Anda di halaman 1dari 19

KEPRIBADIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi


Pembimbing: Drs. H. Aam Abdillah, M. Ag.
Wina Sumiati, M. A.

Disusun Oleh:
Kelompok 2/VI-B
Faris Asyraf Widiantoro NIM 1185010041
Hani Mulyani NIM 1185010057
Ilham Permana Ardiansyah NIM 1185010063
Ina Nurlaeni NIM 1185010064
Lulu Nur Islami NIM 1185010070

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Alhamdulillahirabiil’alamin, puji dan syukur penulis berikan kepada Allah


swt. atas rahmat, izin, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul "Kepribadian" ini. Makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diajukan untuk mata kuliah Antropologi.

Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan


tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini.

Penulis tahu bahwa makalah ini memiliki banyak kelemahan dan begitu jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya
dan berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
untuk makalah ini.

Bandung, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Definisi Kepribadian.....................................................................................3
1. Definisi Kepribadian Menurut Pandangan Barat......................................3
2. Definisi Kepribadian Menurut Pandangan Islam......................................6
B. Unsur-unsur Kepribadian..............................................................................7
1. Pengetahuan...............................................................................................7
2. Perasaan.....................................................................................................9
3. Dorongan Naluri......................................................................................10
C. Materi dari Unsur-unsur Kepribadian.........................................................10
D. Aneka Warna Kepribadian..........................................................................11
BAB III: PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kepribadian merupakan keseluruhan cara seorang individu untuk
beraksi dan berinteraksi dengan individu yang lain. Di samping itu,
kepribadian pun sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri
setiap individu. Misalnya seseorang yang pemalu akan disebut memiliki
kepribadian pemalu, seseorang yang mudah bergaul akan disebut memiliki
kepribadian mudah bergaul, dan sebagainya.
Sementara dalam bahasa populer, istilah kepribadian memiliki arti
sebagai ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan
kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus. Susunan dari unsur-
unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan
dari setiap individu manusia adalah apa yang dikenal sebagai kepribadian atau
dalam bahasa Inggris disebut sebagai personality.
Konsep kepribadian pada dasarnya telah menjadi konsep yang begitu
luas, sehingga kemudian konsep tersebut menjadi suatu konstruksi yang tidak
mungkin dirumuskan ke dalam satu definisi yang tajam tetapi dapat mencakup
keseluruhannya, seperti apa yang dikemukakan oleh Prof. Dr.
Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi.
Maka dalam tulisan kali ini, penulis mencoba untuk memaparkan
berbagai konsep mengenai kepribadian, seperti definisi kepribadian, unsur-
unsur yang membentuk kepribadian, materi dari unsur-unsur kepribadian,
serta aneka warna dari kepribadian itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepribadian?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam unsur-unsur kepribadian?
3. Apa saja materi dari unsur-unsur kepribadian?
4. Apa saja aneka warna dari kepribadian?

1
2

C. Tujuan Penulisan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu kepribadian,
2. Untuk mengetahui macam-macam kepribadian,
3. Untuk mengetahui apa saja materi dari unsur-unsur kepribadian, serta
4. Untuk mengetahui aneka warna dari kepribadian.
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Antropologi oleh Bapak Drs. H.
Aam Abdillah, M. Ag. dan Ibu Wina Sumiati, M. A. selaku dosen pengampu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepribadian
Kepribadian atau personality merupakan susunan unsur-unsur akal dan
jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap
individu manusia. Meski demikian, definisi mengenai kepribadian tersebut
masih sangat kasar sifatnya, serta tidak banyak berbeda dengan arti yang
diberikan pada konsep itu dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa populer,
istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang
konsisten. Hal tersebut memberikan kepadanya suatu identitas sebagai
individu yang khusus. Sementara itu, dalam bahasa sehari-hari seseorang
dianggap memiliki kepribadian, yang mana maksudnya ialah seseorang
tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkannya secara lahir,
konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa
individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu-
individu lainnya.1
Konsep kepribadian merupakan sebuah konsep yang demikian luas,
sehingga merupakan suatu konstruksi yang tidak mungkin untuk dirumuskan
ke dalam satu definisi yang tajam tapi mencakup keseluruhannya.2 Namun di
luar dari pada itu, terdapat berbagai definisi mengenai kepribadian menurut
berbagai sumber, yang akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Definisi Kepribadian Menurut Pandangan Barat
Berbicara mengenai kepribadian merupakan sesuatu yang menarik
perhatian banyak pihak, banyak teori-teori yang mencoba memberikan
beberapa pengertian terkait makna kepribadian tersebut dengan sudut
pandang yang berbeda-beda. Dalam mendefinisikan kepribadian ini
terdapat dua cara, yaitu secara etimologis dan terminologis.

