Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS TEORI HUMANISTIK BY CARL ROGERS

Oleh

Sukesi

NIM S300210010

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021
A. HISTORI TEORI
Salah satu tokoh humanistic yang terkenal selain Abraham Maslow adalah Carl
Rogers ( 1902-1987) atau nama aslinya adalah Carl Ransom Rogers, yang lahir pada
tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois dekat Chicago. Ia lahir di lingkungan
Kristen yang taat bersama dengan kelima saudaranya. Tinggal di lingkungan pertanian
membuatnya masuk Universitas Wiconsin jurusan Agronomi. Semangat menuntut ilmu
dan keingintahuannya yang cukup tinggi membuatnya masuk di Union Theology
Seminary di Big Apple. Selama kuliah di seminari selain kuliah juga menjadi pendeta di
gereja kecil di sekitarnya bahkan Rogers juga masih mengikuti kuliah di Teacher
College, universitas di dekat seminarinya.
Tahun 1926, Rogers mengubah haluannya dengan kuliah mengambil studi di
bidang psikologi klinis dan pendidikan bahkan mendapatkan gelar doctor. Setahun
kemudian ia bekerja di Institute For Child Guidance, tempat untuk terapi anak-anak
bermasalah. Hal ini semakin mendekatkannya dengan dunia anak-anak dan
menjadikannya direktur konseling anak.
Dalam melaksanakan terapinya ia menggunakan teori behaviour dan Freud.
Disinilah Rogers menyadari batasan metode yang saat itu digunakan dan perlu
mengembangkan cara lain yang lebih bisa menghargai kebebasan dan martabat orang.
Carl Rogers merasa teori behavior ini hanya bisa mengukur dan mencatat perilaku luar
dan perilaku sebagai tanggapan terhadap lingkungan atau rangsangan dan mereduksi
semua pemgkondisian yang dipercayainya. Saat itu Rogers banyak dipengaruhi
pemikiran dari John Dewey dan Otto Rank yang cenderung pada teorinya Gestalt
tentang individual self. Dari sinilah nanti menjadi awal perkembangan teorinya.
Rogers pindah ke Winconsin sekitar tahun 1957, guna mengembangkan teori
psikiatri yang telah dipelajarinya. Rogers menjadi professor psikologi dan psikiatri di
Universitas Ohio. Perpidahannya dari lingkungan klinis ke lingkungan akademik
mendorongnya mengembangkan metode client-centered psychotherapy di tahun 1960.
Mulai saat itu Rogers lebih suka menggunakan istilah klien bagi orang yang
mengunakan jasanya daripada menggunakan istilah pasien. Rogers juga membedakan
dua tipe belajar yaitu, kognitif ( kebermaknaan) dan eksperential ( pengalaman atau
signifikansi).
Tahun 1964. Rogers pindah ke California dan bergabung dengan Western
Behavioral Science Institute dan mengembangkan teori pendidikan sete;lah mengalami
kekecewaan di tempat bekerja sebelumnya karena tidak bisa menyatukan antara
psikologi dengan psikiatri. Lima tahun kemudian ia mempublikasikan Freedom to
Learn yang membawa angin segar pada bidang pendidikan yang selama ini dianggap
kaku, dibatasi oleh ketidakfleksibelan, otoriter dan dogmatis. seluruh hidupnya ia
dedikasikan dibidang psikologi dan pendidikan baik melalui penelitian, publikasi dan
workshop hingga akhir hayatnya di tahun 1987 pada tanggal 4 February.
B. PAPARAN ISI DAN TEORI
Rogers mentahbiskan teorinya sebagai teori humanistic mekipun bersifat holistic
namun mempunyai keunikan yang bersifat humanis. Rogers cenderung menolak teori
psikoanalisa Freud yang dianggap pesimis dan putus asa serta menolak teori
behaviorisme yang menganggap manusia seperti robot, kaku. Teori humanis dari Rogers
diangap lebih memanusiakan manusia yang penuh harapan dan optimis karena manusia
mempunyai potensi untuk maju.
Teori humanistic Rogers mempunyai beberapa nama antara lain; teori yang
berpusat pada pribadi ( person centered), non directive, klien (client-centered), teori
tang berpusat pada murid ( student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (
group-centered), dan person to person. Diantara nama-nam tersebut teori Rogers lebih
dikenal dengan sebutan person centered.
Asumsi dasar dari teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan
aktualisasi. Kecenderungan formatif yang dimaksud adalah bahwa segala hal yang ada
di dunia ini tersusun dari hal-hal yang lebih kecil. Sedangkan kecenderungan aktualisasi
menganggap bahwa setiap makhluk hidup bergerak menuju ke sempurnaan atau
memenuhi potensi yang ada pada dirinya.
1. Struktur Kepribadian
Berdasarkan pengamatan Rogers sejak awal bahwa struktur kepribadian terbagi
menjadi 3 antara lain;
a. Organisme
Organisme terbagi menjadi 3, yaitu; makhluk hidup, realitas subjektif, dan
holism. Makhluk hidup merupakan makhluk terlengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya yang mempunyai potensi, pengalaman dan segala kesadaran.
Realitas subjektif merupakan persepsi yang bersifat subjektif yang dapat
mempengaruhi tingkah laku. Holism merupakan satu kesatuan yang saling
mempengaruhi dan bertujuan untuk mempertahan, mengaktualisasi, dan
mengembangkan diri.
b. Medan Fenomena
Merupakan keseluruhan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang sepanjang
hidupnya baik secara internal maupun eksternal, secara sadar maupun tidak
sesuai dengan persepktif subjektifnya.
c. Diri ( Self)
Konsep diri sudah terbentuk sejak bayi berdasarkan pengalaman dirinya
merasakan kenyamanan atau tidak selama hidupnya. Sehingga terbentuklah
aktualisasi diri yang mengacu pada pengalaman setiap individu secara
menyeluruh secara sadar maupun tidak sadar, psikis ataupun kognitif.
Diri atau self terdiri dari dua sub system yaitu konsep diri yang berdasarkan
dari pengalaman hidup setiap individu dan diri ideal yang merupakan cita-cita.
Jika keduanya terjadi kesenjangan maka akan menimbulkan pribadi yang tidak
sehat.
Diri atau self dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu kesadaran, kebutuhan dan
stagnasi psikis. Ketiganya saling ada keterikatan dan saling mempengaruhi.
2. Dinamika Kepribadian
Terdiri dari 3 hal, yaitu:
a. Penerimaan Positif ( Positive Regard) ; seseorang yang merasakan kepuasan
terhadap dirinya maka akan dapat memberi kepuasan pada orang lain.
b. Konsistensi dan Keselarasan (Self Consitency and Congruence) ; organisme
harus memrankan funsinya sebagai pemelihara konsistensi dan mampu
menyelaraskan antara persepsi diri dengan pengalaman yang diperoleh.
c. Aktualisasi Diri ( Self Actualization) menurut Rogers organisme harus bergerak
maju untuk mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri yang dimaksud adalah
untuk pemeliharaan diri ( maintenance) dan juga untuk mengembangkan diri
(enhancement).
3. Perkembangan Kepribadian
Keyakinan Rogers terhadap diri pribadi seseorang yang terus tumbuh dan
berkembang secara utuh untuk mengaktualisasikan diri dan menjadi diri pribadi yang
utuh (fully fungtioning person). Berikut ini ciri-ciri pribadi yang berfungsi
sepenuhnya :
a. Keterbukaan terhadap Pengalaman ( Open Experience)
Orang yang terbuka dan menerima terhadap apa yang ada dalam dirinya
sendiri, merasakan secara mendalam baik secara emosional dan kognitif tanpa
merasa terancam.
b. Kehidupan Eksistensial ( Existencial Living)
Mersakan hidup lebih hidup tehadap eksistensi dirinya lebih fleksibe,
adaptable, toleran dan spontan.
c. Keyakinan Organisme ( Organismic Trusting)
Pengambilan keputusan berdasarkan pada pengalaman dirinya sendiri,
sehingga apa yang dilakukan berdasarkan pada pengalaman dan keyakinan
sebagai bukti kompetensinya.
d. Kebebasan Berekspresi ( Experiental Freedom)
Kebebasan dalam mengekpresikan diri berdasarkan apa yang diinginkan tanpa
ada tekanan dan hambatan. Orang yang merasa punya banyak pilihan dalam
hidupnya maka akan merasa lebih mampu dalam melakukan apa yang
didinginkan daalm dirinya.
e. Kreativitas ( Creativity)
Sebuah kematangan Psikologi yang dimiliki maka akan memunculkan produk
kreatif dan hidup kreatif.

C. TELAAH TEORI
1. Psikologi Humanistik dalam Bimbingan dan Konseling
Pendapat Rogers mengenai individu atau klien pada dasarnya mempunyai pribadi
social yang baik, namun kebanyakan orang hanya melihat kekurangan dan
kelemahannya saja. Hal ini disebabkan karena kurang optimalnya individu dalam
mengembangkan potensinya. Masalah inilah dibutuhkan seorang pembimbing atau
konselor guna menggali dan memfasilitatori klien atau individu hingga dapat
memunculkan potensi positif yang selama ini terpendam.
Menurut Roger pribadi yang sehat adalah yang bisa mengaktualisikan diri. Tanpa
ada bayangan masa lalu seperti teorinya freud. Apa yang dilakukan merupakan
perilaku yang dilakukan secara sadar. Aktualisasi diri merupakan proses menjadi diri
sendiri dengan mengoptimalkan potensi-potensi unik yang ada pada setiap individu.
Pribadi yang utuh menurut Rogers adalah individu yang mampu menggambarkan
dirinya sesuai dengan kapasitas bakat dan merealisasikan potensinya sehingga
mampu menggambarkan diriya secara utuh berdasarkan pengalaman. Dan tidak
semuanya pribadi itu menjadi pribadi yang sehat secara psikologis karena mengalami
kondisi yang tidak berharga dan tidak selaras.
Aplikasi bimbingan dan konsesling dengan teorinya Rogers dikenal dengan istilah
Client Centered Therapy ( CCT). Tujuan konseling ada 3, yaitu: 1) memberikan
kebebasan individu untuk mengekspresikan perasannya, 2) membantu individu
bersikap mandiri dalam mengintegrasikan diri dan lingkungannya, 3) membantu
individu untuk berubah lebih baik.
Kekuatan teori Rogers pada helping relationship (Ratu, 2105) secara personal.
Kondisi ini dapat membantu perubahan klien antara lain;
a. Adanya hubungan positif antara konselor dengan klien
b. Adanya pernyataan yang incongruence oleh klien
c. Adanya pernyataan yang congruence oleh konselor
d. Adanya unconditional positif regard dan pemahaman yang empatik dari
konselor kepada klien.
e. Adanya persepstif klien terhadap konselor positif regard dan empatik
Pada proses konseling berdasarkan teorinya Rogers ( Ratu, 2015) terdapat 3 fase,
yaitu;
a. Pengalaman akan meredakan ketegangan ( tension)
b. Adanya pemahaman diri ( self under standing)
c. Perencanaan kegiatan selanjutnya
2. Implementasi Psikologi Humanistik Pada Tradisi Lokal Nyadran di Desa Jambe,
Gemarang, Ngawi.
Nyadran merupakan salah satu kegiatan tradisional Jawa yang bertujuan
untuk bersih desa yang dilakukan menjelang bulan Puasa. Kegiatan ini biasa
dilakukan oleh masyarakat di desa Jambe, gemarang kabupaten Ngawi. Menurut
Setyani ( 2017) bahwa ritual nyadran di desa tersebut menurut masyarakat setempat
diyakini merupakan cara yang tepat untuk menemukan jati diri sekaligus membangun
solidaritas antar warga. Secara psikologis, ritual nyadran dapat meningkatkan
kepercayaan diri untuk dalam membangun desa dan setiap permasalahan yang ada
dapat diatasi bersama-sama.
Teori humanisnya Roger menjelaskan bahwa perilaku manusia berdasarkan-
pengalaman-pengalamannya akan membentuk self atau konsep diri yang baik untuk
mengatualisasikan diri sesuai yang diinginkannya sesuai potensi yang dimilikinya.
Potensi yang ada pada setiap individu memilki kecenderungan untuk tampil dan
menonjolkan diri. Potensi merupakan bagian dari organisme yang bersifat subjektif
yang berfungsi untuk mempengaruhi, mempertahankan, mengaktualisasi dan
mengembangkan diri.
Organisme merupakan satu kesatuan antara fisik dan psikis berdasarkan
pengalaman-pengalaman baik yang disadari maupun tidak disadari dan membentuk
medan fenomenal. Hal ini dirasakan oleh masyarakat Jambe, Gumarang, Ngawi saat
ritual nyadran. Peristiwa dan pengalaman mistis saat nyadran membuat dirinya
semakin percaya diri dan membentuk kepribadian yang utuh. Kepribadian sendiri
terdiri dari struktur organisme yakni emosi, pengalaman dan potensi-potensi positif
yang membentuk motivasi manusia. Komponen tersebut melahirkan karakter
kepribadian manusia yang menghargai dirinya self-regard dan penerimaan diri self-
esteem.
Konsep Rogers dapat dijadikan pijakan dalam memahami perilaku manusia dan
memanusiakan manusia sesuai dengan motivasi dan seluruh potensi yang dimiliki
untuk dapat bekerjasama, penghargaan diri self-regard dan penerimaan diri self-
esteem. Implementasi humanistik pada ritual nyadran di Jambe Gemarang dapat
dipahami sebagai proses pencarian jati diri pada sebuah komunitas di masyarakat
( Setyani, 2015).

3. Membentuk Pribadi yang Sehat


Teori konseling yang dipopulerkan oleh Rogers adalah teori konseling yang
berpusat pada klien atau individu atau lebih dikenal dengan nama Self Theory/ Person
Centered dan Client Centered, merupakan salah satu teknik konseling yang lebih
menekankan pada aktifitas klien dan tanggung jawab klien itu sendiri. Pendekatan ini
juga menitik beratkan pada kemampuan dan tanggung jawab klien dalam cara
mengidentifikasikan dan cara menghadapi realitas secara akurat. Semakin baik
seseorang mengidentifikasi dirinya semakin besar pula kemampuan dirinya untuk
mengidentifikasi perilaku yang sesuai dengan dirinya. Rogers menekankan
pentingnya konselor memiliki sikap hangat, apa adanya, berempati dan memberikan
perhatian.
Menurut Rogers cara mengubah dan memberikan perhatian terhadap perubahan
kepribadian itu lebih penting daripada karakteristik kepribadian itu sendiri.
Kepribadian menurut Rogers dibagi menjadi dua yaitu: kepribadian yang sehat dan
kepribadian yang tidak sehat. Pribadi yang sehat atau person centered adalah pribadi
yang bisa menerima dirinya dan orang lain, mempunyai otonomi terhadap dirinya dan
terbuka dan menerima dengan senag hati atas ketdakpastian hidupnya. Sedangkan
pribadi yang tidak sehat adalah pribadi yang tidak bias menerima pribadi dengan
pengalaman riil, ketidaksesuaian melihat dirinya dan kenyataan atau kemampuannya.
Implikasi client centered dari Carl Rogers menciptakan iklim yang kondusif
dalam usaha membantu klien menuju pribadi yang berfungsi penuh. Disini peran
konselor sesuai dengan teori clien centered untuk membina kepribadian klien secara
integral, berdiri sendiri dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
sendiri.
Terapi client centered membantu individu memahami potensi apa yang terjadi
dalam hidupnya terkait dengan tekanan dan kecemasan yang dirasakan. Manusia
mempunyai energi yang dahsyat apabila mampu mengaktualisasi dan mengoptimalkan
potensi yang ada pada dirinya. Kepribadian dan social tidak dapat dipisahkan karena
merupakan satu kesatuan.

4. Merdeka Belajar dalam Perspektif Humanisme


Merdeka belajar merupakan gerakan reformasi pendidikan yang bertumpuh
pada pemberdayaan kreativitas dan inovasi guru dalam menciptakan pembelajaran
bermakna di kelas. Realitas menunjukan bahwa pada sisi konsep maupun
implementasinya merdeka belajar belum sepenuhnya dipahami dan diaplikasi baik
secara berhasil. Kebijakan merdeka belajar dengan tahapan-tahapannya saat ini perlu
didukung dengan pemantapan konsep tentang kemanusiaan dan pengembangannya.
( Silli, 2021)
Merdeka belajar merupakan metode untuk menggali potensi guru dan siswa
untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri dan
terintegrasi sebagai satu proses kunci peningkatan mutu dalam pendidikan.

