Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TERAPI BERMAIN SESUAI USIA

DOSEN PENGAMPU :
GUSTI LESTARI HANDAYANI, A.Per.Pend, M.Kes

OLEH :
ASNI YASTUTI

PROGRAM STUDI RPL JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2020
TERAPI BERMAIN (PLAY THERAPY)

A. Definisi Terapi Bermain


Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak.
Terapi Bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh
terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan
psikososial, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal melalui eksplorasi
atau ekspresi diri.
Teknik bermain adalah stimulasi yang sangat tepat bagi anak. Teknik bermain sebagai
suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik,
intelektual, sosial, moral dan emosional (Andriana, 2011). Tehnik bermain merupakan
kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, emosi,
intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan bermain anak dapat mengenal
lingkungan, berinteraksi, sertamengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik.
(Adriana, 2011).

B. Tujuan Terapi Bermain


Tujuan terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi
tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya melalui
cara yang menyenangkan.
Kategori bermain :
1. Bermain bebas
Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa
mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.
2. Bermain terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan di pandu oleh orang dewasa. Kategori ini
membatasi dan meminimalkan daya cipta anak.
Dua kategori ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara seimbangkan memberikan
kontribusi untuk mencerdaskan anak. (Adriana, 2011).
Ciri-ciri Bermain :
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
Ada bebarapa jenis permainan dari isi permainan manapun karakter sosialnya.
Berdasarkan isi permainan, ada sosial affectif play, sense-pleasure play, skillplay, games,
unoccupied behavior, dan dramatic play. Apabila di tinjau dari karakter, ada sosial
onlocker play, solitary play, parallel play (Andriana, 2011).
Klasifikasi terapi bermain :
1. Berdasarkan isi permainan.
a) Sosial affectif play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan dan orang lain. Misal, permainan “ciluk ba” berbicara sambil
tersenyum atau tertawa, memberikan tangan kepada anak untuk
menggenggamnya. Anak akan mencoba berespon terhadap tingkah laku orang
tuanya atau orang dewasa tersebut dengan tersenyum dan tertawa.
b) Sense pleasure play
Permainan ini menggunakan alat permainan yang menyenangkan pada anak
dan mengasyikkan misalnya dengan menggunakan air, anak akan memindah-
mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak
akan semakin lama semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini
sehingga susah untuk dihentikan.
c) Skill play
Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan halus.Keterampilan tersebut di peroleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan. Semakin sering melakukan kegiatan, anak akan
semakin terampil. Misalnya, anak akan terampil memegang benda-benda
memindahkan benda dari satu tempat ke tempatyang lain.
d) Games
Games anak dan permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan dan skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya.
e) Unoccupied behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, namun anak terlihat mondar
mandir, tersenyum, tertawa, membungkuk memainkan, kursi atau apa saja yang
ada di sekelilingnya. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya.
f) Dramatic play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainannya. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan
di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting
untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.
2. Berdasarkan karakter sosial
a) Social onlocker play
Pada permainan ini anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain,
tanpa ada insiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Anak tersebut
bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang di
lakukan temannya.
b) Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan
tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja
sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.
c) Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan permainan yang sama, terapi
dengan satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi kontak satu sama lain.
Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d) Associative play
Pada permainan ini terjadi komunikasi antara anak satu dengan anak lain, tetapi
tidak terorganisasi, tidak ada yang memimpin permainan, dan tujuan permainan
tidak jelas. Contoh bermain boneka, masak-masakan, hujan-hujanan.
e) Cooperative play
Pada permainan ini terdapat aturan permainan dalam kelompok, tujuan dan
pemimpin permainan. Pemimpin mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk
bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang di harapkan dalam
permainan, misalnya bermain bola.
Tahap perkembangan bermain :
1. Tahap eksplorasi merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap permainan. Setelah tahu cara bermain,a nak mulai masuk dalam tahap
perminan.
3. Tahap bermain sungguhan. Anak sudah ikut dalam permainan.
4. Tahap melamun merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.
Karakteristik bermain sesuai tahap perkembangan :
1. 1 BULAN
VISUAL : Lihat dengan jarak dekat
Gantungkan benda yang terang dan menyolok
AUDITORI : Bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
TAKTIL : Memeluk, menggendong, memberi kesenangan.
KINETIK : Mengayun, naik kereta dorong.
2. 2-3 BULAN
VISUAL : Buat ruangan menjadi tenang, gambar, cermin ditembok.
Bawa bayi ke ruangan lain.
Letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
AUDITORI : Bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam pertemuan
keluarga.
TAKTIL : Memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut, gosok
dengan lotion/bedak.
KINETIK : Jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air
3. 4-6 BULAN
VISUAL : Bermain cermin, anak nonton TV
Beri mainan dengan warna terang
AUDITORI : Anak bicara,ulangi suara yang dibuat, panggil nama.
Remas kertas didekat telinga, Pegang mainan bunyi.
TAKTIL : Beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur
KINETIK : Bantu tengkurap, sokong waktu duduk
4. 6-9 BULAN
VISUAL : Mainan berwarna,bermain depan cermin,”ciluk ….ba”.
Beri kertas untuk dirobek-robek.
AUDITORI : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan bagian tubuh,
Beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
TAKTIL : Meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir
Berenang.
KINETIK : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk mengambilnya.
5. 9-12 BULAN
VISUAL : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai tempat
Bermain bola, Tunjukkan bangunan agak jauh.
AUDITORI : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan,
Kenalkan dengan suara binatang
TAKTIL : Beri makanan yang dapat dipegang
Kenalkan dingin, panas dan hangat.
KINETIK : Beri mainan
6. Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan
a) Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b) Buku dengan gambar menarik
c) Balon, cangkir dan sendok
d) Boneka bayi
e) Mainan yang dapat didorong dan ditarik
7. TODLER (2-3 TAHUN)
a) Mulai berjalan, memanjat, lari
b) Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
c) Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu
d) Perhatiannya singkat
e) Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
f) Karakteristik bermain “Paralel Play”
g) Toddler selalu brtengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu
h) Senang musik/irama
8. Mainan Untuk Toddler
a) Mainan yang dapat ditarik dan didorong
b) Alat masak
c) Malam, lilin
d) Boneka, Blockies, Telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat dipukul,
krayon, kertas.
9. PRE-SCHOOL
a) Cross motor and fine motors
b) Dapat melompat, bermain dan bersepeda.
c) Sangat energik dan imaginative
d) Mulai terbentuk perkembangan moral
e) Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
f) Karakteristik bermain
g) Assosiative play
h) Dramatic play
i) Skill play
j) Laki-laki aktif bermain di luar
k) Perempuan didalam rumah
10. Mainan untuk Pre-school
a) Peralatan rumah tangga
b) Sepeda roda Tiga
c) Papan tulis/kapur
d) Lilin, boneka, kertas
e) Drum, buku dengan kata simple, kapal terbang, mobil, truk
11. USIA SEKOLAH
a) Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin.
b) Dapat belajar dengan aturan kelompok.
c) Belajar Independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
d) Karakteristik “Cooperative Play”
e) Laki-laki : Mechanical
f) Perempuan : Mother Role.
12. Mainan untuk Usia Sekolah
a) 6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis,
mencatat, sepeda.
b) 8-12 tahun : Buku,mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu,
olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak:
1. Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan
dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan
banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.
2. Intelegensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang
kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang
bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka,
misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan yang bersifat
intelektual.
3. Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan
banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari atau kegiatan fisik yang lain.
Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-
laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi
anak yang lembut dan bertingkah laku halus.
4. Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan waktu,
peralatan bermain dan ruang bermain bagi anak akan menimbulkan aktivitas bermain
anak berkurang.
5. Status Sosial Ekonomi
Anak yang dibesarkan di keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih
banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak yang
dibesarkan di keluarga yang status sosial ekonominya rendah.
Pengaruh bermain bagi perkembangan anak :
1. Bermain dapat mempengaruhi perkembangan fisik anak.
2. Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak.
3. Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak.
4. Bermain dapat mempengaruhi kreativitas anak.
5. Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak.
6. Bermain dapat digunakan sebagai terapi.

