Anda di halaman 1dari 72

KEPRIBADIAN

Diajukan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Psikologi Umum Dasar & Lanjutan

DOSEN PENGAMPU

Sri Hartini, S.Psi., M.Si.

DISUSUN OLEH

Kelompok 3

ALVIN KARUNA SALIM 213310010022


VINCENT 213310010006
GRACE KELLY 213310010013
SURYANI 213310010011
STEPHANIE 213310010027
MAHA TARISYA SIREGAR 213310010017

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Kepribadian" dengan tepat

waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Psikologi Umum Dasar & Lanjutan.

Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang kepribadian dan

kaitannya bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada Ibu Sri Hartini, S.Psi., M.Si. selaku guru Psikologi Umum Dasar &

Lanjutan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu diselesaikannya makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah

ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang

terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan

demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Medan, 9 Okober 2021


Kelompok 3
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH..................................................... 1

1.2. TUJUAN PENELITIAN....................................................................... 3

1.3. MANFAAT PENELITIAN.................................................................. 3

BAB II RUMUSAN MASALAH......................................................................... 4

2.1 PENGERTIAN KEPRIBADIAN......................................................... 4

2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN.................... 7

2.3 PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN.................................................... 11

2.4 TEORI TEORI KEPRIBADIAN.......................................................... 13

2.5 TIPE TIPE KEPRIBADIAN................................................................. 20

2.6 ASPEK ASPEK KEPRIBADIAN........................................................ 22

2.7 FAKTOR PEMBENTUK KEPRIBADIAN......................................... 23

2.8 TAHAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN...................................... 26

2.9 TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN.................... 27

2.10 GANGGUAN GANGGUAN KEPRIBADIAN .................................. 32

2.11 STRUKTUR KEPRIBADIAN............................................................. 36

2.12 KONSEP KEPRIBADIAN EXTROVERT & INTROVERT.............. 40

2.13 KONSEP KEPRIBADIAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM.............. 42

2.14 KECERDASAN EMOSIONAL........................................................... 57

2.15 CARA PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL............ 61


2.16 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL......................... 63

BAB III PENUTUP............................................................................................... 64

3.1. KESIMPULAN.................................................................................. 64

3.2. SARAN............................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Masalah

Manusia dilahirkan seorang diri, meskipun demikian manusia memiliki asasi

untuk bertindak berdasarkan keinginan dan kebutuhan (independent-sepanjang tidak

melewati atau melanggar ketentuan norma dan hukum yang telah menjadi pranata

sosial). Meskipun demikian, dalam kehidupannya membutuhkan orang lain untuk

memenuhi keinginan dan kebutuhannya, motivasi itu membuat individu tersebut

berkelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak bisa berdiri sendiri namun

bergantung pada orang lain. Jika tidak, dapat dipastikan disamping tidak dapat

memenuhi kebutuhan yang lebih fatal lagi, dia dapat menderita dan kemudian

mengalami kematian.

Dalam hubungannya dengan manusia lain, mereka berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya dan orang lain, karena manusia mempunyai naluri untuk selalu

hidup dengan orang lain. Menurut kodratnya, manusia dilahirkan untuk menjadi

bagian dari suatu kebulatan masyarakat. Dengan demikian manusia itu merupakan

bagian dari suatu kelompok sosial. Perhatikan kehidupan sehari-hari, hampir semua

kegiatan manusia dilakukan dalam kaitannya dengan orang lain dan dalam kehidupan

bersama dengan manusia lainnya.


2

Di samping itu, Kepribadian itu sendiri didefinisikan sebagai sebuah

organisasi dinamis di dalam system psikis dan fisik individu yang menentukan

karakteristik perilaku dan pikirannya (Allport, 1937; dalam Ghufron, 2010).

Kepribadian seseorang mempengaruhi cara individu dalam beraksi, berpikir, merasa,

berinteraksi, dan beradaptasi dengan orang lain, termasuk dalam bentuk perilaku

agresif (Larsen & Buss, 2005). Mischel (1968; dalam Friedman, 2008)

menyimpulkan bahwa kepribadian itu terdiri dari struktur, antara lain trait dan tipe

(type). Trait adalah konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda.

Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan

konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar

dibandingkan trait.

Kepribadian juga merupakan pola sifat yang menetap pada individu dan ciri

unik yang membedakan individu dan menciptakan konsistensi perilaku yang

ditunjukkan seseorang (Roberts & Mrcezek dalam Feist el al., 2017). Kepribadian

memiliki pengaruh besar dalam keberlangsungan hidup individu, di mana ciri

kepribadian sendiri diantaranya yakni bersifat umum dan mengatur keseluruhan

tingkah laku individu, bersifat khas dalam membedakan individu dengan individu

lainnya, berjangka Panjang, merupakan suatu kesatuan untuk menggambarkan

identitas individu, dan gambaran keberfungsian individu dalam kehidupannya

(Alwisol, 2009). Terdapat berbagai teori terkait jenis kepribadian, di mana di setiap

jenis kepribadian tersebut terdapat sifat kepribadian (personality trait) yang

membentuk kepribadian tersebut (Feist et al., 2017). Sifat kepribadian merupakan


3

pembeda individu berdasarkan perilaku nya, konsistensi kecenderungan perilaku pada

waktu yang lama, dan stabilitas perilaku pada berbagai situasi yang dihadapi (Feist et

al., 2017). Salah satu sifat kepribadian yang dapat dimiliki individu adalah social

inhibition. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memiliki minat untuk mempelajari

lebih lanjut tentang kepribadian manusia.

1.2. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu pendirian

yang berbeda yang dimiliki tiap manusia. Beserta dengan emosional yang

berhubungan dengan pendirian tiap manusia. Hingga apa yang tertulis tentang

pendirian dalam agama islam

1.3. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah berupa ilmu pengetahuan yang

kami harap bermanfaat khusus bagi tiap orang yang membaca makalah ini.

Mempelajari tentang pendirian, tipe, hingga aspek aspek yang menyangkut tentang

pendirian, ada juga tentang gangguan beserta aksi yang bisa kita lakukan.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. PENGERTIAN KEPRIBADIAN

 Pengertian Menurut Bahasa Latin

Istilah kepribadian (personality) berasal dari kata latin ”persona” yang berarti

”topeng”. Pada masa Yunani Kuno para aktor memakai topeng untuk

menyembunyikan identitas mereka dan untuk memungkinkan mereka memerankan

tokoh dalam drama. Teknik drama ini kemudian diambil alih oleh bangsa Roma dan

dari merekalah kita mendapatkan istilah ”personality” atau kepribadian.

Bagi bangsa Roma, persona berarti ”bagaimana seseorang tampak pada orang

lain”, bukan diri sebenarnya. Dari konotasi kata persona inilah, gagasan umum

mengenai kepribadian sebagai kesan yang diberikan seseorang pada orang lain

diperoleh. Apa yang dipikir, dirasakan dan siapa dia sesungguhnya termasuk dalam

keseluruhan ”make up” psikologi seseorang dan sebagian besar terungkapkan melalui

perilaku. Karena itu, kepribadian bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik,

melainkan merupakan kualitas perilaku total seseorang.

Terdapat banyak definisi istilah “kepribadian”, kebanyakan diantaranya

mengikuti definisi Allport. Karena definisi ini yang paling luas cakupannya. Menurut

definisi tersebut kepribadian adalah susunan sistem-sistem psiko fisik yang dinamis

dalam diri suatu individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap

lingkungan. Istilah ”dinamis” menunjukkan adanya perubahan dalam kepribadian,

4
5

menekankan bahwa perubahan dapat terjadi dalam kualitas perilaku seseorang.

”Susunan” mengandung arti bahwa kepribadian tidak dibangun dari berbagai ciri

yang satu ditambahkan pada yang lain begitu saja, melainkan ciri-ciri ini saling

berkaitan. Keterkaitan itu berubah: beberapa ciri menjadi bertambah dominan dan

yang lain berkurang, sejalan dengan perubahan yang terjadi pada anak dan dalam

lingkungan.

 Pengertian Menurut KBBI

Pengertian kepribadian menurut para ahli, yaitu kepribadian/ke·pri·ba·di·an/ n sifat

hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya

dari orang atau bangsa lain.

 Pengertian Menurut Para Ahli

1. George Herbert Mead

Menurut George Herbert Mead kepribadian ialah tingkah laku pada manusia yang

berkembang melalui perkembangan diri.

2. Theodore M. Newcomb

Menurut Theodore M. Newcomb kepribadian ialah suatu kelompok sikap yang

dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya.

3. Robert Sutherland

Menurut Robert Sutherland kepribadian ialah abstraksi individu dan kelakuannya

sebagaimana halnya sama lingkungan masyarakat dan kebudayaan.


6

4. Roucek dan Warren

Menurut Roucek dan Warren kepribadian ialah sebagai kelompok faktor-faktor

psiologis, biologis dan sosiologis yang didasari dengan perilaku individu itu sendiri.

5. M. A .W.Brower

Menurut M. A. W.Brower kepribadian ialah corak tingkah laku social individu yaitu

meliputi keinginan, opini, dorongan dan kekuatan serat perilaku-perilaku seseorang.

6. Yinger

Menurut Yinger kepribadian ialah keseluruhan tingkah laku dari seseorang dengan

suatu system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.

7. Koentjaraningrat

Menurut Koentjaraningrat kepribadian ialah beberapa ciri watak yang dipelihara

seseorang secara lahir, konsisten dan konsukuen. Setiap manusia melakukan proses

sosialisasi.

8. Atkinson

Menurut Atkinson kepribadian ialah pola perilaku dan cara berfikir yang khas yang

menentukan penyesuaian diri individu terhadap lingkungan, kepribadian mencakup

kepribadian umum yang dapat diamati oleh orang lain dan kepribadian dari pikiran

dan pengalaman yang jarang diungkapkan.


7

9. Carl Gustav Jung

Kepribadian adalah suatu Totalitas segala peristiwa psikis yang disadari atau pun

yang tidak disadari.

2.2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN

Secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan

kepribadian, yaitu faktor hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment).

