Anda di halaman 1dari 18

Pendahuluan

A. Latar belakang
Tokoh psikologi humanistik selain Abraham Maslow, adalah Carl Rogers.
Rogers

(1902-1987)

menjadi

terkenal

berkat

metoda

terapi

yang

dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered


therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan
pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu
bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan
sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333).
Roger

berpandangan

humanistic

dalam

psikologi

kontenporer.

Teori

humanistic yang tumbuh dari pengalamannya sebagi praktisi psikoterapi.


Teori roger menentang teori freud mengenai pandangan psikoanalitik
tentang manusia dan juga belau tidak sepakat terhadap konsepsi robot
tentang manusia yang di gambarkan oleh aliran behaviorisme.
Teori Rogers mempunyai suatu kesamaan dengan psikologi eksistensial
yang dasar teorinya berlandaskan fenomenologis yang menekankan pada
pengalaman-pengalaman sang pribadi, perasaan, perasaan, nilai-nilainya
dan tercangkup semua dalam kehidupan batin. Rogers lebih tertarik untuk
membantu orang lain daripada mencari tahu mengapa mereka melakukan
suatu prilaku. Prefensi pribadinya adalah menjadi pemberian bantuan kepada
manusia dan bukan sebagai teori.

A. Biograf
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan
terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian
menyusun

teorinya

dengan

pengalamannya

sebagai

terapis

selama

bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada


hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa
manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers
memandang

kesehatan

mental

sebagai

proses

perkembangan

hidup

alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan


lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902.
Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers
menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya
ke perguruan tinggi, dan pada tahuntahun pertama Rogers sangat gemar
akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di
University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological College
of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat
mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana
Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis
dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928
dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertamatama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut
orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang
spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang
mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike. Setelah
mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester

Guidance Center dan kemudian menjadi pemimpinnya. Selama masa ini


Rogers

dipengaruhi

oleh

Otto

Rank,

seorang

psychoanalyst

yang

memisahkan diri dari Freudian yang ortodok.


Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar
psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke
suasana akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena
rangsangannya Rogers merasa terpaksa harus membuat pandangannya
dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakannya pada 1942 dalam
buku Counseling and Psychotheraphy. Pada tahun 1945 Rogers menjadi
mahaguru psikologi di Universitas of Chicago, yang dijabatnya hingga kini.
Tahun 1946-1957 menjadi presiden the American Psychological Association.
Dan meninggal dunia tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep
teorinya banyak didapatkan dalam pengalamanpengalaman terapeutiknya.
Ide pokok dari teori teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam
diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah
masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat
mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Menurut
Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang
sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti
yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan
ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa
sekarang,

dia

berpendapat

bahwa

masa

lampau

memang

akan

mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang


akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa
yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat
menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang
akan

berbedabeda

tergantung

pada

pengalamanpengalaman

perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field.

Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal


tersebut.
B. Teori berpusat pada diri
Teori rogers di dasarkan pada prinsip teori Humanis bahwa jika di beri
kebebasan dan dukungan emosional

untuk

bertumbuh,

mereka

bisa

berkembang menjadi manusia yang berfungsi secara utuh atau penuh.


Pendekatan Humanistik sangat menghargai individu sebagai organisme yang
potensial. Setiap orang berkembang untuk mencapai aktualisasi diri. Rogers
berasumsi bahwa tiap individu memiliki 2 self yaitu dari yang kita rasakan
atau kesadaran diri sendiri yang biasa kita sebut dengan konsep diri dan diri
yang kita idealkan atau yang kita inginkan yang biasa kita sebut diri ideal.
Konsep diri dan diri ideal itu berasal dari organisme. Konsep diri
meliputi seluruh aspek dalam kebradaan dan pengalaman seseorang yang
disadari oleh individu. Dengan demikian, jika manusia sudah membentuk
konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan dalam menerima perubahahan
dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak konsisten dengan
konsep diri mereka biasanya akan di sangkal atau diterima dalam bentuk
yang telah di distorsi.
Diri ideal biasanya bersifat positif yang ingin dimiliki seseorang, seperti
sesuatu yang diharapkan atau diinginkan yang bersifat positif. Jika terjadi
perbedaan

antara

konsep

diru

dengan

diri

ideal

akan

menjadkan

inkongruensi sehingga menjadikan pribadi yang tidak sehat. Terapi client


center di butuhkan dalam kasus ini dimana semua terapinya di pusatkan
atau di serahkan pada client dan seorang psikolog atau terapis hanya
menjadi mediator.
C. Struktur Kepribadian
Terdapat dua konstruk yang sangat penting dalam teori Rogers dalam
kepribadian berpusat pribadi ini dan bahkan dapat di anggap sebagai tempat
berpijak bagi seluruh teorinya. Kedua konsep itu terdiri dari Organisme dan
Self :
a. Organisme

Secara psikologis, organisme adalah lokus atau tempat dari seluruh


pengalaman. Pengalaman meliputi segala sesuatu yang secara potensial
terdapat dalam kesadaran organisme pada setiap saat. Keseluruhan
pengalaman

ini

merupakan

medan

fenomenal.

Medan

fenomenal

adalahframe of reference dari individu yang hanya dapat diketahui oleh


orang itu sendiri. Medan fenomenal tidak dapat diketahui oleh orang lain
kecuali melalui inferensi empatis dan selanjutnya tidak pernah dapat
diketahui

dengan

sempurna.

Bagaimana

individu

bertingkah

laku

tergantung pada medan fenomenal itu (kenyataan subjektif) dan bukan pada
keadaan-keadaan perangsangannya (kenyataan luar).
Harus dicatat bahwa medan fenomenal tidak identik dengan medan
kesadaran. Kesadaran adalah perlambangan dari sebagian pengalaman
kita. Dengan demikian, medan fenomenal terdiri dari pengalaman sadar
(tidak dikembangkan). Akan tetapi, organisme dapat membedakan kedua
jenis pengalaman tersebut dan bereaksi terhadap pengalaman yang tidak
dilambangkan. Mengikuti McCleary dan Lazarus (1949), Rogers menyebut
peristiwa ini subsepsi (subception).
Pengalaman tidak bisa disimbolkan secara tepat, karena itu orangorang biasa mengaitkan pengalaman- pengalaman dengan kenyataan yang
ada dan ini yang membuat seseorang melakukan tindakan yang selaras
antara apa yang dibayangkan dengan realitas, hal ini disebut sebagai uji
realitas. Akan tetapi, beberapa pengalaman tertentu malah tidak diuji atau
diuji secara kurang memadai, dan pengalaman yang tidak diuji ini dapat
menyebabkan
merugikan

orang

orang

itu

bertingkah
sendiri.

laku

secara

Meskipun

tidak

Rogers

realistis,
tidak

bahkan

menyingung

permasalahan tentang kenyataan yang sebenarnya, namun jelas bahwa


setiap orang harus memiliki suatu konsepsi tentang standar kenyataan luar
atau impersonal, sebab kalau tidak demikian, maka mereka tidak akan dapat
membedakan suatu gambar kenyataan subjektif dengan kenyataan
objektif. Kemudian timbul suatu pernyataan, yakni bagaimana orang-orang
dapat membedakan antara gambaran subjektif yang tidak merupakan

representasi yang tepat dari kenyataan dan gambaran yang benar-benar


merupakan representasi dari kenyataan yaitu gambaran objektif. Apak yang
membuat orang-orang tersebut membedakan antara fakta dan fiksi dalam
dunia subjektifnya? Inilah Paradoks terbesar dalam fenomenologi.
Rogers memecahkan paradoks tersebut dengan menyimpangkannya
dari rangka pemikiran fenomenologi murni. Apa yang dialami atau dipikirkan
orang sebenarnya bukanlah kenyataan bagi orang itu: hal itu hanya hipotesis
sementara tentang kenyataan yang bias jadi benar atau salah. Orang
menunda keputusannya sampai ia menguji hipotesis tersebut. Apakah yang
dimaksud dengan menguji? Menguji berarti mencek ketepatan informasi
yang diterima dan yang merupakan dasar dari hipotesisnya dengan sumbersumber

informasi

lain.

