Anda di halaman 1dari 18

Self atau self concept adalah konsep menyeluruh yang terorganisir mengenai

pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku. Self concept menggambarkan konsep orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri
yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai perannya
dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat
dikatakan selfmerupakan struktur kepribadian yang sebenarnya. Carl Rogers
mendeskripsikan the self atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang
menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
Real Self adalah keadaan diri individu saat ini.
Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa
yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih
kongruen/ sebidang. Artinya ada saat dimana self berada pada keadaan inkongruen,
kongruensi self ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self
yang kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi
self I dan self me sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang lain. Semakin
lebar jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar
ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang dirasakan dan jika tidak
mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau mal-adjustment atau neurosis. Misalkan
anda memiliki ideal selfsebagai orang yang memiliki bentuk tubuh ideal serta memiliki
prestasi yang tinggi dibanding teman teman anda, tetapi nyatanya real self anda
adalah orang yang tidak memiliki bentuk tubuh yang ideal serta prestasi anda adalah
rata-rata dengan teman-teman anda maka akan ada kesenjangan antara real
self dan ideal self yang dapat menimbulkan kecemasan.
Bila seseorang, antara self conceptnya dengan organisme mengalami keterpaduan,
maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut
Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti
merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri
orang yang mengalami sehat secara psikologis (kongruen), dalam Syamsu dan Juntika
(2010:145) disebutkan sebagai berikut :
1 Seseorang mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai
peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
2 Terbuka terhadap semua pengalaman, karena tidak mengancam konsep
dirinya
3 Mampu menggunakan semua pengalaman
4 Mampu mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning
person).

Bagian dari medan fenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola
pengamatan dan penilaian sadar atas diri sendiri.
Berkembang dari interaksi dengan lingkungan
Individu berperilaku dengan cara yang selaras/ konsisten dengan self
Pengalaman yang tidak selaras dengan self dianggap sebagai ancaman
Self mungkin berubah sebagai hasil dari maturation dan proses belajar
Peranan Positive Regard Dalam Pembentukan Kepribadian
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, dan cinta dari orang lain (warmth, liking, respect, sympathy &
acceptance, love & affection). Kebutuhan ini disebut need for positive
regard. Positive regard terbagi menjadi 2 yaitu:
Conditional positive regard (bersyarat) Conditional positive regard atau
penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan orang tua memuji, menghormati,
dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh anak itu berpikir dan bertingkah laku
seperti dikehendaki orangtua.
Unconditional positive regard (tak bersyarat). Unconditional positive
regard disini anak tanpa syarat apapun dihargai dan diterima sepenuhnya.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang
mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai
adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung
untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Setelah self dan organism bisa
menjadi suatu kesatuan yang baik, namun ketika ia masuk ke lingkungan sosial luar
yang beperan sebagai medan phenomenal. Belum tentu ia dapat berkembang dengan
sebagaimana mestinya.
Untuk mengatasi tekanan yang dirasakan, Rogers berpendapat terdapat cara untuk
mengatasinya, yaitu melalui Pertahanan. Ketika individu berada
dalam incongruity maka pada saat itu individu berada dalam situasi terancam.
Menjelang situasi yang mengancam itu individu akan merasa cemas. Salah satu cara
menghindarinya adalah dengan melarikan diri dalam bentuk psikologis dengan
menggunakan pertahanan-pertahanan. Dua macam cara pertahanan adalah
pengingkaran dan distorsi perseptual.
Pengingkaran adalah individu memblokir situasi yang mengancam melaluimenyingkirkan
kenangan buruk atau rangsangan yang memancing kenangan itu munculdari kesadaran
(menolak untuk mengingatnya). Distorsi perseptual adalah penafsiran kembali sebuah
situasi sedemikian rupasehingga tidak lagi dirasakan terlalu mengancam. Ketika
pertahanan yang dilakukan seseorang runtuh dan merasa dirinya hancur berkeping-

