Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan
aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu
dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya
semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi
ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah,
muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog
lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa
cinta, dan sebagainya. Selain itu Rogers juga dikenal di kalangan psikologi dengan teori
psikoterapinya.(Indonesia)Sarlito Sarwono. 2002. Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-
tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. Hal. 178-180 Di dalam teorinya ini, Rogers selalu
menghindari pengarahan (direktif). Istilah klien digunakannya untuk menggantikan istilah
pasien untuk menunjukkan adanya hubungan yang sejajar antara orang yang melakukan
terapi dan yang diterapi, dan bahwa yang diterapi itu adalah orang sehat, orang yang punya
wawasan dan bukan orang yang sakit. Selanjutnya, klien harus diterima sebagaimana adanya,
sementara ia pun harus terbuka dengan kliennya. Melalui hubungan yang saling menerima,
dan melalui upaya bersama antara klien dengan orang yang melakukan terapi, diusahakan
menggali semua pengalaman dan perasaan klien untuk tercapainya keseimbangan antara
berbagai pengalaman dan perasaan yang sesungguhnya terjadi dengan konsep diri klien.
Menurut Rogers, kesenjangan antara konsep diri dan realitas inilah yang menyebabkan
gangguan kejiwaan dalam diri klien, sehingga untuk menyembuhkannya diperlukanlah upaya
penyeimbangan.

1.1 Sejarah Singkat Carl Ransom Rogers


Carl rogers lahir lahir pada tangga 8 Januari 1902 dSi Oak , Illionis, sebuah daerah
pinggiran Chicago, sebagai anak keempat dari eman bersaudara. Ayahnya adalah insinyur
teknik sipil yang sukses sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga pemeluk
Kristen yang taat.
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis
yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan
pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan
pendekatan Freud, tetapi pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers
memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara ,
kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Hakekat Pribadi Fenomenologis


Pendekatan humanistik sangat menghargai individu sebagai organisme yang
potensial. Setiap orang memiliki potensi untuk berkembang mencapai aktualisasi-diri.
Rogers mengemukakan 19 rumusan mengenai hakekat pribadi (self) sebagai berikut:
1. Organisme berada dalam dunia pengalaman yang terus-menerus berubah
(phenomenal field), di mana dia menjadi titik pusatnya,
2. Organisme menanggapi dunia sesuai dengan persepsinya.
3. Organisme mempunyai kecenderungan pokok yakni keinginan untuk
mengaktualisasikan-memelihara-meningkatkan diri (self actualization-maintain-
enhance).
4. Organisme mereaksi medan fenomena secara total (gestalt) dan berarah-tujuan
(goal directed).
5. Pada dasarnya tingkahlaku merupakan usaha berarah tujuan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan mengaktualisasikan-mempertahankan-memperluas diri,
dalam medan fenomenanya.
6. Emosi akan menyertai tingkahlaku yang berarah-tujuan, sehingga intensitas
(kekuatan) emosi itu tergantung kepada pengalaman subjektif seberapa penting
tingkahlaku itu dalam usaha mengaktualisasikan-memelihara-mengembangkan
diri.
7. Jalan terbaik untuk memahami tingkahlaku seseorang adalah dengan memakai
kerangka pandangan orang itu sendiri (internal frame of reference); yakni
persepsi, sikap dan perasaan yang dinyatakan dalam suasana yang bebas atau
suasana terapi berpusat pada klien.
8. Sebagian dalama medan fenomenal secara berangsur mengalami diferensiasi,
sebagai protes terbentuknya self.
9. Struktur self terbentuk sebagai hasil interaksi organisme dengan medan
fenomenal, terutama interaksi evaluatif dengan orang lain.
10. Apabila terjadi konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan nilai-nilai
baru yang akan diintrijeksi, organisme akan meredakan konflik itu dengan;
merevisi gambaran dirinya serta mengaburkan (distortion) nilai-nilai yang semula
ada dalam dirinya, atau dengan mendistorsi nilai-nilai baru yang akan
diintrojeksi/diasimilasi.
11. Pengalaman yang terjadi dalam kehidup seseorang akan diproses dengan
kesadaran dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda, sebagai berikut; Disimbulkan
(symbolized), diamati dan disusun dalam hubungannya dengan self. Dikaburkan
(distorted), tidak ada hubungan dengan struktur self. Diingkari atau Diabaikan
(denied atau ignore), pengalaman itu sebenarnya disimbulkan tetapi diabaikan