Misalnya,

seseorang

yang

akan

menggarami

makanannya, berhadapan dengan dua tempat bumbu. Satu diantaranya


berisi garam dan yang lain berisi merica. Orang tersebut mengira bahwa
tempat yang berlubang besar berisi garam, tetapi karena tidak yakin maka ia
menuangkan sedikit isinya pada telapak tangannya. Apabila partikel-partikel
yang keluar adalah putih dan bukan hitam, maka orang tersebut merasakan
yakin bahwa itu garam. Orang yang sangat teliti mungkin merasa perlu
mencicipinya sedikit sebab bisa jadi itu merica berwarna putih, bukan garam.
Apa yang dikemukan dengan contoh ini adalah suatu pengujian ide-ide
seseorang dengan berbagai data indera. Pengujian tersebut berupa mencek
informasi yang kurang pasti dengan pengetahuan yang lebih langsung.
Dalam kasus garam, ujian terakhir adalah rasanya; suatu cita rasa tertentu
menentukan bahwa itu garam.
Tentu saja, contoh yang dikemukakan tadi menggambarkan suatu
kondisi

ideal.

Dalam

banyak

kasus,

orang

menerima

begitu

saja

pengalamannya sebagai representasi yang tepat tentang kenyataan dan


tidak memperlakukannya sebagai hipotesis tentang kenyataan. Akibatnya,
orang terap kali mengajarkan banyak konsepsi salah tentang dirinya dan
tentang dunia luar. Pribadi yang utuh, baru-baru ini Rogers menulis, orang

yang benar-benar orang sepenuhnya adalah berdasar pada data yang


dialami dalam dirinya dan data yang dialaminya dari dunia luar .
b. Diri (Self)
Lama kelamaan, sebagian dari medan fenomenal ini menjadi terpisah.
Inilah yang disebut sebagai diri atau konsep-diri. Dijelaskan sebagai berikut :
Konsep Gestalt berisikan tentang organisasi dan konsistensi yang
terdiri dari persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari diri subjek atau diri
objek dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antara diri
subjek atau diri objek dengan orang-orang lain dan dengan berbagai aspek
kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini.
Gestalt lah yang ada dalam kesadaran meskipun tidak harus disadari.
Gestalt tersebut bersifat lentur dan berubah-ubah, merupakan suatu
proses, tetapi pada setiap saat merupakan suatu entitas spesifik. Diri
merupakan salah satu konstruk sentral dalam teori Rogers, dan ia telah
memberikan suatu kejelasan yang menarik bagaimana ini terjadi:
Berbicara secara pribadi, saya memulai karir saya dengan keyakinan
yang mantap bahwa diri adalah suatu istilah yang kabur, ambigu atau
bermakna ganda, istilah yang tidak berarti secara ilmiah, dan telah hilang
dari kamus para psikolog bersama menghilangnya para introspeksionis. Dari
sebab

itu,

saya

lambat

menyadari

bahwa

apabila

klien-klien

diberi

kesempatan untuk mengungkapkan masalah-masalah mereka dan sikapmereka dalam istilah-istilah mereka sendiri, tanpa suatu bimbingan atau
interpretasi, ternyata mereka cenderung berbicara tentang diri Tampaknya
jelas bahwa diri merupakan suatu unsur penting dalam pengalaman klien,
dan aneh karena tujuannya adalah menjadi diri-sejati-nya.
Di samping diri sebagai bagian dari struktur diri, terdapat suatu diri ideal,
yakni apa yang diinginkan orang tentang dirinya.
Organisme dan Aku: Keselarasan dan ketidakselarasan
Pentingnya konsep-konsep struktural, yakni organisme dan diri,
dalam

teori

Rogers

menjadi

jelas

dalam

pembicaraannya

tentang

Keselarasan dan ketidakselarasan antara diri sebagaimana dibahas dalam

pengalaman
dilambangkan

aktual

organisme. Apabila

yang

membentuk

pengalaman-pengalaman

organisme,

disebut

baik,

berpenyesuaian

pengalaman-pengalaman yang

diri

benar-benar

maka

matang,

orang

berfungsi

mencerminkan

yang

bersangkutan

sepenuhnya.