 Faktor Genetika (Pembawaan)

Pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom

dari ibu, dan 23 kromosom dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-

ribu gen yang mengandung sifat fisik dan psikis individu atau yang menentukan

potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu

menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut.

Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung, karena yang

dipengaruhi gen secara tidak secara langsung adalah

(1) kualitas sistem adalah

(2) keseimbangan biokoimia tubuh, dan

(3) struktur tubuh.


8

Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan

perkembangan kepribadian adalah :

(1) sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi, dan

temperamen

(2) membatasi perkembangan kepribadian dan mempengaruhi keunikan kepribadian.

Contohnya: seorang anak laki-laki yang tubuhnya kurus, mungkin akan

mengembangkan “self concept” yang tidak nyaman, jika dia berkembang dalam

kehidupan sosial yang sangat menghargai nilai-nilai keberhasilan atletik, dan

merendahkan keberhasilan dalam bidang lain yang diperolehnya. Sama halnya

dengan wanita yang wajahnya kurang, dia akan merasa rendah diri apabila berada

dalam lingkungan yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya.

 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya keluarga,

kebudayaan, dan sekolah.

 Keluarga

Keluarga dipandang sebagai penentu utama dalam pembentukan kepribadian anak.

Alasannya adalah

(1) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat

identifikasadalah

(2) anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan


9

(3) para anggota keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan

kepribadian anak.

Baldwin dkk. (1945), telah melakukan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang

tua terhadap kepribadian anak. Pola asuh orang tua itu ternyata ada yang demokratis

dan juga authoritarian. Orang tua yang demokratis ditandai dengan prilaku

(1) menciptakan iklim kebebasan,

(2) bersikap respek terhadap anak,

(3) objektif, dan

(4) mengambil keputusan secara rasional.

Anak yang dikembangkan dalam iklim demokratis cenderung memiliki ciri-ciri

kepribadian: labih aktif, lebih bersikap sosial, lebih memiliki harga diri, dan lebih

konstruktif dibandingkan dengan anak yang dikembangkan dalam iklim otoriter

 Kebudayaan

Kluckhohn berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi (mengatur) kehidupan kita

dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari. Kebudayaan

mempengaruhi kita untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat

orang lain untuk kita.


10

Sehubungan dengan pentingnya kebudayaan sebagai faktor penentu kepribadian,

muncul pertanyaan: Bagaimana tipe dasar kepribadian masyarakat itu terjadi? Dalam

hal ini Linton (1945) mengemukakan tiga prinsip untuk menjawab pertanyaan

tersebut. Tiga prinsip tersebut adalah

(1) pengalaman kehidupan dalam awal keluarga,

(2) pola asuh orang tua terhadap anak, dan

(3) pengalaman awal kehidupan anak dalam masyarakat.

 Sekolah

Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi di antaranya sebagai berikut:

• Iklim emosional kelas.

• Sikap dan prilaku guru.

• Disiplin.

• Prestasi belajar.

• Penerimaan teman sebaya.


11

Dari penjelasan di atas, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian

seseorang, yaitu faktor internal dan eksternal.

 Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.

Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor

genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan

pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki oleh salah satu dari kedua

orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang

tuanya. Oleh karena itu, sering kita mendengar istilah “ buah jatuh tidak akan

jauh dari pohonnya”. Misalnya, sifat mudah marah yang dimiliki oleh sang ayah

bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya.

 Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor

eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan

seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman tetangga,

sampai dengan pengaruh dari barbagai madia audiovisual seperti TV, VCD dan

internet, atau media cetak seperti koran, majalah dan lain sebagainya.

2.3. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat

membedakannya dalam dua golongan :

 Pengalaman yang umum

yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan tertentu. Pengalaman ini

erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya,
12

sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan kewajiban tertentu.

Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih

tetap terikat pada norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan.

Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau

dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan dimana orang

itu hidup. Hal ini disebabkan karena :

a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya (orang

tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap orang. Setiap

orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri sehingga

orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat yang berbeda-beda itu akan

berbeda-beda pula pendiriannya.

b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi pada

dirinya sendiri.

 Pengalaman yang khusus

yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung pada

status dan peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat.

Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi

pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan

pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia


13

membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses

integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin

dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri.

Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu

tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik

(sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan

sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan

kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja cenderung

mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan

ayahnya, bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya. Kalau

kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu menjadi

dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan-gangguan

kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja

dapat menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan

identifikasinya terhadap orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.

2.4. TEORI-TEORI KEPRIBADIAN

Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni

teori kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme,

dan teori psikoligi kognitif.


14

1. Teori Kepribadian Psikoanalisis

Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model

kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain.

Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis

individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut

pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego.

Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera

impuls biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa

dicapai dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati)

memiliki standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis

Freud, ego harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan agresif

yang selalu minta disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang menghambat

naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia

luar sebelum menampilkan perilaku tertentu.

Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi

konflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang

datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari

pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang

berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda dengan

Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks.


15

Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego,

menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id

dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan,

dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada

teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak

dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.

2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)

Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan aspek

kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini

menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat-sifat tertentu, yakni pola

kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini

menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi.

Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan

pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat

membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan

sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang

mungkin sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat

lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang

menceritakan “kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih

tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan

mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula

memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-
16

hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati

karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.

Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim

Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun

demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia

tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya

seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan

tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai

kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe.

Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai

berikut :

a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-

sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban,

santai, pandai bergaul.

b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat

seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan

aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain,

cenderung menguasai dan membuat gaduh.

c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat

tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang
17

lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia

memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.

3. Teori Kepribadian Behaviorisme

Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan

tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku,

melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan

bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang

khas pula pada individu tersebut.

Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang

khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang

diperkuatnya.

Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk

mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1) Pengekangan fisik (psycal restraints)

Menurut skinner, kita mengontrol perilaku melalui pengekangan fisik.

Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari

menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan

bentuk lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang tealh menghina ita agar tidak

kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik.


18

2) Bantuan fisik (physical aids)

Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang

tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak

mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk

memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki masalah

penglihatan dengan cara memakai kacamata.

3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)

Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab.

Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari

hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.

4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)

Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri kita

untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi

untuk mengatasi stess.

5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)

Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang

membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri agar

tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan

tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.


19

6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)

Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut Skinner,

adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang

patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar

keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus.

7) Menghukum diri sendiri (self punishment)

Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai tujuan

diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri karena gagal

melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan

giat.

4. Teori Psikologi Kognitif

Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan

psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya,

manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari

penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan

dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu

perilaku.
20

Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia

tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam

lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan

lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini

dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan

psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.

2.5. TIPE TIPE KEPRIBADIAN (TYPE OF PERSONALITY)

Berikut ini telah merangkum jenis-jenis kepribadian seperti apa yang dimiliki setiap

manusia menurut pandangan Psikologi :

 Sanguinis si optimis, humoris, dan aktif

Sanguinis memiliki unsur kepribadian yang panas. Sanguinis dikenal memiliki

pembawaan ceria, aktif dan optimis. Biasanya pribadi seperti ini sangat mudah

bergaul dan mudah membangun suasana menjadi lebih menyenangkan. Sanguinis

juga dikenal sebagai orang yang percaya diri dan dapat dipercaya.

Selain itu, sanguinis juga memiliki sifat yang mudah bosan dan terkesan

berantakan. Sehingga terkadang sering terlihat semaunya.

Kepribadian sanguinis dikenal kreatif dan cocok menjadi seniman.

Kemampuan alami sanguinis juga baik jika memilih pekerjaan yang berhubungan

dengan dunia hiburan, travel, fashion, kuliner, dan marketing


21

 Koleris si emosional, logis, dan keras kepala

Koleris memiliki unsur kepribadian yang kering. Koleris dikenal memiliki

pembawaan emosional, logis dan keras kepala. Biasanya pribadi seperti ini banyak

dipilih menjadi pemimpin. Hal ini karena koleris memiliki kepribadian yang keras

kepala dan logis sehingga bisa mengambil keputusan dengan tepat.

Selain itu, koleris memiliki kepribadian yang fokus dan mandiri serta berani

mengambil risiko dalam keputusan yang mereka buat.

Namun sifat korelis yang keras kepala dan mudah emosi bisa menjadi sifat

buruknya terutama jika suatu pekerjaan berjalan lambat.

Kepribadian koleris juga dikenal suka menghabiskan waktu bersama orang-

orang yang memiliki banyak pembicaraan serius. Kemampuan alami koleris akan

baik jika ditempatkan pada pekerjaan yang terkait dengan teknologi, statistik, teknik

dan bidang pemrograman.

 Melankolis si serius, sensitif, dan tekun

Melankolis memiliki unsur kepribadian yang basah. Melankolis dikenal memiliki

pembawaan yang serius dan tekun sehingga dalam membuat perencanaan akan

dilakukan secara detail. Selain itu, melankolis juga tipe yang mencintai keluarga dan

berjiwa sosial.
22

Sifat buruk melankolis yang terlalu sensitif membuatnya mudah khawatir

dengan apa yang akan terjadi pada hidup. Kepribadian melankolis juga cenderung

susah untuk percaya dengan orang lain.

Kepribadian alami melankolis akan sangat baik jika ia memilih menjadi

manajer, akuntan, pekerja sosial dan administrasi.

 Plegmatis si santai, tenang, dan teratur

Plegmatis memiliki unsur kepribadian yang dingin. Plegmatis memiliki pembawaan

yang santai dan cinta damai. Biasanya pribadi seperti ini memiliki hubungan yang

baik dengan keluarga termasuk tetangga.

Selain itu kepribadian plegmatis dikenal sebagai seorang yang sabar dan

lembut sehingga sangat baik jika ikut dalam acara amal atau bakti sosial.

Namun sifat buruk seorang plegmatis ialah sering memendam masalah karena

tidak enak dengan orang lain sehingga merugikan hidupnya. Sifat plegmatis juga

cenderung lama dalam mengambil keputusan karena selalu mementingkan orang lain

terlebih dahulu.

Kepribadian alami plegmatis akan baik jika ditempatkan pada suatu pekerjaan

seperti perawat, guru, psikolog, konseling.

2.6. ASPEK – ASPEK KEPRIBADIAN

Secara umum, Pengertian Personal Aspek atau Kepribadian adalah corak tingkah laku

sosial yang terdiri dari corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap yang
23

melekat pada seseorang jika berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu

keadaan.

Aspek – aspek kepribadian yang bisa kita ketahui adalah :

a. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, teguh tidaknya

dalam memegang pendirian atau pendapat.

b. Temperamen, yaitu cepat lambatnya seseorang dalam bereaksi terhadap berbagai

rangsangan yang datang dari lingkungannya.

c. Sikap, yaitu sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan

sebagainya) yang bersifat positif, negatif, ambivalen (ragu-ragu).

d. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan emosi terhadap rangsangan, seperti

mudah atau tidaknya tersinggung, marah, atau bahkan putus asa.

e. Responsibilitas (tanggung jawab), yaitu kesiapan untuk menerima risiko dari

perbuatan yang dilakukan.

f. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.

Seperti tampaknya sifat pribadi yang tertutup ataupun terbuka dan kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain

2.7. FAKTOR PEMBENTUK KEPRIBADIAN

Beberapa faktor membentuk kebiasan, sikap, dan sifat yang khas. Faktor tersebut

adalah:
24

 Faktor prenatal (prakelahiran)

Seorang anak berada dalam kandungan selama sembilan bulan sepuluh hari. Selama

itu beberapa hal dapat memengaruhi perkembangannya.

Penyakit yang diderita ibunya bisa memengaruhi pertumbuhan dari sang bayi

yang ada di dalam perut. Keadaan kandungan juga memengaruhi perkembangan

kepribadian anak yang dilahirkan.

Akibat kondisi yang tidak menguntungkan, dapat menyebabkan bayi tersebut

terlahir dengan beberapa kekurangan. Semua itu dapat memengaruhi pembentukan

kepribadian.

 Faktor biologis

Faktor biologis berpengaruh dalam membentuk beberapa ciri kepribadian seseorang,

namun tidak menentukan semuanya.

Faktor biologis akan berkembang secara optimal bila mendapat pengaruh

positif dari lingkungan. Secara biologis terdapat tiga faktor yang mendasar, yaitu:

o Ciri fisik biologis

Setiap manusia memiliki ciri fisik berbeda yang diwarisi dari orang tuanya. Ada

orang yang berbadan tinggi dan gagah, namun ada yang berbadan kecil dan pendek.

Perbedaan fisik biologis ini memberikan pengaruh pada ciri kepribadiannya.

o Ciri psikologis
25

Sebagian dari sifat dasar yangh diwariskan orang tua adalah faktor kejiwaan atau

psikologis. Unsur kejiwaan terdiri dari temperamen, emosi, nafsu, dan kemampuan

belajar.

o Tingkat kecerdasan

Salah satu bagian kepribadian yang diwarisi dari orang tua adalah kemampuan belajar

atau tingkat kecerdasan.

 Faktor geografis

Faktor geografis ini mampu membentuk kepribadian seseorang dalam hal ketekunan,

ambisi, kejujuran, kriminalitas, dan kelainan.

Faktor geografis erat kaitannya dengan lingkungan. Lingkungan merupakan

segala sesuatu yang ada di sekitar, baik keadaan fisik, sosial, maupun budaya. Berikut

penjelasannya:

o Lingkungan fisik

Lingkungan fisik termasuk dalam iklim, tipografi, dan sumber daya alam. Hal ini

memengaruhi masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Tanah yang subur mampu mendukung kehidupan penduduk dengan baik.

Sedangkan daerah tandus menyebabkan penduduknya merasa kesusahan.


26

Keadaan lingkungan fisik juga memengaruhi terhadap karakter seseorang. Misalnya,

orang yang tinggal di pantai berbicara dengan nada keras, karena suasana laut yang

riuh.

Sedangkan, yang tidak tinggal di pantai tidak akan berbicara dengan suara keras.

o Lingkungan sosial

Faktor lingkungan sosial bersifat dinamis, yang artinya faktor tersebut tidak bersifat

permanen dan akan terus mengalami perubahan.

Unsur-unsur pembentuk lingkungan sosial adalah kebudayaan, pengalaman

kelompok, pengalaman unik, sejarah, dan pengetahuan.

Unsur-unsur tersebut memberi pengaruh terhadap individu yang terlibat dalam

lingkungan sosialnya.

Hal seperti ini menyebabkan kepribadian yang muncul pada setiap individu

juga berbeda-beda.

Selain itu, dapat menyebabkan perbedaan cara yang dilakukan oleh setiap

individu dalam membentuk kepribadiannya masing-masing.

2.8. TAHAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Sejak dari lahir hingga dewasa, seseorang mengalami proses sosialisasi melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut:


27

 Tahap meniru

Menjadi tahap pemulaan di mana seorang bayi menanggapi orang lain sebagai bentuk

imitasi atau peniruan. Mereka mengikutu perilaku tertentu tanpa mengetahui maksud

perilaku tersebut. mereka belum mampu menggunakan simbol-simbol.

 Tahap bermain

Pada tahap ini anak-anak sudah mulai belajar dalam mengambil peran orang yang

berada di sekelilingnya. Misalnya, menirukan peran yang dijalankan orangtuanya atau

kakaknya di rumah. Di sini, kesadaran anak mulai terbentuk. Seseorang sudah

mengetahui siapa dirinya, siapa orangtuanya dan saudaranya.

 Tahap bermain peran

Seorang anak mulai mengurangi proses peniruan. Mereka secara langsung berani

mengeluarkan kemampuan perannya sendiri dengan sadar. Kemampuan tersebut

dengan menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat. Dalam tahap ini,

seseorang mengalami kemantapan diri melebihi dua tahap sebelumnya.

 Tahap penerimaan

Pada tahap ini, seorang anak memasuki jenjang yang lebih matang. Mereka mampu

menerima peran yang ada di dalam lingkungan masyarakat. Mereka mampu

berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami perananya sendiri serta peran
28

orang lain yang telah menjadi pasangan interaksinya. Di tahap ini seorang manusia

membentuk kepribadian yang terakhir dalam membentuk kepribadian yang penuh.

2.9. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu

dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.

 Fase Pertama

Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai

mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian

seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu sebagai berikut:

1. Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap

yang disebut dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak

mudah berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar

kepribadian (basic personality structure) dan capital personality. Kedua unsur ini

merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan biologis

dari orangtuanya.

2. Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-

keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah

berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.

 Fase Kedua
29

Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan

bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai

tiga tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah

dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan

yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.

Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa

kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku

yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini.

1. Dorongan-dorongan (drives).

Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas

yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu

keinginan. Drives ini dibedakan atas kehendak dan naftsu-naftsu. Kehendak

merupakan dorongan-dorongan yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat

peradaban dan tingkat perekonomian seseorang. Sedang naftsu-naftsu merupakan

kehendak yang terdorong oleh kebutuhan biologis, misalnya naftsu makan, secksual,

amarah, dan yang lainnya.

2. Naluri (instinct).

Naluri adalah suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat

makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk mempunyai

anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat dilakukan pada
30

setiap makhluk hidup tanpa harus belajar terlebih dahulu seolah-olah telah menyatu

dengan hakikat makhluk hidup.

3. Getaran hati (emosi).

Emosi atau getaran hati adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan

manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia,

seperti senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.

4. Perangai.

Perangai adalah perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang

tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah

satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang

lain.

5. Intelegensi (IQ).

Intelegensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu

yang termasuk dalam intelegensi adalah IQ, memori-memori pengetahuan, serta

pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama melakukan

sosialisasi.

6. Bakat (talent).

Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang

karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga,

berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar
31

dalam pengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap

orang memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang

sama.

 Fase Ketiga

Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir

yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang

tersebut. Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan

terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang

bersifat abstrak. Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat

diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu sebagai berikut:

1. Kepribadian normatif (normative man). Kepribadian ini merupakan

tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang

kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil

sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian normatif

apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan

terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe

ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat

menampung banyak aspirasi dari orang lain.

2. Kepribadian otoriter (otoriter man). Tipe ini terbentuk melalui proses

sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada

orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang sejak kecil
32

mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari lingkungan orang-orang di

sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin kelompoknya.

3. Kepribadian perbatasan (marginal man). Kepribadian ini merupakan

tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan

perilakunya sering kali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah

seseorang mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan

memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualisme budaya,

misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka

harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.

2.10. GANGGUAN – GANGGUAN KEPRIBADIAN

Kepribadian terlahir dari suatu kebiasaan, dan kebiasaan bermula pada kegiatan yang

dilakukan secara terus menerus. Kepribadian adalah pola tingkah laku, kebiasaan, dan

bentuk tubuh seseorang yang diperlihatkan oleh seseorang adalah kehidupannya

sehari – hari (Ahmadi, Sholeh, 2005, h.158), suatu kepribadian dapat dipengaruhi

oleh bebrapa hal seperti lingkungan dan keluarga, kedua hal tersebut tidak dapat

dipisahkan dan merupakan awal dari pembentukan kepribadian dari seorang individu.

Seorang individu memiliki kepribadian yang berbeda dengan individu

lainnya, ketika kepribadian seseorang memiliki suatu ciri yang menunjukan

penyimpangan, ada kemungkinan individu tersebut mengalami gangguan

kepribadian. Menurut Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders Fourth


33

Edition atau disingkat DSM – IV gangguan kepribadian digolongkan menjadi 3

kelompok yaitu, kelompok A dimana individu bersifat dan eksentrik, pada kelompok

B yaitu kategori individu yang dramatis dan emosional, mereka yang ada dalam

kelompok C merupakan individu yang mudah cemas atau ketakutan.

