. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-
kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress
pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan
Glaser, 2005).
B. Fungsi
1. Perkembangan Sensori
a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b. Meningkatkan perkembangan semua indra
c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d. Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2. Perkembangan yang intelektual
a. Memberikan sumber sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya kedalam
persepsi dan hubungan baru
f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan
realita.
3. Menurut usia
a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
Visual : dapat melihat dgn jarak dekat
Audio : berbicara dgn bayi
Taktil : memeluk, menggendong
Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.
b. Umur 2-3 bln
Visual : memberi objek terang, membawa bayi keruang yang berbeda
Audio : berbicara dengan bayi,memyanyi
Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
c. Umur 4-6 bln
Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton TV.
Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.
Kinetik : bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
Taktil : memberikan bayi bermain air.
d. Umur 7-9 bln
Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri.
Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan seperti mama, papa.
Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
e. Umur 10-12 bln
Visual : memperlihatkan gambar terang dalam buku.
Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya.
Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan
angin.
Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau didorong, seperti sepeda
atau kereta.
f. Umur 2-3 tahun
Paralel play dan sollatary play
Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering merusak
mainan)
Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
g. Preschool 3-5 thn
Associative play , dramatik play dan skill play.
Sudah dapat bermain kelompok
Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran.
h. Usia sekolah
Cooperative play
Kumpul prangko, orang lain.
Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
Dapat belajar dengan aturan kelompok
Laki-laki : Mechanical
Perempuan : Mother Role
B. Jenis Permainan
Jenis permainan ini adalah Games. Games adalah permainan yang menggunakan alat tertentu
yang menggunakan perhitungan / skor.
C. Tujuan
1. Umum :
Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia sekolah (6 -12 tahun) selama
kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat bermain sambil belajar mengenal tanda umum
anak bergizi baik.
2. Khusus :
Bagi anak:
Dapat mengatur strategi dan kecermatan.
Dapat mengenal tanda tanda anak bergizi baik
Dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
Dapat berlatih bersosialisasi
Dapat berlatih bersikap sportif
Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan ular tangga dan
menghitung titik titik yang terdapat pada dadu.
Bagi perawat:
Membangun trust antara pasien anak dan perawat
Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 6-12 tahun
Mampu mengenal karakter tiap anak usia 6-12 tahun
D. Sasaran
Kriteria Klien
1. Anak yang berumur usia sekolah ( 6-12tahun )
2. Anak kooperatif
3. Anak dengan komunikasi verbal baik
4. Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain
Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit,
anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah,
takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya
pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti
pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi
juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli saraf bernamaIan
Robertson, puzzel dapat meningkatkan kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga
dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010)
Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M. Djamil Padang diruangan anak kronis
dan akut didapatkan jumlah anak usia toddler (3-5 tahun) sebanyak 15 oranganak. Anak-anak
pada dapat memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang bisa
melatih kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk menyelesaikan gambar yang bisa
menjadi sesuatu yang menarik seperi binatang atau orang
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang
diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah
sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti
bermain dalam puzzel gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam
meletakkan gambar yang telahdi bongkar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas dan
kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit
dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
a) Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
b) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
c) Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
d) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
e) Beradaptasi dengan lingkungan
f) Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Bermain puzzel
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri
untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa
Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana
yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media
puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika
anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan
pasangannya.
B. Tujuan Bermain puzzel
Tujuan brmain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak
tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
C. Fungsi Bermain Puzzel
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi
otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan
sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak
membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan
membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan
masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat
mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan
semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang
lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan
masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social
yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk
meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam
bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan
belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur
tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya
dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil
mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa
perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai
moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua
dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk
menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui
kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan
membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk
bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan
kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang
efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh
karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas
bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
D. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari
apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari
orang lain.
a) Bermain aktif
Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak
memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba,
menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
Dll.
Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau
dengan teman-temanny
Bermain bola, tali, dan sebagainya
b) Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Bermain pasif
ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b) Mendengarkan cerita atau musik
c) Menonton televisi
d) Dll
e)
b. Usia 13 24 bulan
Tujuannya adalah :
Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
Memperkenalkan sumber suara.
Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
Melatih imajinasinya.
Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah,
sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku
bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
c. Usia 25 36 bulan
Tujuannya adalah ;
Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
Mengembangkan keterampilan berbahasa.
Melatih motorik halus dan kasar.
Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan
warna).
Melatih kerjasama mata dan tangan.
Melatih daya imajinansi.
Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
Alat-alat untuk menggambar.
Lilin yang dapat dibentuk
Pasel (puzzel) sederhana.
Manik-manik ukuran besar.
Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
Bola.
d. Usia 32 72 bulan
Tujuannya adalah :
Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
Mengembangkan kemampuan berbahasa.
Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).
Membedakan benda dengan permukaan.
Menumbuhkan sportivitas.
Mengembangkan kepercayaan diri.
Mengembangkan kreativitas.
Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.
Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai
terapung dan tenggelam.
Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
K. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit
Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-5 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Tanggal / Jam : Hari / Tanggal : Kamis / 28 mei 2015
Jam / Durasi : Pkl. 10.00 sd selesai
Tempat Bermain : Ruang pertemuan lantai 1
Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang anak
kronik yang memenuhi kriteria :
Anak usia 3 5 tahun
Tidak mempunyai keterbatasan fisik
Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari :
Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 4 orang didampingi keluarga
Target : 4 orang
Sarana dan Media
Sarana:
- Ruangan tempat bermain
- Tikar untuk duduk
Media:
Gambar yang belum disusun
Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 16 orang dan 1 orang observer dengan
susunan sebagai berikut:
Co leader : Dhira Andriani
Leader : Elsa Nowesti
Observer : Ivanny Leoni
Fasilitator : Hayatunnupus Haqiqi
Dwi fuji Setia Ningsih
Dini Nasrilla
Sarah Nikita Nepu
Refi Iqbal
Desi Oktavia Rini
Pembagian Tugas :
7. Peran Leader
Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi
dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
8. Peran Co Leader
Mengidentifikasi issue penting dalam proses
Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan dating
Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
9. Peran Fasilitator
Mempertahankan kehadiran peserta
Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam
kelompok
10. Peran Observer
Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
Setting Tempat
Keterangan
= Observer = Fasilitator
= Co Leader = Leader
Susunan Kegiatan
Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
Alat-alat yang digunakan lengkap
Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya adalah
puzzrl. Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa
Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana
yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media
puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika
anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan
pasangannya.
Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat
tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting dari
stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang
dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan
trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus untuk
melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena
dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak
walaupun dirumah sakit.
b. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan
intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar
yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan
sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak
membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang
ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan
membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan
masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat
mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan
semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang
lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan
masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social
yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk
meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk
objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu
alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah
laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang
lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak
tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya
sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya
menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan
negatif dari perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru.
Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain
anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana
yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap
tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia
toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai
moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua
untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral,
seperti baik/buruk atau benar/salah.
7. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak
dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat
dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama
melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan
teman kelompok bermainnya.
c. Klasifikasi Bermain
1. Berdasarkan Isi Permainan
a. Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan
orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah
Cilukba, berbicara sambil tersenyum dan tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi
untuk menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi
akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya misalnya dengan tersenyum,
tertawa, dan mengoceh.
b. Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya
mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan
atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan
menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-
mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan
semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang
dilakukannya sehingga susah dihentikan
c. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak, khususnya
motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil,
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda.
Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di
lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
d. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau
dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional
maupun yang modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
e. Unoccupied behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit,
bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi,
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di
sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan
asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut .
f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain
melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu
guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain
dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka
tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .
b. Reaksi Hospitalisasi
1. Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga,
kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan
2. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok
sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik
3. Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal
BAB III
KEGIATAN BERMAIN
A. Rancangan bermain
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini bertema Cepat sembuh dengan banyak
minum. Kegiatan ini terdiri dari 3 sesi yaitu : pada sesi pertama tentang pemaparan cerita
mengunakan boneka tangan yang menceritakan tentang pentingnya mengkonsumsi banyak air
bagi penderita DHF. Pada sesi kedua, peserta diajak untuk berlomba menghabiskan air mineral
yang disediakan oleh kelompok. Pada sesi ketiga, anak diajak untuk mewarnai gambar buah-
buahan yang sudah disediakan. Pemilihan warna pada sesi ktiga ini tidak dibatasi. Kemudian
gambar yang telah selesai diwarnai, diberikan tali untuk digantung ditempat tiap tidur anak.