Orang

semacam itu menerima seluruh pengalaman organismik tanpa merasakan


ancaman atau kecemasan. Ia mampu berfikir secara realistis. Ketidak
selarasan antara diri dan organisme menyebabkan individu-individu merasa
terancam dan cemas. Mereka bertingkah laku serba defensif dan cara
berfikir mereka menjadi sempit dan kaku.
Dalam teori Rogers secara implisit dijelaskan dua manifestasi lain dari
keselarasan dan ketidak selarasan. Pertama adalah keselarasan dan ketidak
selarasan antara kenyataan subjektif (medan fenomenal) dan kenyataan luar
(dunia sebagaimana adanya). Kedua adalah tingkat kesesuaian antara diri
dan diri ideal. Apabila perbedaan antara diri dan diri ideal adalah besar,
maka orang menjadi tidak puas dan tidak dapat menyesuaikan diri.
Bagaimana ketidakselarasan itu terjadi dan bagaimana diri dan
organisme dapat dibuat lebih selaras, menjadi pembahasan utama Rogers.
Untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting inilah maka
ia telah menghabiskan begitu banyak kehidupan profesionalnya. Bagaimana
ia menjawab pertanyaan-pertanyaan ini akan dibicarakan pada bagian
tentang perkembangan kepribadian.
D. Dinamika Kepribadian
Organisme mempunyai satu kecenderungan dan keinginan mendasaryakni

mengaktualisasikan,

mempertahankan,dan

mengembangkan

pengalaman organisme. Kecenderungan untuk mengaktualisasi ini bersifat


selektif, menaruh perhatian hanya pada aspek-aspek lingkungan yang
memungkinkan orang bergerak secara konstruktif ke arah pemenuhan
keinginan. Di satu pihak terdapat satu kekuatan yang memotivasikan, yakni
dorongan untuk mengaktualisasikan diri; di lain pihak hanya ada satu tujuan
hidup, yakni menjadi pribadi yang teraktualisasikan dirinya atau pribadi
yang utuh.

Organisme

mengaktualisasikan

dirinya

menurut

garis-garis

yang

diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang, maka ia makin


berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan.
Kecenderungan mendasar pada pertumbuhan ini adalah mengaktualisasikan
dan mengekspansikan diri sendiri-tampak paling jelas sekali bila individu
diamati dalam suatu jangka waktu yang lama. Ada suatu gerak maju pada
kehidupan setiap orang; tendensi yang tak henti-hentinya inilah yang
merupakan satu-satunya kekuatan yang benar-benar dapat diandalkan oleh
ahli terapi untuk mengadakan perbaikan dalam diri klien.ini disebut sebagai
metode terapi Client-Centered (berbasis klien).
Rogers menambahkan suatu ciri baru pada konsep pertumbuhan ketika
ia mengamati bahwa tendensi gerak maju hanya dapat beroperasi bila
pilihan-pilihan dipersepsikan dengan jelas dan dilambangkan dengan baik.
Seseorang tidak dapat mengaktualisasikan dirinya kalau ia tidak dapat
membedakan antara cara-cara tingkah laku progresif dan regresif. Tidak ada
suara hati dari dalam yang akan memberitahu seseorang manakah jalan
menuju aktualisasi itu, tidak ada suatu rasa keharusan organisme yang akan
mendorongnya maju. Orang harus mengetahui sebelum mereka dapat
memilih, tetapi bila mereka benar-benar mengetahui maka mereka selalu
memilih untuk maju dan bukan untuk mundur.
Pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah
pada tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan sebagaimana yang
dialaminya

dalam

medan

fenomenal(sebagaimana

medan

itu

dipersepsikan). Pernyataan yang jelas-jelas menyinggung tentang adanya


banyak kebutuhan ini tidak berlawanan dengan pengertian tentang
motif(dorongan)
semuanya

tunggal.

mengarah

Meskipun
kepada

ada

tendensi

banyak

kebutuhan,

namun

dasar

organisme

untuk

mempertahankan dan mengembangkan diri.