1
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Cetakan IX, Edisi Revisi, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009), hlm. 83.
2
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 83.

3
4

Secara etimologis, kata kepribadian berasal dari kata personality


(dalam bahasa Inggris) yang merupakan turunan dari bahasa Yunani Kuno
prosopon atau persona yang berarti “topeng”, menggambarkan sesuatu
yang dipakai oleh artis teater.3 Para aktor ini menggunakan topeng untuk
menonjolkan peran atau berpenampilan tiruan dalam panggung teater
tersebut. Jadi, konsep tentang kepribadian ini adalah tingkah laku manusia
mengenai kesan diri yang ingin ditampakkan pada lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, kepribadian bukan sesuatu yang sifatnya statis melainkan
dinamis, karena kepribadian pasti akan terus bergerak mengalami
perubahan tiap masanya.4
Sementara untuk definisi kepribadian secara terminologis,
beberapa ahli telah mendefinisikan apa yang dimaksud dengan
kepribadian, di antaranya ialah sebagai berikut.
a. Goldron Allport mendefinisikan kepribadian sebagai suatu organisasi
yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah
laku dan pemikiran individu secara khas.5
b. Menurut Browner, kepribadian adalah corak tingkah laku sosial, corak
ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini dan sikap
seseorang. Perilaku tersebut ada yang bersifat tampak dan ada pula
yang tidak tampak.
c. Menurut Maddy atau Burt, kepribadian adalah seperangkat
karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang menentukan
keumuman dan perbedaan tingkah laku psikologik dalam waktu yang
panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana sebagai hasil dari
tekanan sosial dan tekanan biologis saat itu.

3
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), hlm. 7.
4
Daviq Chairilsyah (2012), ‘Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia Dini’,
EDUCHILD 1, 1: 1.
5
Daviq Chairilsyah (2012), ‘Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia Dini’,
EDUCHILD 1, 1: 3.
5

d. Menurut Phares, kepribadian adalah pola khas dari pikiran, perasaan,


dan tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lain serta
tidak berubah lintas waktu dan situasi.6
e. Carl Gustav Jung mendefinisikan kepribadian sebagai integrasi dari
ego, ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif yang
melahirkan tingkah laku.
f. Eysenck mendefinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola
perilaku, baik yang aktual maupun yang potensial dari organisme yang
ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan.7
g. George Herbert dalam Lawrence A. Perwin mendefinisikan
kepribadian sebagai tingkah laku pada manusia yang berkembang
melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri
seseorang telah berlangsung seumur hidup, menurutnya manusia akan
berkembang dengan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota
masyarakat.8
h. W. Stern dalam buku karya Abdul Aziz Ahyadi mendefinisikan
kepribadian sebagai aktualisasi dan realisasi dari hal-hal yang sejak
semula telah terkandung dalam jiwa seseorang.9
Para ahli psikologi Barat berusaha memberi pengertian kepribadian
yang bersifat psikologis berdasarkan kata persona, namun sampai
sekarang para ahli psikologi kepribadian sendiri masih belum sepakat
mengenai apa sebenarnya definisi kepribadian, meskipun banyak definisi
yang telah ditawarkan selama ini. Terkait dengan konsep kepribadian yang
diuraikan oleh para psikolog Barat, Abdul Mujib menganggap perlu
adanya usaha untuk membangun makna kepribadian dalam konteks
psikologi Islam sebagai pembanding atau bahkan membantah terhadap
teori-teori kepribadian yang dibangun dari paradigma psikologi Barat.
6
Muhimmatul Hasanah (2018), ‘Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami’, Jurnal Ummul
Qura 11, 1: 111.
7
Agus Silahudin (2018), ‘Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat dan Islam’, Al-Fikra:
Jurnal Ilmiah Keislaman 17, 2: 250.
8
Lawrence A. Parwin, Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), hlm. 12.
9
Ahyadi Abdul Aziz, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru, 1987), hlm. 27.
6

