Anda di halaman 1dari 11

TEORI KEPRIBADIAN CARL ROGERS

Digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Kepribadian

Dosen : Dra. Titik Muti’ah, M.A.,Ph.D

Disusun Oleh :

Nanda Restu Prastika (2019011176)

Dewi Murti Wijayanti (2019011177)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2020
A. Biografi Carl Rogers
Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 – 1- 1902. Pada umur 12 tahun
keluarganya mengusahakan pertanian dan rogers menjadi tertarik kepada
pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan
pada tahun-tahun pertama dia sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat.
Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 dia
langsung masuk Union Theological Seminary di New York City, dimana dia
mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian
pindah ke Teachers College of Columbia; disana dia terpengaruh oleh filsafat
John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L.
Hollingworth. Dia mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di
Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di
institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers
menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok
dengan Pendidikan yang diterimanya dengan mementingkan statistic dan
pemikiran menurut aliran Thorndike.
Setelah mendapat doctor dalam psikologi Rogers menjadi anggota staff
daripada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi pemimpinnya.
Selama masa ini Rogers dipengaruhi oleh Otto Rank, seorang Psychoanalyst
yang memisahkan diri dari Freudian yang ortodok.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar
psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke
suasana akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena
rangsangan-rangsangannya dia merasa terpaksa harus membuat pandangan-
pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakannya pada
1942 dalam buku : Counseling and Psychoterapy. Pada tahun 1945 Rogers
menjadi mahaguru psikologi di University of Chicago, yang dijabatnya hingga
kini. Tahun 1946 – 1957 menjadi presiden the American Psychological
Association.
B. Pandangan Orang Terhadap Rogers
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi
yang dikemukakan dan dikembangkannya. Terapi yang dikemukakannya itu
dinamakan : nondirective therapy atau client centered therapy.
Nondirective therapy ini menjadi popular karena :
a) Secara historis lebih terikat kepada psikologi daripada kedokteran
b) Mudah dipelajari
c) Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan
mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian
d) Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan
terapi secara psikoanalitis.
C. Penyelidikan-Penyelidikan serta Metode-Metode Penyelidikan Rogers
Rogers adalah pelopor didalam penyelidikan di bidang conseling dan
psikoterapi, dan memberikan banyak dorongan kearah penyelidikan mengenai
sifat-sifat dari proses yang terjadi selama perawatan klinis. Penyelidikan
mengenai psikoterapi sebenarnya sangat sukar, oleh karena sifat
individualnya, suasana psychotherapy itu, terapis terpaksa tunduk kepada
kesejahteraan pasien dan mengabaikan syarat-syarat research dengan
mengizinkan masuknya semua hal yang individual yang diperlukan oleh
pasien ke dalam ruang perawatan. Rogers mendapatkan bahwa pencatatan
secara elektris mengenai terapi itu dengan seizin pasien tidak akan
mengganggu jalannya perawatan. Pencatatan yang tepat mengenai jalannya
terapi ini memungkinkan Roger dan teman-temannya menyelidiki jalannya
perawatan secara objektif dan kuantitatif. Dalam kenyataannya perumusan
sistematis mengenai teori sel yang disusun Roger itu ditentukan oleh
penemuan-penemuan research. Semenjak perumusan teori self itu Roger
memperluas research yang meliputi pula macam-macam kesimpulan
kesimpulan dari teori kepribadiannya.
a. Penyelidikan Kuantitatif
Banyak gagasan-gagasan Roger tentang kepribadian disembuhkan
dengan cara kualitatif dari catatan-catatan mengenai pernyataan pasien
mengenai gambaran dirinya sendiri atau sel picture serta perubahan-
perubahannya selama terapi.

b. Analisis Isi ( Content Analysis)


Metode ini terdiri dari perumusan sejumlah kategori yang dipakai
untuk mengklasifikasikan verbalisasi pasien. Selama terapi
( counseling ) maka ada perubahan self reference, biasanya nya
dissapproval atau ambivalent menuju kearah approval. Dalam
penyelidikan penyelidikan yang lain analisis ini diusahakan untuk
membuktikan dalil bahwa apabila orang makin menerima (bersikap
positif) terhadap dirinya, dia juga makin menerima orang lain. Hasil
penyelidikan mengenai korelasi antara konsepsi mengenai diri sendiri
dan konsepsi mengenai orang lain ( sikap terhadap diri sendiri dan
sikap terhadap orang lain ) itu menunjukkan angka yang signifikan.
Seperti halnya apabila orang-orang berpikir baik tentang dirinya
sendiri, dia juga berpikir baik tentang orang-orang lain dan apabila dia
mencela dirinya sendiri (disapprove) juga cenderung untuk mencela
orang lain.