2
karena kesadaran tidak memperhatikan pengalaman itu atau diingkari karena tidak
onsisten dengan struktur self.
12. Umunya tingkahlaku konsisten dengan konsep self.
13. Tingkahlaku yang didorong oleh kebutuhan organis yang tidak dilambangkan,
bisa tidak konsisten dengan self.
14. Salahsuai psikologis (psychological maladjustment) akibat adanya tension, terjadi
apabila organisme menolak menyadari pengalaman sensorik yang tidak dapat
sisimbulkan dan disusun dalam kesatuan struktur self.
15. Penyesuaian psikologis (psychological adjustment) terjadi apabila organismen
dapat menampung/mengatur semua pengalaman sensorik sedemikian rupa dalam
hubungan yang harmonis dalam konsep diri.
16. Setiap pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self akan diamati sebagai
ancaman (threat).
17. Dalam kondisi tertentu, khususnya dalam kondisi bebas dari ancaman terhadap
struktur self (suasana terapi berpusat klien), pengalaman-pengalaman yang tidak
konsisten dengan self dapat diamati dan diuji (untuk dicari konsistensinya dengan
self), dan struktur self direvisi untuk dapat mengasimiliasi pengalaman-
pengalaman itu.
18. Apabila organisme mngamati dan menerima semua pengalaman sensoriknya
kedalam sistem yang integral dan konsisten, maka dia akan lenih mengerti dan
menerima orang lain sebagai individu yang berbeda.
19. Semakin banyak individu mengamati dan menerima pengalaman sensorik
kedalam struktur selfnya, kemungkinan terjadi introjeksi/revisi nilai-nilai semakin
besar.

1.2 Struktur Kepribadian


A. Organisme
Pengertian organisme mencangkup tiga hal:
1. Mahkluk hidup; Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik
dan psikologisnya dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang
terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai
kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal.
2. Realitas Subyektif; Organisme menganggap dunia seperti yang dialami
dan diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat
membentuk tingkah laku.
3. Holisme; Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan
dalam satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan
memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.
B. Medan Fenomena (phenomenal field)
Keseluruhan pengalaman itu, baik yang internal maupun eksternal, disadari maupun
tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan fenomena adalah seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi
subyektifnya. Beberapa diskripsi berikut menjelaskan pengertian medan fenomena;

3
1. Meliputi pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan
pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar).
2. Meliputi pengalama yang disimbulkan (di amati dan di susun dalam
kaitanya dengan diri sendiri).
3. Semua persepsi bersifat subyektif, benar bagi diri sendiri.
4. Medan fenomenal seseorang tidak dapat di ketahui oleh orang lain kecuali
melalui inferensi empatik, itupun pengetahuan yang di peroleh tidak bakal
sempurna.
C. Self
Konsep self merupakan konsep menyeluruh yang mana tergorganisir dan tersusun atas
persepsi ciri-ciri mengenai “I” (aku sebagai subjek atau objek) serta persepsi
hubungan “I” dengan lainnya dalam berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang
berkaitan di dalam persepsi tersebut. Merupakan bagian medan fenomena yang terdiri
dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar dari pada “I” atau “me”. Konsep self
lebih menggambarkan mengenai konsep orang terhadap dirinya sendiri serta ciri-ciri
yang dianggap dalam bagian dirinya. Selain itu, konsep self juga menggambarkan
mengenai pandangan dirinya yang berkaitan dengan perannya yang ada di dalam
kehidupan serta kaitannya dengan interpersonal. Beberapa penjelasan mengenai self
yang disimpulkan Rogers:
1. Self terbentuk melalui diferensiasi medan fenomena.
2. Self juga terbentuk melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu (significant
person = orang tua) dan dari distorsi pengalaman.
3. Self bersifat integral dan konsisten.
4. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap sebagai
ancaman.
5. Self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar.

