Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh

kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi

pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,

emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena

dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu,

jarak serta suara.

Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap

dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah

sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti

marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi

yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.

Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang

dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya

pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase

pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat

beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan

kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga

terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu

anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap


sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan

serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa

kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth

B Hurlock, 2009).

B.     Tujuan

1.      Tujuan Umum

Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas

dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif.

2.      Tujuan Khusus

Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:

a)      Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya

b)      Mengembangkan keterampilan mendengar dan membuat klasifikasi.

c)      Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan.

d)     Beradaptasi dengan lingkungan.

e)      Mempererat hubungan antara perawat dan anak.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau

mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,

mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat

yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun

mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).

B.     Tujuan Bermain

Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan

imajinasi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan

keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun

mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak

tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

C.    Fungsi Bermain

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,

perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan

kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

1.     Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen

terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan

fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan

kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah

yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2.   Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala

sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,

tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk

memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas

dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui

eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya

pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi

seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.

3.    Perkembangan Social

Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan

lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.

Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social

dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas

bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan

belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada

anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah

adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan

keluarga.

4.    Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya

kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain,

anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan

membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk

semakin berkembang.
5.    Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur

mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan

membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba

peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya,

jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar

mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran

orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan

kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap

orang lain.

6.    Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang

tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan

untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan

dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.

Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar

membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab

atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman

merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain

adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang

yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan

prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral

dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua
untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai

moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

D.    Katagori Bermain

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif

dan  yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh

dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan

dari orang lain.

1.     Bermain aktif

a)   Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)

Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan

tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi

mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.

b)   Bermain konstruksi (construction play)

Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-

rumahan, dan lainnya.

c)    Bermain drama (dramatik play)

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-

saudaranya atau dengan teman-temannya, bermain bola, tali, dan sebagainya

2.     Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Bermain

pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu

untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contohnya:

a)      Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah

b)      Mendengarkan cerita atau musik

c)      Menonton televisi


E.     Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1.     Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

2.     Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

3.    Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada

keterampilan yang lebih majemuk.

4.    Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain. Jangan

memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

F.     Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia

1.      Usia 0 – 12 bulan

Tujuannya adalah sebagai berikut:

a)     Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,

menggenggam.

b)      Melatih kerjasama mata dan tangan.

c)      Melatih kerjasama mata dan telinga.

d)     Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

e)      Melatih mengenal sumber asal suara.

f)       Melatih kepekaan perabaan.

g)      Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :

a)      Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

b)      Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

c)      Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

d)     Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

e)      Alat permainan berupa selimut dan boneka.


2.      Usia 13 – 24 bulan

Tujuannya adalah :

a)      Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

b)      Memperkenalkan sumber suara.

c)      Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

d)     Melatih imajinasinya. 

e)      Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan

yang menarik

Alat permainan yang dianjurkan:

a)      Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

b)      Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.

c)      Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak

mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,

kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil

berwarna.

3.      Usia 25 – 36  bulan

Tujuannya adalah :

a)      Menyalurkan emosi atau perasaan anak.

b)      Mengembangkan keterampilan berbahasa.

c)      Melatih motorik halus dan kasar.

d)     Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan

membedakan warna).

e)      Melatih kerjasama mata dan tangan.  

f)       Melatih daya imajinansi.

g)      Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.


Alat permainan yang dianjurkan :

a)      Alat-alat untuk menggambar.

b)      Lilin yang dapat dibentuk

c)      Pasel (puzzel) sederhana.

d)     Manik-manik ukuran besar.

e)      Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.

f)       Bola.

4.      Usia 32 – 72 bulan

Tujuannya adalah  :

a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.

c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.

d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).

e. Membedakan benda dengan permukaan.

f. Menumbuhkan sportivitas.

g. Mengembangkan kepercayaan diri.

h. Mengembangkan kreativitas.

i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).

j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.

k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.

l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian

mengenai terapung dan tenggelam.

m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.


Alat permainan yang dianjurkan :

a)      Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat

gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dan lainnya.

b)      Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

G.    Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

1.      Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

2.      Status kesehatan, anak sakit: perkembangan psikomotor kognitif terganggu

3.      Jenis kelamin

4.      Lingkungan: lokasi, negara, kultur

5.      Alat permainan yang disenangi atau mudah menggunakannya

6.      Intelegensia dan status sosial ekonomi

H.    Tahap Perkembangan Bermain

1.      Tahap eksplorasi


Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2.      Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3.      Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4.      Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
I.       Prinsip Bermain Di Rumah Sakit

1.      Tidak banyak energi, singkat dan sederhana

2.      Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis

3.      Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien

4.      Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien

5.      Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak


6.      Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

J.      Hambatan Yang Mungkin Muncul

1.      Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia

2.      Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan

3.     Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang

bersamaan.

K.    Antisipasi hambatan

1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama

2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain

3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan

4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan

5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

L.     Cara Bermain Tebak Suara

1. Sediakan tape yang sudah ada rekaman beragam suara binatang

2. Perdengarkan satu per satu suara tersebut pada anak

3. Minta anak untuk menebak suara binatang apa yang baru saja terdengar

4. Bila anak sulit menebak suara yang telah diperdengarkan, maka ulangi sekali lagi

dan mintalah anak menebak

5. Diakhir permainan, perdengarkan setiap bunyi secara lengkap kemudian ceritakan

pada anak darimana sumber suara itu didapat

M. Cara Bermain Tebak Gambar

1. Sediakan gambar gambar binatang yang akan digunakan.

2.      Perlihatkan satu persatu gambar tersebut tersebut pada anak


3.      Minta anak untuk menebak gambar binatang apa yang baru saja dilihar

4.      Bila anak sulit menebak gambar yang telah diperlihatkan, maka ulangi sekali lagi

dan mintalah anak menebak

5.      Diakhir permainan, perlihatkan semua gambar secara lengkap kemudian ceritakan

tentang semua gambar tersebut dengan singkat.