C. Sasaran
a. Kelompok usia : Preschool ( >3 tahun sampai 6 tahun)
School (> 6 tahun sampai 12 tahun)
b. Jumlah anak : 4 orang
c. Kriteria anak : 1. Anak usia Preschool ( >3 tahun sampai 6 tahun) dan School (> 6
tahun sampai 12 tahun)
2. Anak dengan DHF yang tidak bedrest
3. Anak yang tidak memiliki masalah intoleransi aktivitas
D. Waktu Pelaksanaan
a. Hari / Tanggal : Kamis, 20 Januari 2011
b. Waktu : Pukul 10.00 s/d 11.00
c. Tempat : Ruang rawat inap anak RSUD Budi Asih Lantai 6 Timur
Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak, yaitu pada saat anak tersebut
sedang santai, atau tidak pada waktu makan dan tidur, misalnya pada pagi hari sekitar
pukul 10.00 atau pada sore hari sekitar pukul 15.00. Durasi atau lamanya bermain adalah
sekitar 40 menit untuk menghindari anak merasa bosan dengan permainan tersebut.
E. Pengorganisasian
1. Leader : Silva Roslina Niode, S.Kep
2. Co Leader : Dedi Prihartono, S.Kep
3. Observer : Ririn Syahrain, S.Kep
4. Fasilitator : Diah Kurnisari, S.Kep
Refina Anggraini Pertiwi, S.Kep
F. Pembagian Tugas
1. Leader : Dedi Prihartono, S.Kep
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi
dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Co Leader : Silva Roslina Niode, S.Kep
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan dating
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Fasilitator : Diah Kurnisari, S.Kep
Refina Anggraini Pertiwi, S.Kep
Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam
kelompok
4. Observer : Ririn Syahrain, S.Kep
Peran Observer
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
G. Setting Tempat
Keterangan :
: Pemain
: Fasilitator
: Observer
: Anak
: Anak
H. Hambatan
Hambatan yang mungkin ditemui dalam permainan ini, antara lain :
Anak tidak mau bermain karena sakit yang dia rasakan
Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tuanya
Anak merasa bosan dengan permainan yang diberikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan kemampuan
fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak, dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya
sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak
adalah suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang diasakan
oleh anak. Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa
terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat tumbuh
dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus
yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga
harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma yang
akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan
tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak hospitalisasi
dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi
bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walau
8.0 Kesimpulan
Sebagaimana yang telah dihuraikan, intervensi merupakan suatu teknik
kanseling yang digunakan dalam sesi terapi. Terapi untuk kanak-kanak adalah
berlainan dengan remaja dan orang dewasa. Ini kerana kanak-kanak masih kurang
matang serta menghadapi masalah kekurangan perbendaharaan kata yang cukup
untuk menjelaskan gangguan mental dan emosi yang abstrak.
Oleh itu, kemahiran melaksanakan intervensi kanak-kanak melibatkan pelbagai
jenis kemahiran komunikasi. Antaranya ialah kemahiran bermain, bercerita, melukis,
bermain alat muzik dan menyanyi. Ini adalah kerana kanak-kanak mudah
menggunakan media main, cerita, lukisan dan alat muzik untuk menggambarkan
pemikiran dan emosi secara semulajadi. Melalui aktiviti-aktiviti bermain, bercerita,
melukis dan bermain alat muzik, terapis dapat menghayati dunia dalaman kanak-
kanak dengan lebih tepat lagi, mendianogsis punca gangguan mental dan emosi
mereka dan seterusnya menggunakan kemahiran pelaksanaan intervensi kaunseling
untuk membimbing kanak-kanak kea rah menyelesaikan masalah yang dihadapi.