Rogers tetap setia pada pendirian fenomenologisnya dengan selalu
menggunakan

frase

sebagaimana

dialami

dan

sebagaimana

dipersepsikan. Akan tetapi dalam membicarakan proposisi ini, rogers

mengakui bahwa kebutuhan-kebutuhan dapat menimbulkan tingkah laku


yang tepat meskipun kebutuhan-kebutuhan itu tidak dialami secara sadar
(dilambangkan dengan memadai). Sesungguhnya, Rogers (1977) telah
mengurangi peranan kesadaran atau kesadaran diri bagi berfungsinya
individu secara sehat. Ia menulis, dalam pribadi yang berfungsi dengan
baik, kesadaran tentu menjadi cenderung menjadi sesuatu yang refleksif,
bukan suatu lampu sorot tajam dari perhatian yang terpusat. Mungkin lebih
tepat kalau dikatakan bahwa dalam pribadi demikian, kesadaran hanyalah
merupakan refleksi tentang suatu dari aliran organisme pada saat itu. Hanya
ketika fungsi terganggulah maka timbul kesadaran diri dengan jelas.
Pada tahun 1959, Rogers mengemukakan perbedaan antara tendensi
mengaktualisasikan pada organisme dan tendensi mengaktualisasikan diri.
Menyusul

perkembangan

struktur

diri

tendensi

umum

kearah

aktualisasi ini juga muncul dalam aktualisasi sebagai bagian pengalaman


organisme

yang

dilambangkan

dalam

diri.

Apabila

diri

dan

seluruh

pengalaman organisme relatif sesuai, maka tendensi aktualisasi relative


akan tetap padu. Apabila diri dan pengalaman tidak selaras maka yang
terjadi adalah tendensi umum untuk mengaktualisasikan organisme akan
berlangsung dengan tujuan yang berlawanan dengan subsistem motif
tersebut, yakni tendensi untuk mengaktualisasikan diri .
Meskipun teori Rogers tentang motivasi bersifat monistik, ia telah
memberi perhatian khusus pada dua kebutuhan, yakni kebutuhan akan
penghargaan yang positif (the need for positive regard) dan kebutuhan akan
harga diri. Keduanya adalah kebutuhan yang dapat dipelajari. Kebutuhan
yang pertama terjadi pada masa bayi sebagai akibat karena bayi dicintai dan
diperhatikan, dan kebutuhan yang kedua terbentuk karena bayi menerima
kebutuhan ini, sebagaimana akan kita lihat pada bahsan nanti, bisa juga
berselisih

tujuan

dengan

tendensi

pengalaman-pengalaman organisme.
E. Perkembangan Kepribadian

aktualisasi

dengan

mendistorsikan

Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari
ruang

fenomenal

yang

disadari

dan

disimbolisasikan,

dimana

aku

merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan


bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan
disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan apa dan
siapa aku sebenarnya dan apa yang sebenarnya harus saya perbuat. Jadi,
self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang
berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri
ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau
tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1. Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam
pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2. Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan
dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence
ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anakanaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut
berperilaku

sebagaimana

mestinya,

anak

tersebut

akan

mencegah

perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua
menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa
mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan
rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa
remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan
merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri
mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya
sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia

dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah
karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Setiap

manusia

penghargaan,

memiliki

penerimaan,

kebutuhan

pengagungan,

dasar

dan

akan

cinta

dari

kehangatan,
orang

lain.

Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari
seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi
menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional
positive regard (tak bersyarat).
Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan
penghargaan positif bagi dirinya

(unconditional positive regard) dimana

anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi


sepenuhnya.
Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif
bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri,
menghindari tingkah laku yang
dicela, merasa bersalah dan tidak berharga. Rogers menggambarkan pribadi
yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan
positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri
sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung
untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
F. Psikoterapi
Carl Rogers mengembangkan teori kepribadian humanistic

yang

tumbuh dari pengalamannya sebagai praktisi psikoterapi yang berpusat


pada klien (client-centered). Penekatan ini berpendapat bahwa untuk orangorang yang rentan atau cemas, dapat berkembang secara psiologis jika
bertemu dengan terapis yang kongruen dan mampu memberikan nuansa
penerimaan positif

tidak bersyarat dan pengertian secara empati yang

harus di miliki oleh seorang konselor.


Pendekatan berpusat pada pribadi ini dinyatakan dalam bentuk jikalalu.

