Anda di halaman 1dari 16

SAP TERAPI BERMAIN DI RUANGAN THALASEMIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

Ade irmawan

Adi joko dwiarso

Afri aldo

Aina Mardiah

Alda depi arie

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

2023
BAB I
PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Terapi Bermain


A. Pengertian
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan
berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono,2000).
B. Klasifikasi Bermain
1. Berdasarkan Isi Permainan
a. Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan
kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain.
Permainan yang biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara sambil tersenyum dan
tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya, tetapi
dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba
berespons terhadap tingkah laku orang tuanya misalnya dengan tersenyum, tertawa,
dan mengoceh.
b. Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada
anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan
membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya
dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-
macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat
lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin asyik bersentuhan dengan
alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga susah
dihentikan
c. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang
benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan
anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui
pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan. Semakin sering melakukan
latihan, anak akan semakin terampil.
d. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu
yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak
sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang
sifatnya tradisional maupun yang modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle,
dan lain-lain.
e. Unoccupied behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di
sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan
situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat
permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya tersebut .
f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai
orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang
dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia
tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara
mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses
identifikasi anak terhadap peran tertentu.
2. Berdasarkan Karakter Social
a. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak
tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang
dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan
tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja
sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi
antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga
antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya
permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associativeplay
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan,
dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka,
bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan
mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan
sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh
anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan
permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
C. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris- motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan
prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun
halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya
melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak
melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan
aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan
prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain,
anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak
akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan
etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut
mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap
tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi
anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena
itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas
bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
7. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain,
termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat
mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan
selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan
orang tua dan teman kelompok bermainnya.

D. Manfaat Terapi Bermain


1. Mengembangkan rasa percaya diri anak pada kemampuannya.
2. Menumbuhkan empati, rasa hormat, dan menghargai orang lain.
3. Meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri dan keterampilan sosial.
4. Belajar untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat.
5. Mengasah kemampuan untuk memecahkan masalah lebih baik.
6. Melatih anak untuk bertanggung jawab atas perilakunya.

E. Kekurangan Terapi Bermain


Terapi bermain kurang efektif jika dilakukan pada anak yang pendiam atau pasif
karena mereka akan sangat sulit untuk diajak bermain oleh terapis. Proses dan lamanya
terapi bervariasi tiap anak dan kasus, dari beberapa minggu sampai 1 atau 2 tahun.
Untuk mengakhiri treatmen, alangkah baiknya terapis mengajak anak membuat suatu
acara khusus sehingga anak tidak mengalami kesedihan atau kekecewaan karena
kehilangan suasana yang sudah dia dapatkan. Terapis juga dapat memberikan bingkisan
dari hasil treatment, atau foto bersama.
F. Faktor Yang Mempengaruhi Terapi Bermain
1. Prasarana
2. Waktu Khusus Terapi Bermain
3. Usia Anak
4. Kondisi anak.
5. Ketergantungan anak terhadap orang tua.

G. Kesimpulan
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Manfaat bermain adalah untuk
perkembangan aspek fisik, perkembangan aspek motorik kasar dan halus, perkembangan aspek
sosial, perkembangan aspek emosi atau kepribadian, perkembangan aspek kognisi, mengasah
ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan anak yang acuh tak acuh
terhadap kejadian disekelilingnya, sebagai media terapi, selama bermain perilaku anakanak akan
tampil bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.
2. SAP ( SATUAN ACARA PENYULUHAN)
A. Judul Permainan : Terapi Bermain Tebak Gambar
B. Karakteristik Peserta : Usia 6 – 13 Tahun
C. Strategi Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu
1 Persiapan
. 5 menit
a.Menyiapkan ruangan
b.Menyiapkan alat
c.Menyiapkan peserta
2 Pembukaan 5 menit
. a. Perkenalan dengan anak dan keluarga
b. Anak yang akan bermain saling berkenalan
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
d. Menanyakan kesetujuan/ kesiapan anak dan keluarga
3 Kegiatan
. a. Anak diminta untuk memilih gambar yang akan disusun 10 menit
tebak
b. Anak diminta untuk menyusun gambar yang sudah
disediakan.
c. Setelah selesai menebak dan memilih tema , anak diminta
bertukar dengan temannya dan membantu temannya
menebak gambar.
d. Setelah selesai menebak gambar , anak diberi pujian dan
diberikan hadiah sesuai hasil kerja kerasnya untuk dibawa
pulang.
4 Penutup 5 menit
.
Memberikan reward pada anak atas hasil karyanya. Menanyakan
perasaan anak dan keluarga
Menutup kegiatan terapi bermain.

