Anda di halaman 1dari 22

KEPRIBADIAN DAN SIKAP KEAGAMAAN

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama

Dosen Pengampu :
Dr. H. Hisban Thaha, M.Ag

Di susun oleh kelompok VII kelas PAI V C

Aina Mutmainnah Hidayat 1902010097

Fadil Muhammad 1902010108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWt akrna senantisa memberiakan kita berbagai
macam nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami tepat waktu.

Shalawat serta salam juga tidak lupa selalu kita tuturkan kepada nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW yang senantiasa menuntut kita semua menuju jalan yang selalu di ridhai Allah
SWt. InsyaaAllah

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya tidak pernah terlepas dari dukungan beberapa
pihak. Maka dari itu kami ucapkan terima kasih yang sangat mendalam kepada beberapa pihak
yang telah ikut andil dalam penyusunan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
penyusun dan pembaca. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun
makalah ini agar kedepannya dapat penyusun perbaiki. Karena penyusun sadar, makalah yang di
buat ini masih memiliki banyak kekurangan.

Palopo, 09 oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................................

BAB 1 ...............................................................................................................................

PENDAHULUAN ...........................................................................................................

A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................

B. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................

C. TUJUAN MASALAH .........................................................................................

BAB II...............................................................................................................................

PEMBAHASAN ...............................................................................................................

A. PENGERTIAN DAN TEORI KEPRIBADIAN ...................................................

B. TIPE – TIPE KEPRIBADIAN..............................................................................

C. HUBUNGAN KEPRIBADIAN DAN SIKAP KEAGAMAAN ..........................

D. DINAMIKA KEPRIBADIAN ..............................................................................

BAB III .............................................................................................................................

PENUTUP.........................................................................................................................

A. KESIMPULAN .....................................................................................................

B. SARAN .................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia tentunya memiliki kepribadian berbeda-beda, kadang kita mengenal terlebih


dahulu seseorang tersebut kemudian kita mengetahui kepribadinnya seperti apa. Adapun
kepribadan itu merupakan keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Di samping ttu kepribadian yang sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol
pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu kadang di kenakan atribut “berkepribadian
pemalu”.

Dalam memahami kepribadian dan sikap keagamaan, ada banyak tipe-tipe yang di
paparkan oleh berbagai macam teori dari para ahli, mulai dari teori barat yang sangat dikenal
dalam psikologi seperti teori Freud dalam memandang kepribadian dan juga agama.Begitu pula
dengan teori yang menjelaskan tentang kepribadian yang dihubungkan dengan agama islam.
Selain dijelaskan secara gamblang dalam Al-qur’an, kita harus bisa mengikuti dan
mengaplikasikan sebagaimana tipe-tipe kepribadian yang baik. Dan bisa menjadi contoh bagi
orang yang ada di sekitar kita. Sebab, jika kita sebagai manusia menjalani kehidupanj ini dengan
baik, maka baik pula jiwa dan raga kita dan selalu menjalankan perintah-Nya.Ada bermacam-
macam tipe yang dimiliki oleh manusia. Ada manusia yang dikatakan sehat atau normal dan ada
juga manusia yang dikatakan abnormal. Maksudnya dalam makalah ini akan dijelaskan bahwa
jika ia manusia normal, maka ia akan menjalankan tipe kepribadian yang baik dan tidak
melanggar norma-norma maupun nilai-nilai yang bertentangan dengan agama.Sebaliknya, jika ia
manusia yang dikatakan abnormal, ia tidak dapat menjalani kehidupan dengan kepribadian yang
sehat. Sebab ia banyak melanggar perintah-Nya yang telah banyak di sebutkan dalam al-
qur’an.Baiklah untuk memperjelas, dan agar kita dapat memahami langsung apa saja yang
termasuk tipe-tipe kepribadian dari berbagai macam teori yang dijelaskan oleh para ahli, maka
makalah ini mencoba mengupas tuntas tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian dan
sikap keagamaan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Kemukakan definisi teori kepribadian!
2. Apa saja tipe-tipe kepribadian?
3. Bagaimana hubungan antara kepribadian dan sikap keagamaan?
4. Sebutkan unsur-unsur dinamika kepribadian!

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian teori kepribadian
2. Untuk mengetahui apa sajakah tipe-tipe kepribadian
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kepribadian dan sikap keagamaan
4. Untuk mengetahui unsur-unsur dinamika kepribadian
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Teori Kepribadian

Istilah – istilah yang dikenal dalam kepribadian adalah :

1. Mentality, yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental atau
intelektual. Pengertian secara definitif yang di kemukakan dalam Oxfort Dictionary :
Mentality : Intellectual Power
Integrated activity of the organism
2. Personality, menurut Wibters Dictionary, adalah :
a. The totality of personality’s characteristic.
b. An integrated group of constitution of trends behavior tendencies act.
3. Individuality, adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai
sifat berbeda dari orang lainnya.
4. Identitiy, adalah sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan
dirinya terhadap sesuatu dari luar (unity and persistence of personality)

Selanjutnya, berdasarkan pengertian dari kata – kata tersebut, beberapa ahli


mengemukakan definisinya sebagai berikut :

1. Allport dengan mengecualikan beberapa sifat kepribadian dapat di batasi sebagai cara
bereaksi yang khas dari seseorang individu terhadap perancang sosial dan kualitas
penyesuaian diri yang di lakukannya terhadap segi sosial dan kualitas penyesuaian
diri yang di lakukannya terhadap segi sosial dari lingkungannya.
2 Mark A. May apa yang memungkinkan seseorang berbuat efektif atau memungkinkan
seseorang mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Dengan kata lain, kepribadian
adalah nilai perangsang sosial seseorang.
3 Woodworth kualitas dari seluruh tingkah laku seseorang.
4 Morrison keseluruhan dari apa yang di capai seseorang individu dengan jalan
menampilkan hasil-hasil kultural dari evolusi sosial.
5 Hartmann susunan yang terintegrasikan dari ciri-ciri umum seorang individu
sebagaimana dinyatakan dalam dalam corak khas yang tegas yang di perlihatkannya
kepada orang lain.
6 L.P. Thorp sinonim dengan pikiran tentang berfungsinys seluruh individu secara
organisme yang meliputi seluruh aspek yang secara verbal terpisah-pisah seperti :
intelek, watak, motif, emosi, minat, kesediaan untuk bergaul dengan orang lain
(sosialitas) dan kesan individu yang di timbulkannya pada orang lan serta efektivitas
sosial pada umumnya.
7 C.H Judd hasil lengkap serta merupakan suatu keseluruhan dari proses
perkembangan yang telah di lalui individu.
8 Wetherington dari seluruh definisi yang telah di kemukakan wetherington
menyimpulkan, bahwa kepribadian mempunyai ciri –ciri sebagai berikut :
a. Manusia karena keturunanya mula sekali hanya merupakan individu dan
kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena pengaruh belajar dan
lingkungan sosialnya.
b. Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara
terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dari keseluruhan itu.
c. Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada pikiran
orang lain dan isi pikiran itu di tentukan oleh nilai perangsang sosial seseoramg.
d. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentuk badan
atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang.
e. Kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, setiap orang mempergunakan
kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial.

Selanjutnya dari sudut filsafat di kemukakan pendapat :

1. William Stern

Menurut William Stern kepribadian adalah suatu kesatuan banyak (unita multi complex)
yang di arahkan kepada tujuan – tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus individu yang
bebas menentukan dirinya sendiri.

Dalam uraian selanjutnya ia mengemukakan ciri-ciri kepribadian :


a. Kesatuan banyak mengandung unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara
hierarki dari unsur yang berfungsi tinggi ke unsur yang rendah.
b. Bertujuan: mempunyai tujuan yang terdiri dari mempertahankan diri dan
mengembangkan diri.
c. Individualitas: merdeka untuk menemukan dirinya sendiri dan kesadaran tidak
termasuk ke dalamnya

Berdasarkan pendapat ini W.Stern mengaggap bahwa Tuhan juga termasuk suatu
pribadi, karena Tuhan menurutnya mempunyai tujuan dalam diri-Nya dan tak ada tujuan lain
atas-Nya.

2. Prof. Kohnstamm

Ia menentang pendapat W.Stern yang meniadakan kesadaran dalam pribadi terutama


pada Tuhan titik menurut khonstamm, Tuhan merupakan pribadi yang menguasai alam semesta
titik dengan kata lain, kepribadian sama artinya dengan testis (keyakinan). Orang yang
berkepribadian menurutnya adalah orang yang berkeyakinan ketuhanan titik selanjutnya dari
pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pribadi seseorang terkumpul
beberapa aspek yang terintegrasi kan, berupa :

a. Keyakinan hidup yang dimiliki seorang : filsafat, keyakinan, cita-cita, sikap, dan cara
hidupnya.
b. Keyakinan mengenai diri : perawakan jasmani, sifat fisikis, intelegensi, emosi,
kemauan, pandangan terhadap orang lain, kemampuan bergaul, kemampuan memimpin, dan
kemampuan-kemampuan bersatu.
c. Keyakinan mengenai kemampuan diri: status diri dalam keluarga dan masyarakat,
status sosial berdasarkan keturunan dan historis.

B. Tipe-tipe kepribadian

Secara garis besarnya pembagian tipe kepribadian manusia ditinjau dari aspek antara lain:

1. Aspek biologis
Aspek biologis, yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang ini didasarkan atas konstitusi
tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki seseorang tokoh yang mengemukakan teorinya
berdasarkan aspek biologis ini diantaranya:
a. Hippocrates dan Galenus
Mereka berpendapat bahwa yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang adalah jenis
cairan tubuh yang paling dominan, yaitu:
1) Tipe choeleris
Tipe ini disebabkan cairan empedu kuning yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak
emosi: mudah marah, dan mudah tersinggung.
2) Tipe Melancholic
Tipe ini disebabkan cairan empedu hitam yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak
tertutup: rendah diri mudah sedih, dan sering putus asa.
3) Tipe plegmatis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan lendir yang dominan titik sifat yang dimilikinya agak
statistik : lamban, apatis, pasif, dan pemalas.
4) Tipe sanguinis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan darah merah yang dominan titik sifat yang dimilikinya agak
aktif, cekatan, periang, dan mudah bergaul.

b. Kretchmer
Dalam pembagian tipe wataknya kretchmer mendasarkan pada bentuk tubuh seseorang,
yaitu:
1) tipe asthenis atau leptosome yaitu tipe orang yang memiliki tubuh tinggi, kurus, dada
sempit, dan lengan kecil.
2) tipe piknis, yaitu tipe orang yang memiliki bentuk tubuh yang gemuk bulat. Sifat-sifat
yang dimilikinya antara lain: periang, mudah bergaul dan suka humor.
3) tipe atletis, yaitu tipe orang yang memiliki bentuk tubuh atlet tinggi, kekar dan berotot
sifat-sifat yang dimiliki antara lain: mudah menyesuaikan diri berpendirian teguh, dan
pemberani.
4) tipe displastis, iya itu tipe manusia yang memiliki bentuk tubuh campuran. Sifat yang
dimiliki tipe ini adalah sifat yang mudah terombang-ambing oleh situasi sekelilingnya. Oleh
karena itu, diistilahkan oleh Kretchmer tipe ini adalah tipe orang yang tak mempunyai ciri
kepribadian yang mantap.

c. Sheldon
Sheldon membagi tipe kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang berada dalam
tubuh seseorang titik berdasarkan aspek ini ia membagi tipe kepribadian menjadi:
1) Tipe Ektomorph, yaitu tipe orang yang berbadan kurus tinggi, karena lapisan badan
bagian luar yang dominan. Sifatnya antara lain, suka menyendiri dan kurang bergaul dengan
masyarakat.
2) Tipe Mesmorph, yaitu tipe orang yang berbadan sedang dikarenakan lapisan tengah
yang dominan. sifat orang tipe ini antara lain, giat bekerja dan mampu mengatasi sifat agresif.
3) tipe endomorph yaitu tipe orang yang memiliki bentuk badan gemuk bulat dan anggota
badan yang pendek karena lapisan dalam tubuhnya yang dominan sifat yang dimilikinya adalah
kurang cerdas senang makan, suka dengan kemudahan yang tidak banyak membawa resiko
dalam kehidupan.

2. Aspek Sosiologis
Pembagian ini didasarkan kepada pandangan hidup dan kualitas sosial seseorang. Yang
mengemukakan teorinya berdasarkan aspek sosiologi ini antara lain:

a. Edward spranger
Iya berpendapat bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh pandangan hidup mana
yang dipilihnya. Berdasarkan hal itu ia membagi tipe kepribadian menjadi:
1) tipe teoritis, orang yang perhatiannya selalu diarahkan kepada masalah teori dan nilai-
nilai, ingin tahu, meneliti, dan mengemukakan pendapat.
2) tipe ekonomis, yaitu orang yang perhatiannya tertuju kepada manfaat segala sesuatu
berdasarkan faedah yang dapat mendatangkan untung rugi.
3) tipe estetis, yaitu orang yang perhatiannya tertuju kepada masalah-masalah keindahan.
4) tipe sosial, yaitu orang yang perhatiannya tertuju ke ada ke arah kepentingan
kemasyarakatan dan pergaulan.
5) tipe politis, yaitu orang yang perhatiannya tertuju kepada kepentingan kekuasaan,
kepentingan, dan organisasi.
6) tipe religius, yaitu tipe orang yang taat kepada ajaran agama, senang dengan masalah
masalah ketuhanan, dan keyakinan.

b. Muray
Murai membagi tipe kepribadian menjadi:
1) tipe teoritis, yaitu orang yang menyenangi ilmu pengetahuan, berpikir logis dan
rasional.
2) tipe humanis, yaitu tipe orang yang memiliki sifat kemanusiaan yang mendalam.
3) tipe sensations, yaitu tipe orang yang suka sensasi dan berkenalan.
4) tipe praktis, yaitu tipe orang yang giat bekerja dan mengadakan praktik

c. Fritz kunkel
Kuntil membagi tipe kepribadian menjadi:
1) Tipe sachelichkeit, iya itu tipe orang yang banyak menaruh perhatian terhadap
masyarakat.
2) Tipe Icbbaftigkeit, yaitu tipe orang yang lebih banyak menaruh perhatian kepada
kepentingan diri sendiri.
Menurut F. Kunkel sachelichkeit dan ibbaftigkeit berbanding terbalik. Jika seseorang
memiliki sachlichkeit yang besar, maka ichbhatftigkeit-nya menjadi kecil dan sebaliknya.
3. Aspek Psikologis
a. Dalam pembagian tipe kepribadian berdasarkan psikologis prof. Heyman
mengemukakan, bahwa dalam diri manusia terdapat tiga unsur: emosionalitas, aktivitas, dan
fungsi sekunder ( proses pengiring).
1) emosionalitas, merupakan unsur yang mempunyai sifat yang didominasi oleh emosi
yang positif, sifat umumnya adalah: kurang respek terhadap orang lain, perkataan berapi-api,
tegas ingin menguasai, bercita-cita yang dinamis, pemurung dan suka berlebih-lebihan.
2) Aktivitas, yaitu sifat yang dikuasai oleh aktivitas gerakan, sifat umum yang tampak
adalah: lincah, praktis, berpandangan luas,,, dan selalu melindungi kepentingan orang lemah.
3) fungsi sekunder (proses pengiring), yaitu sifat yang didominasi oleh kerentanan
perasaan sifat umum yang tampak: watak tertutup, tekun, hemat, tenang, dan dapat dipercaya.
Selanjutnya dalam tipe kepribadian haiman menggunakan rumus dengan simbol huruf : A
(aktivitas), E ( emosionalitas), dan S ( proses pengiring). Jika terdapat tanda positif berarti fungsi
tersebut dominan dan tanda negatif menunjukkan tidak adanya dominasi fungsi dimaksud. Tipe
yang dikemukakan adalah:

b) selanjutnya, Carl Gustav yang membagi manusia menjadi dua pokok:


1) Tipe Extrovert, yaitu orang yang terbuka dan banyak berhubungan dengan kehidupan
nyata.
2) tipe introvert, yaitu orang yang tertutup dan cenderung kepada berpikir dan merenung.
Dari pembagian ini kemudian orang yang memperluas pembagian tersebut menjadi
masing-masing empat tipe berdasarkan 4 fungsi pokok yang mempengaruhi kehidupan mental
seseorang berpikir, perasaan, penginderaan dan intuisi.
Dari pembagian itu digambarkan dalam bentuk skema pada halaman berikut dengan
demikian tipe ekstrovert maupun tipe introvert masing-masing memiliki tipe: pikiran, perasan,
penginderaan, dan intuisi, sehingga tipe kepribadian manusia tersebut terbagi atas:
a) tipe pemikiran terbuka, dengan sifat-sifatnya cenderung terbuat secara praktis dan
memanfaatkannya dalam kehidupan.
b. Tipe perasaan terbuka dengan sifat-sifatnya cenderung ikut merasakan perasaan orang
lain: sedih dan gembira, rasa hormat, rasa sosial dalam bentuk perbuatan nyata.
c. Tipe penginderaan terbuka, dengan sifat-sifatnya: memiliki kehidupan pikiran dan
perasaan yang dangkal titik kehidupan mentalnya dipengaruhi perangsang ke lingkungan yang
diterimanya dan mudah bosan terhadap sesuatu, jiwanya labil dan kurang mantap.
d. Tipe intuisi terbuka dengan sifat-sifatnya: cenderung untuk bersifat avonturir karena
mereka selalu akan melaksanakan secara langsung setiap apa yang terlintas dalam pikirannya.
Mereka selalu yakin terhadap kebenaran lintasan pikiran itu.
d. Tipe pemikiran tertutup dengan sifat-sifatnya: cenderung menekuni pemikiran yang
bersifat abstrak sehingga kurang memanfaatkan implementasi pemikiran dalam bentuk perbuatan
nyata. Kehidupan mereka dilibatkan dalam pemikiran yang berbentuk renungan yang idealis.
f. Perasaan tertutup dengan sifat-sifat: kehidupan mentalnya dikuasai oleh perasaan yang
mendalam. Pengaruhnya dalam kehidupan menyebabkan mereka senang menyendiri, mencintai
dan membenci sesuatu secara bersangkutan karena selalu dikuasai oleh perasaan yang tajam.
g. Tipe penginderaan tertutup dengan sifat-sifat, cenderung untuk menenggelamkan diri
oleh pengaruh perangsang luar sebagai hasil penginderaan. Mereka tenggelam dalam lamunan
yang dipantulkan lingkungan dan diproyeksikan ke dalam kehidupan jiwa.
h. Tipe intuisi tertutup dengan sifat-sifatnya: cenderung untuk membuat keputusan yang
tepat dan tajam tanpa didasarkan atas bukti yang objektif. Kehidupan jiwanya mudah
dipengaruhi oleh waham dan syak wasangka.
Masih banyak lagi pembagian tipe kepribadian yang dikemukakan oleh para ilmu jiwa
berdasarkan sudut pandang masing-masing namun sebagai bahan perbandingan dan penerus titik
temu ke dalam bidang pembahasan ilmu jiwa agama cukuplah kiranya apa yang sudah dikutip di
atas.

C Hubungan Kepribadian dan Sikap Keagamaan


1. Sigmund Freud
Merumuskan system kepribadian menjadi tiga sistem. Ketika sistem itu di namanya id,
ego dan super ego. Dalam diri orang yang memiliki jiwa yang sehat ketiga sistem itu bekerja
dalam suatu susunan yang harmonis. Segala bentuk tujuan dan segala gerak-geriknya selalu
memenuhi keperluan dan keinginan manusia yang pokok.
Sebaliknya, kalau ketiga sistem itu bekerja secara bertentangan satu sama lainnya, maka
orang tersebut dinamai sebagai orang yang tak dapat menyesuaikan diri. Ia menjadi tidak puas
dengan diri dan lingkungannya. Dengan kata lain, efisiensinya menjadi berkurang.
a. Id (Das Es)
Sebagai suatu sistem ide mempunyai fungsi menunaikan prinsip kehidupan asli manusia
berupa penyaluran dorongan naluriah. Dengan kata lain id mengemban prinsip kesenangan
(pleasure principle), yang tujuannya untuk membebaskan manusia dari ketegangan dorongan
naluri dasar: makan minum, sex, dan sebagainya.
b. Ego (Das Es)
Ego ego merupakan sistem yang berfungsi menyalurkan dorongan id ke keadaan yang
nyata. Freud menamakan misi yang diemban oleh ego sebagai prinsip kenyataan
(objective/reality principle).
Segala bentuk dorongan naluri dasar yang berasal dari id hanya dapat direalisasi dalam
bentuk nyata melalui bantuan ego. ego juga mengandung prinsip kesadaran
c. Super ego (das Uber ich)
Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur moral dan keadilan maka sebagian besar
superego mewakili alam ideal. tujuan super ego adalah membawa individu ke arah
kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan dan moral. Iya merupakan kode modal
seseorang dan berfungsi pula sebagai pengawas tindakan yang dilakukan oleh ego. Jika tindakan
itu sesuai dengan pertimbangan moral dan keadilan maka ego mendapatkan jaran berupa rasa
puas atau senang. Sebaliknya jika bertentangan, maka ego menerima hukuman berupa rasa
gelisah dan cemas. Superego mempunyai dua anak sistem, yaitu ideal dan hati nurani.

2. H.J. Eysenck
Menurut Eysenck, kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan disposisi disposisi
yang tour organisasi dalam susunan hierarkis berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya,
diurut dari yang paling bawah ke yang paling tinggi adalah:
a. Specific response, yaitu tindakan atau respon yang terjadi pada suatu keadaan atau
kejadian tertentu, jadi khusus sekali.
b. Habitual response mempunyai corak yang lebih umum daripada specifik response,
yaitu respon respon yang berulang-ulang terjadi saat individu menghadapi kondisi atau situasi
yang sama.
c. Trait, yaitu terjadi saat habitual respon yang saling berhubungan satu sama lain, dan
cenderung ada pada individu tertentu
d. Type, yaitu organisasi di dalam individu yang lebih umum dan mencakup lagi.

3. Sukamto M.M
Menurut pendapat Sukamto M.M kepribadian terdiri dari empat sistem atau aspek, yaitu:
a. Qalb (angan-angan kehatian).
b. Fuad (perasaan/hati nurani/ulu hati)
c.ego (aku sebagai pelaksana dari kepribadian)
d. Tingkah laku (wujud gerakan)
Meskipun ke-4 aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, empat, komponen, prinsip
kerja, dan dinamika sendiri-sendiri, namun keempatnya berhubungan erat dan tidak bisa dipisah-
pisahkan
a. Qalb
Qalb adalah hati yang menurut istilah kata (terminologis) artinya sesuatu yang berbolak-
balik (sesuatu yang lebih), berasal dari kata qolaba, artinya membolak-balikkan. Qalb bisa
diartikan hati sebagai daging sekepal (biologis) dan juga bisa berarti 'kehatian' (nafsiologis).
Buah hadis nabi riwayat Bukhari/Muslim berbunyi sebagai berikut:
"Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging.
kalau itu baik baiklah seluruh tubuh. kalau itu rusak, rusaklah seluruh tubuh. itulah
qalb"
Secara nafsiologis, qalb disini dapat diartikan sebagai radar kehidupan. Qalb adalah
reservoir energi nafsiah yang menggerakkan ego dan Fuad. Dilihat dari beberapa segi, ada
kecenderungan bahwa teori Freud tentang id mirip dengan karakter hati yang tidak berisi iman,
yaitu qalb yang selalu menuntut kepuasan dan menganut prinsip kesenangan (pleasure principle).
Ia menghendaki agar segala sesuatu segera dipenuhi atau dilaksanakan titik kalau satu segi sudah
terpenuhi, ia menuntut lagi yang lain dan begitu seterusnya. Ia menjadi anak manja dari
kepribadian.
b. Fuad
Fuad adalah perasaan yang terdalam dari hati yang sering kita sebut hati nurani (cahaya
mata hati) dan berfungsi sebagai penyimpan daya ingatan. ia sangat sensitif terhadap gerakan
atau dorongan hati dan merasakan akibatnya. Kalau hati kufur, Fuad pun kubur dan menderita
titik kalau hati bergejolak karena terancam oleh bahaya, atau hati tersentuh oleh siksaan batin,
Fuad terasa seperti terbakar. Kalau hati tenang, fuad pun tentram dan senang. 1 segi kelebihan
Fuad dibanding dengan hati ialah, bahwa Fuad itu dalam situasi yang bagaimanapun, tidak bisa
dusta. Ia tidak bisa menghianati kesaksian terhadap apa yang dipantulkan oleh hati dan apa yang
diperbuat oleh ego. Ia berbicara apa adanya. Berbagai rasa yang dialami oleh Fuad dituturkan
dalam Alquran sebagai berikut:
1. Fuad bisa bergoncang gelisah (Q.S Al-Qashash : 10) :
Dan Fuad ibu Musa menjadi bingung (kosong). hampir saja ia membukakan rahasia
(Musa), jika aku tidak meneguhkan hatinya, sehingga ia menjadi orang yang beriman.
2. Dengan di Wahyukannya Alquran kepada nabi, Fuad nabi menjadi teguh (Q.S. al-
furqan : 32)
Dan orang-orang kafir bertanya: "mengapa Alquran tidak diturunkan kepadanya dengan
sekaligus?"demikianlah, karena dengan (cara) itu, aku hendak meneguhkan buatmu, dan aku
baca kan itu dengan tertib (sebaik-baiknya)
3. Fuad tidak bisa berdusta (Q.S an -najm:11)
Fuad tidak berdusta tentang apa yang dilihatnya.
4. Orang yang zalim artinya kosong (bingung). (Q.S Ibrahim:43)
Dengan terburu-buru sambil menundukkan kepala, mereka tidak berkedip, tetapi fuadnya
kosong (bingung)
5. Orang musyrik, Fuad dan pandangannya dibolak-balikkan/digoncang (Q.S Al-An'am
;110)
Aku goncangkan fuad dan pandangan mereka (kaum musyrikin), sebagaimana sejak
semula mereka tidak mau beriman, dan aku biarkan mereka dalam kedurhakaannya
mengembara tanpa arah tertentu.
c. Ego
Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan
dunia kenyataan (realitas). Ego atau aku bisa dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian,
mengontrol cara-cara yang ditempuh, memilih kebutuhan kebutuhan, memilih objek objek yang
bisa memenuhi kebutuhan, mempersatukan pertentangan pertentangan antara qalb, dan Fuad
dengan dunia luar. Egoadalah derivat dari qalb dan bukan untuk merintanginya. Kalau qalb
hanya mengenal dunia sesuatu yang subjektif dan objek (dunia realitas). Di dalam fungsinya, ego
berpegang pada prinsip-prinsip kenyataan (reality principle). Tujuan prinsip kenyataan ini ialah,
mencari objek yang tepat (serasi) untuk mereduksikan ketegangan yang timbul dalam organisme.
Ia merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya (biasanya dengan
tindakan) untuk mengetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak.
d. Tingkah laku
Nafsiologi kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsi-asumsi objektif
tentang tingkah laku manusia, karena menyadari bahwa Tidak seorangpun bisa bersikap objektif
sepenuhnya dalam mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman
yang disadari oleh pribadi. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. artinya, bahwa apa
yang dipikir dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang akan dikerjakan. Adanya nilai
yang domina mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan tingkah
lakunya.
Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku, dalam nafsiologi ditentukan oleh
nilai dan norma yang sifatnya universal. Orang yang disebut normal adalah orang yang seoptimal
mungkin melaksanakan iman dan amal saleh di segala tempat. kebalikan dari ketentuan itu
adalah abnormal, yaitu sifat sifat zalim, dan sejenis itu