Jika

kondisi

menengarkan

kongruen,

secara

empati

penerimaan
dari

terapi

positif
yang

tidak
di

bersyara,

tersedia

dan

mampu

mengahadirkan suasana hubungan baik antara klien dan konselor. Maka


proses dapat terjadi. Jika proses dapat terjadi, maka hasil dpat di
predikisikan. Jadi konsep terapi roger dapat dilihat dalam kondisi, proses, dan
hasil.
a. Kondisi
Rogers

(1959)

mengasumsikan

bahwa

suatu

perkembangan

terapeutik dapat terjadi bila beberapa hal pertama, klien yang cemas atau
retan harus bertemu dengan terpis yang kongruensi, memiliki empati dan
penerimaan positif tidak bersyarat untuk klien tersebut. Kemudian, klien juga
harus

dapat

melihat

karakteristik

tersebut

dari

terapisnya.

Terakhir,

pertemuan antara klien dan terapis harus mempunyai durasi tertentu.


Kondis kongruen meliputi perasaan, kesadarn, dan ekspresi. Untuk
menjadi kongruen adalah untuk menjadi nyata jujur, untuk menjadi utuh
atau terintegrasi, untuk menjadi pa adanya.
Konselor yang kongruen tidak hanya baik hati dan ramah, namun seorang
manusia yang utuh dengan perasaan bahagia marah, frustasi, kebingungan,
dan yang lainnya. Saat perasaan-peraaan in dia alami, mereka tidak
menyangkal atau mendistorsi hal tersebut, namun bergerak dengan mudah
ke dalam kesadran dan dengan mudah mengekspresikannya. Oleh karena
itu, terapis tidaklah pasif, menyendiri, dan tentu saja tidak tak terarah
Penerimaan positif yang tidak bersyarat adalah seorang terapsis dapat
menerima dan menghargai klien tanpa batasan atau keraguan dan tanpa
melihat perilaku klien.

Hal ini akan menunjukkan kehangatan dan

penerimaaan yang non-posesif, dan bukan persona yang terlalu berlebiha.


Penerimaan positif tidak bersyarat berarti terapis dapat menerima dan
menghargai klien mereka tanpa batasan atau keraguan dan tanpa melihat
perilaku klien,. Tidak mengevaluasi klien ataupun nmenerima suatu perilaku
dan menolak perilaku lainnya. Evaluasi ekternal, positif atau negative dapat
berakibat pada klien untuk bersikap defensif dan menghambat pertumbuhan
psikologis.

Mendengarkan secara empati dapat merasakan perasaan dari klien mereka


dan dapat mengkounikasikan persepsi ini, supaya klien mengetahui bahwa
orang lain telah memasuki dunia perasaan tanpa prasangka, proyeksi,
ataupun evalusai.

Meurut

Roger empati berarti untuk sementara hidup

dalam kehidupan orang lain, bergerak di dalamnya dengan hati-hati tanpa


menghakimi (hlm .142).
Mendengarkan
digunakan

dengan

secara

empati

ketulusan

dan

pertumbuhan pribadi dalam diri klien.

merupakan

alat

perhatian,

yang

akan

kuat

jika

memfasilitasi

Empati efektif karena klien dapat

mendengarkan diri mereka sendiri dan pada akhirnya menjadi terapis badi
diri mereka. Terapis mempunyai reaksi emosional dan kognitif pada perasaan
klien, tetapi perasaan tersebut tetaplah milik klien, bukan milik terapis.
Terpis

tidak

mengakui

penglaman

klien

sebagai

miliknya,

tetapi

menyampaikan pengertian atas apa arti pengalaman tersebut pada klien


pada saat itu (rogers, 1961).
b. Proses
Apabila kondisi-kondisi terpis yang kongruen, penerimaan postif yang
tidak bersyarat, dan empati telah hadir, maka proses perubahan terapeutik
akan berlangsung.
Tahap dalam perubahan terpeutik

Tahap 1 :

Dicirikan dengan ketidakmauan untuk mengomunikasikan

apa pun tentang diri. Mereka tidak menyadari adanya masalah dan menolak
untuk mengakui perasaan atau emosi personal.

Tahap 2 : Klien mulai menjadi sedikit lebih tidak kaku. Mereka


mendiskusikan peristiwa-peristiwa eksternal dengan orang lain, tetapi tetap
tidak mengakui atau gagal menyadari mengenai perasaan mereka sendiri.