keping disebut sebagai psikosis. Akibatnya perilaku individu menjadi tidak konsisten,
kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung, emosinya tidak tertata, tidak
mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta menjadi individu yang tidak punya
arah dan pasif.
Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
1 Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan
perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke system saraf organisme
tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi
kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima
pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat
menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsidan ungkapan
baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut syaratsyarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang peranan-peranan, tidak
dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih emosional dalam pengertian
bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik
kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada
orang yang defensif.
2 Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan,
karena orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau
kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau disegarkan oleh tiap pengalaman, akan
tetapi orang yang defensif harus mengubah suatu pengalaman baru untuk membuatnya
harmonis dengan diri; dia memiliki suatu struktur diri yang berprasangka dimana semua
pengalaman harus cocok dengannya.
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang
sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala
sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman
suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman
momen yang berikutnya.
3 Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada
pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan

berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya
telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih
dapat dipercaya daripada pikiran saya?.
Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman
yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat
diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
Karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka
orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya akan
diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang defensif membuat keputusankeputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.
4 Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia
mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih
dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif
pikiran dan tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh
tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan
berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan
merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat
memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat
mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5 Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif kerpakali
benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila
konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan merka dan
memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling penuh.
Orang yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap banyak
pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan adalah
tidak kreatif dan tidak spontan.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu
menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam
kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk

menanggulangi perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran


atau bencana-bencana alamiah.

Rogers adalah pelopor didalam penyelidikan di bidang counseling dan psikoterapi.


Penyelidikan mengenai psikoterapi sebenarnya sangat sukar, tetapi Rogers mendapatkan
bahwa pencatatan secara elektris mengenai terapi itu. Pencatatan yang tepat mengenai
jalanya terapi ini memungkinkan Rogers dan teman temanya menyelidiki jalanya
perawatan secara obyektif dan kuantitatif. Walaupun penyelidikan yang dilakukan oleh
Rogers dan teman temanya itu terutama dimaksudkan untuk memahami dan menjelaskan
sifat psikoterapi dan nilai hasil hasilnya, namun banyak dari hasil hasil penyelidikan ini
menjadi dasar teori self mengenai kepribadian. Dalam kenyataanya perumusan sistematis
Rogers memperluas research yang meliputi pula macam macam kesimpulan dari teori
kepribadianya.
a. Penyelidikan Kuantitatif
Banyak gagasan gagasan Rogers tentang kepribadian disimpulkan dengan cara
kualitatif dari catatan catatan mengenai pernyataan pasien mengenai gambaran dirinya
sendiri (self picture serta perubahan perubahanya selama terapi).
b. Analisi Isi ( Content Analysis )
Dalam penyelidikan penyelidikan lain analisis isi itu diusahakan untuk
membuktikan dalil bahwa apabila orang makin menerima ( bersikap positif ) terhadap
dirinya, dia juga makin menerima orang lain / hasil penyelidikan megenai kolerasi antara
konsepsi mengenai diri sendiri dan konsepsi mengenai orang lain ( sikap terhadap diri sendiri
dan sikap terhadap orang lain ) itu menunjuk angka signifikan.
c. Penyelidikan Penyelidikan dengan Q Technique
Q Technique adalah metode untuk menyelidiki secara sistematis mengenai pengertian
orang (gambaran orang) mengenai dirinya sendiri, walaupun sebenarnya metode ini juga
dapat dipakai untuk menyelidiki hal hal lain. Orang yang diselidiki diberi sejumlah
pernyataan, lalu disuruh menurut urutan tertetu.

