Anda di halaman 1dari 17

Carl Rogres : Teori yang

Berpusat pada Pribadi


Gambaran Umum Teori yang Berpusat pada Klien

→ Walaupun paling dikenal sebagai pencetus terapi yang berpusat pada klien
(Clien-centered therapy), Carl Rogers mengembangkan teori kepribadian
humanistik yang tumbuh dari pengalamannya sebagai praktisi psikoterapi.
→ Rogers membangun teorinya berdasarkan landasan yang diperolehnya sebagai
terapis. Tidak seperti sebagian besar pakar teori lainnya, Rogers secara
berkesinambungan melakukan penelitian empiris untuk mendukung teori
perkembangan maupun pendekatan terapinya.
→ Mungkin, lebih dari pakar teori terapis lainnya, Rogers menunjukkan
keseimbangan antara pemikiran yang tidak kaku dan studi rasional yang dapat
memperluas pengetahuan tetang bagaimana manusia merasa dan berpikir.

→ Walaupun mermuskan teori kepribadian yang ketat dan memiliki konsistensi


internal. Rogers tidak terlalu nyaman dengan gagasan tentang teori. Preferensi
pribadinya adalah untuk menjadi pemberi bantuan kepada manusia dan bukan
sebagai pembuat teori.

Biografi Calr Rogres


→ Lahir dan dibesarkan di Illinois dalam lingkungan agama yang kuat.
→ Juga dibesarkan dalam pengaruh alam pertanian Amerika Utara yang
membuatnya tertarik belajar Agrikultur di Wisconsin.
→ Sempat ke Cina sebagai anggota pelajar peserta kongres agama.
Mempengaruhinya untuk memperdalam agama dengan kuliah di Seminar
Teologi New York.
→ Namun pandangan-pandangan John Dewey (tokoh Psikologi) membuatnya
lebih tertarik belajar psikologi (klinis dan pendidikan).
→ Ia mengikuti kuliah Alfred Adler yang memberi pengaruh besar baginya dan
mendorongnya melanjutkan studi yang membawanya meraih PhD dari Columbia
(New York), tahun 1931.
→ 1942 : menerbitkan buku Counseling and Psychotherapy, berisi ide-idenya
tentang psikoterapi, menekankan pentingnya “growth” dalam diri pasien.

Teori yang Berpusat pada Pribadi

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 1


Teori ini mengalami perubahan nama beberapa kali.

Pendekatan yang dilakukan rogers dikenal sebagai “tidak langsung,” istilah tidak
menyenangkan yang diasosiasikan dengan namanya dalam waktu yang cukup
lama.

Kemudian, pendekatan tersebut memakai beragam istilah, antara lain


pendekatan “berpusat pada klien (Clien-centered)”, “Berpusat pada pribadi
(Person-centered), “berpusat pada kelompok (Group-centered)”, “dan “Dari
individu-ke-individu (Person-to-person)

Asumsi Dasar

1. Kecenderungan Formatif (Formative Tendency)

Terdapat kecenderungan dalam setiap hal, baik organik ataupun


nonorganik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk
yang lebih kompleks

Untuk alam semesta, terjadi sebuah proses relatif, dan bukan proses
disintegrasi.

2. Kecenderungan Aktualisasi (Actualization Tendency)

Merupakan asumsi yang saling berkaitan dan relevan, atau kecenderungan


setiap manusia (selain hewan lain dan tanaman) untuk bergerak menuju
keutuhan atau pemuasan dari potensi.

Kecenderungan ini merupakan satu-satunya motif yang dimiliki oleh


manusia.

Setiap manusia beroperasi sebagai satu organisme yang utuh, oleh karena
itulah aktualisasi meliputi keseluruhan bagian manusia - fisiologis dan
intelektual, rasional, dan emosional, kesadaran dan ketidaksadaran.

Kecenderungan untuk memelihara dan meningkatkan suatu organisme,


termasuk ke dalam kecenderungan aktualitas. → Kebutuhan pemeliharaan
(Maintenance) sama dengan awal dalam hierarki kebutuhan maslow.

Kebutuhan unutk menjadi lebih baik, berkembang, dan meraih perubahan


disebut sebagai peningkatan diri (Ehancement). → Kebutuhan untuk
meningkatkan diri terlihat dari kemauan manusia untuk belajar suatu hal
yang tidak menguntungkan mereka secara langsung.

