Anda di halaman 1dari 4

Teori Carl Rogers ( Kepribadian Paradigma Humanistik) Paradigma Kognitif Terpusat Pada Diri bambang wagiman Oleh.

Bambang Wagiman,SPd.,SP.,MM. A. Pendahuluan Carl Rogers. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333). Pendekatan Fenomenologi dari Carl Rogers konsisten menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia memandang realita hidup secara subyektif (subyektif experience of reality). Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri, hakekat yang terdalam dari manusia adalah sifatnya yang bertujuan, dapat dipercaya, dan mengejar kesempurnaan diri (purposive, trusthworthy, self-perfecting). Carl Rogers orang yang pertama melibatkan penelitian kepada sesi terapi (memakai tape recorder). Dengan cara itu orang mulai belajar mengenai hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya. B. Hakekat Pribadi Fenomenologis Pendekatan humanistik sangat menghargai individu sebagai organisme yang potensial. Setiap orang memiliki potensi berkembang mencapai aktualisasi diri. Rogers mengemukakan 19 rumusan hakekat pribadi (self) sebagai berikut : 1. Organisme berada dalam dunia pengalaman yang terus menerus berubah, dimana dia menjadi titik pusatnya, 2. Organisme menanggapi dunia sesuai dengan persepsinya. 3. Organisme mempunyai kecenderungan pokok yakni keinginan unutk mengaktualisasi diri, memelihara, meningkatkan diri (self actualization-maintain-enhance). 4. Organisme mereaksi medan fenomena secara total. 5. Pada dasarnya tingkah laku merupakan usaha yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan mengaktualisasi diri-mempertahankan-memperluas diri, dalam medan fenomenanya. 6. Emosi akan menyertai tingkah laku yang berarah tujuan, sehingga intensitas (kekuatan) emosi tergantung kepada pengamatan subyektif seberapa penting tingkah laku itu dalam rangka aktualisasi diri-memelihara-mengembangkan diri. 7. Jalan terbaik untuk memahami tingkah laku seseorang adlah dengan memakai kerangka pandangan orang itu sendiri melalui (internal frame of reference); yakni persepsi , sikap dan perasaan yang dinyatakan dalam suasana yang bebas atau suasana terapi berpusat pada klien. Misalnya dalam hal ini tentang laporan diri seseorang (portofolio, riwayat hidup, dll) 8. Sebagian medan fenomeda secra berangsur akan mengalami deferensiasi, sebagai proses terbentuknya self. Self adalah kesadaran akan keberadaan dan fungsi diri, yang diperoleh melalui pengalaman dimana diri (I atau me) terlibat didalamnya baik sebagai subjek maupun obyek. 9. Struktur self terbentuk sebagai hasil interaksi organisme dengan medan fenomena, terutama interaksi evaluatif dengan orang lain. Struktur Self adalah suatu pengamatan yang bersifat uth, teratur, mudah bergerak (fluid) dan konsisten dengan gambaran I dan me dan nilai-nilai