Merdeka belajar dicirikan oleh kemandirian belajar dan kemampuan mengelola


pembelajaran secara otonom baik bagi guru maupun siswa. Karena pada dasarnya
anak mempunyai inisiatif dan kreativitas dalam belajar tapi terbentur dengan
kurikulum yang tertutup. begitu pula guru selama ini ditekan dengan administrasi
pembelajaran yang padat, sehingga membuat guru kurang mengembangkan diri
dalam proses belajar mengajar.

Carl Roger dalam teorinya organism merupakan penggambaran manusia untuk


berproses membentuk mengaktualisasikan dirinya. Dengan organism manusia pada
dasarnya juga merupakan mandiri yang utuh, mandiri dan terarah pada kematangan
dan aktualisasi diri.

Carl Rogers memandang perkembangan sebagai proses aktualisasi potens-


potensi positif yang inheren pada kodrat manusia. Pendidikan menurutnya adalah
proses menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan anak dapat
mengaktualisasikan secara maksimal potensi-potensi dirinya. Gagasan ini sejalan
dengan program merdeka belajar yang digulirkan Mendikbud Nadiem Makarim yang
ingin mereformasi pendidikan dengan memberdayakan kreativitas dan inovasi guru
dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna di kelas. ( Silli, 2015)

5. Penerapan Teori Humanistik dalam Pembelajaran PAI


Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan teori humanistik Carl Rogers yang
kemudian teori tersebut dirumuskan dalam penerapan Pembelajaran PAI. Penelitian
ini menggunakan metode library research, yakni dengan mengkaji literatur-literatur
yang terkait dengan penelitian.
Hasil Penelitian ini adalah terfokus pada sikap dari kondisi manusia yang
mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan
nasib sendiri, kebebasan dan bertanggung jawab kecemasan sebagai suatu unsur dasar
pencarian, perkembangan kepribadian yang muncul berdasarkan keunikan masing-
masing individu. Pendekatan ini menyajikan kondisi untuk memaksimalkan
kesadaran diri dan perkembangan.
Teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa
senang bergairah, berinisiatif dalam belajar, dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku, sikap atas kernauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain, dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan,
norma, disiplin, atau etika yang berlaku. ( Prajoko, 2021)
6. Self Theory and Personality
Penelitian ini mengkaji teori diri Carl Rogers secara mendalam. Ada beberapa
yang penting konsep dijelskan dengan baik, mengingat perkembangan kepribadian
seseorang. Fokus utamanya adalah penghargaan positif, harga diri, dan
kecenderungan aktualisasi, yang dikemukakan oleh Rogers.
Untuk menjelaskannya, penghargaan positif dipelajari melalui citra diri, diri
ideal dan kesesuaian. Harga diri adalah digambarkan sebagai bersyarat dan tidak
bersyarat untuk mengatasi tantangan dalam hidup, mentolerir kegagalan dan
terkadang sedih Kecenderungan mengaktualisasikan diuraikan menjadi berfungsi
penuh atau aktualisasi diri. Semua konsep ini menunjukkan bahwa memiliki
kecenderungan pada perilaku manusia dan berkonsentrasi pada kemampuan individu
untuk berpikir secara sadar dan sehat, untuk mengendalikan dorongan biologisnya,
merupakan elemen utama yang signifikan untuk mengevaluasi diri sendiri. Oleh
karena itu, dalam perspektif humanistik, individu memiliki kesempatan dan kemauan
untuk mengubah keadaan pikiran dan perilakunya. Studi ini mungkin menjadi
panduan untuk beberapa aspek tertentu dari studi terkait diri bagi peneliti lain untuk
mendapatkan manfaat yang sesuai dan juga untuk mengembangkan skala baru yang
terkait dengan diri sendiri menggunakan teori Rogers
7. The Rogersian Fully Functioning Person: A Positive Psychology Perspective
Dua kelompok studi karakter diuji untuk mengetahui teori Roger menjadi fully
fungsioning person dari perspektif psikologi positif. Berdasarkan temuan penelitian
yang ada untuk mendukung model metateori Rogerian, indikator dipilih untuk
mewakili karakteristik yang merupakan fully fungsioning person. Menggunakan
analisis faktor konfirmatori, struktur tunggal dari katrakakteristik fully fungsional
person dengan menggunakan subjek orang dewasa muda berusia 16 hingga 19 tahun
(x¯ = 16,86). Peserta dari kedua studi menyelesaikan ukuran kepuasan hidup, pikiran
dan perasaan positif, keaslian, penilaian organisme, aspirasi, kebutuhan psikologis
dasar, kecemasan, dan penggunaan kekuatan. Peserta Studi 2 juga menyelesaikan
ukuran dukungan kekuatan karakter.
Analisis mengungkapkan bahwa variabel yang konsisten dengan fully fungsioning
person menurut Roger dimuat secara positif pada satu faktor "fully fungsioning
person". Keseluruhan hasil menunjukkan bahwa seseorang yang fully fungsioning
person memiliki kepuasan hidup yang tinggi, memiliki peningkatan pikiran dan
perasaan positif dan penurunan pikiran negatif dan perasaan, kecemasan rendah, dan
bergerak menuju nilai-nilai intrinsik daripada ekstrinsik nilai-nilai. Komponen orang
yang berfungsi penuh berkorelasi positif dengan kekuatan karakter semangat,
keberanian, kejujuran, kepemimpinan