POKOK POKOK TEORI ROGERS

1)
a)
b)
c)

2)
3)

Konsepsi konsepsi pokok dalan teori Rogers adalah :


Organism, yaitu keseluruhan individu.
Organisme bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud
memenuhi kebutuhan kebutuhannya.
Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan
mengembangkan diri.
Organisme mungkin melambangkan pengalamanya sehingga hal itu disadari, atau mungkin
menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman pengalaman itu tak disadari atau mungkin
juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman pengalamanya.
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman
yang mendasari phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
Self, yaitu bagian medan penomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola pola
pengamatan dan penilaian sadar dari pada I atau me .
Self mempunyai macam macam sifat, yaitu :

a) Self berkembang dari interaksi organisme denga lingkunganya.


b) Self mungkin menginteraksi nilai nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara ( bentuk )
yang tidak wajar.
c) Self bertingkah laku dalam cara yang selaras ( consistent ) dengan self.
d) Pengalaman pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
e) Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation ) dan belajar.
Sifat sifat dari ketiga konsepsi itu dan saling hubunganya dirumuskan oleh Rogers
dalam 19 dalil dalam bukunya CLIENT Centered Therapy, dan inilah yang merupakan teori
Rogers mengenali self.
1) Tiap individu ada dalam dunia pengalaman yang selalu berubah, dimana dia menjadi
pusatnya
2) Organisme bereaksi terhadap medan sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi
individu dunia pengamatan ini adalah kenyataan (realitas)
3) Organisme bereaksi terhadap medan phonomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi
(organized whole)
4) Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.
5) Pada dasarnya tingkah laku itu adalah usaha organisme yang berarah tujuan (goal directed,
doelgericht), yaitu untuk memuaskan kebutuhan kebutuhan sebagaiana dialaminya, dalam
medan sebagaimana diamatainya.
6) Emosi menyertai dan pada umumnya memberikan fasilitas tingkah laku berarah tujuan itu.
7) Jalan yang paling baik untuk memahami tingkah laku ialah dengan melalui internal frame
of reference orangnya sendiri.
8) Suatu bagian dari seluruh medan pengamatan sedikit demi sedikit ter diferensasikan sebagai
self.
9) Sebagai hasil saling pengaruh (interaction) dengan lingkungan, terutama sebagai hasil dari
saling pengaruh yang bersifat menilai dengan orang orang lain, struktur self itu terbentuk
pola pengamatan yang teratur, lentur, selaras dalam hubungan dengan I atau ME ,
beserta nilai- nilai yang dihadapi dengan konsepsi ini
10) Nilai nilai terikat kepada pengalaman, dan nila nilai yang merupakan bagian struktur
self, dalam beberapa hal adalah nilai nilai yang dialami langsung oleh organisme, dan
dalam beberapa hal adalah nilai nilai yang diintroyekskan atau diambil dari orang lain,
tetapi diamati sebagai dialaminya langsung.
11) Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu itu dapat dihadapi demikian :
a) Dilambangkan, diamati, dan diatur dalam hubungan dengan self.
b) Diabaikan karena tak ada hubungan yang terlihat dengan struktur self.
c) Ditolak atau dilambangkan secara palsu oleh karena pengalaman itu tak selaras dengan
struktur self.
12) Kebanyakan cara bertingkah laku yang diambil orang ialah yang selaras dengan konsepsi
self.
13) Dalam beberapa hal tingkah laku itu mungkin didorong oleh pengalaman pengalaman dan
kebutuhan kebutuhan organis yang tidak dilambangkan. Tingkah laku yang demikian itu
mungkin tidak serasi dengan struktur self, akan tetapi dalam hal yang demikian tingkah laku
itu tidak diakui ( dimiliki, own ) oleh individu yang bersangkutan.