Masyarakat Muslim lebih tepat menggunakan teori kepribadian


yang berbasis keislaman, karena teori ini dapat mengakomodasi seluruh
perilaku dan perbuatannya. Namun, konsep dan metode pembentukan
kepribadian islami belum banyak dikembangkan oleh para ilmuwan
Muslim itu sendiri, sehingga hal ini memengaruhi sulitnya penerapan
kepribadian islami dan metode pembentukannya.
2. Definisi Kepribadian Menurut Pandangan Islam
Melihat dari sudut etimologis, kepribadian berasal dari kata
“syâkhsh” yang berarti “pribadi”. Kata itu kemudian diberi yâ’ an-nisbah
sehingga menjadi kata benda buatan “syakhshiyah” yang berarti
“kepribadian”. Dalam kamus bahasa Arab modern, istilah syakhsiyah
digunakan untuk maksud kepribadian. Term syakhsiyah telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dan menilai kepribadian individu.
Sebutan syakhshiyah al-muslim memiliki arti kepribadian orang Islam.10
Sementara itu, beberapa ilmuwan Muslim ikut memberikan
pendapat mengenai definisi kepribadian, di antaranya ialah sebagai
berikut:
a. Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyebutkan kepribadian adalah hasil kerja
bersama dan dinamika integrasi dari unsur kepribadian yang terdiri
dari potensi nafsiyah (jasad dan naluri) dan potensi akal dalam
penggunaannya.
b. Hafidz Abdurrahman mendefinisikan kepribadian sebagai akumulasi
dari cara berpikir seseorang dalam menghukumi realitas, serta
kecenderungan nafsiyah terhadap realitas tersebut.
Kedua pendapat tersebut dilengkapi oleh Abdul Mujib sebagai
“satu kesatuan integrasi dari cara kerja aqliyah dan nafsiyah berdasarkan
akidah tertentu yang diyakini kemudian melahirkan perbuatan”.11

10
Agus Silahudin (2018), ‘Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat dan Islam’, Al-
Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman 17, 2: 253.
11
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam, (Jakarta: Darul Fatah, 1999), hlm. 24.
7

Berdasarkan beberapa definisi di atas, baik menurut pandangan Barat


ataupun pandangan Islam, dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah cara
setiap individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang melahirkan
sesuatu berupa emosional, dorongan, dan kebutuhan sosialnya, yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk pola-pola perilaku yang tampak maupun yang tidak
tampak.

B. Unsur-unsur Kepribadian
1. Pengetahuan
Dalam lingkungan hidup manusia, terdapat bermacam-macam hal
yang dialami melalui penerimaan pancaindra serta alat-alat penerima atau
reseptor organ lain, misalnya sebagai getaran eter (cahaya dan warna);
getaran akustik (suara); bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat-
ringan); tekanan termikal (panas-dingin); dan sebagainya, yang masuk ke
dalam sel-sel tertentu di bagian-bagian tertentu di dalam otaknya. Di
sanalah berbagai macam proses fisik, fisiologi, dan psikologi terjadi, yang
kemudian menyebabkan berbagai macam getaran dan tekanan tersebut
diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh
individu tersebut menjadi suatu penggambaran mengenai lingkungannya.
Seluruh proses akal manusia yang sadar tersebut, di dalam ilmu psikologi
disebut sebagai “persepsi”.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-
bagian yang paling menarik perhatian bagi seorang individu, sering kali
juga diolah oleh suatu proses dalam akalnya yang menghubungkan
penggambaran tersebut dengan berbagai penggambaran lain yang sejenis
yang pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya pada masa lalu,
kemudian timbul kembali sebagai kenangan atau penggambaran lama
dalam kesadarannya. Dengan demikian, diperoleh suatu penggambaran
baru dengan lebih banyak pengertian tentang keadaan lingkungan tersebut.
Hal seperti ini dalam ilmu psikologi disebut dengan “apersepsi”.12