Diri dan Aktualisasi Diri

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 2


→ Bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian
pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran
pengalaman sebagai “aku(I)” atau “diriku(me)”.

→ Mereka secara bertahap menjadi sadar akan identitasnya sendiri saat mereka
belajar aoa yang terasa baik dan apa yang terasa buruk, apa yang
menyenangkan dan apa yang tidak.

→ Mereka mulai mengevalusasi pengalaman mereka menjadi pengalaman


positif dan negatif, menggunakan kecenderungan aktualisasi sebagai kriteria.
Bayi menghargai makanan dan melakukan devaluasi atas rasa lapar karena
makanan merupakan persyaratan dari aktualisasi diri.

→ Saat bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan


mereka untuk aktualisasi mulai berkembang.

→ Aktualisasi diri (Self-actualization) merupakan bagian dari kecenderungan


aktualisasi, sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri.

→ Kecenderungan aktualisasi merujuk pada pengalaman organisme dari


individu, sehingga hal tersebut merujuk pada manusia secara keseluruhan—
kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan kognitif. Sebaliknya, aktualisasi diri
adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri sebagaimana yang dirasakan
dalam kesadaran. Saat organisme dan diri yang dirasakan selarah, kedua
kecenederungan aktualisasi hampir identik, namun apabila pengalaman
organisme seseorang tidak sealrah dengan pandangan mereka terhadai diri,
perbedaan akan terjadi antara kecenderungan aktualisasi dan
kecenderunganaktualisasi diri.

Konsep Diri dan Konsep ideal

Ada dua subsistem self

1. Konsep Diri

→ Meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang


disadari (walaupun tidak selalu akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri tidak
identik dengan diri organismik (Organisim self)

→ Bagian-bagian dari diri organismik berada di luar kesadaran seseorang atau


tidak dimiliki oleh orang tersebut.

→ Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan


kesulitan dalam menemukan perubahan dan pembelajaran yang penting.

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 3


Konsep diri yang sudah terbangun tidak mungkin tidak membuat perubahan
sama sekali, hanya tetap saja akan terasa sulit.

2. Diri Ideal

→ Didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang


diharapkan

Meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang.
Perbedaan besar antara diri ideal dan konsep diri mengindikasikan inkongruensi
(Incongruence) dan merupakan kepribadian yang tidak seaht.

Kesadaran

→ Tanpa kesadaran, konsep diri dan konsep ideal tidak mungkin ada.
→ Rogres mendefinisikan kesadaran sebagai “representasi simbolik (walaupun
tidak selalu dalam simbol verbal) sebagai bagian dari pengalaman kita.

Tingkat kesadaran

Ada tiga tingkat sedaran

1. Pertama, Berapa kejadian dialami di bawah batas kesadaran dan


biasanya diabaikan atau disangkal.

2. Kedua, Rogers membuat hipotesis bahwa beberapa pengalaman akan


disimbolisasikan secara akurat dan dimasukkan dengan bebas ke dalam
struktur diri. Pengalaman ini biasanya tidak mengancam dan konsisten
dengan konsep diri yang sudah ada.

3. Ketiga, meliputi pengalaman yang diterima dalam bentuk yang


terdistorsi. Saat pengalaman kita tidak konsisten dengan pandangan
kita terhadap diri, kita mengubah bentuk atau mendistorsi pengalaman
tersebut agar dapat diasimilasikan ke dalam konsep kita yang sudah
ada.

Penyangkalan atas pengalaman Positif

Pujian, walau diberikan secara tulus jangan memberikan pengaruh


positif dalam konsep diri si penerima.

Pujian tersebut dapat didistorsi karena orang tersebut tidak


mempercayai si pemberi pujian, atau dapat juga disangkal karena

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 4


penerioma tidak merasa pantas untuk mendapatkannya; dalam semua
kasus, pujian dari orang lain juga mengimplikasikan hak dari seseorang
untuk mengkirtik atau menghujat, sehingga pujian membawa ancaman
yang tersirat.

PPT

Adakalanya individu mengalami pengalaman positif (misalnya


memperoleh pujian) tapi menyangkalnya, dan menganggap justru
sebagai kebetulan/ cemooh/kepalsuan, dll.

Hal ini antara lain akibat individu tidak mempercayai hal/ orang lain yang
memberikan pujian (The Giver).

Jadi, dasar penyangkalan adalah ketidakpercayaan.