14) Psychological adjusment terjadi apabila organisme menolak menjadi sadarnya pengalaman
sensoris dan visceral yang kuat, yang selanjutnya tidak dilambangkan dan diorganisasikan ke
dalam gestalt struktur self, apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi psychological tension.
15) Psychological adjustment terjadi apabila konsepsi self itu sedemikian rupa, sehingga segala
pengalaman sensoris dan visceral diasimilasikan pada taraf lambang ( sadar ) ke dalam
hubungan yang selaras dengan konsepsi self.
16) Tiap pengalaman yang tak selaras dengan organisasi atau stuktur self akan diamati sebagai
ancaman dan makin meningkat pengamatan itu akan makin tegas struktur self itu untuk
mempertahankan diri.
17) Dalam kondisi tertentu, pertama tama tiadanya ancaman terhadap struktur self,
pengalaman pengalaman yang tak selaras dengan struktur self dapat diamati dan diuji
dalam struktur self direvisi untuk dapat mengasimilasi dan melingkup pengalaman
pengalaman yang demikian itu.
18) Apabila orang mengalami dan menerima segala pengalaman sensoris dan visceralnya ke
dalam sistemnya yang integral dan selaras , maka dia akan lebih memahami orang lain dan
menerima orang lain sebagai individu.
19) Kalau individu lebih banyak lagi mengamai dan menerima kedalam struktur selfnya
pengalaman pengalaman oranisnya, dia akan mengetahui bahwa dia mengganti sistem nilai
nilainya kini yang pada umumnya didasarkan pada introyeksi yang telah diterimanya dalam
bentuk yang tidak wajar dengan psoses penilaian yang terus menerus.
Dalam menyimpulkan dalil dalilnya itu Rogers mengatakan :
Teori ini pada dasarnya bersifat phenomenal dan terutama berhubungan dengan
konsepsi untuk menerangkan. Teori itu menggambarkan titik akhir dari pada perkembangan
kepribadian yaitu adanya kesamaan pokok antara medan pengalaman phenomenal dan
struktur self secara konseptual.

AKTUALISASI DIRI
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologiseksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan
dalam pengalaman-pengalaman terapeutiknya.

Ide pokok dari teori teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalahmasalah psikisnya
asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu
untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang
sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh
aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual
sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau
memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang
akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh
pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu
(adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan
pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbedabeda tergantung
pada pengalamanpengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut
denganfenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal
tersebut.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal
yang disadari dan disimbolisasikan, dimana aku merupakan pusat referensi setiap
pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara
perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang
mengatakan apa dan siapa aku sebenarnya dan apa yang sebenarnya harus saya
perbuat. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang
berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2
konsep lagi yaitu:
1. Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual
disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2. Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam
sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka
memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima

anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan
mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua
menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa
mengembangkancongruence-nya.
Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan
meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa
diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa
gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan
tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada
konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa
sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali
sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan
tidak memberikan tips sama sekali saat di restoran. Ketika teman makan malamnya
memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips
yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan
memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, maka dia
dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya
dermawan.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan,
penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh
cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive
regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat)
dan unconditional positive regard(tak bersyarat).
a. Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan
positif bagi dirinya (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan
potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
b. Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif
bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah
laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang
mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai
adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk
menerima diri dengan penuh kepercayaan.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh:
1) Keterbukaan pada pengalaman
Yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel,
tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat
menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan
baru.
2) Kehidupan eksistensial

Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan


menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
3) Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Yang berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang
sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada
faktor-faktor rasional atau intelektual.
4) Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih
dan bertindak.
5) Kreativitas
Seorang yang kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang
konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan
cara yang memuaskan.

APLIKASI

1)
2)
3)
4)

Carl Roger sebenarnya tidak begitu banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi
lebih banyak mewarnai berbagai karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini
disebut non-directive therapy, kemudian digunakan Client Centered therapy dengan maksud
individualitas konseling yang setaraf dengan individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam
teknik ini ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif.
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang
dikemukakan dan dikembangkannya. Terapi yang dikemukakannya itu dinamakan: nondirective therapy atau client centered therapy.
Non-directive therapy ini menjadi popular karena:
Secara historis lebih terikat kepada psikologi daripada kedokteran
Mudah dipelajari
Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis
dan dinamika kepribadian
Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan terapi secara
psikoanalistis.
Dasar dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya
dan menciptakan kesehatan dan menyesuaikannya. Sebab itu, konselor harus
mempergunakan teknisnya untuk memajukan tendensi perkembangan klien tidak secara
langsung tetapi dengan menciptakan kondisi perkembangan yang positif dengan cara
permisif. Konselor sebanyak mungkin membatasi diri dengan tidak memberikan nasihat,
pedoman, kritik, penilaian, tafsiran, rencana, harapan, dan sebagainya.