12
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 84.
8

Ada kalanya suatu presepsi, setelah diproyeksikan kembali oleh


individu menjadi suatu penggambaran yang berfokus mengenai
lingkungan yang mengandung bagian-bagian yang menyebabkan individu
tersebut tertarik, akan lebih intensif memusatkan akalnya terhadap bagian-
bagian khusus tersebut. Penggambaran yang lebih intensif tersebut di
dalam ilmu psikologi kemudian disebut sebagai “pengamatan”.13
Selain itu, seorang individu juga dapat menggabung dan
membandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-
bagian dari berbagai macam penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan
asas-asas tertentu secara konsisten. Dengan proses akal tersebut, individu
mempunyai suatu kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran
baru yang abstrak, yang mana sebenarnya di dalam kenyataan tidak serupa
dengan salah satu dari berbagai macam penggambaran yang menjadi
bahan konkret dari penggambaran baru tersebut. Penggambaran abstrak ini
dalam ilmu sosial disebut dengan “konsep”.
Dalam sebuah usaha pengamatan oleh seorang individu, maka
penggambaran tentang lingkungannya tersebut ada yang ditambah-tambah
dan dibesar-besarkan, serta ada pula yang dikurangi serta dikecil-kecilkan
pada bagian-bagian tertentu. Bahkan ada pula yang digabung-gabungkan
dengan penggambaran-penggambaran lain, menjadi penggambaran baru
yang sebenarnya tidak pernah ada di dalam kenyataan. Di dalam ilmu
psikologi, penggambaran baru tersebut dikenal dengan “fantasi”.14
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan juga
fantasi merupakan unsur-unsur dari pengetahuan seorang individu yang
sadar. Sebaliknya, banyak juga pengetahuan atau bagian-bagian dari
seluruh himpunan pengetahuan yang ditimbun oleh seorang individu
selama hidupnya tersebut sering kali hilang dari alam akalnya yang sadar,
atau dengan kata lain alam kesadarannya. Meski demikian, unsur-unsur
pengetahuan yang telah disebutkan sebelumnya tidak lenyap begitu saja,

13
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 84-85.
14
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 85.
9

melainkan hanya mendesak masuk ke dalam bagian dari jiwa manusia


yang di dalam ilmu psikologi dikenal sebagai alam bawah sadar.15
2. Perasaan
Selain pengetahuan, di dalam alam kesadaran manusia juga
terkandung berbagai macam perasaan. Misalnya, digambarkan ada seorang
individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar suara yang
tidak menyenangkan, mencium bau busuk, dan sebagainya. Macam-
macam persepsi itu dapat menimbulkan perasaan yang negatif pada alam
sadar individu tersebut, karena dalam alam sadar akan terkenang kembali
kenangan-kenangan ketika individu tersebut mengalami hal serupa di masa
lampau. Apersepsi tersebut mungkin saja dapat menyebabkan individu
tersebut menjadi benar-benar muak apabila ia mengalami hal serupa lagi.
Di dalam penggambaran di atas, dijumpai suatu konsep baru, yakni
konsep perasaan. Pada kenyataannya, selain segala macam pengetahuan,
perasaan juga mengisi penuh alam kesadaran manusia setiap saat dalam
hidupnya. Berdasarkan penggambaran di atas pula, maka perasaan ialah
suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruhnya dinilai
sebagai keadaan yang positif atau negatif.
Suatu perasaan selalu bersifat subjektif karena adanya unsur
penilaian dari individu yang bersangkutan, yang mana biasanya
menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu.
Kehendak tersebut dapat bernilai positif apabila individu yang
bersangkutan ingin mendapatkan hal yang dirasakannya sebagai suatu hal
yang akan memberikan kenikmatan, atau dapat pula bernilai negatif jika
individu tersebut justru ingin menghindari hal yang dirasakannya untuk
menghindari perasaan tidak nikmat.
Suatu kehendak dapat menjadi sangat keras, hal tersebut terjadi
ketika hal yang dikehendaki oleh suatu individu tidak mudah untuk
diperoleh. Suatu perasaan keras seperti itu biasa dikenal sebagai “emosi”.16