BAB III

SAP TERAPI AKTIVITAS BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak

Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Pada Anak Usia Prasekolah

Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak

Hari / Tanggal : Jum,at, 03 Februari 2023

Waktu : Pukul 14.00 s/d selesai

Tempat Bermain : Ruang Rawat Inap Melati

Peserta : Anak anak yang dirawat di ruangan rawat inap


dengan kriteria:
1. Anak usia prasekolah
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan
keluarga
4. Kooperatif
Sarana dan Media : Sarana:
1. Ruangan tempat bermain
2. Tikar untuk duduk
3. Topi untuk anak-anak
Media:
1. Tape recorder
2. Gambar gambar yang akan ditebak
3. Flashdisk yang berisi rekaman suara yang
akan ditebak
Pengorganisasian

Susunan organisasi untuk bermain peran adalah sebagai berikut :

1. Co leader         : 1 orang

2. Leader             : 1 orang

3. Observer          : 1 orang

4. Fasilitator        : 10 orang (yang terdiri atas pembimbing/CI Rumah sakit, Kepala

Ruangan, staff rawat inap dan mahasiswa praktikan)

Pembagian Tugas

1. Peran Leader:

a.       Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan

menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk

mengekspresikan perasaannya

b.      Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi

c.       Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan

cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

2. Peran Co Leader:

a.       Mengidentifikasi issue penting dalam proses

b.      Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader

c.       Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang

akan datang

d.      Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya


3. Peran Fasilitator:

a.       Mempertahankan kehadiran peserta

b.      Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

c.       Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari

dalam kelompok

4. Peran Observer:

a.       Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy

b.      Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan

c.       Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy

d.      Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

Setting Tempat

Ruangan tempat pelaksanaan disusun sedemikian rupa sehingga masing masing dari peran

dapat saling berkoordinasi dan menjalankan fungsinya dengan baik. Ruangan juga didesain

agar anak anak nyaman dan bebas mengeksplore kemampuan dirinya untuk bermain.

Susunan Kegiatan

NO WAKTU TERAPI KEGIATAN ANAK

1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader  membuka dan mengucapkan Menjawab salam
salam
2.  Memperkenalkan diri Mendengarkan
3.  Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4.   Memperkenalkan anak satu persatu dan
anak saling berkenalan dengan Mendengarkan  dan saling
temannya berkenalan
5.   Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6.   Mempersilahkan Leader Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain :

1.    Leader menjelaskan cara permainan Mendengarkan


2.    Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3.    Memulai permainan dengan Bermain
perdengarkan suara-suara yang telah
direkam lalu minta anak untuk menebak
4. Memperlihatkan gambar-gambar lalu Bermain
meminta anak untuk menebak
5.   Leader ,co-leader, dan fasilitator Bermain
memotivasi anak
6.   Fasilitator mengobservasi anak
7.   Menanyakan perasaan anak setelah Mengungkapkan perasaan
bermain tebak suara dan tebak gambar dan mendengarkan
3 5 menit Penutup :
1.    Leader Menghentikan permainan Selesai bermain
2.    Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3.    Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4.    Memberikan hadiah pada anak yang Senang
telah menebak suara dan menebak
gambar dengan benar Senang
5.    Membagikan souvenir/kenang-
kenangan pada semua anak yang
bermain Mengungkapkan perasaan
6.    Menanyakan perasaan anak Mendengarkan
7.    Co-leader menutup acara Menjawab salam
8.     Mengucapkan salam
Evaluasi

1.    Evaluasi struktur yang diharapkan

a.    Alat-alat yang digunakan lengkap

b.    Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2.    Evaluasi proses yang diharapkan

a.     Terapi dapat berjalan dengan lancar

b.     Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik

c.     Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

d.    Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3.    Evaluasi hasil yang diharapkan

a.     Anak dapat mengembangkan keterampilan mendengar dan membuat klasifikasi

b.    Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik

c.     Anak merasa senang

d.     Anak tidak takut lagi dengan perawat

e.     Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai

f.     Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain


BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan

kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya adalah tebak

suara. Media tape merupakan media sederhana yang digunakan dalam permainan tebak suara

dan tebak gambar.

Berdasarkan pengertian tentang bermain, maka dapat disimpulkan bahwa media

bermain tebak suara merupakan permainan edukatif yang dapat merangsang keterampilan

mendengarkan dan keterampilan membuat klasifikasi pada anak, sementara permainan tebak

gambar merupakan permainan edukatif yang merangsang kemampuan anak melihat dan

membuat klasifikasi pada anak.

B.     Saran

1.      Orang tua

Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak

dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin

penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari

permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.

2.      Rumah Sakit

Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan

trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus

untuk melakukan tindakan.

3.      Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memilih terapi bermain yang sesuai dengan tahap

tumbuh kembang anak, karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat

membantu perkembangan anak menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

http://www.ayahbunda.co.id/balita-bermain-permainan/bermain-dan-permainan3a-tebak-

suara-  

http://harfiahh.blogspot.co.id/2014/12/makalah-terapi-bermain.html

http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.co.id/2013/12/contoh-makalah-kuliah-mahasiswa-

bermain.html

Anda mungkin juga menyukai