1)
2)

3)
4)

5)

6)

7)

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

1)
2)
3)

Dengan cara ini, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya
dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat
dan bersikap:
Menerima (Acceptance)
Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan mengembangkan diri apa adanya.
Kehangatan (Warmth)
Ditujukan agar klien merasa aman dan memiliki penilaian yang lebih positif tentang
dirinya.
Tampil apa adanya (Genuine)
Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap positif.
Empati (Emphaty)
Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame of reference), klien akan
memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan problematikanya.
Penerimaan tanpa syarat (Unconditional positive regard)
Sikap penghargaan tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun negatif
perilaku atau sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
Transparansi (Transparancy)
Penampilan terapis yang transparan atau tanpa topeng pada saat terapi berlangsung
maupun dalam kehidupan keseharian merupakan hal yang penting bagi klien untuk
mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
Kongruensi (Congruence)
Konselor dan klien berada pada hubungan yang sejajar dalam relasi terapeutik yang
sehat. Terapis bukanlah orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari kliennya.
Kondisi-kondisi yang memungkinkan klien mengubah diri secara konstruktif
mengharuskan klien dan terapis berada dalam kontak psikologis. Dengan demikian, akan
dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara lain :
Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem
yang dihadapi.
Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
7. Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk
olehunconditional positive regard.
Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial
dengan baik.
Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.
Setelah terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan
permasalahannya.
Mereka menjadi terbuka terhadap pengalaman dan perasaannya sendiri.
Dalam pengalamannya sehari-hari mereka bisa mentransendensikan, jika diperlukan.
Mereka menjadi kreatif. Mereka merasa dalam hidup menjadi lebih baik, juga dalam
hubungan dengan orang lain.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang
semata mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan

serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi
sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang
berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon secara realistis
terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan
subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara objektif.
Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena
ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa
lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang
mengalami suatu penyakit psikologis.

TEORI HUMANISTIK MENURUT CARL ROGERS


Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive atau terapi
yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioner dalam risetnya pada proses
terapi. Pendekatan terapi yang berpusat pada klien dari Rogers sebagai metode untuk
memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional. Rogers
berkeyakinan bahwa pandangan humanistik dan holisme terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk
mengembangkan diri secara utuh.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being), yaitu :
1. Keterbukaan pada pengalaman.
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak
emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
2. Kehidupan ekstansial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga
ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri
sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul
seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi
dengan sangat baik.
4. Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaanpaksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas
memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa
masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia
dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa
saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri
akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan cirri-ciri bertingkah laku

spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulusstimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.

1.
2.

3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap
saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya
memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing
klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan
pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh
pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak. Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu
(adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Pandangan ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupan yang
sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang dapat
berpartisipasi sepenuhnya sesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh adalah istilah
yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai kapasitas dan bakatnya,
merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya
sendiri dan seluruh rentang pengalamannya / unconditional positive regards.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi
siswa
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian yang bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting
diantaranya ialah :
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai
cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama
jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang
lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya
ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif.
Carl Rogers menyatakan pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan
hubungan yang nyaman antara terapis dan klien, hubungan dialogis yang memberdayakan
klien untuk mencapai aktualisasi diri siswa (dalam Palmer, 2003). Implikasi ajaran tersebut
dalam bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai
potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, hubungan dialogis yang
memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Pengajaran yang baik adalah proses
yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu, bernilai, dan
mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai
dengan persepsi dirinya tersebut (Purkey & Novak, dalam Eggen & Kauchak, 1997).
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang
semata-mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya
tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan
bertanggung jawab di dalamnya.
APLIKASI TEORI BELAJAR HUMANISME DALAM PENDIDIKAN
1. Pendidikan Humanistik
Menurut Rogers (dalam Palmer, 2003) dalam proses pendidikan dibutuhkan rasa
hormat yang positif, empati, dan suasana yang harmonis/tulus, untuk mencapai
perkembangan yang sehat sehingga tercapai aktualisasi diri
Salah satu cara untuk mendeskripsikan pendidikan humanistik adalah dengan melihat
apa yang terjadi di kelas. Kirchenbaum dalam (Roberts, 1975) melihat ada 5 dimensi yang
dapat dijadikan jalan untuk menjadi kelas yang humanis.
a. Pilihan dan kendali diri
Dalam hidupnya siswa dihadapkan dengan proses menetapkan tujuan dan membuat
keputusan. Pendidikan humanistik memfasilitasi kemampuan tersebut dengan memberikan
latihan mengambil keputusan terkait dengan tujuan sekolah maupun aktivitas harian. Siswa
dapat dilatih melalui aktivitas kegiatan siswa dan belajar yang memungkinkannya memiliki
pilihan dan kendali dalam merancang, menetapkan tujuan, memutuskan, dan
mempertanggung jawabkan keputusan yang telah dibuatnya.
b. Memperhatikan minat dan perasaan siswa
Kelas menjadi humanis ketika kurikulum dan pembelajaran menunjukan perhatian
pada minat dan perasaan siswa. Mengkaitkan materi pelajaran dengan minat, pengetahuan,