Gangguan Kepribadian Kelompok A

A. Gangguan Kepribadian Paranoid

Individu yang memiliki kepribadian paranoid dalam DSM – IV ditandai dengan

ketidakpercayaan terhadap oranglain dan menganggap oranglain memiliki motif

tersembunyi dan ditafsirkan sebagai orang yang jahat. Orang yang mengalami

gangguan kepribadian paranoid memiliki gejala seperti, cenderung menyalahkan

orang lain tanpa dasar, ragu akan kepercayaan terhadap orang lain, memiliki sifat

pendendam, dan masih banyak lagi. Untuk mengobati kepribadian paranoid

seseorang dapat menggunakan terapi (CBT) Chognitive Behavioral Therapy.

B. Gangguan Kepribadian Skizoid

Individu yang mengalami skizoid dalam DSM – IV memiliki kecenderung tidak

menginginkan adanya interaksi sosial dan hubungan intim serta memiliki sifat acuh

terhadap suatu hubungan, mereka lebih nyaman menghabiskan waktu sendiri.

Seorang individu dengan gangguan skizoid lebih suka menghabiskan waktu sendiri

dibandingkan dengan oranglain, mereka sering tampak terisolasi secara sosial dan

lebih memilih untuk menjadi penyendiri.


34

Gangguan ini dapat diobati dengan cara intervensi atau mengubah prilaku penderita

dengan cara diberikan kegiatan untuk bersosialisasi, menghindari pengisolasian,

memberikan peran dalam kelompok, dan meningkatkan fungsi didalam masyarakat.

C. Gangguan Kepribadian Skizotipal

Skizotipal adalah gangguan kepribadian dimana individu dengan kecenderungan

memiliki pola fikir yang khas sehingga dapat merusak komunikasi dan interaksi yang

tengah berlangsung.

Skizotipal dalam DSM – IV dapat digolongkan menjadi 4 kriteria yaitu; kategori

pertama, memiliki sifat paranoid dan cenderung mencurigai orang lain, kategori ke

dua adalah referensi ide, dimana mereka menganggap kejadian yang ada disekitar

berkaitan langsung dengannya, kategori ketiga adalah magical think and odd beliefs,

dimana individu mempercayai suatu keyakinan terhadap sihir dan hal yang aneh,

kategori ke empat yaitu orang yang memiliki halusinasi.

Dalam DSM – IV skizotipal memiliki beberapa tanda seperti; tidak dapat menikmati

hubungan dekat, selalu berselisih pendapat, hanya memiliki sedikit ketertarikan

dengan pengalaman seksual, tidak memiliki teman dekat, dan tidak mempedulikan

kritikan dan pujian dari orang lain.

Gangguan Kepribadian Kelompok B

 Gangguan Kepribadian Antisosial


35

Individu dengan kecenderungan antisosial dan psikopati merupakan individu yang

tidak memperhatikan hak orang lain. Dalam DSM – IV dijelaskan ada beberapa

karakteristik gangguan kepribadian antisosial seperti terus menerus melanggar

hukum, agresi, sering berbohong, tidak peduli pada keselamatan orang lain dan diri

sendiri, kurang memiliki rasa penyesalan atas tindakannya, dan masih banyak lagi.

 Gangguan Kepribadian Ambang

Individu dengan gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Disorder)

memiliki kecenderungan tidak stabil dalam berhubungan dan juga mood. Dalam

DSM – IV kepribadian ambang memiliki beberapa tanda seperti; memiliki hubungan

yang tidak stabil, gangguan identitas, mood yang mudah berubah – ubah, karena itu

individu dengan kepribadian ambang memiliki kecenderungan mudah depresi.

 Gangguan Kepribadian Histronik

Gangguan kepribadian historik merupakan kepribadian dimana seorang individu

menjadi terlalu dramatis dan mencari perhatian, dalam DSM – IV juga dipaparkan

individu dengan kecenderungan historik akan memiliki sifat yang emosional.

Gangguan kepribadian histronik memiliki beberapa karakteristik seperti tidak nyaman

ketika dia tidak menjadi pusat perhatian, memiliki sifat provokatif dalam

berhubungan seksual, emosi yang mudah berubah, menggunakan fisik untuk menarik

perhatian, dan lainnya.

Gangguan Kepribadian Kelompok C

 Gangguan Kepribadian Menghindar


36

Gangguan kepribadian menghindar dalam DSM - IV diartikan sebagai individu yang

memiliki kecenderungan dimana individu takut akan suatu kritikan, penolakan dari

orang lain sehingga lebih memilih untuk tidak memiliki hubungan, kecuali ketika

merasa benar – benar yakin. Individu dengan kecenderungan menghindar akan

menghindari pekerjaan yang mengharuskan kontak interpersonal.

 Gangguan Kepribadian Obsesif

Orang dengan gangguan kepribadian obsesif cenderung perfeksionis, dan cenderung

fokus pada detil, sehingga dapat menghambat proses kerja dan terhambatnya suatu

proyek. Dalam DSM – IV orang yang memiliki gangguan kepribadian obsesif

memiliki ciri seperti sibuk dengan detil, menunjukan perfeksionisme, berlebihan

ketika mengerjakan suatu pelerjaan, tidak dapat mengabaikan obyek yang

mengganggu, dan lainnya. Dalam menilai seseorang tidak boleh mencakup prilaku

yang mencerminkan kebiasaan, yang secara budaya tidak menjadi masalah ditempat

budaya tersebut, dan masyarakat tersebut tidak diidentifikasi sebagai orang yang

mengalami kepribadian obsesif tersebut.

 Gangguan Kepribadian Dependen

Gangguan kepribadian dependen dalam DSM – IV adalah kepribadian dimana orang

yang mengalami gangguan tersebut akan sulit menentukan suatu pilihan dan

cenderung mengandalkan orang lain secara berlebihan untuk menentukan suatu

pilihan. Penderita gangguan kepribadian dependen bisa menjadi terlalu manja karena

mereka benci erpisah dengan apa/siapa yang paling dekat dengan dirinya. Mereka
37

dapat merasakan ketakutan hebat ketika berpikir bahwa mereka dapat kehilang

seseorang yang mereka andalkan. Penderita gangguan kepribadian ini tidak percaya

diri dan tidak tertarik untuk mencoba hal baru. Ketika sebuah hubungan asmara

berakhir, seseorang dengan gangguan kepribadian dependen seringkali langsung

memulai hubungan baru. Bahayanya, mereka dapat memaklumi kekerasan dari

seseorang hanya demi mempertahankan orang tersebut disekitar mereka.

2.11. STRUKTUR KEPRIBADIAN

Struktur Kepribadian merupakan unsur-unsur atau komponen yang membentuk diri

seseorang secara psikologis. Jung sebenarnya tidak membahas struktur kepribadian

secara khusus melainkan tentang jiwa. Menurut Jung dalam syamsu dkk menjelaskan

bahwa "psyche embrace all thought, feeling and behavior, concious and unconcious"

atau kepribadian ini adalah seluruh pemikiran, perasaan dan perilaku nyata yang

disadari maupun yang tidak disadari.

Struktur Kepribadian terdiri dari :

 Dimensi kesadaran

Dimensi kesadaran adalah penyesuaian terhadap dunia luar individu.

Dimensi kesadaran mempunyai dua komponen pokok yaitu :

1) Fungsi Jiwa
38

Fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas yang secara teori tidak berubah dalam

lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi jiwa pokok. Pikiran

dan perasaan adalah fungsi jiwa yang rasional. Pikiran dan perasaan bekerja dengan

penilaian. Penilaian menilai atas dasar benar dan salah. Adapun perasaan yang

menilai atas dasar menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kedua fungsi jiwa yang

irrasional yaitu pendirian dan intuisi tidak memberikan penilaian, melainkan hanya

semata-mata pengamatan. Pendirian mendapatkan pengamatan yang sadar melalui

indra. Adapun intuisi yang mendapatkan pengamatan secara tidak sadar melalui

naluri. Pada dasarnya manusia memiliki keempat fungsi jiwa itu, akan tetapi biasanya

hanya salah satu fungsi saja yang paling berkembang (dominan). Fungsi yang paling

berkembang itu merupakan fungsi superior dan menentukan tipe kepribadian

orangnya. Jadi ada tipe pemikir, tipe perasa, tipe pendirian dan tipe intuitif.

2) Sikap Jiwa

Sikap Jiwa ialah arah dari energi psikis atau libido yang menjelma dalam bentuk

orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat keluar

ataupun kedalam diri individu. Begitu juga arah orientasi manusia terhadap dunianya,

dapat keluar ataupun kedalam dirinya. Tiap orang mengadakan orientasi terhadap

sekelilingnya berbeda satu sama lain. Berdasarkan atas sikap jiwanya, manusia dapat

digolongkan menjadi dua tipe yaitu :

A. manusia yang bertipe ekstroversi

B. manusia yang bertipe introversi


39

 Dimensi Ketidaksadaran

Dimensi ketidaksadaran adalah suatu dimensi yang melakukan penyesuaian terhadap

dunia dalam individu. Dimensi ketidaksadaran kepribadian seseorang mempunyai dua

lingkaran yaitu :

a. ketidaksadaran pribadi

ketidaksadaran pribadi berisi hal yang diperoleh individu selama hidupnya namun

tertekan dan terlupakan. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman yang disadari

tetapi kemudian ditekan, dilupakan, dan diabaikan serta pengalaman yang terlalu

lemah untuk menciptakan kesan sadar pada pribadi seseorang. Ketidaksadaran pribadi

berisi hal yang teramati, terpikirkan dan terasakan dibawah ambang kesadaran.

Ketidaksadaran pribadi berisi kompleks (konstelasi) perasaan, pikiran, persepsi,

ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang

bertindak sebagai magnet menarik berbagai pengalaman ke arahnya.

b. Ketidaksadaran kolektif

Ketidaksadaran kolektif atau transpersonal adalah gudang bekas ingatan laten yang

diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang. Ketidaksadaran kolektif adalah sisa

psikis perkembangan evolusi manusia yang menumpuk akibat dari pengalaman yang

berulang selama banyak generasi.

Menurut Eysenck menjelaskan bahwa struktur kepribadian terdiri dari :


40

a. Specific response, yaitu tindakan atau respon yang terjadi pada suatu keadaan atau

kejadian tertentu, jadi khusus sekali.

b. Habitual response mempunyai corak yang lebih umum dari Specific response, yaitu

respon-respon yang berulang-ulang terjadi kalau individu mengalami kondisi atau

situasi yang sejenis.

c. Trait, yaitu sementara habitual respon yang paling berhubungan satu sama lain

yang cenderung ada pada individu tertentu.

d. Type, yaitu organisasi di dalam individu yang lebih umum, lebih mencakup lagi.

Jadi, jika ditarik kesimpulan bahwa Jung tidak membahas struktur kepribadian

struktur kepribadian secara khusus akan tetapi yang dibahas adalah pengertian

tentang jiwa. Selain itu menurut Eysenck bahwa struktur kepribadian terdiri dari

empat bagian yaitu Specific response, Habitual response, Trait dan Type

2.12. KONSEP KEPRIBADIAN EKSTROVERT & INTROVERT

Pembagian kepribadian manusia ke dalam dua jenis ini pertama kali dilakukan oleh

Gustav Jung dalam buku Tipe Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011). Jung (baca: yung)

adalah seorang psikolog asal Swiss yang pada awalnya kagum dengan

teori psikoanalisis dari Sigmund Freud, namun belakangan ia membuat teori baru

yang bertentangan dengan teori dari Freud (baca: froyd). Jung menyebutkan bahwa

manusia memiliki dua sikap (attitudes) dasar, yaitu ekstrovert dan introvert.


41

A. Introvert

Sikap introvert mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada

dunia dalam, cenderung menyendiri, pendiam atau tidak ramah, bahkan antisosial.

Seseorang juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif

dan menggunakan pandangan subjektif mereka sendiri. Orang-orang yang introvert

ditandai oleh kecenderungan mudah tersinggung, perasaan gampang terluka, mudah

gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur. Intelegensia relatif tinggi,

perbendaharaan kata-kata baik, cenderung tetap pada pendirian (keras kepala),

umumnya teliti tapi lambat, mereka agak kaku, dan kurang suka lelucon terlebih

mengenai seks.

Ciri-ciri orang dengan tipe introvert adalah sulit bergaul, hatinya tertutup, sulit

berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar

kurang baik. Hal ini akan menyebabkan seseorang sulit menyesuaikan diri dengan

lingkungan rumah sakit, dimana orang dihadapkan pada berbagai macam tindakan

keperawatan dan orang yang tidak dikenal, seperti dokter, perawat dan pasien

lainnya.

B. Ekstrovert

Sikap ekstrovert mengarahkan pribadi ke pengalaman  objektif, memusatkan

perhatiannya ke dunia luar, cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif

dan ramah. Ciri-ciri tipe ekstrovert adalah mudah bergaul, suka pesta, mempunyai
42

banyak teman, membutuhkan teman untuk bicara, dan tidak suka membaca atau

belajar sendirian, sangat membutuhkan kegembiraan, mengambil tantangan, sering

menentang bahaya, berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu, dan biasanya suka

menurutkan kata hatinya, gemar akan gurau-gurauan, selalu siap menjawab, dan

biasanya suka akan perubahan, riang, tidak banyak pertimbangan (easy going),

optimis, serta suka tertawa dan gembira, lebih suka untuk tetap bergerak dalam

melakukan aktivitas, cenderung menjadi agresif dan cepat hilang kemarahannya,

semua perasaannya tidak disimpan dibawah kontrol, dan tidak selalu dapat dipercaya

(Aiken, 1993 : 86 – 87). Selain itu orang-orang yang ekstrovert intelegensia mereka

relatif rendah, pebendaharaan kata-kata kurang, mempunyai kecenderungan tidak

tetap pada pendirian, umumnya mereka cepat namun tidak teliti, mereka tidak begitu

kaku, dan mereka menyukai lelucon terlebih mengenai seks. (Suryabrata, 2002).

2.13. KONSEP KEPRIBADIAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

 Pengertian Kepribadian Muslim

Kepribadian Muslim terdiri dari dua kata, yaitu “kepribadian” dan “Muslim”. Kata

“kepribadian” dalam bahasa arab diistilahkan dengan al-Syakhsiyah, yang berarti

kepribadian.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kepribadian diartikan dengan

sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang

membedakannya dengan orang atau bangsa lain.


43

Jadi kepribadian merupakan suatu hal yang urgen dimiliki oleh setiap

manusia.Kepribadian adalah suatu tampilan sikap pribadi atau ciri khas yang

dimiliki oleh seseorang atau bangsa.

Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari personality (bahasa Inggris),

sedangkan dalam bahasa latin kepribadian disebut dengan persona yang mempunyai

arti kedok atau topeng, yang berarti tutup muka yang biasa dipakai oleh pemain-

pemain panggung untuk mengambarkan perilaku, watak, atau pribadi

seseorang.Sedangkan menurut Allport sebagaimana yang dikutip oleh H.M Arifin

mendefinisikan kepribadian dengan susunan yang dinamis di dalam sistem psikofisik

(jasmani-rohani) seseorang atau individu yang menentukan perilaku dan pikiran yang

berciri khusus.

Menurut Ahmad D. Marimba, kepribadian itu meliputi kwalitet keseluruhan

dari seseorang. Kwalitet itu akan tampak dalam cara-cara berbuat, berfikir,

berpendapat, bersikap, menyalurkan minat, filsafat hidup, serta kepercayaan.

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati mendefinisikan kepribadian Muslim sebagai

kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta

berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai

Islam.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh M. Atiyah al-Abrasyi bahwa

kepribadian Muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik


44

tingkah laku luarnya kegiatan-kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan

kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan, penyerahan diri kepadanya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian kepribadian di

atas dapat digambarkan bahwa kepribadian seseorang memiliki skup (ruang batas)

yang lebih luas daripada sekedar karakter ataupun temperamen yang ada dalam diri

seseorang.Di samping itu setiap orang mempunyai perilaku lahiriyah dan ruhaniyah

yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Kepribadian bisa terbentuk melalui

perpaduan antara faktor dasar (fitrah) dan faktor ajar (lingkungan atau pendidikan)

yang dialami oleh manusia, dan hal itu akan memberikan corak khusus pada

kepribadian seseorang.

Menurut Jalaluddin pembentukan kepribadian Muslim sebagai individu pada

dasarnya adalah; “ pembentukan pribadi yang diarahkan pada pembentukan

pandangan hidup yang mantap yang didasarkan pada nilai-nilai Islam”

Dengan demikian maka seseorang yang memiliki pandangan hidup yang

sesuai dengan konsep Islam adalah merupakan individu yang telah memiliki

kepribadian Muslim yang utuh. Hal tersebut berarti bahwa seluruh individu diarahkan

pada pembentukan pribadi dan memiliki pandangan hidup yang sama walaupun

memiliki faktor bawaan yang berbeda.

Dalam pembahasan mengenai teori kepribadian, banyak ditemukan beberapa

definisi yang memberikan gambaran lebih luas tentang kepribadian itu. Akan tetapi

dalam konteks kepribadian Muslim maka kepribadian dapat diidentikkan dengan


45

identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas keseluruhan sebagai seorang

Muslim baik yang ditampilkan dalam tingkah laku lahiriyah maupun tingkah laku

batiniyah. Islam memandang bahwa kepribadian seseorang adalah merupakan fitrah

hingga setiap orang dituntut untuk menampilkan kepribadian tersebut sesuai dengan

tuntunan ajaran agama Islam.

Kepribadian sangat perlu dibahas dalam kajian filsafat pendidikan

Islam.Karena kepribadian manusia dalam pendidikan Islam menjadi sesuatu yang

sangat penting. Kepribadian Muslim inilah yang merupakan ciri-ciri khas pada

seseorang manusia yang beragama Islam yang merupakan hasil dari proses

pendidikan Islam, sehingga menjadi manusia Muslim dengan kepribadian yang baik.

Dengan demikian, kepribadian Muslim adalah kepribadian seseorang yang sesuai

dengan tuntunan ajaran Islam.Kepribadian yang cerminan tingkah laku dan

perbuatannya sesuai dengan tuntunan yang telah digariskan dalam Islam.Kepribadian

Muslim adalah kepribadian yang patuh dan berserah diri kepada Allah SWT.

 Aspek dan Tenaga Kepribadian Muslim

Kepribadian sebagai kwalitet keseluruhan yang kompleks dari seseorang yang

membedakan satu orang dengan orang lain, menjadikan kepribadian setiap orang

tidak ada yang sama persis. Perbedaan kepribadian tersebut terletak pada kualitas

aspek dan tenaga kepribadian yang dimiliki masing-masing orang.


46

Dalam perspektif Islam, pemahaman yang benar tentang makna kepribadian

Islami harus mengacu kepada konsepsi Islam tentang manusia.Dalam Alquran

dijelaskan bahwa manusia diciptakan dari unsur-unsur yang bersifat fisik-materi dan

non fisik- non materi. Karenanya manusia merupakan makhluk dwi dimensi. Dimensi

fisik-materi manusia adalah al-Jism dan dimensi non fisik- non materi adalah al-Ruh.

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa manusia memiliki potensi yang

siap dibentuk menjadi kepribadian yang Islami. Hal ini berarti potensi manusia

tersebut baik yang bersifat materi dan non materi bisa dikembangkan dengan faktor

ajar atau dengan proses latihan dan pendidikan.

Adapun aspek-aspek kepribadian seseorang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang tampak dari luar,

misalnya cara-cara berbuat, berbicara dan sebagainya.

 Aspek-aspek Kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat

atau ketahuan dari luar.

 Aspek-aspek keruhanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang

lebih abstrak.

Hal yang senada dengan pendapat di atas Harun Nasution sebagaimana yang dikutip

oleh Al Rasyidin menambahkan bahwa dimensi materi manusia (al-Jism) memiliki:

Pertama, daya-daya fisik atau jasmani seperti mendengar, melihat, merasa, mencium

dan sebaginya. Kedua, daya gerak seperti kemampuan untuk menggerakkan tangan,

kepala, kaki dan sebagainya dan kemampuan untuk berpindah tempat.Sementara itu
47

dimensi non-materi (al-Ruh) memiliki: Pertama, daya berfikir atau kemampuan

melakukan penalaran yang disebut al-Aql yang berpusat di kepala, Kedua, daya

merasa dan memahami yang disebut al-Qalb yang berpusat di dada, dan Ketiga, daya

jiwa yang disebut al-Nafs dan berpusat di perut.

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa aspek kepribadian Muslim

terdiri atas aspek materi atau fisik dan non materi atau non fisik.kedua aspek ini

saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan kedua aspek tersebut akan

melahirkan nilai-nilai yang dapat meresap ke dalam kepribadian seseorang dan telah

menjadi bagian yang mendarah daging dalam kepribadian, serta mengarahkan dan

memberi corak pada seluruh kehidupan seseorang. Bagi orang-orang yang beragama,

aspek aspek ini menuntunnya ke arah kebahagiaan, bukan saja di dunia tetapi juga di

akhirat.Aspek-aspek ini memberi warna bagi kwalitet kepribadian seorang Muslim

secara keseluruhan.

Karakter dasar atau natur al-Ruh adalah suci dan cenderung pada dimensi

spritualitas, sebab ia memang berasal dari alam suci yang Maha Tinggi (alam

Ilahiyah). Sedangkan karakter dasar al-Jism adalah rendah dan cenderung pada

materi, sebab ia berasal dari alam

Ali Syari’ati sebagaimana dikutip oleh Ramayulis senada dengan pendapat Al

Rasyidin di atas menjelaskan bahwa ruh yang ditiupkan kepada manusia adalah The

Spirit Of God (Ruh Ilahi). Ruh ini bersifat metafisis dan dinamis.Dengan sifatnya
48

yang dinamis memungkinkan manusia meraih derajat setinggi-tingginya, atau

menjerumuskannya pada derajat yang serendah-rendahnya. Manusia memiliki

kehendak bebas (The Freedom Of Will) untuk mendekatkan diri ke kutub “ruh ilahi”

atau kekutub “tanah”. Dari keterangan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

proses pembentukan kepribadian Muslim dengan aspek al-Jism dan al-Ruh

membutuhkan tenaga-tenaga atau daya untuk mengaktualisasikan kepribadian

Muslim tersebut. Adapun tenaga-tenaga kepribadian tersebut adalah:

 Tenaga-tenaga kejasmanian, meliputi tenaga-tenaga yang bersumber dari tubuh,

misalnya tenaga-tenaga yang bersumber dari kelenjar-kelenjar, peredaran darah,

alat-alat pernafasan, syaraf dan sejenisnya.

 Tenaga-tenaga kejiwaan, terdiri dari karsa, rasa dan cipta. Tenaga-tenaga

kejiwaan juga terdiri atas syahwat, ghadab dan

 Tenaga keruhanian yang luhur. Tenaga ini disebut dengan Qalbu

Tenaga kepribadian di atas dapat mempengaruhi terbentuknya aspek-aspek

kejasmanian dan pada batas-batas tertentu mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan dan

kepribadian.

Dalam menerapkan tenaga-tenaga tersebut di atas, al-Ruh membutuhkan al-

Jismsehingga lahir dan muncul tingkah laku.Dari sisi ini dapat dinyatakan bahwa al-

Jismmerupakan wahana bagi al-Ruh untuk mengaktualisasikan seluruh keinginan

atau kehendaknya.Aktualisasi daya-daya al-Ruh yakni nafs, qalb, dan ‘aql merupakan

citra kepribadian seseorang.Wujud nyata aktualisasi tersebut adalah pola pikir


49

(mafahim), pola rasa (Zawq), pola tingkah laku (‘amal) dan pola ‘ibadah yang dapat

dikarakteristikkan secara konsisten dilakukan seseorang.Karenanya, dari sisi ini, al-

Ruhmemiliki peran sangat menentukan dalam membentuk kepribadian; al-Ruh lah

yang mengarahkan manusia untuk memilih dan melakukan suatu perilaku dan

tindakan.Melalui al-‘Aql, al-Ruh memberi daya dan mendorong manusia untuk

melakukan penalaran dan pemahaman, al-Nafs untuk mengatur dan mengendalikan

diri, dan al-Qalb untuk melakukan dan meraih pencerahan diri.

Dengan demikian, tenaga dalam pembentukan kepribadian Muslim al-Jism

dan al-Ruhdua unsur yang saling mendukung satu sama lain. al-Ruh tidak dapat

diwujudkan tanpa adanya al-Jism, sehingga memunculkan tingkah laku. Kualitas

suatu perilaku manusia sangat bergantung kepada unsur-unsur yang membentuk

kepribadiannya.Ketika al-Ruh cenderung mengikatkan diri dan terperangkap oleh

alam materi, maka tingkah laku yang ditampilkan seseorang adalah tingkah laku yang

rendah.Sebaliknya, jika al-Ruh cenderung dan berorientasi pada naturnya, maka

perilaku yang ditampilkan adalah tingkah laku yang mulia.

 Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Muslim

Kepribadian seseorang itu dipengaruhi oleh dua faktor.Pertama, faktor pembawaan,

yaitu potensi yang dibawa seseorang sejak lahir, baik dalam bentuk fisik dan non

fisik.Kedua, faktor lingkungan yaitu segala sesuatu di luar potensi yang dibawa sejak

lahir.
50

Potensi bawaan manusia adalah potensi yang memerlukan pendidikan dan

pembiasaan, membiarkan potensi bawaan tumbuh secara alamiah tanpa bantuan

pendidikan sangat memungkinkannya kehilangan arah dalam menempuh perjalanan

menuju kebaikan dan kebenaran.

Menurut Ali Syari’ati, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembentukan kepribadian seseorang, yaitu:

 Faktor ibu yang memberi struktur dan dimensi keruhanian yang penuh dengan

kasih sayang dan kelembutan.

 Faktor ayah yang memberikan dimensi kekuatan dan harga diri.

 Faktor sekolah yang membantu terbentuknya sifat lahiriyah.

 Faktor masyarakat dan lingkungan yang memberikan lingkungan empiris.

 Faktor kebudayaan umum dan masyarakat yang memberikan corak pada

kehidupan manusia.

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa faktor individu sangat mempengaruhi

faktor masyarakat pada umumnya. Ibu dan ayah ataupun keluarga adalah lembaga

pendidikan yang pertama dan utama dalam proses pendidikan dan pembentukan

kepribadian yang Islami. Pembentukan kepribadian Muslim dari setiap individu akan

membangun suatu bentuk kepribadian ummah dalam suatu komunitas masyarakat

yang berkepribadian Islami.


51

Menurut Marcel A. Boesard, ada tiga aspek pokok yang memberi corak

khusus bagi kepribadian seseorang: Pertama, adanya wahyu Tuhan yang memberi

ketetapan kewajiban pokok yang harus dilaksanakan seorang Muslim. Kedua, praktik

ibadah yang harus dilaksanakan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti.Ketiga,

konsep Alquran tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara

harmonis dan seimbang.

Hal yang sama dengan ungkapan di atas menurut al-Nabhani sebagaimana

yang dikutip oleh Al Rasyidin bahwa perilaku yang ditampilkan seseorang itu dilatari

oleh dua faktor utama. Pertama, persepsi atau pemahaman yang ada pada seseorang

sebagai hasil proses berfikirnya terhadap suatu fakta. Kedua, Kecenderungan yang

terdapat dalam jiwa seseorang terhadap suatu fakta. Faktor pertama berhubungan

dengan aktivitas intelektual atau penalaran terhadap fakta, dan faktor kedua berkaitan

dengan sikap jiwa manusia, yaitu cara seseorang berbuat untuk memuaskan segala

kebutuhan dan keinginannya, yang dicirikan oleh adanya kecenderungan-

kecenderungan terhadap sesuatu.

Dengan demikian, jelas bahwa kepribadian Muslim itu dipengaruhi oleh

faktor dasar (potensi) manusia dan faktor ajar (lingkungan) yang melingkupinya,

terutama ajaran agama Islam.

 Proses Pembentukan Kepribadian Muslim


52

Manusia adalah makhluk yang berketuhanan atau disebut Homodivinous (makhluk

yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga Homoreligious artinya makhluk yang

beragama. Dalam pandangan Islam, sejak lahir manusia telah mempunyai jiwa

agama, jiwa yang mengakui adanya zat yang Maha Pencipta dan Maha Mutlak yaitu

Allah SWT.Sejak di dalam ruh, manusia telah mempunyai komitmen bahwa Allah

adalah Tuhannya.

Kepribadian tidak dapat dibentuk hanya dalam waktu sekejap, tetapi

memerlukan proses dalam waktu yang relatif panjang dan berangsur-angsur. Ada

tahapan-tahapan yang harus dilalui dengan memperhatikan semua aspek-aspek dan

tenaga kepribadian, sehingga pembentukan kepribadian bisa berhasil dan terwujud.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses pembentukan kepribadian

Muslim adalah sebagai berikut:

 Tazkiyah Al-Nafs

Dalam upaya membentuk pribadi-pribadi yang teguh pada syahadah primordialnya

Rasulullah tidak langsung men-ta’lim, men-Tarbiyah men-ta’dib umatnya. Proses

pendidikan yang dilalui beliau menjadi cermin baginya dalam mendidik umatnya.

Dengan kejadian pembelahan dan pembersihan hati beliau, kemudian diisi dengan

ilmu dan keimanan, seringnya beliau mengasingkan diri di gua hira dengan tujuan

untuk mensucikan diri dan menghindar dari pengaruh negatif kemaksiatan. Tentunya

semua itu bertujuan untuk proses Tazkiyah al-Nafs yang mengantarkan beliau pada

kondisi siap untuk di-ta’lim di-tarbiyah dan di-ta’dib Allah SWT.


53

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pendidikan

dalam membentuk kepribadian Muslim yang sebenarnya harus diawali dengan proses

Tazkiyah al-Nafs, yaitu proses pensucian diri dan hati manusia dari segala kotoran,

penyakit, dan sebagainya. Dengan demikian ilmu atau pendidikan dapat dilakukan

dengan mudah, sebab manusia tersebut telah bersih dan sehat dari berbagai bentuk

kotoran dan penyakit.

Dalam Islam al-‘Ilm harus di-ta’lim, di-tarbiyah atau di-ta’dibkan ke dalam

diri agar menjadi kepribadian seorang Muslim adalah al-Nur (cahaya, kebenaran,

hidayah Allah). Agar al-Nur, al-Haq atau al-Huda tersebut tertanam dan bersemi

dalam diri seseorang Muslim sehingga terbentuk kepribadian Islami, maka nafs, qalb,

‘aql dan jasad-nya harus terlebih dahulu di-tazkiyah (dibersihkan atau

disucikan).Sebab cahaya, kebenaran atau hidayah Allah SWT mustahil dapat

ditanamkan dan bersemi dalam diri dan menghantarkan seseorang pada kepribadian

Islami, manakala nafs, qalb, ‘aql, dan jasad-nya masih kotor atau dicemari oleh dosa

dan maksiat. Karenanya, langkah pertama yang harus dilakukan dalam proses

pembentukan kepribadian Islami (takwin al-Syakhsiyah al-Islamiyah) adalah

pensucian (tazkiyah) ruh dan jasad dari berbagai sifat dan perilaku maksiat, baru

kemudian pengisian nafs, qalb, dan ‘aql dengan keimanan dan al-‘ilm (‘aqidah wa al-

nur).

Berdasarkan keterangan di atas, langkah yang pertama dan utama dalam

proses pembentukan kepribadian Muslim adalah Tazkiyah al-Nafs yaitu pensucian

diri dari segala kotoran dan kemaksiatan, karena ilmu Allah dilambangkan dengan al-
54

Nur dan al-Nur Allah tidak akan dapat bersemi di hati dan diri manusia yang penuh

dengan kemaksiatan.

 Proses Pembiasaan

Pembiasaan ini dilakukan untuk melatih keterampilan aspek-aspek jasmaniah yang

berkaitan dengan kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, misalnya pembiasaan

shalat lima waktu yang dapat dikontrol, baik gerakan-gerakan maupun bacaan-bacaan

yang dilakukan. Dengan pembiasaan, akan diperoleh hasil yang sesuai dengan yang

diharapkan, misalnya anak akan melakukan shalat dengan gerakan dan bacaan yang

benar. Jadi, tujuan utama dari pembiasaan ini adalah menanamkan kecakapan-

kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat

dikuasai dengan baik.

Dalam rangka pembiasaan, diperlukan alat-alat yang berkaitan dengan pembentukan

kepribadian, antara lain:

 Alat-alat langsung, yaitu alat-alat yang segaris dan searah dengan maksud

pembentukan, misalnya teladan, anjuran, perintah, latihan-latihan, hadiah-hadiah

kompetisi dan sebagainya.

 Alat-alat tidak langsung, bersifat mencegah dan menekan hal-hal yang akan

merugikan maksud pembentukan, misalnya koreksi dan pengawasan, larangan-

larangan, hukuman dan sebagainya.

Pembiasaan ini tepat dilakukan pada masa anak-anak (usia 0 – 2 tahun), masa kanak-

kanak (2 – 7 tahun), separuh masa sekolah (7 – 13 tahun), dan seterusnya


55

Pada masa anak-anak dan kanak-kanak dibiasakan untuk hidup teratur dan senang

kebersihan, sedangkan masa sekolah (intelek) sudah dapat dibiasakan untuk shalat

dan berpuasa.

 Pembentukan Pengertian, Sikap dan Minat

Pembentukan pengertian, sikap, dan minat merupakan kelanjutan dari pembiasaan

dan sebagian sudah dikenalkan pada tahap pertama, yaitu tahap pembiasaan. Dengan

pembentukan pengertian, apa yang sudah biasa dikerjakan dapat dipahami oleh si

anak, dan dalam pembentukan pengertian ini seharusnya ditanamkan dasar-dasar

kesusilaan yang berkaitan dengan masalah kepercayaan. Misalnya rukun iman dan

rukun Islam harus diajarkan dengan pengertian dan pemahaman, dengan menggunaan

tenaga kejiwaan.

Dengan pembentukan pengertian, sikap, dan minat akan diperoleh hal-hal sebagai

berikut:

 Pengertian tentang pokok-pokok pembinaan dalam amalan jiwa serta sangkut

pautnya dengan amalan jasmaniah. Pengertian ini meliputi nilai-nilai kesusilaan,

tentang apa yang baik dan benar.

 Kecintaan kepada kebaikan dan kebencian terhadap kejahatan, sehingga akan

didapatkan sesuatu yang dapat mendorong untuk mengerjakan amalan yang baik

dan meninggalkan amalan yang jahat.


56

 Rasa berkepentingan dalam soal-soal pelaksanaan kebaikan dan memperbesar

minat kepada hal-hal yang baik, dan selanjutnya minat itu dapat mendorong

pelaksanaan akan perbuatan yang telah dipahami.

Ketiga hasil di atas akan menjurus ke arah keyakinan dengan sadar (bukan ikut-

ikutan) terhadap pokok kepercayaan yang akan ditanamkan dalam pembentukan

keruhanian yang luhur.

Alat-alat yang dipakai dalam tahapan pembiasaan masih dapat dipergunakan

pada tahap ini, tetapi lebih ditekankan pada kesadaran sang anak itu sendiri.

Pada tahap kedua ini dititikberatkan pada perkembangan akal, minat, dan sikap

(pendirian) dengan tiga jalur pembentukan, yaitu:

 Pembentukan formil, yaitu pembentukan yang dilaksanakan dengan latihan-

latihan cara berfikir yang baik, penanaman minat yang kuat, dan sikap (pendirian

yang tepat).

 Pembentukan materil, yaitu pembentukan yang berkenaan dengan pemberian

ilmu pengetahuan, misalnya, ilmu-ilmu duniawi, ilmu-ilmu kesusilaan, ilmu-ilmu

keagamaan, dan lain sebagainya.

 Pembentukan intensil, yaitu pembentukan yang berupa pengarahan. Dalam

pendidikan Islam pengarahan itu sudah jelas, yaitu kea rah terbentuknya

kepribadian Muslim.

 Pembentukan pengertian, sikap dan minat ini dilaksanakan pada masa sekolah

(umur 7-13 tahun), masa remaja (umur 13-21 tahun), masa permulaan dewasa
57

(umur 21 tahun), dan seterusnya.Anak-anak biasanya sanggup menerima

pengertian terutama yang berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaannya pada

level pertama.Pengetahuan keagamaan, nilai-nilai kemasyarakatan, dan

kesusilaan dapat dipahamkan secara berangsur-angsur. Semua ini akan

membantu dalam perkembangan kepribadian seseorang di masa dewasa.

 Pembentukan Keruhanian yang Luhur , Pembentukan keruhanan yang luhur ini

dilakukan dengan menggunakan tenaga budi dan tenaga-tenaga kejiwaan yang

lain sebagai tambahan. Dengan pembentukan keruhanian yang luhur, akan

dihasilkan kesadaran dan pengertian yang mendalam. Dengan pembentukan ini,

segala yang ada dalam pikiran seseorang yang dipilih dan diputuskannya, serta

yang dilakukannya, adalah berdasarkan keinsafan sendiri dan dilakukan dengan

penuh rasa tanggung jawab.

Pada tahap ini proses yang ada tepat disebutkan dengan “pendidikan diri

sendiri” Budi menjadi tenaga yang sangat diperlukan dalam pembentukan tahap ini.

Budi yang dapat bekerja dengan baik akan mengarahkan akal dan menekan tenaga-

tenaga yang lebih rendah. Apabila budi seseorang bekerja dengan baik maka hasil

yang akan diperoleh adalah kepribadian yang sempurna.

Masa yang tepat untuk pembentukan kepribadian keruhanian yang luhur

adalah masa dewasa sampai pada masa kesempurnaan.Sesuatu yang dapat

ditanamkan pada masa ini adalah kepercayaan yang terdiri dari rukun iman yang

enam, sebagaimana yang diajarkan oleh Islam.


58

2.14. KECERDASAN EMOSIONAL

1. Pengertian kecerdasan emosional

Goleman menjelaskan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan

diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan

kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya

dengan orang lain Sedangkan dalam Emotional Intellegence Goleman (dalam Uno)

menjelaskan tentang kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,

mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur

suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir,

berempati dan berdoa

Manusia memiliki beberapa kecerdasan di dalam dirinya. Kecerdasan

intelektual atau IQ selama ini sering dijadikan tolak ukur kesuksesan seseorang

khususnya dalam karir. Kecerdasan lain yaitu SQ atau kecerdasan spiritual juga tidak

kalah pentingnya. Selain kecerdasan tadi ada hal lain yang tak kalah penting yaitu

kecerdasan emosional atau EQ. Penelitian menjelaskan bahwa EQ berkontribusi 2

kali lebih penting dalam mempengaruhi kesuksesan dibandingkan IQ.

Dalam konteks pekerjaan, pengertian kecerdasan emosional yaitu kemampuan

untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan termasuk cara tepat untuk

menangani masalah. Menurut Thomas Stanley faktor dari cerminan kecerdasan


59

emosional yang dianggap paling berperan dalam keberhasilan suatu pekerjaan ada

lima faktor, yaitu:

a. Jujur kepada semua orang

b. Menerapkan disiplin

c. Bergaul baik dengan orang lain

d. Memiliki suami atau istri yang mendukung

e. Bekerja lebih giat dari kebanyakan orang

2. Elemen kecerdasan emosional

o Self Awareness: Mampu mengenali emosi, kemampuan, kekuatan, kelemahan

dan batasan diri. Seseorang yang memiliki kesadaran pada diri sendiri dapat

mudah untuk mendengar, menerima, dan menjalankan kritik dari orang lain. 

o Self Regulation: Mampu mengontrol emosi dan tindakan dengan baik sehingga

jauh dari tindakan impulsif yang merugikan. Seseorang dengan self regulation

yang tinggi, akan tahu kapan harus mengeluarkan emosinya. 

o Motivation: Seseorang yang cerdas secara emosional adalah orang yang dapat

memotivasi dirinya sendiri. Motivasi dalam melakukan sesuatu akan datang pada

sendirinya. 
60

o Empathy: Empati membuat seseorang memahami dan menumbuhkan koneksi

dengan orang lain secara emosional. Anda juga akan peduli dan tulus dalam

berhubungan dengan siapapun. 

o Social Skill: Skill bernegosiasi tentu sangat penting dalam dunia pekerjaan.