Menjadi Seorang Manusia

1. Harus membuat kontak—positive atau negatif—dengan orang lain.

2. Individu (anak/dewasa) menyadari bahwa orang lain menilai positif/ negatif;


jika merasa diterima orang lain maka → Positive Regard

3. Penghargaan positif adalah persyaratan untuk mendapatkan penghargaan


diri yang positif (Positive self-regard), yang didefinisikan sebagai
pengalaman menghargai diri sendiri.
→ Rogers yakin bahwa menerima penghargaan positif dari orang lain
diperl;ukan dalam memberikan penghargaan positif pada diri sendiri, namun
saat penghargaan positif terhadap diri sudah terbangun, hal tersebut
menjadi idepensen dari kebutuhan untuk terus dicintai.

Hambatan pada Kesehatan Psikologis

Penghargaan Bersyarat

Daripada mendapatkan penghargaan positif yang tidak bersyarat,


kebanyakan manusia menerima penghargaan bersyarat (Conditions of
worth), yaitu mereka memersepsikan bahwa orang tua, teman sebaya,
atau pasangan mereka mencintai dan menerima mereka hanya apabila
mereka dapat memenuhi ekspetasi dan persetujuan dari pihak-pihak
tersebut.

Penghargaan bersyarat timbul saat penghargaan positif dari orang


tertentu memiliki persyaratan, saat individu tersebut merasa dihargai
dalam beberapa aspek dan tidak dihargai dalam aspek lainnya.

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 5


Penghargaan bersyarat menjadi kriteria penerimaan atau penolakan
terhadap pengalaman kita.

Oerseosu juta terhadap pandangan orang lain tentang kita disebut


evalusasi eksternal (Eksternal evaluation). Evaluasi ini, positif atau
negatif, tidak mendukung kesehatan psikologis, tapi malah akan
menghambat kita untuk menjadi terbuka sepenuhnya terhadap
pengalaman-pengalaman kita.

PPT

Dampak penilaian sosial (external evaluation) yang bertentangan


dengan prinsip Unconditional Positive Regard; Akibatnya individu
bertindak karena harapan orang lain.

Inkongruensi

Ketidakseimbangkan psikologis dimulai saat kita gagal mengenali


pengalaman organismik kita sebagai pengalaman diri, yaitu ketika kita
tidak secara akurat membuat simbolisasi dari pengalaman organismik
kita ke dalam kesadaran karena pengalaman tersebut terlihat tidak
sesuai dengan konsep diri yang timbul.

Inkongruensi antara konsep diri dan pengalaman organismik adalah


sumber dari gangguan psikologis.

Kerentanan

→ Semakin besar inkongruensi antara diri yang dirasakan (konsep


diri) dan pengalaman organismik, kita akan semakin rentan.
→ Rogers meyakini bahwa manusia menjadi rentan saat tidak
menyadari perbedaan antara diri organismik mereka dengan
pengalaman mereka yang signigikan.

→ Kurangnya kesadaran atas inkongruensi mereka membuat


orang-orang yang rentan berperilaku dalam cara-cara yang tidak
dapat dimengerti tidak hanya oleh orang lain, tapi juga diri mereka
sendiri.

Kecemasan dan Ancaman


→ Kerentanan terjadi saat kita tidak memiliki kesadaran tentang
inkongruensi dalam diri kita, sementara kecemasan dan ancaman
dirasakan saat kita mulai mendapatkan kesadaran atas
inkongruensi tersebut.

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 6


→ Rogers mendenfisinikan kecemasan (Anxiety) sebagai “kondisi
yang tidak menyenangkan atau tekanan dari sumber yang tidak
diketahui”. Saat kita mulai menyadari inkongruensi atas pengalaman
organismik dengan persepsi kita terhadap diri sendiri, kecemasan
kita mulai berubah menjadi ancaman, yaoti kesadaran bahwa diri
kita tidak lagi utuh atau kongruen. Kecemasan akan ancaman
(Thread) dapat merepresentasikan langkah menuju kesehatan
psikologis karena memberikan tanda bahwa pengalaman
organismik kita tidak sesuai dengan konsep diri kita.

PPT

Kondisi ini menimbulkan Psychological Disequilibrium/


ketidakseimbangan psikologis, karena individu gagal
(mengabaikan/menyangkal) pengalaman organismik sebagai
pengalaman diri/bagian konsep diri. → Vulnerability & Anxiety.

Sifat Defensif

Sifat defensif adalah perlindungan atas konsep diri dari kecemasan dan
ancaman, dengan penyangkalan atau distorsi dari pengalaman yang
tidak sesuai dengan konsep diri.

Dua perlindungan utama adalah distorsi dan penyangkalan.

Distorsi

→ Dengan distorsi, kita melakukan kesalahpahaman dari sebuah


pengalaman agar sesuai dengan salah satu aspek dari konsep diri kita.
Kita merasakan pengalaman dalam kesadaran, namun tidak mengeri
makna sebenarnya

Penyangkalan (Denial)

→ Kita menolak uintuk menghayati pengalaman dalam kesadaran, atau


setidaknya kita menahan beberapa aspek dari pengalaman tersebut
agar tidak mencapai simbolisasi.

Menurut Rogers, distori dan penyangkalan memuaskan tujuan yang sama,


yaitu konsep diri kita—yang membuat kita dapat mengacuhkan atau
menutup pegalaman baru yang dapat saja menjadi penyebab kecemasan
yang tidak menyenangkan atau ancaman

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 7


PPT

Usaha mempertahankan konsep diri dari perasaan terancam dengan


menggunakan Distorsi, seperti Penyangkalan

Disorganisasi

Penyangkalan dan distorsi cukup untuk menjaga manusia normal dari


menyadari perbedaan antara pengalaman organismik manusia dengan
pandangan mereka terhadap diri, tetapi saat terjadi inkongruensi antara
diri yang dirasakan dan pengalaman organismik yang terlalu jelas atau
terjadi terlalu mendadak untuk dapat disangkal dan didistorsi,
perilakunya mulai mejadi tidak terorganisir.

Disorganisasi dapat terjadi secara tiba-tiba, atau dapat terjadi secara


bertahap selama rentang waktu yang panjang.

Dalam kondisi disorganisasi, menua kadang berperilaku secara


konsisten dengan pengalaman organismiknya dan kadang sesuai
dengan konsep diri yang hancur.

PPT

Dampak distorsi, penyangkalan, penolakan pengalaman diri menimbulkan


kesenjangan/ inkonsistensi diri dan pengalaman yang secara mendadak atau
bertahap menimbulkan disorganisasi (seperti dalam DSM)

Psikoterapi

Teori yang berpusat pada klien terlihat sederhana dalam teori, namun cukup
sulit dalam praktiknya.

Pendekatan yang berpusat pada klien berpendapat bahwa untuk orang-


orang yang rentan dan cemas, dapat berkembang secara psikologis jika
bertemu dengan terapis yang kongruen dan yang mereka rasakan sebagai
ruang yang mempu memberikan nuansa penerimaan tidak bersyarat dan
empati yang akuran. Akan tetapi, di sanalah letak kesulitannya. Kausalitas
dari kongruensi, penerimaan positif yang tidak bersyarat, dan pengertian
secara empati tidak mudah untuk dimiliki oleh seorang konselor.

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 8


PPT

Client-centered therapy tampak sederhana secara konsep tetapi relatif sulit


dipraktekkan. Therapist harus congruent/ selaras dan menyajikan unconditional
acceptance (menerima tanpa syarat) & accurate empathy (empati secara akurat/
tepat)

→ Kondisi
Rogers mengasumsikan bahwa agar suatu perkembangan terapeutik dapat
terjadi, beberapa kondisi tersebut dianggap perlu dan memadai.

Pertama, klien yang cemas atau rentan harus bertemu dengan terapi
yang kogruen, yang juga memiliki empati, dan penerimaan positif tidak
bersyarat untuk klien tersebut. Kemudian, klien tersebut juga harus dapat
melihat karakteristik tersebut dari terapisnya. Terakhir, pertemuan antara
klien dan terapis harus mempunyai durasi tertentu.

Signifikasi dari hipotesis rogerian termasuk revolusioner. Dengan hampir


semua psikoterapi, kondisi pertama dan ketiga pasti terjadi; klien atau
asien akan terdorong oleh semacam tekanan untuk mencari pertolongan,
serta hubungan antara klien dan terapi akan berlangsung untuk
beberapa periode waktu. Terapi yang berpusat pada klien menjadi unik
dalam penekanannya atas kondisi kongruensi, penerimaan positif tidak
bersyarat, dan mendengar secara empati dari konselor yang dianggap
perlu dan memadai.

Meskipun ketiga kondisi tersebut perlu untuk pertumbuhan psikologis,


rogres meyakini bahwa kongruensi lebih mendasar daripada penerimaan
positif tidak bersyarat dan mendengar secara empati. Kongruensi adalah
sifat umum yang dimiliki oleh terapis, sementara dua kondisi lainnya
adalah perasaan dan sikap spesifik yang dapat diberikan terapis untuk
klien secara individual.

→ Kongruensi Konselor

Kongruensi terjadi apabila pengalaman organismik seseorang


sejalan dengan kesadaran atas pengalaman tersebut, serta dengan
kemampuan dan keinginan untuk secara terbuka mengekpresikan
perasaan-perasaan tersebut.

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 9


Untuk menjadi kongruen adalah untuk menjadi nyata atau jujur,
untuk menjadi utuh atau terintegrasi, untu menjadi apa adanya.

Konselor Kongruen bukan hanya seseorang yang baik hati dan


ramah, namun seorang manusia yang utuh, dengan perasaan
bahagia, marah, frustasi, kebingungan, dan yang lainnya. Saat
perasaan-perasaan ini dialami, mereka tidak menyangkal atau
mendistorsi hal tersebut, namun bergerak dengan mudah ke dalam
kesadaran dan dengan mudah mengekpresikannya. Oleh karena itu,
terapis yang kongruen tidaklah pasif, menyendiri, dan tentu saja
tidak “tanpa berarah”

Terapis yang kongruen tidaklah statis. Seperti kebanyakan orang


lain, mereka secara konstan terpapar pada pengalaman organismik
baru, namun tidak seperti kebanyakan orang, mereka menerima
pengalaman-pengalaman tersebut ke dalam kesadaran, yang
kemudian berkontribusi terhadap pertumbuhan psikologis. Mereka
tidak memakai topeng atau berusaha memalsukan tampilan luar
yang menyenangkan, dan merka menghindari berpura-pura ramah
atau menunjukkan afeksi saat mereka tidak merasakan emosi
tersebut. Mereka juga tidak memalsukan kemarahan, kekuatan, atau
keacuhan, sama seperti mereka tidak menutupi perasaan bahagia,
gembira, atau senang. selain itu, mereka jug mampu menyelaraskan
perasaan dengan kesadaran, dengan ekspresi yang jujur.

Kongruesi meliputi (1) perasaan (2) Kesadaran, dan (3) Ekspresi.


Oleh karena itu inkongruensi dapat terjadi karena salah satu dari dua
poin yang dapat memisahkan ketiga pengalaman di atas. Pertama,
dapat terjadi perpecayan antara perasaan dan kesadaran.
Seseorang dapat merasa marah dan kemarahan dapat terlihat jelas
oleh orang lain, tetapi orang yang marah tersebut dapat tidak
menyadari perasaanya. Sumber kedua dari inkontruensi adalah
perbedaan antara kesadran dari sebuah pengalaman dan
kemampuan atau keinginan untuk mengekpresikannya pada orang
lain.

Meskipun kongruensi meraupakan komponen yang diperlukan untuk


terapi yang sukses, rogers tidak percaya bawah terapi perlu untuk
selalu kongruen dalam semua hubungan yang ia miliki di luar proses
terapi. Seseorang boleh jadi tidak sempruna, tetapi masih mampu
menjadi psikoterapis yang efektif.

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 10


PPT
Sikap tulus, terintegrasi, tidak berpura-pura, bukan sekedar hangat
dan bersahabat; Tidak berarti pasif/ menjaga jarak/ non-direktif;
karena mungkin saja relatif aktif, akrab dan bersifat direktif.

→ Penerimaan positif yang tidak bersyarat

Penghargaan positif adalah kebutuhan untuk disukai, dihargai, dan


diterima oleh orang lain. Saat kebutuhan ini muncul tanpa adanya
syarat atau kualifikasi, maka munculah penerimaan positif yang tidak
bersyarat (Unconditional positive regard)

Terapis mempunyai penerimaan positif yang tidak bersyarat saat


mereka “mengakami sikap yang hangat, positif, dan menerima
kepada apa yang menjadi kliennya.” Sikap ini tidak btersifat posesif,
tidak evaluatif, dan tanpa keraguan.

Terapis dengan penerimaan positif yang tidak bersyarat kepada


seorang klien dan menunjukkan kehangatan dan penerimaan yang
non-posesif, dan bukan persona yang terlalu berlebihan. Mempunyai
kehangatan yang non-posesif berarti memiliki kepedulian terhadap
orang lain tanpa menutupi atau memiliki orang tersebut.

Penerimaan positif yang tidak bersyarat berarti terapis dapat


menerima dan menghargai klien mereka tanpa abtasan atau
keraguan dan tanpa melihat perilaku klien. Meskipun terapis dapat
menghargai perilaku beberapa klien daripada yang lain, penerimaan
positif yang tidak bersyarat tetap konstan dan konsisten. Penerimaan
positif yang tidak bersyarat juga berarti terapis tidak mengevalusasi
klien ataupun menerima suatu perilaku dan menolak perilaku
lainnya. Evalusasi eksternal, positif atau negaitf, dapat berakibat
pada klien untuk bersifat defensif dan menghambat pertumbuhan
psikologis.

“Penerimaan” berarti hubungan yang dekat dan terapis melihat klien


sebagai seseorang yang penting. “Positif” mengindikasikan tujuan
dari hubungan tersebut ke arah perasaan yang hangat dan peduli;
serta “tidak bersyarat” menyatakan bahwa enghargaan positif tidak
lagi bergantung pada perilaku spesifik dari klien dan tidak harus
terus menerus berusaha untuk didapatkan.

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 11


PPT
Dapat tercapai jika terapis bersikap “hangat”, positif, menerima, tidak
posesif, tidak menghakimi dan tanpa prasangka. Dapat menghargai
pandangan kliennya.
→ Mendengarkan secara Empati

Empati hadir saat terapis secara akurat dapat merasakan perasaan


dari klien mereka dan dapat mengomunikasikan persepsi ini, agar
klien mengetahui bahwa orang lain telah memasuki dunia perasaan
tanpa prasangka, proyeksi, ataupun evaluasi.

Bagi rogers, empati “berarti untuk sementara hidup dalam kehidupan


orang lain dan bergerak di dalamnya dengan hati-hati tanpa
menghakimi.”

Empati tidak termasuk mengintepretasikan tujuan-tujuan dari klien


atau membuka perasaan yang tidak disadari, prosedur-prosedur
yang dapat mengikutsertakan kerangka referensi luar dan ancaman
bagi klien. Sebaliknya, empati menimplikasikan bahwa seorang
terapis melihat segala sesuatunya dari sudut pandang klien, dan
klien merasa aman dan tidak terancam.

Terappis yang berpusat pada pribadi tidak mengabaikan empati;


mereka mengakji secara akurat kemampuan merasa mereka dengan
mencobanya pada klien.

Mendengarkan secara empati adalah alat yang kuat, yang apabila


digunakan dengan ketulusan dan perhatian, akan memfasilitasi
pertumbuhan pribadi dalam diri klien.

Empati efektif karena membuat klien dapat mendengarkan diri


mereka sendiri dan pada akhirnya menjadi terapis bagi dini mereka.

Empati tidak dapat disamakan dengan simpati. Simpati


mengimplikasikan perasaan untuk seorang klien, sementara empati
berkonotasi perasaan dengan seorang klien. Simpat tidak bersifat
terapeuntik karena berasal dari evalusasi eksternal dan biasanya
membuat klien jadi merasa kasihan dengan dirinya sendiri.
Mengasihani diri sendiri adalah sikap merusak yang mengancam
konsep diri positif dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam
struktur diri klien. Selain iyu empati tidak berarti terapis memioliki
perasaan yang sama dengan klien. Terapis tidak merasakan

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 12


kemarahan, frustasi, kebingungan, atau ketertarikan seksual saat
kelien mengalaminya. Hal yang terjadi adalah terapis mengalami
kedalaman perasaan klien, sementara klien menjadi seseorang yang
terpisah. Terapis tetaplah milik klien, bukan milik terapis. Terapis
tidak mengakui pengalaman klien sebagai miliknya. tetapi dapat
menyampaikan pengertian atas apa arti dari pengalaman tersebut
pada klien saat itu.

PPT
Mendengarkan klien, memahami dari sudut pandangnya, dan hanya
dapat tercapai jika terapis bersikap: Tidak berprasangka, tidak
memproyeksikan perasaan pribadi, tidak terburu-buru mengevaluasi,
tidak menghakimi.