dan pengalaman yang sudah dimiliki siswa dan meminta tanggapan siswa merupakan contoh
aktivitas yang dinilai siswa memperhatikan minat mereka.
c. Manusia seutuhnya
Perlu perubahan orientasi pembelajaran dan penilaian dari orientasi aspek kognitif
menuju ke arah perhatian, penghormatan, dan penghargaan terhadap siswa sebagai manusia
seutuhnya. Integrasi ketrampilan berpikir dengan kecakapan hidup yang lain sangat penting
agar lebih efektif menjadi individu.

d. Evaluasi diri
Pendidikan humanistik bergerak dari evaluasi yang dikontrol guru menuju evaluasi
yang dilakukan oleh siswa. Siswa perlu difalitasi untuk memantau kemajuan belajarnya
sendiri baik melalui tes atau umpan balik dari orang lain.
e. Guru sebagai fasilitator
Guru perlu mengubah peran, yaitu berubah dari sebagai direktur belajar menjadi
fasilitator atau penolong. Guru hendaknya lebih suportif daripada mengkritisi, lebih
memahami daripada menilai, lebih real dan asli daripada berpura-pura. Jika keadaan tersebut
dapat dilakukan maka akan berkembang hubungan menjadi resiprokal, yaitu guru sering
menjadi pembelajar, dan siswa sering menolong dan mengajar juga.
Untuk mengembangkan pendidikan yang humanis maka diperlukan:
a) Pendidikan yang menghargai dan mengembangkan segenap potensi manusia; tidak saja
dimensi kognitif, namun juga kemampuan afektif, psikomotorik dan potensi unik lainnya.
Siswa dihargai bukan karena ia seorang juara kelas melainkan karena ia mengandung potensi
yang positif.
b) Interaksi
antara
siswa
dan
guru
yang
resiprokal
dan
tulus
Tanpa hubungan yang saling percaya dan saling memahami maka pendidikan yang
mengeksporasi segenap perasaan dan pengalaman siswa sulit untuk dilaksanakan.
c) Proses pembelajaran yang mendorong terjadinya proses interaksi dalam kelompok dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengalaman, kebutuhan,
perasaannya sendiri sekaligus belajar memahami orang
d) Pengembangan metode pembelajaran yang mampu menggerakkan setiap siswa untuk
menyadari diri, mengubah perilaku, dan belajar dalam aktivitas kelompok melalui permainan,
bermain peran dan metode belajar aktif lainnya.
e) Guru yang peduli, penuh perhatian, dan menerima siswa sesuai dengan tertinggi setiap insan.
Mengembangkan sistem penilaian yang memungkinkan keterlibatan siswa misalnya dengan
penilaian teman sebaya, dan siswa menilai kemajuan yang telah dicapai sendiri melalui
evaluasi diri.
2. Pendidik yang Humanistik
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator:
a) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada pencintaan suasana awal,situasi kelompok,
atau pangalaman kelas.
b) Fasilitator membantu untuk memproleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat lebih umum.

c) Mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tutjuantujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendurong, yang tersembunyi di dalam
belajar yang bermakna tadi.
d) Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan
mudah dimanfaatkan para siswa untukmembntu mencapai tujuan mereka.
e) Menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan
oleh kelompok.
f) Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas dan menerima baik isi
yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan
cara yang sesuai, baik bgi individual ataupun bagi kelompok.
g) Bilamana cuacu penerimaan kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan
turut menyatakan pandangannya sebagai seorang anividu, seperti siswa yanglain.
Mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksaan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi
yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
h) Harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang
dalam dan kuat selama belajar.
Di dalam berperan sebagai fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. Salah satu model pendidikan terbuka
mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh
Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan
kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
1) Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:
2) Merespon perasaan siswa
3) Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
4) Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
5) Menghargai siswa
6) Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
7) Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera
dari siswa.
8) Tersenyum pada siswa.
Borton (dalam Roberts, 1975) lebih lanjut menjelaskan beberapa karakteristik peran
pendidik humanistik disamping perhatian terhadap perasaan siswa disini dan kini, yaitu :
1) Guru memfasilitasi siswa mempelajari dirinya sendiri, memahami perasaan dan tindakan
yang dilakukannya
2) Guru mengenali harapan dan imajinasi siswa sebagai bagian penting dari kehidupan siswa
dan memfasilitas proses saling bertukar perasaan
3) Guru memperhatikan bahasa ekspresi non verbal, seperti gesture dan suara. Melalui ekspresi
non verbal ini beberapa keadaan perasaan dan sikap dikomunikasikan oleh siswa.
4) Guru menggunakan permainan, improvisasi, dan bermain peran sebagai cara untuk
menstimulasi perilaku yang dapat dipelajari dan diubah.
5) Guru memfasilitas belajar dengan menunjukkan secara eksplisit tentang bagaimana prinsipprinsip dasar dinamika kelompok sehingga siswa dapat lebih bertanggung jawab untuk
mendukung belajar mereka.

a)
b)
c)
d)

e)
f)

Menurut Hamacheek,1996; Guru yang efektif tampaknya adalah guru yang


manusiawi. Mereka mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis dripada
autaktorik, dan mereka mampu berhubungan dengan mudah dan wajar dengan para siswa,
baik secara perorangan maupun secara kelompok. Guru yang tidak efektif jelas kurang
memiliki rasa humor, mudah menjadi tidak sabar, mengunakan komentar-komentar yang
melukai dan mengurangi rasa ego,kurang integrasi, cenderung agak otoriter, dan biasanya
kurang peka terhadap kebutuhan-kebutuhan siswa mereka.
Menurut Combs dan kawan-kawan, ciri-ciri guru yang baik adalah;
Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai kemampuan untuk
memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik.
Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah dan bersahabat dan bersifat
ingin berkembang.
Guru yang cenerung melihat orng lain sebagai orang yang septutnya dihargai.
Guru yng melihat orang-orang dan perilku mereka pada dasarnya berkembang dari dalam;
jdi, bukan merupakan produk dari peristiwa-peristiwa eksternal yang dibentuk dan
digerakkan. Dia melihat orang-orang itu mempunyai kreatifitas dan dinamika; jadi bukan
orang yang pasif atau lamban.
Guru yang menganggap orang lain itu pada dasarnya dapat dipercayai dan dpat diandalkan
dalam pengertian dia akan berperilaku menurut aturan-aturan yang ada.
Guru yang melihat orng lain itu dapat memenuhi dan memingkatkan dirinya, bukan
menghalangi, aplagi mengancam.

3. Aplikasi dalam Pembelajaran


Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materimateri pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku
dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang
berlaku.
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik,
tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas
materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing
di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang
mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini

cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan


kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan
sendiri.

KELEMAHAN TEORI ROGERS


Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang
semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan
serta perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya
tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan
bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis
terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan
subyektivitasnya dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara
obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia karena ia
lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau
yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatic yang menyebabkan seseorang mengalami
suatu penyakit psikologis.

Anda mungkin juga menyukai