1.3 Dinamika Kepribadian


Menurut Rogers organisme memiliki satu motivasi utama yaitu kecenderungan untuk
aktualisasi diri dan tujuan utama hidup manusia adalah untuk menjadi manusia yang bisa
mengaktualisasikan diri, dapat diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap
makhluk hidup yang bertujuan mengembangkan seluruh potensi-potensinya sebaik
mungkin. Pada dasarnya manusia memiliki dua kebutuhan utama yaitu kebutuhan untuk
penghargaan positif baik dari orang lain maupun dari diri sendiri.
Rogers percaya, manusia memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk
mengaktualisasi diri. Kecendeurngan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang
dimiliki dan mencapai tahap “human-beingness” yang setinggi-tingginya. Kita
ditakdirkan untuk berkembang dengan cara-cara yang berbeda sesuai dengan kepribadian
kita. Proses penilaian (valuing process) bawah sadar memandu kita menuju perilaku
yang membantu kita mencapai potensi yang kita miliki. Rogers percaya, bahwa manusia
pada dasarnya baik hati dan kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep diri
yang buruk atau hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang
diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi,

4
makin luas, makin otonom, dan makin matang dalam bersosialisasi. Rogers menyatakan
bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana
medan itu dipersepsikan.
Untuk bergerak ke arah mendapatkan tujuannya manusia harus mampu untuk
membedakan antara perilaku yang progresif yaitu perilaku yang mengarahkan pada
aktualisasi diri dan perilaku yang regresif yaitu perilaku yang menghalangi pada
tercapainya aktualisasi diri. Manusia harus memilih dan mampu membedakan mana yang
regresif dan mana yang progresif. Dan memang dorongan utama manusia adalah untuk
progresif dan menuju aktualisasi diri.

1.4 Perkembangan Kepribadian


Carl Rogers tidak membahas mengenai teori pertumbuhan dan perkembangan, serta
tidak pula melakukan riset dalam jangka panjang mengenai hubungan anak dan orang tua.
Namun dirinya meyakini jika ada kekuatan yang tumbuh dalam diri setiap orang yang
mana secara alami akan mendorong proses organisme menjadi lebih kompleks, otonom,
ekspansi, sosial, serta secara keseluruhan semakin mengaktualisasi diri.
Struktur self sendiri terbagi menjadi bagian yang terpisah dari medan fenomena serta
menjadi semakin kompleks. Self ini berkembang utuh dan menyeluruh, menyentuh segala
bagian-bagian yang ada. Berkembangnya self ini juga seiring dengan kebutuhan
penerimaan yang positif serta penyaringan tingkah laku yang didasari atas kesadaran agar
tetap konruen.
Contoh sederhana dapat dilihat sebagai berikut: seorang gadis kecil yang memiliki
konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang
terpesona dengan kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin
menjadi insinyur mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis
tersebut sangat tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang
diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia
memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti
keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau
mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas seorang anak karena ia tidak
buruk dan orangtuanya sangat menyukai dia dan dia ingin menjadi insinyur. Self image
dia akan keluar dari tahapan pengalaman aktualnya. Rogers berkata jika gadis tersebut
menyangkal nilai-nilai kebenarannya dengan membuat pilihan yang ketiga – menyerah
dari ketertarikannya – dan jika ia meneruskan sesuatu sebagai nilai yang di tolak oleh
orang lain, dirinya akan berakhir dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan merasa
seolah-olah dirinya tidak mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa yang dia
inginkan, maka ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman,
Jika penolakan menjadi style, dan orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam
dirinya maka kecemasan dan ancaman muncul akibat dari orang yang sangat sadar
dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara
pengalaman organismik dengan konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah
membuatnya merasakan kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan

5
ketidaknyamanan atau ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin
menyadari ketidaksesuaian antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan
berubah menjadi ancaman terhadap konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman
yang menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang
berada dalam perasaan tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat tertentu
kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa
yang sehat.
Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan,
maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut
Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti
merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri
orang yang mengalami sehat secara psikologis (kongruen), dalam Syamsu dan Juntika
(2010:145) disebutkan sebagai berikut :
1. Seseorang mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang
terjadi di lingkungannya secara objektif.
2. Terbuka terhadap semua pengalaman, karena tidak mengancam konsep dirinya.
3. Mampu menggunakan semua pengalaman.
4. Mampu mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning person).

Orang yang telah mencapai fully functioning person ini memiliki karakteristik sebagai
berikut :

1. Memiliki kesadaran akan semua pengalaman. Bersikap terbuka terhadap perasaan


positif(keteguhan dan kelembutan hati) maupun negative (rasa takut dan sakit).
2. Mengalami kehidupan secara penuh dan pantas setiap saat.
3. Memiliki rasa percaya diri atau memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
sendiri berdasarkan pengalaman yang pernah di alaminya.
4. Memiliki perasaan bebas untuk memilih tanpa hambatan apapun.
5. Berpikir kreatif dan mampu menjalani kehidupan secara konstruktif dan adaptif
terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.

1.5 Asumsi Dasar Rogers


Asumsi-asumsi dasar dari teori kepribadian Rogers terbagi menjadi dua yaitu
kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
1. Kecenderungan Formatif
Rogers yakin bahwa terdapat kecenderungan dari setiap hal, baik organik maupun
non organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang
lebih kompleks. Untuk alam semesta, terjadi sebuah proses kreatif dan bukan
proses disintegrasi. Rogers menyebut proses ini sebagai kecenderungan formatif
dan banyak mengambil contoh-contoh dari alam.
2. Kecenderungan Aktualisasi
Kecenderungan aktualisasi merupakan kecenderungan setiap manusia (selain
hewan lain dan tanaman) untuk bergerak menuju keutuhan dan pemuasan dari
potensi. Kecenderungan ini merupakan satu-satunya motif yang dimiliki oleh

6
manusia. Kebutuhan untuk memuaskan dorongan lapar, untuk mengekspresikan
emosi mendalam yang mereka rasakan, dan untuk menerima diri seseorang adalah
contoh-contoh dari satu motif aktualisasi. Oleh karena itu, seriap manusia
beroperasi sebagai satu organisme yang utuh, aktualisasi meliputi keseluruhan
bagian manusia fisiologis dan intelektual, rasional dan emosional, kesadaran dan
ketidaksadaran. Rogers berpendapat bahwa kecenderungan untuk aktualisasi
sebagai suatu tenaga pendorong adalah jauh lebih kuat daripada rasa sakit dan
perjuangan, serta setiap dorongan yang ikut menghentikan usaha untuk
berkembang. Kecenderungan aktualisasi pada tingkat fisiologis benar-benar tidak
dapat dikekang. Kecenderungan itu mendorong individu ke depan dari salah satu
tingkat pematangan berikutnya yang memaksanya untuk menyesuaikan diri dan
tumbuh. Rogers percaya bahwa segi kecenderungan aktualisasi ini dapat
ditemukan dalam semua makhluk yang hidup.

1.6 Hambatan Kesehatan Psikologis


Setiap manusia tidak semuanya memiliki psikologis yang sehat, pasti ada pula
manusia yang mengalami hambatan kesehatan dalam psikologisnya. Adapun hambatan-
hambatan kesehatan piskologis manusia diantarnya yaitu:
1. Penghargaan Bersyarat
Yaitu keadaan dimana manusia mempresepsikan bahwa orangtua, teman
sebaya, atau pasangan mereka mencintai dan menerima mereka hanya apabila
mereka dapat memenuhi ekspektasi dan persetujuan dari pihak-pihak tersebut.
Penghargaan bersyarat timbul saat penghargaan positif dari significant other
memiliki persyaratan, saat individu tersebut merasa dihargai dalam beberapa
aspek dan tidak dihargai dalam beberpa aspek lainnya.
Penghargaan bersyarat menjadi kriteria penerimaan atau penolakan terhadap
pengalaman individu. Individu secara bertahap mengasimilasikan struktur diri
individu tersebut terhadap persepsi atas sikap yang ditunjukkan oleh orang lain,
dan setelahnya individu mulai melakukan evaluasi pengalaman-pengalamannya
dengan landasan tersebut. Apabila individu tersebut melihat orang lain menerima
dirinya tanpa melihat tindakannya, maka indivu tersebut akan percaya dirinya
dihargai tanpa syarat. Akan tetapi, apabila individu memiliki persepsi bahwa
beberapa perilakunya mendapat persetujuan dan beberapa tidak, maka indivu akan
melihat bahwa penghargaan untuknya bersifat kondisional.
Persepsi individu terhadap pandangan orang lain terhadap dirinya disebut
dengan evaluasi eksternal. Evaluasi ini positif atau negatif, tidak mendukung
kesehatan psikologis, tetapi yang ada akan menghambat individu tersebut menjadi
terbuka sepenuhnya terhadap pengalaman-pengalaman individu.
2. Inkongruensi
Ketidakseimbangan psikologis dimulai saat individu gagal mengenali
pengalaman organismik sebagai pengalaman diri, yaitu ketika individu tidak
secara akurat membuat simbolisasi dari pengalaman organismik seseorang ke
dalam kesadaran, karena pengalaman tersebut terlihat tidak konsisten dengan