Tahap 3 : Mereka lebih bebas dalam membicarakan diri mereka


walaupun masih sebagai objek

Tahap 4 :Klien di tahap 4 ini mulai berbicara mengenai perasaan


mendalam, tetapi bukan yang sedang dirasakan saat itu

Tahap 5 :Mereka mulai melalui perubahan dan pertumbuhan yang


signifikan. Mereka dapat mengekspresikan perasaan yang sedang mereka
alami walaupun belum secara akurat

Tahap 6 : Dalam berbagai cara tahap 6 menandakan akhir dari sebuah


terapi. Walaupun terapi dihentikan pada titik ini, klien masih akan dapat
melanjutkan sendiri ketahapan berikutnya

Tahap 7 : Tahap 7 dapat terjadi di luar pertemuan,dan klien yang


mencapai tahap ini telah menjadi Manusia masa depan yang berfungsi
sepenuhnya.
c. Hasil
Apabila proses perubahan terapeutik mulai terjadi, maka
diharapkan beberapa hasil mulai dapat diobservasi.
paling

mendasar dari terapi yang

dapat

Salah satu hasil yang

berpusat pada klien adalah klien yang

kongruen, tidak defensif, dan lebih terbuka terhadap pengalaman.


Penjelasan Teoritis dari perubahan terapeutik
Rogers (1980) memberikan penjelasan sesuai dengan alur logika berikut ;
ketika seseorang merasakan sendiri bahwa merekadihargai dan diterima
tanpa syarat, mereka menyadari bahwa mungkin untuk pertama kalinya
mereka dapat dicintai. Contoh dari terapis membuat mereka dapat
menghargai

dan

menerima

diri

mereka

snediri,

untuk

mempunyai

penerimaan positif yang tidak bersyarat terhadap diri mereka.


Sebagai hasilnya, saat seseorang

mulai menghargai dirinya sendiri dan

secara akurat mengeri tentang diri mereka, diri yang mereka rasakan
menjadi kongruen dengan pengalaman organismik mereka. kini mereka
memiliki ketiga karakteristik terapeutik seperti yang dimiliki penolong yang
efektif, dan hasilnya, mereka menjadi terapis untuk diri mereka sendiri.
Kritik Terhadap Rogers

Teorinya telah menghasilkan banyak penelitian dan memberikan


hipotesis yang dapat dikaji

Teori Rogerian sangat baik dalam kemampuan untuk dikaji ulang

Walaupun

banyak

dari

penelitian

Rogerian terbatas pada


tersebut

tetap

yang

dimunculkan

oleh

teori

hubungan Interpersonalteori

dapat

diperluas

kepada

ranah

kepribadian

manusia yang lebih luas

Teori yang berpusat pada pribadi berperan sebagai acuan untuk solusi
masalah praktis

Teori yang berpusat pada pribadi memiliki konsistensi internal dengan


seperangkat definisi operasional yang sangat baik

Teori Rogers termasuk hemat dan terbatas dari konsep yang terlalu
berat dan bahasa yang sulit, teorinya juga cukup jelas dan ekonomis tidak
seperti kebanyakan teori, tetapi beberapa bahasa yang digunakan tergolong
canggung dan tidak jelas

A.

KESIMPULAN
Carl R. Rogers (Seri Tokoh Psikologi Humanistik) - Carl Ransom Rogers
(8 Januari 1902 - 4 Februari 1987) adalah seorang psikolog Amerika yang
berpengaruh di antara para pendiri psikologi dengan pendekatan humanistik.
Rogers

secara

luas

dianggap

sebagai

salah

satu

pendiri

penelitian

psikoterapi.
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan
terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian
menyusun

teorinya

dengan

pengalamannya

sebagai

terapis

selama

bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada


hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa
manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers
memandang

kesehatan

mental

sebagai

proses

perkembangan

hidup

alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan


lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut
kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan
sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan

bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi,


makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin
memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal
inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang
disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan
makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
Selain itu, Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang
gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di
semua bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam
bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip
belajar yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang
berarti, belajar tanpa ancaman yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk
belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif
sendiri, dan belajar untuk perubahan (Rumini,dkk. 1993).

DAFTAR PUSTAKA
Feist, J. Feist, G.J. 2010.Theories of Personality. Jakarta Selatan: Salemba
Humanika.
Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas
Muhammadyah Malang
Calvin S. H & Gardner L. Teori Perkembangan 2 : Teori-Teori Holistik.

Anda mungkin juga menyukai