Proses

Tahapan dalam Perubahan Terapeutik

Stage 1
Ditandai dengan ketidakmauan untuk mengomunikasi apapun tentang diri.
Manusia pada tahap ini biasanya tidak mencari pertolongan, tetapi apabila
mereak datang untuk terapi karena alasan-alasan tertentu, mereka akan
menjadi sangat kaku dan menolak untuk berubah. Mereka tideak menyadari
adanya masalah dan menolak mengakui perasaan atau emosi pribadi.
Stage 2
Klien mulai mejadi sedikit lebih tidak kaku. Merka mendiskusi peristiwa-
peristiwa eksternal dan orang lain, tetapi tetap tidak mengakui atau gagal
menyadari mengenai perasaan-perasaan mereka sendiri. Akan tetapi,
mereka mungkin akan membicarakan mengenai perasaan personal merka
apabila perasaan tersebut merupakan fenomena objektif.

Stage 3
Mereka lebih bebas dalam membicarakan diri mereka walaupun masih
sebagai objek. Klien membicara perasaan dan emosi yang terjadi di masa
lalu dan di masa depan, serta menghindari perasaan yang sedang dialami
sekarang. Merka menolak untuk menerima emosi mereka, menjaga jarak
antara perasaan personal mereka dengan situasi sekarang, hanya secara
samar-samar melihat bahwa mereka dapat membuat pilihan personal, serta

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 13


menyangkal tanggung jawab perseorangan untuk kebanyakan pilihan
mereka.
Stage 4

Mulai berbicara mengenai perasaan mendalam, tetapi bukan yang sedang


dirasakan saat itu. Saat klien mengekpresikan perasaan yang sedang
dirasakan seakrang, mereka biasanya akan terkejut dengan ekpresi tersebut.
Mereka menyangkal atau mendistorsi pengalaman walaupun mereka
mempunyai sedikit kesadaran bahwa mereka mempunyau kemampuan
untuk merasakan emosi yang sedang dialami. Mereka mulai
mempertanyakan nilai-nilai yang mereka dapatkan dari orang lain, dan
mereka mulai dapat melihat inkongruensi dari diri yang mereka rasakan
dengan pengalaman organismik mereka. Mereka menerima kebebasan dan
tanggung jawab yang lebih dari pada saat mereka berada di tahap 3, dan
mulai secara tentatif membiarkan diri mereka untuk lebih terlibat dalam
hubungan terapis.

Stage 5
Mereka mulai melalui perubahan dan pertumbuhan yang signifikan. Mereka
dapat mengekspresikan perasaan yuang sedang mereka alami walaupun
belom secara akurat melakukan simbolisasi dari perasaan-perasaan
tersebut. Mereka mulai bertumpu pada lokus evaluasi internal dari perasaan-
perasaan mereka, dan mulai membuat penemuan-penemuan yang baru dan
inovatif mengenai diri mereka. Mereka juga mengalami perasaan-perasaan
yang berbeda-beda dan mengembangkan apresiasi yang lebih tinggi
terhadap nuansa yang terjadi disekitar mereka. Selain itu, mereka mulai
membuat keputusan mereka sendiri dan mengambil tanggungjawab atas
keputusan mereka.
Stage 6

Mengalami pertumbuhan signifikan danpergerakan menuju seorang manusia


yang berfungsi sepenuhnya atau aktualisasi diri. Mereka dengan bebas
dapat memasukkan pengalaman-pengalaman yang sebelumnya mereka
sangkal atau distorsi ke dalam kesadaran mereka. Mereka tidak lagi
mengevalusasi perilaku mereka dari sudut pandang eksternal, melainkan
bertumpu pada diri organismik mereka sebagai kriteria dalam mengevaluasi
pengalaman. Merkea mulai mengembangkan penerimaan diri yang tidak
bersyarat yang berarti mereka mempunyai kepedulian yang tulus dan afeksi
terhadap sosok manusia yang mereka tuju dalam perubahan.

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 14


PPT
Mengalami perubahan perkembangan serta pertumbuhan secara dramatis
untuk menjadi fully functioning. Physiological Loosening, Relax

Stage 7
Dapat terjadi di luar pertemuan terapi karena pertumbuhan di tahap 6
merupakan proses yang tidak dapat diputar balik. Klien yang mencapai tahap
7 telah menjadi “manusia masa depan (People of tomorrow)” yang berfungsi
sepenuhnya. Mereka mampu menggeneralisasikan pengalaman dalam terapi
mereka kepada dunia mereka diluar sesi terapi. Mereka memiliki
kepercayaan diri untuk menjadi diri mereka sendiri di saat apa pun,
merasakan pengalaman tersebut di masa sekarang. Diri organismik mereka
sekarang telah bersatu dengan konsep diri mereka menjadi pusat evalusasi
pengalaman mereka.

Hasil
Apabila proses perubahan terapeuntik mulai terjadi, makan dapat diharapkan
beberapa hasil mulai dapat diobservasi. Salah satu hasil yang paling mendasar
dari terapi yang berpusat pada klien adalah klien yang kongruen, tiadk defensif,
dan lebih terbuka terhadap pengalaman. Hasil lainnya merupakan konsekuensi
logis dari hasil dasar ini.
Sebagai hasil dari menjadi kongruen dan tidak defensif, klien akan mempunyai
gambaran yang lebih jelas mengenai dirinya dan pandangan yang lebih realistis
terhadap dunia. Mereka lebih mampu untuk meminimalisasikan pengalaman
mereka ke dalam diri mereka dalam level simbolik; menjadi lebih efektif dalam
menyesuaikan masalah; dan mempunyai level penghargaan diri yang positif
lebih tinggi.

Dengan menjadi realistis, meremka mempunyai pandangan yang lebih akurat


terhadap potensi mereka yang dapat membantu mereka meniminmalisasikan
perrbedaan antara diri ideal dengan diri sebenarnya. Biasanya, perbedaan ini
dipersempit karena diri ideal dan diri sebenarnya sama-sama mengalami suatu
pergerakan. Klien menjadi lebih realistik dan oleh karena itu, merka pun
menurunkan ekspetasi tentang bagaimana mereka harus menjadi atau
bagaimana mereka ingin menjadi; dan karena mengalami peningkatkan level

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 15


penghargaan diri yang positif, mereka menaikkan pandangan mereka tentang
diri mereka sebenarnya.

PPT
Yang paling kentara : “congruency”, klien menjadi tidak defensif, lebih terbuka
terhadap pengalaman.
Dampak Congruency membuat mereka lebih realistis, mampu mengasimilasikan
pengalaman secara simbolik, lebih efektif memecahkan masalah dan memiliki
Positive Self Regard.
Lebih realistis lebih mampu menyadari potensi diri serta melihat kesenjangan
diri ideal dan diri nyata. Mampu mempersempit kesenjangan dengan
mengupayakan mencapai atau mendekati diri ideal.
Semakin sempit kesenjangan diri ideal dan diri nyata, semakin congruent
mereka, dan ketegangan, kecemasan, kerentanan (vulnerability) mereka
semakin berkurang. Mereka tidak lagi berusaha memenuhi tuntutan orang lain
(demi menyenangkan orang lain), tetapi lebih berusaha menjadi dirinya sendiri,
sesuai harapannya.

Manusia Masa Depan

Adaptif terhadap lingkungan.

Terbuka & percaya terhadap pengalaman diri.

Kekinian guna menghayati pengalaman diri (existential living).

Harmonis dalam membina hubungan dengan orang lain.

Terintegrasi (tidak memalsukan pengalaman yang disadari dan tak disadari).

Percaya (mampu membina hubungan dengan orang lain atas dasar rasa
percaya).

Kaya pengalaman sehingga mampu untuk lebih berpartisipasi.

Kirtik terhadap Rogers

Terbatas di kalangan Psikoterapis dan Pendidikan, tidak untuk bidang lain


(misal management dll).

Konsep IF-THEN relatif sulit dalam praktiknya, dan cenderung menimbulkan


kerancuan.

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 16


Pendekatan Humanistik yang berorientasi pada hubungan antar manusia
dapat digunakan di berbagai bidang.

Tiga landasan utama (keselarasan, menerima tanpa syarat dan pemahaman


empatik) penting bagi pendekatan terapi manapun guna menghasilkan
perubahan perilaku.

Konsistensi tahapan terapeutik relatif tinggi, tahapan terapeutik jelas.

Sejumlah konsep Rogers sulit untuk diberikan batasan seperti: becoming,


positive self-regard, unconditional self-regard, fully functioning dll.

Konsep Humanitas

Mengutamakan pengaruh sosial daripada biologis.

Individu memiliki kemampuan memilih dan menentukan arah hidup.

Manusia memiliki potensi positif untuk berkembang. Kemampuan Individu


berkembang jika lingkungan layak.

Hubungan dengan orang lain merupakan hal penting.

Perkembangan menyimpang jika lingkungan mengancam

Carl Rogres : Teori yang Berpusat pada Pribadi 17

Anda mungkin juga menyukai