsif
Kepribadian yang perfeksionis dan keteraturan yang kaku, pemalu
dan pengawasan diri yang tinggi, penganut norma etik dan moral
yang tinggi serta patuh berlebihan.
Obsesif menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran,
sedangkan kompulsif menunjuk pada dorongan yang tidak bisa
ditahan untuk melakukan sesuatu. Terdapat beberapa persamaan
antara obsesif dan kompulsif, yaitu :
1) Suatu pikiran atau dorongan mendesak ke alam sadar secara
gigih dan terus menerus.
2) Timbul perasaan takut yang hebat dan penderita beusaha untuk
menghilangkan pikiran atau dorongan itu.
3) Obsesi dan kompulsi dirasakan sebagai sesuatu yang asing, tidak
disukai dan tidak dapat diterima dan tidak dapat ditekan.
4) Penderita tetap sadar akan gangguan ini , tetap mengenal bahwa hal itu
tidak wajar , tidak rational meskipun obsesi dan kompulsi itu sangat
hebat.
5) Penderita merasapakan suatu kebutuhan yang besar untuk melawan
obsesi dan kompulsi itu.
Gejalanya :
6) Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan.
7) Preokupasi dengan hal-hal yang rinci, peraturan, daftar, urutan,
organisasi dan jadwal.
8) Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas.
9) Ketelitian yang berlebihan dan terlalu hati-hati.
10) Keterpakuan dan keterikatan yg berlebihan pd kebiasaan sosial.
11) Kaku dan keras kepala.
12) Pemaksaan yang tidak beralasan agar orang lain mengikutinya.
13) Mencampur adukkan pikiran atau dorongan yang memaksa.
Untuk diagnosis, dibutuhkan paling sedikit 3 gejala.
4. Neurosis Depresif
Gangguan perasaan dengan ciri-ciri kurang semangat, rasa harga diri
rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan.
Karena manusia itu bereaksi secara holistik, maka pada depresi
terdapat :
a) Komponen Psikologik, gejalanya adalah menjadi pendiam, rasa sedih,
pesimistik, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul menurun, tidak bisa
mengambil keputusan, lekas lupa, timbul kecendrungan bunuh diri
b) Komponen Somatik, gejalanya penderita kelihatan tidak senang,
lelah, tidak bersemangat, bicara dan gerak-geriknya kurang hidup,
anorexia (mencari pelarian), insomnia ds.
5. Psychastenia, tipe psikoneurosa yang ditandai dg reaksi-reaksi
kecemasan, dibarengi kompulsi obsesi dan ketegangan fobia. Sompton-
simptonnya :
a) Phobia, ketakutan yang tidak normal dan tidak riil.
b) Obsesif, merasa dikejar-kejar, tidak tenang, penuh ketegangan,
selalu terganggu.
c) Kompulsi, tingkah laku paksaan untuk berbuat sesuatu yg tidak
bisa ditahan.
d) Perasaan bersalah, berdosa, tidak aman dan tidak mampu.

6) Neurasthenia, bentuk psikoneurosa yang ditandai oleh kondisi


syaraf-syaraf yang lemah, tidak memiliki energi hidup disertai rasa
capai, lelah yang hebat dan terus menerus, macam-macam rasa
sakit dan nyeri sehingga penderita malas berbuat. Sebabnya :
a) Risau yang disebabkan kekurangan kesibukan.
b) Banyak ketegangan emosi karena konflik-2, kesusahan dsb.
c) Perasaan inferior akibat kegagalan-2.
7) Hypochondria, kecemasan yang kronis dan berlebih-lebihan shgg
merasakan ketakutan yang menjurus pada patologis.
8) Anxiety Neurosis, neurosa dengan simpton utama kecemasan yang
kronis dan mendalam. Sebabnya :
a) Kecemasan yang terus menerus disebabkan oleh kesusahan
dan kegagalan yang bertubi-tubi.
b) Dorongan seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan
terhambat sehingga menimbulkan konflik batin.
c) Kecenderungan kesadaran diri yang terhalang.
d) Repressi terhadap berbagai masalah emosional yang tidak bisa
berlangsung sempurna.
9) Psikosomatisme, macam-macam penyakit fisik yang disebabkan
oleh konflik-konflik psikis dan kecemasan yang kronis.
EKSISTENSIAL → BEING IN THE WORLD :
→ Umwelt (sapek fisik lingkungan int & ekst)
→ Mitwelt (hubungan antar pribadi)
→ Eigenwelt (kesadaran pribadi
→ NON BEING
PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL MASA DEWASA AWAL
Ketertarikan, Cinta dan Hubungan Dekat, pernikahan dan Keluarga

KONSEP PROSE TERKAIT KARAKTERISTIK/DISKRIPSI

Daya Tarik, Cinta Apa yang membuat Kemiripan mendahului hubungan dekat. Kita suka
dan Hubungan kita pertama kali behubungan dengan individu yang memiliki kesamaan
Dekat tertarik kpd orang dengan kita. Validasi konsensual memberikan sebuah
lain ? penjelasan mengapa seorang individu tertarik kepada
orang yang memiliki kesamaan dengannya. Sikap dan
perilaku kita didukung ketika sikap dan perilaku orang
lain sama dengan kita; sikap dan perilaku mereka
menguatkan sikap dan perilaku kita.

Wajah Cinta Cinta mengacu pada perilaku manusia yang sangat


luas dan kompleks. Berscheid (1988) mengklasifikasi
empat bentuk cinta, yaitu :
(1) Cinta Altruisme, suatu minat yang tidak
mementing-kan diri sendiri dalam menolong
seseorang, seperti sharing dengan teman sebaya
lain jenis.
(2) Persahabatan, suatu bentuk hubungan dekat yg
melibatkan kenikmatan (suka menghabiskan wkt
dg sahabat), penerimaan (menerima teman tanpa
mencoba mengubahnya), kepercayaan (mengang
gap seorang teman akan bertindak utk kepenting-
an kita yang lebih baik), hormat (kita berfikir
KONSEP PROSES TERKAIT KARAKTERISTIK/DISKRIPSI

Teman kita membuat keputusan yang baik), saling


menolong, menceritakan rahasia (berbagi
pengalaman dan hal-hal yang rahasia), mengerti
(saling memahami), spontanitas (bebas menjadi diri
sendiri didepan teman).
(3) Cinta yang Romantis atau Bergairah, cinta yang
memiliki elemen seksual dan kekanak-kanakan,
dan sering mendominasi bagian awal suatu
hubungan cinta. Cinta yang romantis terjadi saat
seseorang mengatakan “jatuh cinta”, ini mencakup
gairah, seksualitas dan campuran emosi, beberapa
diantaranya mungkin bersifat negatif.
(4) Cinta yang Penuh Afeksi atau Kebersamaan,
tipe cinta yang terjadi ketika hasrat individu untuk
berada dekat dengan orang lain dan melibatkan
perasaan yang dalam dan sayang terhadap orang
tersebut. Cinta ini lebih penting bagi hubungan
yang lebih lama.

Kesepian Merasa terisolasi, tidak memiliki seseorang untuk dijadi-


kan pelarian pada saat dibutuhkan atau stres.
Kesepian selalu dikaitkan dengan gender individu,
sejarah attachment, harga diri dan ketrampilan
sosial. Transisi menuju perguruan tinggi dan
pencarian lapangan kerja adalah waktu yang sering
mengalami kesepian.
PERTEMUAN KE 13
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TERKINI
Learned Helplessness dan Learned Optimism
Teori Learned Helplessness, Penelitian awal LH,
LH pada orangtua, LH dan Kesehatan Mental,
Tipe Eksplanatori (optimisme & Pesimisme),
Depresi, Model Atribusi, Perkembangan LH
pada masa anak, Psikologi Positif
PERTEMUAN KE 14
KEPRIBADIAN DAN BUDAYA
Definisi Budaya, Konsep Emic dan Etic,
Perbandingan konsep idiografik dan nomotetik dalam teori
kepribadian,Trait universal, Individualisme dan
kolektivisme, Introversi dan Budaya, Inner-directed dan
outer-directed persons, Aktualisasi diri, Sains dan
kolektivisme, Bahasa dan kepribadian
PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

 Etik, Emik, Etnosentrisme dan Stereotip.


Salah satu cara utama untuk mengkonseptualisasikan prinsip-prinsip
psikologi kepribadian lintas budaya adalah mengenal etik dan emik.
• Etik adalah kebenaran yang tetap di berbagai budaya atau
kebenaran universal.
• Emik adalah kebenaran yang bersifat khas-budaya, yang berbeda
antara satu prinsip antar masyarakat.
• Etik dan Emik merupakan kebenaran-kebenaran yang powerfull
sehingga tujuan utama psikologi kepribadian lintas budaya adalah
untuk memeriksa mana aspek perilaku manusia yang merupakan
etik dan mana yang emik.
• Banyaknya emik atau perbedaan kultural pada dasarnya bukan
suatu yang problematis, tetapi masalah potensial akan muncul
ketika seseorang mencoba menafsirkan alasan yang mendasari
atau yang menyebabkan adanya berbagai perbedaan.
 Etnosentrisme, ketidak mampuan memisahkan diri kita dari latar
belakang dan bias-bias kultural kita sendiri dalam memahami
perilaku orang lain. Resistensi etnosentrisme ini membahayakan
karena dapat menimbulkan stereotip yang keliru, bahkan konflik.
 Stereotip, adalah sikap, keyakinan atau pendapat yang baku (fixed)
tentang orang-orang yang berasal dari budaya lain. Stereotip lebih
sebagai kombinasi antara fakta dengan fiksi mengenai orang dari
kelompok budaya yang lain.
Stereotip bisa berguna untuk melakukan penilaian, evaluasi dan
interaksi dengan orang dari budaya lain, tetapi berbahaya dan
merusak bila dipegangi secara kaku dan menerapkan scr pukul rata.
 Budaya adalah konstruk psikologis, dimana sekelompok orang scr
bersama-sama menganut serangkaian sikap, nilai, keyakinan dan
perilaku. Oleh karena itu budaya sangat mempengaruhi pola pikir,
motivasi perilaku dan emosi seseorang.
 Setiap individu harus menyadari adanya perbedaan suatu budaya.
Artinya dalam kelompok manapun yang bisa kita identifikasi sebagai
kelompok budaya, pasti ada perbedaan-2 secara individual & sosial.
 Dalam interaksi sosial terbuka kemungkinan suatu konflik dan
kesalah-pahaman yang bersifat kultural karena perbedaan budaya.
Oleh karena itu dalam interaksi sosial setiap individu harus mampu
menahan diri dari kemungkinan timbulnya konflik dan kesalah-
pahaman yang bakal muncul.

Anda mungkin juga menyukai