H. Metode
Menebak gambar dan kata- kata
I. Media dan Keterampilan yang diperlukan
Gambar ditebak dengan kata-kata dan anak mampu menebaknya dengan benar
J. Waktu Pelaksanaan
Terapi bermain akan dilaksanakan pada;
Hari : Rabu
Tanggal : 29 Maret 2023
Pukul : 10.00 WIB
K. Proses Bermain

1. Fase orientasi

a. Leader : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan anggota kelompok lain
peserta memperkenalkan diri satu persatu, menjelaskan tujuan dan aturan bermain

b. Tujuan : Tujuan dari program bermain ini supaya anak dapat bersosialisasi dengan
orang lain dan dapat mengekspresikan imajinasi anak

2. Fase kerja

a. Leader berdiri di depan


b. Leader mengatur posisi klien
c. Fasilitator menyiapkan peralatan bermain
d. Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama program bermain
3. Fase terminasi

a. Evaluasi respon subjektif leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti


program

b. Evaluasi respon objektif observer mengobservasi perilaku peserta selama kegiatan


terkait dengan tujuan

c. Tindak lanjut, menganjurkan kepada masing-masing anak untuk menyebutkan


puzzle yang telah disusun

L. Hal-hal yang perlu diwaspadai


Dalam terapi bermain yang perlu diwaspadai adalah keamanan dalam permainan dan
kenyamanan anak selama mengikuti terapi bermain.
M. Antisipasi meminimalkan hambatan
Dalam meminimalkan hambatan, fasilitator mempersiapkan semua yang dibutuhkan
dalam terapi bermain terkait dengan peralatan yang akan digunakan, kemudian mendampingi
anak selama mengikuti terapi bermain serta melibatkan orang tua dalam permainan.
N. Pembagian Tugas
1. Penanggung jawab : Afri Aldo
Tugas : Bertanggung jawab terhadap jalannya kegiatan terapi bermain

2. Pemimpin : Adi joko dwirso


Tugas :
● Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kerah tujuan
dengan memberi motivasi dan arahan kepada anggota untuk
terlibat dalam kegiatan.
● Pengambil keputusan hasil diskusi dari anggota

3. Moderator : Alda depi arie


Tugas :
● Membuka kegiatan terapi bermain
● Memimpin jalannya kegiatan terapi bermain
● Menutup kegiatan terapi bermain