15
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 85-86.
16
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 87-88.
10

3. Dorongan Naluri
Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung
perasaan lain yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuannya,
melainkan karena sudah terkandung di dalam organnya, dan khususnya
dalam gennya sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada
setiap makhluk manusia tersebut, oleh beberapa ahli psikologi disebut
sebagai “dorongan”.17
Meski terdapat beberapa perbedaan pendapat di antara para ahli
psikologi, namun terdapat sedikitnya tujuh macam dorongan naluri yang
disepakati oleh mereka, di antaranya ialah sebagai berikut.
a. Dorongan untuk mempertahankan hidup,
b. Dorongan seks,
c. Dorongan untuk upaya mencari makan,
d. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia,
e. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya,
f. Dorongan untuk berbakti, serta
g. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara,
atau gerak.18

C. Materi dari Unsur-unsur Kepribadian


Seperti yang telah dipaparkan bahwa kepribadia seseorang dibentuk
oleh pengetahuan (yang terdiri atas persepsi, penggambaran, apersepsi,
pengamatan, konsep, dan fantasi mengenai berbagai macam hal yang ada
dalam lingkungannya). Selain pengetahuan, kepribadian juga dibentuk oleh
bermacam-macam perasaan, emosi, dan keinginan tentang bermacam-macam
yang ada dalam lingkungannya.
Seorang ahli etnopsikologi yang bernama A.F.C. Wallace pernah
membuat suatu kerangka mengenai seluruh materi yang menjadi objek sasaran

17
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 88.
18
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 88-90.
11

unsur-unsur kepribadian manusia secara sistematis. Kerangka tersebut memuat


tiga hal, yang di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Beragam kebutuhan biologis diri sendiri, beragam kebutuhan dan
dorongan psikologis diri sendiri, serta beragam kebutuhan dan dorongan
baik biologis maupun psikologis sesama manusia selain diri sendiri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi ataupun tidak dipenuhi oleh
individu yang bersangkutan, sehingga memuaskan dan bernilai positif
baginya, ataupun sebaliknya, tidak memuaskan dan bernilai negatif.
b. Beragam hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas
diri sendiri, baik aspek fisik maupun psikologis, dan segala hal yang
bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam
kategori manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan, dan
gejala alam (baik yang nyata maupun yang gaib dalam lingkungan
sekelilingnya).
c. Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan,
mendapatkan, atau mempergunakan beragam kebutuhan dari hal tersebut
sehingga tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu
bersangkutan. Pelaksanaan berbagai macam cara dan jalan tersebut
terwujud dalam aktivitas hidup sehari-hari dari seorang individu.19

D. Aneka Warna Kepribadian


Aneka warna kepribadian setiap manusia yang hidup di muka bumi
disebabkan oleh faktor yang menyebabkan kepribadian tiap individu itu unik
dan berbeda dengan kepribadian individu lain. Keanekaragaman pengetahuan,
perasaan, serta keinginan pribadi dalam setiap manusia itulah yang
menyebabkan kepribadian dalam setiap manusia beragam. Aneka warna
materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak,
serta keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai
unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka
macam struktur kepribadian pada setiap manusia yang hidup di muka bumi,

