PERSON-CENTERED
THEORY
Sumber:
Feist, Jess, Gregory J. Feist.
Theories of Personality (7th
edition). McGraw Hill (2008)
Hall, Calvin S. , Gardner Lindzey.
Theories of Personality. New York:
John Wiley & Sons (1978)
Pervin, Lawrence A. , Daniel
Cervone, Oliver P. John. Psikologi
Kepribadian: Teori dan Penelitian
(edisi ke-9). Jakarta: Kencana
(2012)
MASLOW
Kepribadian&TL individu
TL individu&pengalaman
Teorinya didasarkan pd
pengalaman dlm menangani
individu yg mengalami sakit
secara psikologis.
Pola2 perkembangan
tertentumengembangkan
kecend. Individu ke arah
pemenuhan potensi bawaan.
Mengabaikan proses
perkembangan individu ke
arah aktualisasi potensi
bawaan.
Persamaan ROGERS&MASLOW
Individu pada dasarnya bergerak maju (pada kondisi yg tepat), akan
merealisasikan semua potensi yg dimiliki menuju kondisi yang sehat
secara psikologis.
Struktur Kepribadian
Walaupun Rogers nampaknya tidak mementingkan
konstruk-konstruk struktural, dan lebih senang
menaruh perhatian pada perubahan dan
perkembangan kepribadian, namun ada dua konstruk
yang sangat penting dalam teorinya dan bahkan
dapat dianggap sebagai tempat berpijak bagi
seluruh teorinya.
Kedua konstrak tersebut adalah organisme dan self
(diri).
Organisme adalah lokus atau tempat dari seluruh
pengalaman. Pengalaman meliputi segala sesuatu
yang secara potensial terdapat dalam kesadaran
organisme pada setiap saat. Keseluruhan
pengalaman merupakan medan fenomenal.
Kongruensi-Inkongruensi
Apabila pengalaman-pengalaman yang
dilambangkan yang membentuk self benar-benar
mencerminkan pengalaman organisme, maka orang
yang bersangkutan disebut mampu menyesuaikan
diri dengan baik, matang, berfungsi sepenuhnya.
Ia menerima seluruh pengalaman organismik tanpa
merasakan ancaman atau kecemasan. Ia mampu
berpikir secara realistis.
Inkongruensi antara self dan organisme
menyebabkan individu merasa terancam dan cemas.
Dalam teori Rogers secara implisit terdapat dua
manifestasi lain dari kongruensi-inkongruensi:
1. Kongruensi atau inkonruensi antara kenyataan
subjektif (medan fenomenal) dan kenyataan luar
(dunia sebagaimana adanya).
Person-Centered Theory
Rogers mempostulatkan dua asumsi dasar dari Person
Centered Theory, yaitu:
Formative Tendency
Kecenderungan bagi semua hal, baik organik maupun anorganik,
untuk berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang
lebih kompleks. Hal ini berlaku pada alam semesta. Pada manusia,
misalnya kesadaran manusia berkembang dari ketidaksadaran
yang primitif ke awareness yang terorganisasi secara kompleks.
Actualizing Tendency
Kecenderungan yang terdapat di dalam semua manusia untuk
bergerak menuju pemenuhan potensi. Kecenderungan ini adalah
satu-satunya motif yang dimiliki oleh manusia. Karena setiap
orang bertindak sebagai satu organisme yang utuh, aktualisasi
melibatkan manusia secara keseluruhan fisiologis dan
intelektual, rasional dan emosional, sadar dan tidak sadar.
SELF CONCEPT
EXPERIENCE
CONGRUENCE
Kesesuaian antara self
concept & experience
KONSISTEN
INCONGRUENCE
Disharmoni yg terjadi karena
adanya kesenjangan
*THREATS
*RESPON : TENSION, *CONFUSSION,
GUILT
TIDAK DISADARI CEMAS
&PERSONALITY DISORGANIZATION
ACTUALIZATION
Hambatan-hambatan terhadap
Kesehatan Psikologis
Tidak semua orang dapat menjadi individu yang
sehat secara psikologis. Terdapat beberapa hal
yang dapat menghambat kesehatan psikologis:
1. Condition of Worth
Individu mempersepsi bahwa orang tua, peers,
atau rasa cinta dari pasangan dan menerimanya
hanya jika mereka memenuhi ekspektasi dan
approval dari orang-orang tersebut.
External evaluation, baik positif maupun negatif,
tidak membantu perkembangan kesehatan
psikologis, tetapi menghalangi kita untuk secara
utuh terbuka terhadap pengalaman kita sendiri.
2. Incongruence
Pengalaman struktur self sangat tidak konsisten
& sering terjadi incongruence.
Kecemasan: respon emosional thd threats sbg
akibat dari diskrepansi antara pengalaman
struktur self mencapai kesadaran.
Anxiety yang parah neurotic
Bila incongruency antara self & pengalaman
terjadi terus-menerus, defence menjadi tidak
berfungsi, self concept menjadi goyah/hancur
psychotic
3. Defensiveness
Defensiveness: respon behavioral terhadap
threats dengan tujuan memelihara integritas
struktur self.
Bentuk defence:
a. Perceptual distortion: mengubah makna
yang terdapat dalam pengalaman agar
sesuai dengan self concept.
b. Denial: menolak eksistensi threats yang
bertentangan dengan struktur self.
4. Disorganization