C. Penggunaan Terapi Bermain Sebagai Teknik Psikoterapi


1. Nilai Terapi dari permainan
Saat anak mengeluarkan perasaannya melalu permainan, maka mereka
membawa perasaan tersebut kedalam tingkatt kesadaran, sehingga akhirnya mereka
akan terbuka menerima dan belajar mengendalikan atau menolaknya. Bentuk-bentuk
permainan untuk mengekspresikan diri dapat berupa :
a) Mainan kehidupan nyata
Boneka yang terdiri atas keluarga, boneka rumah-rumahan, binatang peliharaan
atau tokoh kartun dapat menjadi media untuk mengekspresikan perasaan secara
langsung.
b) Mainan pelepas agresivitas-bermain peran
Klien dapat mengkomunikasikan emosi yang terpendam melalui mainan atau
materi seperti karung tinju, boneka tentara, boneka dinosaurus, dan hewan buas,
pistol dan pisau mainan, boneka orang dan balok kayu.
c) Mainan pelepas emosi dan ekspresi kreativitas
Klien dapat mengekspresikan emosi atau kreativitasnya melalui mainan atau materi
seperti balok kayu, lilin, pasir dan air.
2. Kepada siapa terapi bermain diberikan
Terapi bermain dapat dipakai sebagai asesmen maupun sebagai terapi. Terapi
bermain dapat diberikan kepada anak yang :
a) Mempunyai pengalaman diperlakukan dengan kejam dan diabaikan
b) Gangguan emosi dan skizofren
c) Takut dan cemas
d) Mengalami masalah penyesuaian sosial
e) Kesulitan bicara
f) Anak penyandang autism.
3. Proses terapi bermain
Menggambarkan lima tahap dimana dimana anak yang mengalami gangguan
emosi berkembang menuju ekspresi diri dan kesadaran diri dalam proses terapi
permainan :
a) Emosi negatif terekspresikan secara menyebar ditempat klien bermain. Misalnya,
ekspresi dari reaksi terhadap kekerasan tersebar pada ruang bermain, alat
permainan, atau pada terapis
b) Anak mengekspresikan emosi yang bertentangan, misalnya antara kecemasan
dengan kekasaran
c) Anak lebih fokus dalam mengekspresikan emosi negatif, misalnya pada orang tua,
diri sendiri atau orang lain dalam hidupnya
d) Emosi dan sikap yang bertentangan negatif dengan positif, kembali terjadi dengan
fokus pada orang tua, diri sendiri atau orang lain
e) Anak mengekspresikan pemahaman atas emosi negatif ataupun positif yang ada
pada dirinya dengan jelas, terbedakan, terpisah, dan realistik dengan sikap positif
yang lebih dominan.
DAFTAR PUSTAKA

Lovinger, Sophie L. Child Psychotherapy: From Initial Therapeutic Contact to Termination.


New Jersey: Jason Aronson, Inc., 1998

Chethik, Morton. Techniques of Child Therapy. 2nd edition. New York: The Guilford Press,
2000

Whaley and Wong. Nursing Care infants and children. Fourth Edition, Mosby Year
`Book,Toronto Canada, 1991

Hurlock E B. 1991. Perkembangan Anak Jilid I. Erlangga Jakarta.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai