Di susun oleh:
Al Akbar Fatahilah (230941008)
Viki Sastra Pratama (230941007)
Segala Puji bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam yang telah memilih seorang utusan
yang agung untuk umat akhir zaman. Salam sejahtera selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. seorang utusan-Nya yang terpilih untuk umat ini sebagai pembimbing serta
figur yang paling patut diteladani dari segala kehidupannya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Antropologi, Ibu
Sonia Awalokita, M.A. melalui bimbingannya kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan makalah yang baik dan benar. Makalah ini
membahas ‘Kepribadian’. Kami juga membutuhkan beberapa literatur untuk menunjang
pembuatan makalah ini. Serta ucapan terimakasih diucapkan kepada teman-teman mahasiswa
Program Studi Kriminologi yang telah turut serta membantu baik secara pemikiran langsung
maupun sumbangan literatur.
Penulis menyadari betul keterbatasan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu,
penulis meminta maaf jika dalam makalah ini terdapat kekurangan baik dalam segi penulisan
maupun dari segi pemikiran.
Penulis
DAFTAR ISI
Atas dasar tersebut, penulis ingin meneliti kepribadian dalam keilmuan antropologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan rumusan
masalah sebagi berikut:
1. Apa Definisi dan Ruang Lingkup Kepribadian dalam Antropologi ?
2. Bagaimana Unsur-unsur, Struktur, Proses, Materi, dan Aneka Warna Kepribadian ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Keilmuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memperluas wawasan khususnya penulis dan
umumnya pembaca untuk melihat kepribadian dalam perspektif antropologi.
2. Tujuan Akademik
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah antropologi.
D. Metode Pembahasan
Metode yang dipilih adalah menggunakan metode library research. Yakni dengan mencari
pembahasan yang dilakukan dalam buku atau jurnal ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, yakni personality. Kata
personality sendiri berasal dari Bahasa Latin yang berarti topeng. Biasanya digunakan oleh para
actor dalam suatu permainan atau pertunjukan.
Menurut Eysenck kepribadian adalah jumlah total dari aktual atau potensial organisme
yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan yang berawal dan berkembang melalui interaksi
fungsional dari faktor-faktor utama yang terdiri dari kognitif (intelligence), sektor konatif
(character), sektor afeksi (temperament), dan sektor somatic (constitution).
Menurut Alwisol ada lima persamaan yang menjadi ciri bahwa definisi itu mengandung
suatu definisi kepribadian, yaitu sebagai berikut:
a. Kepribadian bersifat umum: kepribadian menunjuk kepada sifat umum
seseorangpikiran kegiatan dan perasaan yang berpengaruh secara sistemik terhadap keseluruhan
tingkah lakunya.
b. Kepribadian bersifat khas: kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat individu yang
yang membedakan dia dengan orang lain, semacam tandatangan atau sidik jari psikologik,
bagaimana individu berbeda dengan orang lain.
c. Kepribadian berjangka lama: kepribadian digunakan untuk menggambarkan sifat
individu yang tahan lama, tidak mudah berubah sepanjang hidupnya. Walaupun terjadi
perubahan biasanya bersifat bertahap atau perubahan tersebut akibat merespon suatu kejadian
yang luar biasa.
d. Kepribadian bersifat kesatuan: kepribadian dipakai untuk memandang diri sebagai unit
tunggal, struktur atau organisasi internal hipotetik yang membentuk kesatuan dan konsisten.
e. Kepribadian bisa berfungsi baik atau berfungsi buruk. Kepribadian adalah cara
bagaimana orang berada di dunia. Apakah individu tersebut dalam keadan yang baik yang berarti
kepribadiannnya menyimpang.
Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi dan antropologi yang
lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para
ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behavior”, perilaku manusia, yang
pembahasannya, terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut.
Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan
tingkahlaku, kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian pembimbing orang untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan,
kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan. Ketika mengembangkan
kepribadian, orang harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen
kepribadian.
Menurut Yusuf dan Nurihsan menjelaskan bahwa kata kepribadian adalah terjemahan
dari bahasa Inggris yang berarti personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa latin
yaitu persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau
pertunjukkan. Para artis bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-
olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Sehingga, konsep awal dari pengertian
personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan
sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
Definisi mengenai kepribadian itu tidak banyak berbeda dengan arti yang melekat pada
konsep itu dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa populer istilah “Kepribadian” juga berarti
“ciri watak yang konsisten”, sehingga seorang individu memiliki suatu identitas yang khas.
Kalau dalam Bahasa sehari-hari kita mengatakan bahwa seseorang memiliki kepribadian, yang
dimaksudkan ialah bahwa individu tersebut memiliki beberapa ciri watak yang diperlihatkan
secara konsisten dan konsekuen, yang menyebabkan bahwa ia memiliki identitas yang berbeda
dari individu-individu lainnya.
Konsep kepribadian yang lebih tajam tetapi seragam agaknya belum ada karena konsep
tersebut sangat luas dan merupakan suatu konstruksi yang sukar dirumuskan dalam satu definisi
yang tajam tetapi mencakup seluruhnya. Oleh karena itu bagi kita yang belajar antropologi,
kiranya cukup apabila untuk sementara kita gunakan saja definisi yang masih “Kasar” tersebut
diatas, dan penggunaan Definisi-definisi yang lebih tajam untuk keperluan analisa yang lebih
mendalam sebaiknya kita serahkan kita serahkan kepada para ahli psikologi saja.
Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, kepribadian adalah sebagaimana
yang disampaikan Eysenck, bahwa tipe kepribadian adalah suatu ciri dari individu yang dapat
menggambarkan perilaku, pemikiran, dan emosinya serta dapat diamati yang menjadi ciri
seseorang dalam menghadapi dunianya.
2. Unsur-Unsur Kepribadian
A. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang
sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca
inderanya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya dan didalam
otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu kealam
sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia
yang sadar”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran
berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus
secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan
psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling
menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang menghubungkannya
dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima dan
diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan Dan
penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam istilah antropologi disebut “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran
dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten
berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu
penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari
sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang baru.
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat
tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat
tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut dengan “Konsep”.
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin
ada yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil
pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan penggambaran-pengambaran
lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya tidak nyata.
Penggambaran baru yang seringkali tidak realistis dalam antropologi disebut dengan
“Fantasi”. Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-
unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.
B. Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam
perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang
buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat
menimbulkan dalam kesadaranya perasaan negatif. “Perasaan”, disamping segala macam
pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya.
“Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai
sebagai keadan yang positif atau negative. Sebagai contoh, Kalu pada suatu hari yang luar biasa
panasnya kita melihat papan iklan bergambar minuman Coca-Cola yang tampak sejuk dan
nikmat, maka persepsi itu menyebabkan bahwa kita membayangkan gelas Coca-Cola yang
dingin, dan penggambaran itu dihubungkan oleh akal kita dengan penggambaran lain yang
muncul Kembali sebagai kenangan dalam kesadaran kita, menjadi suatu apersepsi tentang diri
sendiri yang sedang menikmati Coca-Cola dingin, manis , dan menyegarkan pada saat hari yang
sangat panas , yang menyebabkan air liur keluar dengan sendirinya. Apersepsi orang yang
menggambarkan dirinya sendiri tengah menikmati Coca-Cola dingin itu menimbulkan suatu
“Perasaan” yang positif dalam kesadarannya (yaitu perasaan Nikmat), sampai-sampai air liurnya
itu benar-benar keluar.
Sebaliknya, kita dapat juga menggambarkan seorang individu yang melihat suatu hal
yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan, mencium bau busuk, dan
sebagainya. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadarannya perasaan
negatif, karena ia terkenang bagaimana ia menjadi muak setelah mencium ikan yang busuk di
masa lampau. Apersepsi itu mungkin dapat menyebabkan menjadi benar-benar muak pada waktu
ia mencium bau ikan busuk lagi.
Dalam Kedua Contoh diatas kita jumpai suatu konsep baru, yaitu “Perasaan”, yang
disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran manusia setiap saat
dalam hidupnya. Apabila kita perhatikan kedua contoh diatas dengan saksama yang karena
pengetahuannya dinilai sebagai keadaan yang positif dan negative.
C. Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang tidak
ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang sudah terkandung
di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan yang sudah
meruapakan naluri disebut “dorongan”.
Walaupun di antara para ahli psikologi ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah
dorongan naluri yang terkandung dalam naluri manusia, mereka semua sependapat bahwa ada
sedikitnya tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1. Dorongan Untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu
kekuatan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk bertahan hidup.
2. Dorongan Seks. Dorongan ini telah banyak menarik para ahli antropologi, dan
mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang
mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaannya di
dunia ini muncul pada setiap individu yang yang norml yang tidak dipengaruhi oleh
pengetahuan apapun.
3. Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan
sejak baru dilahirkan pun manusia telah menampakkannya dengan mencari puting
susu ibunya atau botol susunya, tanpa perlu di pelajari.
4. Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia, yang merupakan
landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk kolektif.
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya . dorongan ini merupakan asal mula
dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan bahwa manusia
mengembangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam
(Konform) dengan manusia-manusia di sekelilingnys.
6. Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karena manusia adalah makhluk
kolektif. Agar manusia dappat hidup serasi bersama manusia lainnya diperlukan
suatu landasan biologi untuk mengembangkan altruisme, simpati, cinta, dan
sebagainya. Dorongan seperti itu kemudian lebihh lanjut membentuk kekuatan-
kekuatan yang oleh perasaannya dianggap berada di luar akalnya sehingga timbul
religi.