4. Fasilitator : Aina Mardiah


Tugas :
● Mempertahankan kehadiran peserta
● Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
● Menyiapkan bahan untuk bermain
5. Observer : Ade irmawan
Tugas :
• Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non
verbal
• Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan
perilaku
• Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain.
O. Evaluasi
1. Struktur
a. Media yang digunakan dalam kegiatan terapi bermain semuanya lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Proses
a. Terapi bermain dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak ada hambatan saat melakukan terapi bermain
d. Semua anggota kelompok dapat bekerjasama dan bekerja sesuai tugasnya.
3. Hasil
a. Anak dapat meningkatkan kemampuan kognitif dengan menyusun puzzle
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orangtua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f. Orangtua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
BAB II
KONSEP TEORITIS
I. Konsep Dasar Bermain tebak gambar
A. Pengertian
Tebak Gambar berawal dari ide Lukis Cindera Wiwitan ketika masih duduk
di bangku Sekolah Dasar, kala itu permainan ini dituangkan dalam media buku gambar.
Ia mendapatkan inspirasi dari permainan asah otak yang sering ia mainkan di suatu
majalah. Pada masa kuliah secara tidak sengaja ia menemukan kembali buku Tebak
Gambar yang pernah ia buat. Kemudian, ia menjadikan buku Tebak Gambar menjadi
konten digital di media sosial.
Satu tahun kemudian, Irwanto Widyatri menawarkan permainan Tebak
Gambar menjadi permainan yang dapat diunduh pada gawai dengan sistem
operasi Android. Tak beberapa lama setelah dirilis, Tebak Gambar tersedia bagi
pengguna gawai dengan sistem operasi iOS oleh Allen Wijaya. Sampai saat ini, Tebak
Gambar telah diunduh lebih dari 10 juta pengguna gawai.
`Alur permainan Tebak Gambar tidak menggunakan kontrol ataupun
mekanik. Pemain akan disajikan soal dan kemudian pemain diminta untuk menjawab soal
tersebut. Soal Tebak Gambar berisi tentang kombinasi beberapa gambar yang apabila
dirangkai dapat menjadi sebuah kata atau frasa.
Permainan Tebak Gambar terdiri dari beberapa tingkatan, di mana pada
setiap tingkatan memiliki 20 soal permainan asah otak. Selama bermain, pemain akan
diberikan 5 kesempatan (nyawa) serta 5 bantuan (hint). Setiap kesalahan akan
mengurangi satu nyawa. Apabila nyawa dalam permainan Tebak Gambar sudah habis,
maka pemain harus mengulang level tersebut dari soal pertama atau titik cegatan (check
point) yang berada pada soal kesepuluh pada setiap tingkatan. Tantangan pada permainan
ini adalah ketika pemain mulai menjawab soal pada soal ke-20 akan ada batasan waktu
sekitar 1 menit yang memaksa pengguna untuk menjawab soal tersebut dengan cepat dan
tepat.
B. Tujuan Penggunaan Media Tebak Gambar
Anak usia dini belajar melalui bermarin. Penggunaan media tebak gambar terhadap
anak yang diberikan dapat memberikan simbol dan pengetahuan karena anak usia dini
belum dapat berfikir abstrak sehingga harus diberikan pengalaman secara langsung atau
berikan benda konkrit.Sunarti mengatakan tujuan penggunaan media tebak gambar yaitu:
1. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak dalam memperoleh
pengetahuan, kamampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan
logika akan ruang dan waktu dan kemampuan berpikir teliti. Saat anak mampu
berpikir logis diharapkan dapat memiliki pemahaman yang baik terhadap
informasi (dalam hal ini gambar yang disajikan), mampu membandingkan dan
membedakan. Pada akhirnya anak akan belajar memahami isi gambar yang
ditampilkan
2. Anak dapat memahami berbagai konsep pengetahuan dari gambar yang
ditampilkan. Konsep bentuk, warna dan ukuran, konsep matematika sederhana
maupun konsep sains sederhana.
3. Mengetahui manfaat dan proses terjadinya sesuatu atau cara pembuatannya.
4. Melatih kemampuan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan sederhana. Dari
kemampuan ini tumbuh kemampuan penalaran dalam bahasa lisan sedehana.

C. Macam-macam Puzzle
 Unoccupied behavior, Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, namun
anak terlihat mondar mandir, tersenyum, tertawa, membungkuk memainkan,
kursi atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak tampak senang, gembira, dan
asyik dengan situasi serta lingkungannya.
 Dramatic play Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain
melalui permainannya. Apabila anak bermain dengan temennya, akan
terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru.
Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.
2. Berdasarkan karakter sosial
 Sosial onlocker play Pada permainan ini anak hanya mengamati temennya
yang sedang bermain, tanpa ada insiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan. Anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan
terhadap permainan yang sedang di lakukan temennya.
 Solitary play Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
yang digunakan temennya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi
dengan teman sepermainannya.
 Parallel play Pada permainan ini, anak dapat menggunakan permainan yang
sama, terapi dengan satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi kontak satu
sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
 Associative play Pada permainan ini terjadi komunikasi antara anak satu
dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada yang memimpin
permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh bermain boneka,
masak-masakan, hujan-hujanan.
 Cooperative play Pada permainan ini terdapat aturan permainan dalam
kelompok, tujuan dan pemimpin permainan. Pemimpin mengatur dan
mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan
tujuan yang di harapkan dalam permainan. Misalnya bermain bola.

D. Manfaat Puzzle
Tehnik bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan
bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi
dan imajinasi dengan baik. (Adriana, 2011).

E. Langkah – langkah Penggunaan Media Puzzle


Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, melalui
bermain anak belajar mengenal lingkunganya. Kegiatan yang menyenangkan juga dapat
meninggatkan aktivitas sel otak secara aktif, dalam proses pembelajaran yang dilakukan
dukelas digunakannya suatu alat bantu atau media pembelajaran sebagai alat
menyampaikan informasi,misalnya dengan menggunakan media puzzle. Yulianti
mengatakan terdapat langkah-langkah penggunaan media puzzle yaitu sebagai berikut:
1. Pilih gambar yang akan ditebak
2. Letakan di salah satu kepala lawan menebak gambar
3. Kemudian berikan klu sesuai gambar aga kawan mudah menebak gambar
F. Kesimpulan
1. Bertujuan agar anak anak mampu bermain tebak gambar dengan baik.
2. Dapat mengasah otak motoric anak.
3. Melatih koordinasi mata dan tangan.
4. Serta menambah pengetahuan bagi anak anak sehingga anak anak mampu
berinteraksi dengan baik terhadap keadaan disekitar.

Anda mungkin juga menyukai