D. Dinamika Kepribadian
Selain tipe dan struktur, kepribadian juga memiliki semacam dinamika yang unsurnya
secara aktif ikut mempengaruhi aktivitas seseorang. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Energi rohaniah (psychis energy) yang berfungsi sebagai pengatur aktivitas rohaniah
seperti berpikir mengingat, mengamati, dan sebagainya.
2. Naluri, yang berfungsi sebagai pengatur kebutuhan primer seperti makan minum dan
sex. Sumber naluri adalah kebutuhan jasmani dan gerak hati. Berbeda dengan energi rohaniah,
maka naluri mempunyai sumber (pendorong), maksud dan tujuan
3. Ego (aku sadar), yang berfungsi untuk meredakan ketegangan dalam diri dengan cara
melakukan aktivitas penyesuaian dorongan-dorongan yang ada dengan kenyataan objektif
(realitas). Ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dan buruk sehingga
tidak terjadi kegelisahan atau ketegangan batin.
4. Superego yang berfungsi sebagai pemberi ganjaran batin baik berupa penghargaan
yaitu rasa puas senang, berhasil maupun berupa hukuman yaitu rasa bersalah, berdosa, menyesal.
Penghargaan batin diperankan oleh ego-ideal, sedangkan hukuman batin dilakukan oleh hati
nurani
Dalam kaitannya dengan tingkah laku keagamaan maka dalam kepribadian manusia
sebenarnya telah diatur semacam sistem kerja untuk menyelaraskan tingkah laku manusia agar
tercapai ketentraman dalam batinnya. Secara fitrah manusia memang terdorong untuk melakukan
sesuatu yang baik benar dan indah titik namun, terkadang naluri mendorong manusia untuk
segera memenuhi kebutuhannya yang bertentangan dengan realita yang ada. misalnya, dorongan
untuk makan ingin dipenuhi, tetapi makanan tidak ada (realita), maka timbul dorongan untuk
mencuri. jika perbuatan itu tidak dilaksanakan maka ego (aku sadar) akan merasa bersalah,
karena mendapat hukuman dari ego ideal (norma yang terbentuk dalam batin baik oleh norma
masyarakat maupun agama). Sebaliknya, jika dorongan itu mencuri tidak dilaksanakan maka ego
akan memperoleh penghargaan dari hati nurani.
Pemenuhan dorongan pertama akan menyebabkan terjadi kesalahan pada ego, sedangkan
pemenuhan dorongan kedua akan menjadikan ego tentram titik Dengan demikian kemampuan
ego untuk menahan diri tergantung dari pembentukan ego ideal. Dalam kaitan inilah bimbingan
dan pendidikan agama sangat berfungsi bagi pembentukan kepribadian seseorang. Pendidikan
moral dan akhlak ini adalah dalam upaya membekali Lego ideal Dengan nilai-nilai luhur dan
menurut Sigmund Freud, guideline yg terbentuk oleh lingkungan baik di keluarga maupun
masyarakat. sedangkan peletak dasarnya adalah orang tua.
Peran orang tua dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan moral agama dan akhlak
memang demikian menentukan. Bahkan dalam ajaran Islam misalnya dikemukakan bahwa setiap
bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang bertanggung jawab
apakah anak itu (nantinya) akan menjadi Yahudi Nasrani atau majusi (hadis).
Demikian dominannya pengaruh kedua orang tua dalam pembentukan dasar-dasar agama.
Bahkan pengaruh tersebut sampai-sampai ada dasar dasar keyakinan (aqidah). Keberagaman
anak hampir sepenuhnya ditentukan oleh pengaruh orang tua. Inilah agaknya yang dikemukakan
Sigmund Freud sebagai father image (citra bapak).
Citra bapak merupakan patron atau pula bagi anak dalam pembentukan dasar-dasar
keagamaan dalam dirinya. Bila dalam beragama bapak dapat menampilkan sikap lemah lembut
dan penuh kasih sayang maka anak-anak akan menginternalisasi nilai-nilai agama juga seperti
itu. sebaliknya bila penampilan semua pak terkesan sangar anak-anak akan mengidentifikasikan
agama sebagai ajaran yang penuh dengan "kekejaman". Dengan demikian, pemahaman agama
pada anak sangat tergantung dari sikap dan perlakuan orang tua dalam menjalankan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga.
Seperti yang dikemukakan oleh Erich Fromm, bahwa pembentukan kepribadian
tergantung dari dua faktor lingkungan, yakni asimilasi dan sosialisasi. Asimilasi menyangkut
hubungan manusia dengan lingkungan bendawi, sedangkan sosialisasi menyangkut hubungan
dengan lingkungan manusiawi. Kedua faktor ini ikut berpengaruh dalam pembentukan watak
atau karakter sebagai bagian dari unsur kepribadian. Watak atau karakter adalah unsur
kepribadian yang terbentuk oleh pengaruh luar (lingkungan). Berbeda dengan temperamen
sebagai unsur kepribadian yang diperoleh dari bawaan.
Bila dalam sebuah keluarga, perlakuan orang tua terlalu keras, maka anak-anak
memperoleh lingkungan manusiawi (sosialisasi) yang tidak sejalan dengan nilai-nilai ajaran
agama. Maka walaupun dalam lingkungan Bendawi (asimilasi) anak-anak diperkenalkan dengan
benda-benda keagamaan, pembentukan kepribadian agama secara utuh boleh dikatakan sulit