19
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 90-91.
12

dan menyebabkan bahwa kepibadian tiap individu itu unik berbeda dengan
kepribadian individu yang lain. Hal ini menyebabkan suatu tingkah laku yang
berpola, yaitu kebiasaan maupun berbagai macam materi yang menyebabkan
timbulnya kepribadian dan berbagai tingkah laku berpola dari individu-
individu tersebut.20
Kepribadian dasar tersebut ada karena semua individu dari warga
masyarakat mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan selama masa
tumbuhnya. Mempelajari setiap unsur kepribadian yang berupa pengetahuan,
perasaan, kemauan, dan emosi seorang individu merupakan tugas dari seorang
psikolog. Sedangkan ilmu antropologi mempelajari seluruh pengetahuan,
gagasan, dan konsep secara umum yang dianut oleh sebagian besar warga
dalam suatu masyarakat. Dengan demikian ilmu antropologi hanya
mempelajari kepribadian yang ada pada seluruh warga di dalam suatu
masyarakat yang sering disebut kepribadian umum.21
Kepribadian umum merupakan semua unsur kepribadian yang dimiliki
bersama oleh suatu bagian besar dari warga suatu masyarakat tertentu.
Kepribadian dasar timbul karena semua individu warga dan suatu masyarakat
mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama masa
tumbuhnya. Sejak abad ke-19 hingga tahun 1930-an, para pengarang etnografi
seringkali mencantumkan suatu pelukisan tentang watak atau kepribadian
umum dari warga suatu kebudayaan di dalam karangan etnografi mereka.22
Pembentukan watak dalam jiwa individu banyak dipengaruhi oleh
pengalaman ketika ia sebagai anak-anak yang diasuh orang-orang di dalam
lingkungannya, seperti bapak-ibunya, saudara-saudaranya, dan orang-orang
yang ada di sekitarnya. Watak juga ditentukan oleh cara-cara ia sewaktu masih
kecil, seperti caranya diajari makan, caranya menjaga kebersihan, caraya
menjaga kedisiplinan, caranya bermain dan bergaul dengan anak-anak lainnya.
Oleh sebab itu, setiap kebudayaan ataupun masyarakat mempunyai cara

20
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 115.
21
Ismail, Pengantar Ilmu Antropologi, (Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2020),
hlm. 86.
22
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 94.
13

pengasuhan anak yang menunjukkan keseragaman pola-pola adat dan norma-


norma tertentu. Maka beberapa unsur watak yang seragam akan tampak
menonjol pada banyak individu yang telah menjadi dewasa tersebut.23
Dalam banyak tulisan mengenai kebudayaan, sering dibahas soal
perbedaan antara kepribadian manusia yang berasal dari kebudayaan Barat dan
kepribadian manusia yang berasal dari kebudayaan Timur. Konsep
kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur mula-mula dicetuskan pada
pertengahan abad ke-19, ketika beberapa negara Eropa Barat berhasil
menguasai daerah-daerah yang luas di muka bumi dengan sistem kolonialnya.
Ratusan bangsa yang mereka kuasai dengan cara itu memiliki kebudayan-
kebudayaan yang masih tergolong asli dan tradisional. Karena kebudayaan-
kebudayaan itu sebagian besar berada di sebelah timur (dari Eropa Barat),
maka secara keseluruhan mereka sebut sebagai “kebudayaan Timur”.24
Kepribadian Barat dan kepribadian Timur jika dibandingkan ini
memiliki perbedaan. Kepribadian Timur dideskripsikan memiliki pandangan
hidup yang mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, keramah-tamahan,
dan kehidupan kolektif atau bersama. Sementara itu, kepribadian masyarakat
Barat mempunyai pandangan hidup yang mementingkan kehidupan materiil,
pikiran logis, hubungan sosial berorientasi pada asas menguntungkan dan
individualisme.
Mengenai sifat keramah-tamahan dalam “kebudayaan Timur” dan sifat
asas guna dalam “kepribadian Barat”, sebenarnya hal tersebut hanyalah suatu
kontras yang relatif. Adat sopan santun dalam kebudayaan-kebudayaan di
Indonesia pada umumnya memanglah menyaratkan akan sifat ramah, tetapi
hal tersebut hanyalah keramahan lahiriah. Terutama dalam adat dan sopan
santun di Jawa, orang tetap harus bersikap ramah walaupun dalam batinnya ia
mungkin membenci seseorang. Begitu pula dalam adat sopan santun di
Jepang, hanya keramahan lahiriah saja yang dipentingkan. Adat sopan santun
dalam berbagai kebudayaan Cina dan India bahkan tidak mengutamakan sikap