c. Penyelidikan dengan Q Technique


Q technique adalah suatu metode untuk menyelidiki secara sistematis
mengenai pengertian orang atau gambaran orang mengenai dirinya
sendiri walaupun sebenarnya metode ini juga dapat dipakai untuk
menyelidiki hal-hal lain. Orang yang diselidiki diberi sejumlah
pernyataan atau statement, lalu disuruh menyusun menurut urutan
tertentu. Sebelum mulai konseling pasien disuruh memilih mengatur
kartu yang berisi sebuah pernyataan dalam 2 cara :
1) Self – sort : mengatur kartu untuk menggambarkan individu
pada saat ini dari yang tidak mirip hingga mirip dengan dirinya
sendiri, atau keadaan diri individu saat ini.
2) Ideal – sort : mengatur kartu untuk menggambarkan keadaan
diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau
apa yang ingin dicapai untuk itu tersebut.

A. Pokok – Pokok Teori Rogers


1) Organism
- Organism, yaitu keseluruhan individu (the total Individual).
Makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologis nya, tempat
semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial
terdapat dalam kesadar setiap saat.
- Subjective reality, organisme menanggapi dunia seperti yang
diamati atau dialaminya. Realita adalah Medan persepsi yang
sifatnya subjektif, bukan benar-salah.
- Holisme, organisme adalah satu kesatuan sistem sehingga
perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain.
Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan yakni
tujuan aktualisasi diri, mempertahankan diri dan mengembangkan
diri.
Sifat-sifat Organisme :
a) Organisme bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan
phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan
kebutuhannya.
b) Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu
mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan
diri.
c) Organisme mungkin melambangkan pengalamannya,
sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak
pelambangan itu sehingga pengalaman-pengalaman itu tak
disadari, atau mungkin juga organisme itu tak
memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2) Medan Phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman ( the totality of
experience) baik yang internal maupun eksternal, disadari maupun
tidak disadari antara lain :
a) Pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan
pengalaman eksternal ( persepsi mengenai dunia luar)
b) Meliputi pengalaman yang disimbulkan ( diamati dan
disusun dalam kaitannya dengan diri sendiri)
c) Semua persepsi bersifat subjektif, benar bagi diri sendiri.
d) Medan Phenomenal seseorang tidak dapat diketahui oleh
orang lain kecuali melalui inferensi empatik, itu pun
pengetahuan yang diperoleh tidak bakal sempurna.
3) Self, yaitu bagian medan fenomenal yang terdiferensiasi kan dan
terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada atau
“I” atau “me”.
Sifat-Sifat Self :
a) Self berkembang dari interaksi organisme dengan
lingkungannya.
b) Self mungkin mengintegrasikan nilai-nilai orang lain dan
mengamatinya dalam cara atau bentuk yang tidak wajar.
c) Self mengejar ( menginginkan ) consistency (keutuhan /
kesatuan, keselarasan)
d) Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras Atau
konsisten dengan self.
e) Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur
self diamati sebagai ancaman.
f) Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan
(maturation) dan belajar.
Sifat-sifat dari ketiga konsepsi itu dan saling hubungannya dirumuskan
oleh Roger dalam 19 dalil dalam bukunya client-centered therapy (1951)
Dan inilah yang merupakan teori Rogers mengenali self. Adapun dalil-
dalil Rogers itu adalah seperti berikut:
1. Setiap organisme berada dalam dunia pengalaman yang
terus-menerus berubah
2. Organisme menanggapi dunia sesuai dengan persepsinya
3. Organisme mereaksi Medan fenomena secara total
4. Organisme mempunyai kecenderungan pokok yakni
keinginan untuk self aktualisasi diri
5. Pada dasarnya tingkah laku merupakan usaha yang berarah
tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan.
6. Emosi akan menyertai tingkah laku dan Seberapa penting
tingkah laku dalam usaha aktualisasi diri.
7. Untuk memahami tingkah laku seseorang itu harus
memandang orang itu sendiri.
8. Self adalah kesadaran akan keberadaan dan fungsi diri yang
diperoleh melalui pengalaman di mana diri ( “I” atau “me”)
9. Self fructus adalah suatu pola pengamatan yang bersifat
utuh atau bulat, teratur mudah bergerak dan selalu