7
konsep diri yang sedang timbul. Inkongruensi antara konsep diri dan pengalaman
organismik adalah sumber dari gangguan psikologis.
Penghargaan bersayar yang seseorang terima pada masa kanak-kanak dapat
mengakibatkan konsep diri yang muncul meliputi persepsi yang tidak jelasdan
tidak selaras dengan pengalaman organismiknya, serta inkongruensi antara diri
dan pengalaman dapat berakibat pada perilaku yang terlihat tidak konsisten dan
berbeda.
3. Sikap Defensif
Sikap defensif adalah perlindungan atas konsep diri dari kecemasan dan
ancaman, dengan penyangkalan atau distorsi dari pengalaman yang tidak
konsisten dengan konsep diri. Karena konsep diri terdiri dari banyak kalimat
pendeskripsian diri, konsep diri menjadi suatu fenomena yang memiliki banyak
sisi. Ketika pengalaman seseorang tidak konsisten dengan satu bagian dari konsep
diri, orang tersebut akan bertindak dengan cara defensif untuk mlindungi struktur
konsep diri yang sudah terbentuk.
Perlindungan yang paling utama yaitu distorsi dan penyangkalan. Dengan
distorsi seseorang melakukan kesalahfahaman dari sebuah pengalaman, agar
sesuai dengan salah satu aspek dari konsep diri individu tersebut. Adapun dengan
penyangkalan, seseorang menolak untuk menghayati pengalaman dalam
kesadaran, atau setidaknya ia akan menahan beberapa aspek dari pengalaman
tersebut agar tidak mencapai simbolisasi. Distorsi dan penyangkalan bertujuan
untuk mempertahankan persepsi seseorang atas pengalaman organismik untuk
tetap konsisten dengan konsep diri yang membuat seseorang dapat mengacuhkan
atau menutup pengalaman baru yang dapat menjadi penyebab kecemasan yang
tidak menyenangkan atau ancaman.
4. Disorganisasi
Disorganisasi dapat terjadi secara tiba-tiba atau dapat terjadi secara bertahap
selama rentang waktu yang panjang. Dalam kondisi disorganisasi, manusia
kadang berperilaku secara konsisten dengan pengalaman organismiknya dan
kadang sesuai dengan konsep diri yang hancur.

8
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Carl Rogers mendeskripsikan the self atau self-structure sebagai sebuah konstruk
yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara Ideal Self
adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin
dicapai oleh individu tersebut. Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme
mengalami keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya
maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit
mental, seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik.

Pendekatan fenomenologi dari Rogers konsisten menekankan pandangan bahwa


tingkahlaku manusia hanya dapat difahami dari bagaimana dia memandang realita secara
subyektif (subjective experience of reality). Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia
mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri, bahwa hakekat yang terdalam
dari manusia adalah sifatnya yang bertujuan, dapat dipercaya, dan mengejar kesempurnaan
diri (purposive, trusthworthy, self-perfecting).

9
DAFTAR PUSTAKA

https://dosenpsikologi.com/teori-kepribadian-carl-rogers

https://id.wikipedia.org/wiki/Carl_Rogers

https://justalittlescience.wordpress.com/2016/06/23/teori-kepribadian-menurut-carl-
roger/

https://www.kompasiana.com/kikikartika/54f729a3a33311b2708b45bc/teori-
kepribadian-carl-rogers

https://bkpemula.com/2011/12/12/teori-kepribadian-rogers/

https://sugithewae.wordpress.com/2012/05/11/struktur-kepribadian-humanistik-carl-
rogers/

10

Anda mungkin juga menyukai