lingkungan. 10. Apa bila terjadi konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan nilai-nilai baru, organisme akan meredakan konflik itu dengan (1) merefisi gambaran dirinya, serta mengaburkan (distortion) yang semula ada pada dirinya, atau dengan mendistorsi nilai-nilai baru yang akan diintrojeksi/diasimilasi. 11. Pengalaman-pengalaman yang terjadi pada diri seseorang akan diproses oleh kesadaran dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda, sebagai berikut: Disimbulkan (symbolized) diamati dan disusun dalam hubungannya dengan self, Dikaburkan (distorted) tidak ada hubungannya dengan struktur self. Diingkari atau diabaikan (denied atau ignore) Diingkari karena tidak konsisten dengan struktur dirinya dan diabaikan karena kesadaran tidak memperhatikan itu. 12. Umumnya tingkah lku konsisten dengan konsep self. Kalau premis ini benar, maka cara untuk merubah tingkah laku adalah adalah mengubah konsep self, sebagaimana dilakukan Rogers dalam terapinya. 13. Tingkah laku yang didorongkan oleh kebutuhan organis yang tidak dilambangkan, bisa tidak konsisten dengan self. Tingkah laku semacam itu biasanya dilakukan untuk memelihara gambaran diri (self image) dan tidak diakui sebagai milik atau bagian dari dirinya. 14. Salahsuai psikologis ( Psychological maladjusment) akibat adanya tension, terjadi apabila organisme menolak menyadari pengalaman sensorik yang tidak dapat disimbulkan dan disusun dalam kasatuan struktur-selfnya. 15. Penyesuaian psikologis (psychological adjusment) terjadi apabila organisme dapat menampung/mangtur semua pengalaman sensorik sedemikian rupa dalam hubungan yang harmonis dalam konsep diri. 16. Setiap pengalaman yang tidak sesuai dangan struktur self akan diamati sebagai ancaman (threat). Semakin kuat/rigid struktur selfnya, semakin banyak pengalaman yang dianggap ancaman karena tidak sesuai dengannya, sehingga semakin kuat pula sikap mempertahankan diri dari ancaman. Self kemudian manciptakan pertahanan diri dengan menolak pengalaman masuk kekesadaran. Semakin sering ini dipakai, self manjadi tidak salingsuai (incongruence): kehilangan hubungan dengan pengalaman nyata. Pertentangan antara self dengan realita semakin meningkatkan ketegangan psikologik yang menimbulkan salahsuai. 17. Dalam kondisi tertentu, khususnya dalam kondisi bebas dari ancaman terhadap struktur self (suasana terapi berpusat pada klien), 18. Apabila organisme mengamati dan menerima semua pengalaman-sensorik ke dalam sistem yang integral dan konsisten, maka dia akan mengerti dan menerima orang lain sebagai individu yang berbeda. 19. Semakin banyak individu mengamati dan menerima pengalaman sensorik ke dalam struktur selfnya, kemungkinan terjadi itrijeksi/revisi nilai-nilai semakin benar. C. Pokok-pokok Teori Carl Rogers a. Struktur kepribadian Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self. 1) Organime, mencakup :

a) Makhluk hidup Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat. b) Realitas subjektif Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benar-salah. c) Holisme Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri. 2) Medan fenomena (Phenomenal field) Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya. Beberapa diskripsi yang menjelaskan pengertian Medan Fenomena : a). Pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri), pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar); b). Meliputi pengalaman yang disimbolkan (symbolized) merupakan pengalaman disadari, Pengalaman yang disimbolkan tetapi diingkari atau terdistorsi (denied or distorted) merupakan pengalaman disadari, Pengalaman yang tidak disimbolkan atau diabaikan (ignored) merupakan pengalaman tidak disadari. c). Semua persepsi bersifat subyektif, benae bagi dirinya sendiri, d). Medan fenomena seseorang tidak dapat diketaui oleh orang lain, kecuali melalui melihat dari sudut pandang mereka (internal frame of reference) 3) Self Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah : a) terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu;. b) bersifat integral dan konsisten; c) menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman; d) dapat berubah karena kematangan dan belajar. b. Dinamika Kepribadian Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan fenomena sebagaimana medan fenomena itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137). Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu : 1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi. 2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri. 3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.

c. Perkembangan kepribadian Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial, sdan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh. Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut : 1) terbuka untuk mengalami (openess to experience); 2) hidup menjadi (existential living); 3) keyakinan organismik (organismic trusting); 4) pengalaman kebebasan (experiental freedom); 5) kreativitas (creativity) Daftar Pustaka Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang. Boeree, CG. (1997) .Personality Theories :Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. (Alih bahasa : Inyiak Ridwan Muzir). Yogyakarta : Primasophie.

Anda mungkin juga menyukai