8. Developing the Foundations for a Learning-Based Humanistic Therapy

Studi ini membahas kemungkinan mengintegrasikan teori pembelajaran ke


dalam konseling humanistik. Peneliti menganggap bahwa pendekatan seperti itu
memungkinkan konseling diri klien baik di antara sesi atau setelah terapi telah
selesai. Carl Rogers adalah seorang penggagas pembelajaran yang berpusat pada
orang ( person-centered) fasilitasi di kelas dan prinsip-prinsip pembelajarannya
memberikan titik awal untuk terapi humanistik berdasarkan teori belajar
Varietas dari proses pembelajaran lainnya juga meminjamkan diri untuk
pembelajaran berbasis terapi seperti menetapkan tujuan belajar klien berdasarkan
efikasi diri, memungkinkan klien untuk memahami proses dan blok pembelajaran
mereka sendiri. untuk belajar, mendorong klien untuk mengakses sumber belajar
mereka sendiri, dan kemudian memungkinkan pembelajaran jangka panjang.
Oleh karena itu, sebuah studi kasus dirancang untuk menguji beberapa proses ini
dalam pengaturan terapeutik. White, Inggris, wanita paruh baya direkrut untuk studi
kasus. Selama enam sesi, yang isinya dianalisis menggunakan analisis tematik,
pemilihan proses pembelajaran diterapkan pada proses terapi humanistik.
Singkatnya, ditetapkan bahwa proses pembelajaran yang difasilitasi dapat
memberikan dasar yang dapat diterima secara praktis untuk konseling humanistik,
dan proses ini ditawarkan di sini sebagai dasar untuk model “pembelajaran
terapeutik.”
9. Behind the Mirror: Reflective Listening and its Tain in the Work of Carl Rogerss
Meskipun mendengarkan reflektif Rogerian dianggap sebagai praktik terapi
yang mendasar, itu secara luas kurang populer. Artikel ini berusaha untuk
menghilangkan mitos tentang pendekatan reflektif Rogers melalui pembacaan rinci
karyanya, sementara juga membuka masalah sentral dalam pemikiran Rogers.
Rogers berulang kali bergumul dengan permasalahan tentang bagaimana
terapis dapat dengan setia mencerminkan keadaan pengalaman klien sambil
menghindari ketidaktulusan. Metafora cermin dan nodanya, atau permukaan
belakangnya, digunakan untuk memandu analisis yang cermat tentang bagaimana
Rogers bergulat dengan ketegangan antara reflektif terapis proses mendengarkan dan
pengalaman batinnya saat berefleksi. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing
Rogers 'revisi konseptualisasinya tentang mendengarkan reflektif merupakan
pergeseran dialektis yang membuka pendekatan yang berbeda untuk masalah noda,
akhirnya menyimpulkan dalam formulasi interaksional refleksi sebagai ketentuan
pemahaman terapis tentatif yang dirancang untuk diubah dalam tanggapan terhadap
umpan balik klien

10. A Study On The Self-Concept Of M.A. Class Students In View Of Carl Rogers’s
Theory Of Self
Dalam studi pendidikan modern, psikologi humanistik telah memperoleh
tempat untuk eksplorasi psikologi manusia dalam hal neurologis dan latihan
konstruktif dari potensi manusia untuk mendukung kesejahteraan manusia. Abraham
Maslow dan Carl Rogers adalah dua psikolog terkemuka yang telah memberikan
kontribusi beberapa hal yang berharga bagi pengembangan disiplin ilmu.
Carl Rogers telah memperkenalkan dengan teori pengembangan diri dan
beberapa yang terkait masalah. Self telah dianggap sebagai keberadaan atau esensi
yang elemen dasar organisme manusia; itu adalah pendorong psiko-fisiologis
organisme untuk tujuan yang dimaksudkan dengan sempurna. Dalam penelitian ini,
peneliti telah merencanakan studi dalam pandangan Theory of Self -nya Carl Rogers.
Mahasiswa pasca sarjana telah terpilih sebagai peserta penelitian ini. Atas dasar
dimensi yang berbeda dari pengembangan diri dan konsep diri, skala pengumpulan
data telah dikembangkan dan distandarisasi; akhirnya yang telah digunakan untuk
menilai tingkat konsep diri mahasiswa pasca sarjana berdasarkan indikator lokalitas
dan gender. Pada akhir, peneliti menyimpulkan bahwa di antara siswa kelas pasca
sarjana (M.A) variasi konsep diri sangat kecil sifatnya. Tiga dimensi (yaitu self worth
atau self esteem, citra diri dan aktualisasi diri) dari konsep diri dipertimbangkan oleh
peneliti dalam penelitian ini.

D. KESIMPULAN
Rogers tidak menjelaskan secara rinci setiap tahap perkembangan, namun ia
menekankan akan pentingnya penilaian terhadap anak berdasarkan proses
perkembangannya. Jika seseorang menilai secara positif maka kesenjangan antara
organisme dan self tidak terjadi. Individu akan menerima keadaan secara positif tanpa
syarat akan bekembang menjadi fully fungtioning person. Dan sebaliknya jika individu
dinilai positif bersyarat maka self regardnya akan menjadi bersyarat. Sehingga individu
brerkembang menjadi malsesuai secara psikologis.

E. DAFTAR PUSTAKA

Arnold, Kyle, “Behind the Mirror: Reflective Listening and its Tain in the Work of Carl
Rogers”, The Humanistic Psychologist, DOI: 10.1080/08873267.2014.913247
Harahap, Darwin, “ Teori Carl Rogers dalam Membentuk Pribadi dan Sosial yang Sehat”,
jurnal bimbingan konseling Islam, Vol.2, No. 2, 2020.
Ismail, Nik Ahmad Hisham, “Rediscovering Rogers’s Self Theory and Personality.”
Journal of Educational, Health and Community Psychology, Vol 4, No 3, 2015,
ISSN: 2088-3129
Mishra, Dr. Bapi, and Josnara Khatun, “A Study On The Self-Concept Of M.A. Class
Students In View Of Carl Roger’s Theory Of Self.” International Journal of
Informative & Futuristic Research, Vol.2, No. 6, 2015.
Prajoko, Indra, and M. Sayyidul Abrori. “ Penerapan Teori Humanistik Carl Rogers
dalam Pembelajaran PAI”, Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 5, No. 1, 2021.
Proctor, Carmel, and Roger Tweed, Daniel Morris. “The Rogerian Fully Functioning
Person: A Positive Psychology Perspective.” Journal of Humanistic Psychology,
Vol.1, No. 28, 2015.
Ratu, Bau. “Psikologi Humanistik Carl Rogers Dalam Bimbingan dan Konseling”., Jurnal
Kreatif, Vol. 17, No. 3, 2014.
Renger, Susan, and Ann Macaskill, “Developing the Foundations for a Learning-Based
Humanistic Therapy”. Journal of Humanistic Psychology, Vol. 1. No. 22. 2021
Setyani, Wiwik. “Imlementasi Psikologi Humanistik Carl Rogers pada Tradisi Lokal
Nyadran di Jambe Gemarang Kedungalar Ngawi.” Jurnal Islamica, Vol 12, No. 1,
2017.
Silli, Fransiskus. “Merdeka Belajar dalam Perspektif Humanisme Carl R. Rogers”. Jurnal
Stikippersada, Vol. 7. 1. 2021.

Anda mungkin juga menyukai