23
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 96.
24
Ismail, Pengantar…, hlm. 88.
14

ramah, tetapi lebih menekankan kepada prinsip untuk tidak merugikan, tidak
membuat malu, dan tidak merendahkan orang lain. Dalam hal-hal seperti itu,
kebudayaan-kebudayaan tersebut justru lebih mirip dengan adat sopan santun
dalam kebudayaan Eropa. Begitu pun sebaliknya, bukan berarti adat sopan
santun dalam kebudayaan Eropa sama sekali tidak mengenal unsur keramah-
tamahan. Sebagai contohnya, apabila orang Amerika misalnya, bersikap
ramah, makai a sungguh-sungguh ramah secara spontan dan tidak hanya
ramah secara lahiriah saja.25

25
Koentjaraningrat, Pengantar …, hlm. 98-100.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepribadian atau personality merupakan susunan unsur-unsur akal dan
jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap
individu manusia. Sementara itu, dalam bahasa sehari-hari seseorang dianggap
memiliki kepribadian, yang mana maksudnya ialah seseorang tersebut
mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten,
dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu
tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu-individu
lainnya. Konsep kepribadian merupakan sebuah konsep yang demikian luas,
sehingga merupakan suatu konstruksi yang tidak mungkin untuk dirumuskan
ke dalam satu definisi yang tajam tapi mencakup keseluruhannya.
Unsur-unsur yang membentuk sebuah kepribadian terdiri atas tiga
macam, yakni pengetahuan yang dibangun oleh penggambaran, apersepsi,
pengamatan, konsep, dan juga fantasi; perasaan; serta dorongan naluri yang
sedikitnya terdiri atas tujuh hal.
Terdapat beberapa materi yang menjadi objek sasaran unsur-unsur
kepribadian manusia secara sistematis, yang di antaranya terdiri atas beragam
kebutuhan individu, beragam hal dalam lingkungan individu, serta berbagai
cara untuk memperlakukan hal-hal dalam lingkungan diri sendiri guna
memenuhi kebutuhan diri.
Aneka warna kepribadian setiap manusia yang hidup di muka bumi
disebabkan oleh faktor yang menyebabkan kepribadian tiap individu itu unik
dan berbeda dengan kepribadian individu lain. Aneka kepribadian terdiri atas
kepribadian individu dan juga kepribadian umum, sedangkan ilmu antropologi
hanya mempelajari umum saja. Selain itu, terdapat pula istilah kepribadian
yang dikenal dengan nama kepribadian Barat dan Timur, yang dibedakan
berdasarkan perbedaan pandangan hidup dari masing-masing kepribadian
tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.


Aziz, A. A. (1987). Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru.
Chairilsyah, D. (2012). Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia Dini.
EDUCHILD 1, 1.
Hasanah, M. (2018). Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami. Jurnal
Ummul Qura 11, 1.
Ismail. (2020). Pengantar Ilmu Antropologi. Medan: Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mujib, A. (1999). Fitrah dan Kepribadian Islam. Jakarta: Darul Fatah.
Parwin, L. A. (2015). Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian . Jakarta:
Prenadamedia Group.
Silahudin, A. (2018). Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat dan
Islam. Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman 17, 2.

16

Anda mungkin juga menyukai