Dengan memiliki social skill tinggi, Anda dapat memiliki kemampuan

berkomunikasi dan membangun relasi dengan baik. 

3. Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional

Adapun komponen-komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh

Goleman (2005):

 Kesadaran Diri

Kesadaran diri yaitu mengetahui apa yang kita rasakan suatu saat dan

menggunakannya untuk mengambil keputusan dari diri sendiri; kemampuan diri dan

kepercayaan diri yang kuat. Terdiri dari: kesadaran emosi diri, percaya diri.

Pengaturan Diri

 Pengaturan diri

Pengaturan diri yakni menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak

positif terhadap pelaksaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda

kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu pulih kembali dari tekanan
61

emosi. Terdiri dari: pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada, adaptif, dan

inovatif.

 Motivasi

Seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya seringkali mendapati peserta didiknya

tidak termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya, maka dari itu pendidik

haruslah meningkatkan motivasi belajar kepada anak didiknya. Ada macam-macam

teori motivasi, salah satu yang terkenal kegunaannya untuk menerangkan motivasi

siswa adalah yang dikembangkan oleh Maslow (dalam Slameto) ia percaya bahwa

tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu.

 Empati

Empati yaitu merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif

mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan

bermacam-macam orang. Terdiri dari: Memahami orang lain, pelayanan,

mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman, dan kesadaran politis.

 Keterampilan sosial

Keterampilan sosial adalah menangani emosi dengan baik ketika berhubungan

dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berintraksi

dengan lancar; menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi

dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja

sama dan bekerja dalam tim. Terdiri dari: pengaruh, komunikasi, kepemimpinan,
62

katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan

koperasi, serta kerja tim

4. Manfaat yang dapat Anda dapatkan dengan memiliki EQ yang tinggi:

 Komunikasi yang efektif 

Dengan komunikasi yang efektif, Anda dapat mencapai kerja tim yang jauh lebih

baik. Kecerdasan emosional yang tinggi dapat membuat seseorang mampu

mendengarkan dan memberi respon secara baik dengan rekan kerja. 

 Mengatasi tekanan pekerjaan dengan baik 

Besarnya tekanan di dunia pekerjaan membuat orang kehilangan emosinya dan dapat

merugikan banyak orang. Dengan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi

memiliki self awareness yang tinggi akan lebih mudah mengatur tingkat stres yang

dialami. 

 Mampu menerima masukan 

Kritik tentunya sangat penting agar seseorang menjadi lebih berkembang. Seseorang

yang cerdas EQ nya, dapat menerima kritik dengan baik tanpa melakukan pembelaan

diri. 

2.15. CARA PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL

Kecerdasan emosional ini semakin perlu dipahami, dimiliki, diperhatikan dalam

pengembangannya, mengingat kondisi kehidupan dewasa ini semakin kompleks.

Kehidupan yang semakin kompleks ini memberikan dampak yang sangat buruk
63

terhadap konstelasi kehidupan emosional individu. Menyadari hal tersebut, maka

proses pembelajaran di sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang akan

memasok kebutuhan sumber daya manusia pada masyarakat pengguna berusaha

menghasilkan lulusan yang tidak hanya andal dan unggul di bidangnya tetapi juga

memiliki sikap dan perilaku yang beretika. Upaya ke arah itu dilakukan dengan cara

pemberian mata kuliah character building yang dirangkum melalui mata kuliah

agama, kewarganegaraan, serta etika dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang

terhimpun dalam unit kegiatan mahasiswa atau himpunan mahasiswa program studi.

Adapun rangsangan pengembangan kecerdasan emosi yang perlu dilakukan

oleh guru sebagai pendidik di sekolah menurut Nugraha dan Rachmawati, antara lain:

Memberikan kegiatan yang diorganisasikan berdasar kebutuhan, minat, dan

karakteristik anak yang menjadi sasaran pengembangan kecerdasan emosi. Pemberian

kegiatan yang diorganisasikan bersifat holistis (menyeluruh). Kegiatan holistis ini

meliputi semua aspek perkembangan dan semua pihak yang terkait dalam proses

tumbuh kembang anak.

Selain langkah-langkah tersebut, untuk mengembangkan kecerdasan

emosional dengan cara mengajarkan anak untuk bermusyawarah mengeluarkan

semua beban psikologisnya agar mendapatkan respon, kritik, atau persetujuan orang

lain. Dengan musyawarah, orang akan mendapatkan kesempatan belajar untuk

aktualisasi diri, mengungkapkan gagasan, pendapat, dan sikap bahkan dalam bentuk

anupatinya dengan cara yang bisa didengarkan orang lain.


64

2.16. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM

PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL

Melaksanakan suatu pendidikan perlu diperhatikan adanya faktor-faktor pendidikan

yang mempengaruhi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi dalam menentukan

berhasil tidaknya tujuan pendidikan, karena faktor-faktor ini saling berhubungan

antara yang satu dengan yang lain.

Menurut Goelman ada faktor internal dan eksternal yang berpengaruh pada

pembentukan kecerdasan emosional yaitu:

✓ Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang. Setiap manusia akan

memiliki otak emosional yang didalamnya terdapat sistem saraf pengatur emosi atau

lebih dikenal dengan otak emosional. Otak emosional meliputi keadaan amigdala,

neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal, dan keadaan lain yang lebih kompleks

dalam otak emosional.

✓ Faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang berasal dari luar diri seseorang.

Faktor eksternal kecerdasan emosi adalah faktor yang datang dari luar dan

mempengaruhi perubahan sikap. Pengaruh tersebut dapat berupa perorangan atau

secara kelompok. Perorangan mempengaruhi kelompok atau kelompok

mempengaruhi perorangan. Hal ini lebih memicu pada lingkungan


BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Kepribadian merupakan elemen yang tidak dapat terpisahkan dari seorang manusia.

Kepribadian juga didasari dari faktor-faktor yang mempengaruhi seperti secara

prenatal(kelahiran), biologis hingga geografis. Ada pun juga tahap-tahap kepribadian.

Disamping itu juga ada gangguan dari kepribadian seperti gangguan paranoid,

schizoid, skizotipal dan lain lain. Demikian juga, kepribadian memiliki strukturnya

seperti dimensi kesadaran, dan ketidak sadaran. Selanjutnya, kepribadian juga ada

yang begitu santer kita dengar belakangan ini seperti introvert dan ekstrovert.

Begitupula pembelajaran tentang kepribadian dengan menguasai kecerdasan

emosional. Dengan adanya kecerdasan emosional membantu kita mengerti akan

kepribadian kita, kepribadian orang lain yang membantu kita dalam pembelajaran

psikologis hingga siap terjun menjadi salah satu anggota masyarakat yang dewasa.

3.2. SARAN

Pelajaran tentang kepribadian merupakan salah satu bagian dari psikologi, dengan

pembelajaran tentang kepribadian kita dapat memahami diri kita sendiri, keluarga,

orang disekitar kita hingga masyarakat luas. Hingga kita memahami perasaan, hingga

kebutuhan yang dibutuhkan orang lain dan masyarakat

64
DAFTAR PUSTAKA

Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 11.

https://pip.unpad.ac.id/postdetail/Ternyata-Kecerdasan-Emosional-Memegang-Peran-
Penting-dalam-Kesuksesan-Seseorang

https://jurnal.stituwjombang.ac.id/index.php/ilmuna/article/download/108/73/243

https://hedisasrawan.blogspot.com/2013/02/tahap-tahap-perkembangan-
kepribadian.html
https://onlinelearning.binus.ac.id/2021/05/05/4-jenis-kepribadian-manusia-kalau-
kamu-yang-mana/
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/513/8/UNIKOM_51914154_Rafli%20Fadillah
%20Akbar%20S_11.BAB%202.pdf
https://en.wikipedia.org/wiki/Dependent_personality_disorder
https://moraref.kemenag.go.id/posts/announcement/98077985952879351

https://m.merdeka.com/sumut/4-tipe-kepribadian-manusia-menurut-psikologi-mulai-
dari-melankolis-hingga-plegmatis-kln.html?page=all

https://psikologi.ustjogja.ac.id/index.php/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-
freud/#:~:text=Dalam%20teori%20psikoanalisis%2C%20kepribadian
%20dipandang,berkaitan%20serta%20membentuk%20suatu%20totalitas.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/01/160000869/faktor-dan-tahap-
pembentuk-kepribadian?
newnavbar=1&page=all&jxconn=1*weaiqf*other_jxampid*dFhDUGlVb1JJbW94Yk
VZNlVtYnZsdW9GcUlwNWhHb1l2c3RMcW1kVF83T1pfdTluTi1TSkNJYmw3blN
lanBhaA..#page2

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://atpsikologi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-
kepribadian-ada-empat-teori.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwiF8a-
Rt7jyAhXHXSsKHQJqC5cQFnoECBQQAQ&usg=AOvVaw2DkOPDUz0cfN3o6F
Q0SEh7&cshid=1629218743376

https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/cendekia/article/download/864/676
Web dibuat pada:2011 oleh Aries Fitriani

https://dosenpsikologi.com/pengertian-kepribadian
Web dibuat pada:6 Agustus 2020 oleh Ivana Afilah

https://www.gurupendidikan.co.id/tipe-kepribadian/
Penulis:Aris kurniawan,Ditulis pada 20juli 2021

Anda mungkin juga menyukai