7. Dorongan untuk keindahan (Keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak). Dorongan
ini seringkali sudah tampak dimiliki bayi, yang sudah mulai tertarik pada bentuk-
bentuk, warna-warna, dan suara-suara, irama, dan gerak-gerakdan merupakan dasar
dari unsur kesenian.
3. Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian merupakan unsur-unsur atau komponen yang membentuk diri
seseorang secara psikologis. Jung sebenarnya tidak membahas struktur kepribadian secara
khusus melainkan tentang jiwa. Menurut Jung dalam Syamsu dkk menjelaskan bahwa “psyche
embraces all thought, feeling and behavior, conscious and unconscious” atau kepribadian itu
adalah seluruh pemikiran, perasaan dan perilaku nyata yang disadari mapun yang tidak disadari.
Struktur kepribadian manusia terdiri dari:
A. Dimensi Kesadaran
Dimensi kesadaran adalah penyesuaian terhadap dunia luar individu. Dimensi
kesadaran manusia mempunyai dua komponen pokok yaitu
1. Fungsi jiwa
Fungsi jiwa ialah bentuk suatu aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak berubah dalam
lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi jiwa yang pokok. Pikiran dan
perasaan adalah fungsi jiwa yang rasional. Pikiran dan perasaan bekerja dengan penilaian.
Penilaian menilai atas dasar benar dan salah. Adapun perasaan menilai atas dasar menyenangkan
dan tidak menyenangkan. Kedua fungsi jiwa yang irrasional yaitu pendirian dan intuisi tidak
memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata pengamatan. Pendirian mendapatkan
pengamatan dengan sadar melalui indra. Adapun intuisi mendapat pengamatan secara tidak sadar
melalui naluri. Pada dasarnya setiap manusia memiliki keempat fungsi jiwa itu, akan tetapi
biasanya hanya salah satu fungsi saja yang paling berkembang (dominan). Fungsi yang paling
berkembang itu merupakan fungsi superior dan menentukan tipe kepribadian orangnya. Jadi ada
tipe pemikir, tipe perasa, tipe pendirian dan tipe intuitif.
2. Sikap jiwa
Sikap jiwa ialah arah dari energi psikis atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi
manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat keluar ataupun ke dalam diri
individu. Begitu juga arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat keluar atau pun ke dalam
dirinya. Tiap orang mengadakan orientasi terhadap sekelilingnya berbeda satu sama lain.
Berdasarkan atas sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu manusia
yan bertipe ekstroversi dan manusia yang bertipe introversi. Manusia yang bersifat ekstrover
biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka. Sedangkan manusia yang bersifat introver
biasanya memiliki sifat yang cenderung pendiam, suka merenung dan lebih peduli tentang
pemikiran mereka dalam dunia mereka sendiri.
B. Dimensi Ketidaksadaran
Dimensi ketidaksadaran adalah suatu dimensi yang melakukan penyesuaian terhadap dunia
dalam individu. Dimensi ketidaksadaran kepribadian seseorang memiliki dua lingkaran:
1. Ketidaksadaran pribadi
Yakni berisi hal yang diperoleh individu selama hidupnya namun tertekan dan
terlupakan. Biasanya orang seperti ini memiliki pengalaman yang disadari namun ditekan hingga
dilupakan, diabaikan serta pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada
pribadi seseorang. Ketidaksadaran pribadi berisi hal yang teramati, terpikirkan dan terasakan
dibawah ambang kesadaran. Ketidaksadaran pribadi berisi kompleks (konstelasi) perasaan,
pikiran, persepsi, ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi.
2. Ketidaksadaran koletif
Yakni bekas ingatan seseorang yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang.
Ketidasadaran adalah sisa psikis perkembangan evolusi manusia yang menumpuk akiat dari
pengalaman yang berulang selama banyak generasi.
B. Saran
1. Kajian Tema
Penulis mengharapkan masukan yang bersifat membangun dari pembaca terhadap
pembahasan yang telah dipaparkan. Karena penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembahasan yang disajikan, baik secara isi maupun kesimpulan.
2. Akademik
Penulis juga mengharapkan kritik dari pembaca, jika lliterasi yang digunakan oleh
penulis masih terdapat kecacatan, baik secara penulisan sumber maupun pemahaman
yang diberikan. Serta masukan terhadap literasi yang belum dicantumkan pada makalah
ini. Pada akhirnya, penulis berserah diri kepada Allah yang Maha Mengetahui Segalanya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Juntika, dkk. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia.
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 2007. Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yusuf dan Nurihsan. 2007. Teori Kepribadian, .Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.