konsisten dalam nilai-nilai lingkungan.
10. Apabila terjadi konflik dengan nilai-nilai, maka organisme
akan merevisi gambaran kirinya dan diasimilasi.
11. Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang maka
akan diproses: disimbolkan, diabaikan, diingkari atau
dikaburkan.
12. Umumnya tingkah laku konsisten dengan self-concept
13. Tingkah laku yang didorong oleh kebutuhan organis yang
tidak dilambangkan, bisa tidak konsisten dengan self.
14. Organisme menolak Minyak dari pengalaman sensorik
yang tidak dapat disimpulkan dan disusun dalam kesatuan
self-structurnya.
15. Psychological adjustment terjadi apabila dapat menampung
semua pengalaman dalam konsep diri.
16. Setiap pengalaman yang tidak sesuai dengan sel struktur
akan diamati sebagai ancaman (theat).
17. Khusus dalam kondisi bebas dari ancaman struktur sel
dapat diamati dan diuji.
18. Apabila organisme mengamati dan menerima semua
pengalaman orang lain maka dia akan lebih mengerti
individu yang berbeda.
19. Semakin banyak individu mengamati dan menerima
pengalaman sensorik ke dalam sel selnya kemungkinan
nilai-nilai semakin besar.
B. Dinamika Kepribadian
1. Positive regard
Dalam self konsep mencangkup gambaran Siapa dirinya,
siapa seharusnya dirinya dan siapa kemungkinan dirinya.
Kesadaran memiliki konsep diri kemudian
mengembangkan Positive regard: kebutuhan diri agar
diterima baik, dicintai dan diakui di lingkungan. Positive
regard dari ide akan memuaskan bayi, sebaliknya tanpa
positif negatif itu bayi menjadi frustasi dan menarik diri.
2. Self consistency and conruen
Contoh : orang yang memandang dirinya cerdas mengalami
event diri kelihatan bodoh. Akibat dari diskripsi dan
inconruence itu adalah :
 Individu menyadari dan mengizinkan pengalaman
itu masuk ke kesadaran. Keadaan inconruenci itu
akan menimbulkan ketegangan dan kebingungan.
 Individu yang tidak menyadari keadaan
inkongruensi nya, dia rentan mengalami Anxiety
akibat inkongruensi itu.
 Individu berusaha mempertahankan self conceptnya
dengan defense ( mengaburkan makna asli suatu
pengalaman) atau (dinilai mengingkari pengalaman
yang pernah masuk ke kesadaran.)
3. Self actualization
Freud memandang organisme sebagai energi dan
mengembangkan teori bagaimana energi psikis
ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Sedangkan Roger
memandang organisme terus-menerus bergerak. Tujuan
tingkah laku bukan untuk mereduksi tegangan energi tetapi
mencapai aktualisasi diri. Secara alamiah kecenderungan
aktualisasi diri itu akan menunjukkan diri melalui
rentangan luas tingkah laku yakni:
 Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologi
termasuk kebutuhan dasar (air,makan,udara)
 Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi
psikologi menjadi diri sendiri menghasilkan
perubahan lingkungan, proses aktif menjadikan
sesuatu bermain,mencipta,memulai.
 Tingkah laku yang alih-alih merendahkan tegangan
justru meningkatkan tegangan yakni tingkahlaku
yang motivasinya untuk berkembang menjadi lebih
baik.
C. Perkembangan kepribadian
 Full functioning person
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah
individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi
potensinya dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap
mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang
pengalamannya.
Rogers menggambarkan lima ciri kepribadian yang
berfungsi sepenuhnya sebagai berikut:
 Terbuka untuk mengalami dan mampu mendengar
dirinya sendiri atau openess to experience.
 Hidup menjadi berkembang atau existential living
 Keyakinan organisme, mengerjakan Apa yang
dirasa benar ( organismic trusting)
 Pengalaman kebebasan (experiental freedom)
 Kteativitas

Teori ini pada dasarnya bersifat phenomenologi dan terutama berhubungan


dengan konsepsi untuk menerangkan. Teori itu menggambarkan titik akhir dari
pada perkembangan kepribadian yaitu adanya kesamaan pokok antara Medan
pengalaman phenomenal dan struktur self secara konseptual -suatu situasi yang,
apabila tercapai, berisikan kebebasan dari ketegangan yang potensial, yang akan
menunjukkan adaptasi realistis yang maksimum, yang akan berarti pembentukan
sistem nilai-nilai individual yang mempunyai kesamaan dengan sistem nilai-nilai
orang lain dan menjadi pribadi yang well-adjusted.
Daftar Pustaka

Sumadi, S.2008. Psikologi Kepribadian.Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai