Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANTROPOLOGI

KEPRIBADIAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ulangan akhir semester Antropologi

Dosen Pembimbing : Dr. Ilim Abdul Halim, S.Ag.,MA

Disusun oleh:
Helmy hidayat (1191040058)
Sifa Aulia (1211040119)
Azmi Najwa Azalia Zahran (1211040144)
Fadhilah Rahmi Azny (1211040145)

PROGRAM STUDI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kepribadian” dengan tepat waktu. Adapun maksud
dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen
pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan lebih dalam lagi bagaimana kepribadian
dalam pandangan antropologi.
Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
Bapak Dr. Ilim Abdul Halim, S.Ag., MA selaku dosen pengampu mata kuliah Antropologi di
kelas 5-D prodi Tasawuf dan Psikoterapi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan juga memberi referensi untuk mengerjakan makalah ini.
Kami telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun penyusun pun
menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun isi,
maka kami memohon maaf dan menerima kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua
pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita bersama.

Bandung, 03 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4


A. Latar Belakang ................................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4

C. Tujuan Makalah ............................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 6


1. Definisi Kepribadian ........................................................................................................ 6

2. Unsur Pembentuk Kepribadian ...................................................................................... 7

3. Jenis-Jenis Kepribadian ................................................................................................... 9

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian .................................................................... 12

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 15


1. Kesimpulan...................................................................................................................... 15

2. Saran ................................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepribadian sebagai suatu konsep yang kompleks dan dinamis telah menjadi fokus
kajian yang mendalam dalam ranah antropologi. Disiplin ini tidak hanya memandang individu
sebagai entitas terpisah, melainkan juga meneliti bagaimana kepribadian terbentuk,
diekspresikan, dan diinterpretasikan dalam konteks budaya yang luas. Dalam menggali esensi
kepribadian, antropologi menghadirkan sudut pandang yang unik, memungkinkan kita untuk
memahami lebih dalam peran budaya, nilai-nilai, dan interaksi sosial dalam pembentukan
identitas individu.
Keberagaman budaya di seluruh dunia menciptakan suatu medan penelitian yang kaya
bagi antropolog. Dari suku-suku pedalaman hingga masyarakat perkotaan yang terkoneksi
secara global, konsep kepribadian mengalami variasi yang signifikan. Sebagai contoh, di
beberapa masyarakat tradisional, kepribadian mungkin lebih dilihat sebagai hasil dari peran
dan tanggung jawab sosial yang ditempati oleh individu, sementara di dunia modern, identitas
diri seringkali dipahami melalui lensa aspirasi pribadi dan pencapaian.
Penting untuk menyoroti bahwa pengertian terhadap kepribadian tidak statis, dan
konteks budaya memainkan peran penting dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap
sifat-sifat yang dianggap menggambarkan kepribadian yang baik atau buruk.
Melalui pendekatan antropologis, kita juga dapat melihat bagaimana lingkungan fisik
dan sosial memengaruhi pembentukan kepribadian. Perbedaan antara kehidupan di pedesaan
dan perkotaan, serta dampak globalisasi yang mendesak batas-batas budaya, semuanya
menciptakan dinamika yang kompleks dalam perjalanan pembentukan kepribadian.
Pemahaman terhadap kepribadian tidak hanya memberikan wawasan mendalam
tentang keberagaman manusia, tetapi juga relevan dalam menghadapi tantangan kontemporer.
Bagaimana teknologi informasi yang pesat memengaruhi cara kita berinteraksi, atau
bagaimana perubahan sosial ekonomi menciptakan tekanan baru pada konsep diri, menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang minat dan pemikiran antropologis. Oleh karena itu,
makalah ini akan menggali aspek-aspek yang kompleks dari kepribadian dalam kerangka
budaya yang berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kepribadian?
2. Apa yang menjadi unsur-unsur pembentuk kepribadian manusia?

4
3. Apa jenis-jenis kepribadian yang dapat diidentifikasi?
4. Bagaimana proses terjadinya pembentukan kepribadian?
5. Apa saja faktor apa yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami konsep kepribadian secara mendalam
2. Untuk mengenal unsur-unsur pembentuk kepribadian manusia
3. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis kepribadian
4. Untuk memahami proses terjadinya pembentukan kepribadian
5. Untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Kepribadian
Definisi mengenai kepribadian itu tidak hanya berbeda dengan arti yang melekat
pada konsep itu dalam bahasa sehari-hari.1 Dalam bahasa populer istilah “kepribadian”
juga berarti ciri ciri watak yang konsisten, sehingga seorang individu memiliki suatu
identitas yang khas. Kalau dalam bahasa sehari hari kita mengatakan bahwa seseorang
memiliki kepribadian, yang dimaksudkan ialah bahwa individu tersebut memiliki
beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara konsisten dan konsekuen, yang
menyebabkan bahwa ia memiliki identitas yang berbeda dari individu individu lainnya.
Konsep kepribadian yang lebih tajam tetapi seragam agakanya belum ada karena
konsep tersebut sangat luas dan merupakan suatu konstruksi yang sukar dirumuskan
dalam satu definisi yang tajam tetapi mencangkup seluruhnya. Oleh karena itu, bagi
kita yang belajar antropologi, kiranya cukup apabila untuk sementara kita gunakan saja
definisi yang masih “kasar” tersebut diatas, dan penggunaan definisi yang lebih tajam
untuk keperluan analisa yang lebih mendalam sebaiknya kita serahkan kepada para ahli
psikologi saja.
Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya
konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku.2 Sedangkan menurut Feist &
Feist kepribadian adalah pola sifat (watak) dan sebuah karakter unik, yang memberikan
konsisten sekaligus individualitas bagi perilaku seseorang. Phares mendefinisikan
kepribadian sebagai pola yang khas dari pikiran, perasaan dan tingkah laku yang
membedakan orang yang satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan
situasi.3
Berbagai definisi tentang kepribadian memiliki lima persamaan yaitu sebagai
berikut:

1. Kepribadian bersifat umum, maksudnya kepribadian menunjuk kepada sifat


umum seseorang berupa pikiran, kegiatan, dan perasaan yang berpengaruh
secara sistematik terhadap keseluruhan tingkah lakunya.
2. Kepribadian bersifat khas, maksudnya kepribadian dipakai untuk menjelaskan

1
Nur Fatwikiningsih, Teori Psikologi Kepribadian Manusia (Yogyakarta: Andi, 2020).
2
Lawrence A. Pervin, Daniel Carvone, and Oliver P. John, Psikologi Kepribadian: Teori Dan Penelitian, 9th ed.
(Jakarta: KENCANA (Divisi dari PRENADAMEDIA Group), 2010).
3
N. L Azahra, “Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Strategi Coping Pada Mahasiswa” (IAIN Kudus,
2022).
6
sifat individu yang membedakan seseorang dengan orang lain, semacam tanda
tangan atau sidik jari psikologik, dan bagaimana individu berbeda dengan orang
lain.
3. Kepribadian berjangka lama, maksudnya kepribadian dipakai untuk
menggambarkan sifat individu yang awet, tidak mudah berubah sepanjang
hayat. Perubahan kepribadian biasanya bersifat bertahap atau akibat merespon
sesuatu kejadian yang luar biasa.
4. Kepribadian bersifat kesatuan, maksudnya kepribadian dipakai untuk
memandang diri sebagai unit tunggal, struktur atau organisasi internal hipotetik
yang membentuk kesatuan dan konsistensi.
5. Kepribadian dapat berfungsi baik atau buruk, maksudnya kepribadian adalah
cara bagaimana orang berada di dunia. Berdasarkan beberapa pernyataan para
ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan karakteristik
khas yang membedakan setiap orang dan kecenderungan seseorang dalam
proses menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Unsur Pembentuk Kepribadian
a. Pengetahuan (Science)
Pengetahuan manusia bersumber dari pola pikir yang rasional. Pengetahuan
ini berisi pemahaman dan pengalaman mengenai berbagai hal yang diperoleh dari
lingkungan di sekitarnya. Kemudian, semua hal itu direkam dalam otak, dan sedikit
demi sedikit diungkapkan dalam bentuk perilaku sehari-hari. Unsur-unsur yang
mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung
dalam otaknya. Berikut ini merupakan unsur-unsur pengetahuan yaitu:

1. Persepsi, yaitu deskripsi seluruh proses akal dalam keadaan alam sadar
(conscious)
2. Apersepsi, yaitu deskripsi baru dengan pengertian baru.
3. Pengamatan, yaitu penggambaran yang lebih terfokus dan intensif.
Penggambaran yang lebih terfokus dan intensif dapat diperoleh dengan adanya
pemusatan akal.
4. Konsep, yaitu penggambaran abstrak tentang suatu objek dengan mengadakan
suatu perbandingan.
5. Fantasi, yaitu penggambaran baru yang tidak realistik.4

4
Yosia Manao, “Laporan Baca Antropologi Budaya,” 2021, https://doi.org/https://doi.org/10.31219/osf.io/ackpv.
7
Dalam alam bawah sadar itu, berbagai pengetahuan larut dan terpecah pecah
menjadi bagian bagian yang tidak teratur. Proses itu terjadi karena akal sadar
individu yang bersangkutan tidak lagi menyusun dan menatanya dengan rapi,
walaupun bagian bagian tertentu dari pengetahuan tadi ada kalanya muncul ke alam
sadarnya. Setiap orang tentu pernah tiba tiba teringat akan suatu hal baik dalam
keadaan utuh atau dipotong potong atau bahkan bercampur campur dengan berbagai
pengetahuan atau pengalaman lain yang telah dilupakannya. Pengetahuan seseorang
karena berbagai sebab juga dapat terdesak atau dengan sengaja dibuat terdesak oleh
individu yang bersangkutan, kedalam bagian dari jiwanya yang lebih dalam, yaitu
bagian yang dalam ilmu psikologi disebut “alam tak sadar”. Dalam alam tak sadar
itu pengetahuan larut dan terpecah pecah kedalam bagian bagian yang bercampur
aduk. Bagian bagian dari pengetahuan yang tercampur aduk itu ada kalanya muncul
kembali terutama pada saat saat akal yang mengatur alam kesadaran berada dalam
keadaan rileks atau tak berfungsi.5
b. Perasaan (Feeling)
Perasaan adalah suatu keadaan dalam bentuk kesadaran manusia. Perasaan
ada karena pengaruh dari pengetahuannya.6 Perasaan bisa berwujud positif,
maupun negatif. Perasaan antara orang yang satu dengan orang yang lain tidaklah
sama. Oleh karena itu, perasaan bersifat subjektif. Perasaan dibagi menjadi tiga
kategori. Tiga kategori tersebut yaitu:
1) Kehendak, merupakan tingkatan perasaan yang paling rendah, sifat subyektif,
dan terdapat unsur penilaian di dalamnya.
2) Keinginan, merupakan suatu tingkatan kehendak yang keras dan mengharapkan
suatu pemenuhan. Sifat dari keinginan yaitu sudah ada suatu dorongan dalam
diri seseorang untuk berupaya memenuhinya.
3) Emosi, merupakan tingkatan kehendak atau keinginan keras yang menuntut
pemenuhan secara mutlak. Sifat dari emosi lebih keras daripada keinginan.
c. Dorongan Naluri (Drive)
Dorongan adalah kemauan yang sudah bersifat naluri pada tiap manusia.
Dorongan naluri tidak timbul karena pengaruh pengetahuannya tetapi telah
terkandung dalam organismenya. Terdapat tujuh macam dorongan naluri menurut

5
Nur Wahyu Rochmadi, Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2008).
6
Luh Suryatni, “Kecerdasan Emosional Dan Perilaku Manusia (Dalam Perspektif Antropologi),” Jurnal Mitra
Manajemen 7, no. 2 (2020).
8
William Mac Dougall yang tertulis dalam bukunya yang berjudul Introduction To
Social Psychology.7 Tujuh hal tersebut yaitu:
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan
suatu kekuatan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk dapat
bertahan hidup.
2. Dorongan sex. Dorongan ini telah banyak menarik perhatian para ahli
antropologi, dan mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori.
Dorongan biologis yang mendorong manusia untuk membentuk keturunan
bagi kelanjutan keberadaanya di dunia ini muncul pada setiap individu yang
normal yang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan apapun.
3. Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ingin tidak perlu
dipelajari, dan sejak baru dilahirkan pun manusia telah mencampakkannya
dengan mencari puting susu ibunya atau botol susunya tak perlu diajari.
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia.
Dorongan ini merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat
manusia sebagai makhluk kolektif.
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini merupakan
asal mula dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan
bahwa manusia mengembangkan adat. Adat sebaliknya memaksa perbuatan
yang seragam dengan manusia-manusia di sekelilingnya.
6. Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karena manusia adalah
makhluk kolektif, agar manusia dapat hidup serasi bersama manusia lain
diperlukan suatu landasan biologi untuk mengembangkan altruisme,
simpati, cinta, dan sebagainya.
7. Dorongan untuk keindahan yang berbentuk warna, suara, dan gerak.
Dorongan ini sering kali sudah tampak dimiliki bayi, yang sudah mulai
tertarik pada bentuk-bentuk, warna-warna, dan suara-suara, irama, dan
gerak-gerak. Ini berdasarkan dari unsur kesenian

3. Jenis-Jenis Kepribadian
a. Menurut Hippocrates dan Galenus
Menurut kedua ahli di atas, macam kepribadian manusia dibagi menjadi empat

7
Dessy Diandra, Pengantar Antropologi (Yogyakarta: Diva Press, 2021).
9
macam8, antara lain :
1. Sanguinis
Kepribadian yang satu ini ditandai dengan adanya sifat yang hangat,
bersemangat, lincah, meluap-lupa, dan individu yang menyenangkan.
Seseorang yang memiliki kepribadian ini lebih mudah terpengaruh dan
mudah dimasuki oleh pikiran serta perasaan yang meledak-ledak. Tipe
kepribadian sanguinis adalah orang yang sangat ramah terhadap orang
lain. Sehingga mereka akan dianggap sebagai orang yang cukup
ekstrovert.9
2. Koleris
Kepribadian selanjutnya adalah koleris. Orang yang memiliki kepribadian
ini biasanya akan tampil lebih hangat, aktif, pasif, serba cepat,
berkeinginan keras, dan cukup independen. Mereka akan cenderung lebih
tegas dan memiliki pendirian yang keras. Selain itu, mereka juga mudah
dalam membuat sebuah keputusan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mereka
tidak memerlukan gerakan dari luar. Orang yang memiliki kepribadian koleris
akan mempengaruhi lingkungannya dengan pendapat dan gagasannya,
tujuan, rencana, dan juga ambisinya yang tidak pernah habis
3. Melankolis
Orang yang memiliki kepribadian melankolis akan cenderung lebih suka
berkorban, tipe perfeksionis, analisis, dan memiliki sifat emosi yang cukup
sensitif. Seorang melankolis akan sangat menikmati keindahan karya seni
dan tak ada seorang pun yang bisa menandingi mereka. Akan tetapi, jika
mereka sedang murung, maka akan menjadi seseorang yang sangat
antagonis.
4. Plegmatis
Kepribadian berikutnya adalah plegmatis, yaitu seseorang yang hidupnya
terlihat cukup tenang, gampangan, dan tidak pernah merasa terganggu
dengan orang lain. Oleh karena itu, mereka hampir tidak pernah marah.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki sifat mudah bergaul dan
paling menyenangkan. Bagi mereka yang memiliki kepribadian ini, hidup
adalah sebuah kegembiraan dan mereka akan cenderung menjauh dari

8
Rustam, Psikologi Kepribadian (Pustaka Rumah Aloy, 2016).
9
Putra et al., Perilaku Konsumen (Malang: Rena Cipta Mandiri, 2022).
10
hal-hal yang tidak menyenangkan. Mereka tampak begitu tenang dan
cukup pendiam. Jadi, mereka jarang terhasut dengan apapun yang ada di
sekitarnya.
b. Menurut C.G. Jung
Menurutnya, Kepribadian seseorang terbagi menjadi dua, yaitu
1. Ekstrovert
Tipe kepribadian yang satu ini biasanya dimiliki oleh orang yang
perhatiannya diarahkan ke luar dirinya sendiri. Ciri atau sifat yang dimiliki
oleh seseorang yang ekstrovert adalah mereka lancar dalam bergaul,
berbicara di depan orang banyak, ramah, suka berteman, dan mudah
menyesuaikan diri di dalam lingkungan baru.
2. Introvert
Seseorang yang mempunyai kepribadian introvert adalah orang yang
berkebalikan dengan kepribadian ekstrovert. Dimana perhatian seorang
introvert lebih fokus ke dalam dirinya sendiri. Sifat yang dimiliki oleh
orang introvert lebih cenderung diliputi dengan kecemasan, kekhawatiran,
malu, canggung, dan lebih suka melakukan apapun sendiri. Mereka lebih
sulit menyesuaikan diri dan jiwanya cukup tertutup.
4. Proses Pembentukan Kepribadian
Kepribadian meliputi tiga unsur yaitu pengetahuan, perasaan dan dorongan
naluri.10 Pengetahuan sebagai unsur kepribadian merupakan proses individu melakukan
penggambaran atas apa yang ditemukan atau yang biasa disebut dengan konsep. Dengan
cara ini seorang individu bisa mengetahui apa yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Perasaan sebagai unsur kepribadian merupakan respon atas apa yang tidak bisa
digambarkan secara logis atau melalui pengetahuan yang dimiliki. Dorongan naluri
merupakan kesadaran manusia yang dipengaruhi pengetahuan sehingga menimbulkan
dorongan dalam jiwa.11
Dalam proses pembentukan kepribadian yang bisa terjadi melalui diri sendiri atau
melalui lingkungan sosial yaitu proses interaksi sosial, terdapat tahap pembentukan
kepribadian mulai dari tahap persiapan hingga penerimaan norma kolektif.12
a. Preparatory stage
Preparatory stage merupakan tahap persiapan yang terjadi pada individu. Biasanya

10
Ezra Yani Sibuea, “Resensi Buku Pengantar Ilmu Antropologi,” 2021, https://osf.io/preprints/osf/y4unt.
11
Alvin Kuswanto, Memahami Perilaku Dan Kejiwaan Manusia (Lindan Bestari, 2020).
12
Subadi and Tjipto, Sosiologi (Surakarta: Zie Informatika, 2008).
11
tahap ini dimulai sejak bayi ketika terjadinya interaksi sosial antara bayi dan
keluarganya. Syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya komunikasi. Jadi ketika
sedang melakukan komunikasi dengan bayi, disitu letak dimana bayi mempelajari
cara berbicara dan lalu berlanjut hingga pada tahap menirukan perilaku.
b. Play stage
Play stage merupakan tahap pembentukan kepribadian yang mana anak sudah
berada di umur lebih dari 3 tahun. Pada tahap ini anak sudah sangat aktif
mengekspresikan diri sesuai dengan apa yang ada pada preparatory stage.
Biasanya anak mulai responsif, mulai mengenal dirinya, mengetahui keluarganya
dan mempelajari bagaimana bersikap yang semestinya.
c. Game stage
Game stage merupakan tahap pembentukan kepribadian yang mana anak sudah
semakin yakin untuk dapat berekspresi. Pada tahap ini, anak mulai berani untuk
mencoba hal baru dan mulai mencari siapa dirinya sebenarnya lalu apa yang akan
ia lakukan nantinya. Proses interaksi sosial akan sangat membantu pada tahap ini.
d. Generalized other
Tahap pembentukan kepribadian ini adalah tahap penerimaan norma kolektif. Pada
tahap ini biasanya individu sudah semakin berani untuk bertindak. Selain itu juga
individu mulai memahami betul kondisi lingkungannya sehingga mengetahui
bagaimana harus bertindak dalam lingkungan tersebut. Sikap sikap dasar dalam
masyarakat sudah ada pada tahap ini.13
5. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut Gibson dkk. Terbentuknya kepribadian seseorang dipengaruhi oleh
sejumlah faktor yaitu: (1) bawaan, (2) keluarga, (3) kebudayaan, dan (4) kelas sosial
serta keanggotaannya dengan kelompok yang lain. Sedangkan menurut Schermerhorn,
Hunt, Osborn mengemukakan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
Heredity (keturunan/bawaan) yang berkaitan dengan sosok fisik dan jenis kelamin. Dan
Environment (lingkungan) berkaitan dengan faktor budaya (berkaitan dengan norma-
norma yang ada dalam kehidupan keluarga, agama, dan kelompok/organisasi formal
dan non formal), faktor sosial, dan faktor situasi (menekankan pada aspek yang
berbeda pada pribadi seseorang).14 Menurut Sjarkawi ada dua faktor besar yang dapat

13
Almaratus Solikhah, “Pergeseran Nilai Sosialisasi Primer Pada Keluarga Double Income Di Sidoarjo,”
Paradigma 3, no. 3 (2015).
14
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011).
12
mempengaruhi kepribadian manusia yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor ini biasanya merupakan faktor bawaan. Faktor bawaan maksudnya
merupakan faktor yang dibawa sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan
dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya. Misalnya
ayah yang pemarah, maka kemungkinan anaknya akan menjadi anak yang
mudah marah.15
b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan


seseorang mulai dari lingkungan keluarga, teman, tetangga, sampai dengan
pengaruh dari berbagai media audio visual seperti TV, internet, atau media
cetak seperti koran, majalah, dan lain sebagainya.16

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kepribadian dibagi menjadi


sebagai berikut:
a. Faktor Biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau faktor fisiologis.
Keadaan fisik, baik yang berasal dari keturunan maupun yang merupakan
pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan peran penting pada
kepribadian seseorang, tidak ada yang mengingkarinya. Namun demikian, itu
hanya salah satu faktor saja. Kita melihat bahwa dalam perkembangan dan
pembentukan kepribadian, selanjutnya faktor-faktor lain terutama faktor
lingkungan dan pendidikan tidak dapat kita abaikan.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial disini maksudnya adalah masyarakat, yakni manusia-manusia lain
di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Yang
termasuk ke dalam faktor sosial juga adalah tradisi, adat-istiadat, peraturan-
peraturan, bahasa, dan yang berlaku dalam masyarakat itu. Termasuk keluarga,
keadaan keluarga yang saling berbeda memberikan pengaruh yang bermacam-
macam pula terhadap perkembangan individu. Seperti keluarga yang
berpendidikan akan lain pengaruh dengan keluarga yang kurang berpendidikan.
Demikian pula halnya dengan keluarga yang kaya dan keluarga yang miskin.

15
Maropen Simpolon, “Persepsi Dan Kepribadian,” EKONOMIS: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 2, no. 1 (2008).
16
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak (Jakarta: Sinar Grafika Mediacita, 2008).
13
c. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kita. Di negara kita
sendiri dapat diketahui bahwa kehidupan orang-orang di pedalaman Irian Jaya
berlainan dengan kehidupan orang-orang Indonesia lainnya. Sering pula
dikatakan bahwa kebudayaan orang barat berbeda dengan kebudayaan orang
timur dan sebagainya. Ini semua menunjukkan bahwa cara-cara hidup, adat-
istiadat, kebiasaan- kebiasaan, bahasa, kepercayaan, dan sebagainya dari suatu
daerah/masyarakat tertentu berbeda dengan daerah/masyarakat lain.

14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam rangka memahami kepribadian manusia, terdapat sejumlah definisi dan
pandangan yang bervariasi. Kepribadian tidak hanya dipahami sebagai ciri watak yang
konsisten dalam konteks sehari-hari, tetapi juga sebagai konsep yang kompleks dan
berkaitan erat dengan identitas kultural. Meskipun belum ada definisi yang tajam dan
seragam, para ahli antropologi memandang kepribadian sebagai karakteristik khas yang
membedakan setiap individu dan memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan
lingkungan.
Kepribadian dipahami sebagai pola sifat dan karakter unik yang memberikan
konsistensi serta individualitas dalam perilaku seseorang. Berbagai definisi tentang
kepribadian menekankan beberapa persamaan, antara lain kepribadian bersifat umum,
khas, berjangka lama, bersifat kesatuan, dan dapat berfungsi baik atau buruk. Kesimpulan
ini memberikan gambaran bahwa kepribadian adalah aspek kompleks yang mencakup
berbagai dimensi dan memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan individu.
Unsur-unsur pembentukan kepribadian, seperti pengetahuan, perasaan, dan
dorongan naluri, memberikan gambaran tentang proses pembentukan identitas seseorang.
Faktor-faktor internal dan eksternal, seperti bawaan, lingkungan, dan pengaruh sosial, turut
memengaruhi perkembangan kepribadian. Dalam konteks antropologi, pemahaman
kepribadian juga dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, tradisi, dan nilai-nilai masyarakat.
Jenis-jenis kepribadian, baik menurut pandangan Hippocrates, Galenus, maupun
C.G. Jung, memberikan kerangka kerja untuk mengidentifikasi variasi kepribadian
manusia. Tahapan pembentukan kepribadian, dari persiapan hingga penerimaan norma
kolektif, menggambarkan proses kompleks yang melibatkan interaksi sosial dan pengaruh
lingkungan.
2. Saran
Makalah ini dapat dibahas lebih mendlaam dengan menyertakan tinjauan literatur
yang lebih kritis terhadap sudut pandang yang berbeda-beda, memberikan contoh konkret
dari penelitian terkini, dan mempertimbangkan bagaimana perubahan definisi kepribadian
seiring waktu. Ini akan memberikan makalah lebih banyak kedalaman dan untuk
pemahaman yang lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azahra, N. L. “Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Strategi Coping Pada Mahasiswa.”
IAIN Kudus, 2022.

Diandra, Dessy. Pengantar Antropologi. Yogyakarta: Diva Press, 2021.

Fatwikiningsih, Nur. Teori Psikologi Kepribadian Manusia. Yogyakarta: Andi, 2020.

Kuswanto, Alvin. Memahami Perilaku Dan Kejiwaan Manusia. Lindan Bestari, 2020.

Manao, Yosia. “Laporan Baca Antropologi Budaya,” 2021.


https://doi.org/https://doi.org/10.31219/osf.io/ackpv.

Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011.

Pervin, Lawrence A., Daniel Carvone, and Oliver P. John. Psikologi Kepribadian: Teori Dan
Penelitian. 9th ed. Jakarta: KENCANA (Divisi dari PRENADAMEDIA Group), 2010.

Putra, Christophorus Indra Wahyu, M. Fadhli Nurzal, and Jumawan. Perilaku Konsumen.
Malang: Rena Cipta Mandiri, 2022.

Rochmadi, Nur Wahyu. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, 2008.

Rustam. Psikologi Kepribadian. Pustaka Rumah Aloy, 2016.

Sibuea, Ezra Yani. “Resensi Buku Pengantar Ilmu Antropologi,” 2021.


https://osf.io/preprints/osf/y4unt.

Simpolon, Maropen. “Persepsi Dan Kepribadian.” EKONOMIS: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 2,
no. 1 (2008): 52–67.

Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Sinar Grafika Mediacita, 2008.

Solikhah, Almaratus. “Pergeseran Nilai Sosialisasi Primer Pada Keluarga Double Income Di
Sidoarjo.” Paradigma 3, no. 3 (2015).

Subadi, and Tjipto. Sosiologi. Surakarta: Zie Informatika, 2008.

Suryatni, Luh. “Kecerdasan Emosional Dan Perilaku Manusia (Dalam Perspektif


Antropologi).” Jurnal Mitra Manajemen 7, no. 2 (2020).

16

Anda mungkin juga menyukai