terpenuhi. sebaliknya, bila sikap dan perlakuan orang tua sejalan dengan nilai-nilai ajaran agama
(sosialisasi), tetapi tidak didukung oleh pengenalan lingkungan Bendawi (asimilasi) yang sesuai
dengan nilai-nilai tersebut, maka besar kemungkinan pembentukan kepribadian keagamaan juga
akan gagal. Oleh karena itu, untuk membentuk kepribadian yang berdasarkan nilai-nilai ajaran
agama, kedua faktor lingkungan tersebut harus sinkron.
Pembentukan kepribadian dimulai dari penanaman sistem nilai pada diri anak. Dengan
demikian pembentukan kepribadian ke agamaan perlu dimulai dari penanaman sistem nilai yang
bersumber dari ajaran agama. Sistem nilai sebagai realitas yang abstrak yang dirasakan dalam
diri sebagai pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman hidup. Dalam realitasnya,
nilai terlihat dalam pola bertingkah laku, pola pikir, dan sikap-sikap seorang pribadi atau
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sistem nilai merupakan unsur kepribadian yang
tercermin dalam sikap dan perilaku yang diyakini sebagai sesuatu yang benar dan perlu
dipertahankan. Sistem nilai merupakan identitas seseorang.
Dengan demikian, pembentukan kepribadian keagamaan harus dimulai dari pembentukan
sistem nilai yang bersumber dari nilai-nilai ajaran agama dalam diri anak. adapun pembentukan
sistem nilai ini tergantung dari perlakuan yang diberikan oleh orang tua dan ketersediaan
lingkungan keagamaan yang mendukung. Untuk membentuk sikap ketaatan, maka orang tua
harus meneladani sikap tersebut dalam perilakunya sehari-hari dalam keluarga. Selain itu, ia
harus pula menyediakan lingkungan bendawi yang sejalan dengan pembentukan ketaatan
beragama.
Secara konkret dapat digambarkan bahwa untuk menanamkan nilai-nilai ibadah orang tua
harus mencontohkan sikap dan perilaku ketaatan beribadah. selain itu, dalam rumah tangga
mereka harus melengkapi benda-benda yang berhubungan dan digunakan dalam melaksanakan
ibadah tersebut. Pembentukan sistem nilai akan kurang berpengaruh bila tidak disertai dengan
keteladanan dan contoh kemasan tape lingkungan bendawi yang tidak sejalan dengan titik anak-
anak memang belajar dari perlakuan orang tua terhadap dirinya, serta suasana lingkungan yang
akrab dengan dirinya.
Sistem nilai memberi pengaruh dalam pembentukan kepribadian yang memuat 4 unsur
utamanya. Kepribadian secara utuh terlihat dari ciri khas (individuality), sikap dan perilaku lahir
dan batin (personality), pola pikir (mentality), dan jati-jati (identity). Dengan demikian,
kepribadian yang berdasarkan nilai-nilai ajaran agama terlihat dari kemampuan seseorang untuk
menunjukkan ciri khas dirinya sebagai penganut agama, sikap dan perilakunya secara lahir dan
batin yang sejalan dengan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya, pola pikirnya memiliki
cenderung terhadap keyakinan agamanya, serta kemampuannya untuk mempertahankan jati diri
sebagai seorang yang beragama.
Mengacu kepada pendapat Erich Fromm ini terlihat bahwa hubungan pembentukan
kepribadian dengan nilai-nilai moral keagamaan.mereka yang hidup di lingkungan keluarga yang
taat dan selalu berhubungan dengan benda-benda keagamaan serta berhubungan dengan orang-
orang yang taat beragama, bagaimanapun akan memberi pengaruh dalam pembentukan karakter
nya. Sebaliknya mereka yang asing dengan lingkungan seperti itu tentunya akan sulit untuk
mengenali nilai-nilai keagamaan, baik melalui benda-benda keagamaan seperti rumah ibadah
umat perangkat ibadah, dan sebagainya ataupun tindak keagamaan seperti upacara keagamaan
dan sebagainya.
Dalam konteks ini terlihat bagaimana pentingnya pendidikan agama diberikan kepada
anak-anak dalam usia dini dalam upaya mengisi nilai-nilai agama agar karakternya terbentuk
oleh pengaruh nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai agama ini kemudian akan memperkuat Lego ideal
yang sekaligus akan berfungsi sebagai pemberi ganjaran batin. Jika kondisi Ego-ideal ini
berperan secara dominan dalam diri seseorang, maka ia akan senantiasa terpelihara dari pengaruh
dorongan naluri yang menyalahi norma dan nilai agama
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepribadian (Personality) berasal dari bahasa Yunani yaitu kata per dan sonare, yang berarti
topeng, tetapi berasal juga dari kata personare yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang
memakai topeng tersebut.
Istilah yang berdekatan maknanya dengan kepribadian, ada karakter yang berarti
penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) secara eksplisit
maupun implisit. Watak yan berarti karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang belum
berubah. Tempramen yang berarti kepribadian yg berkaitan erat dengan determinan biologik atau
fisiologik, disposisi hereditas. Sifat yang berarti respon yg sama terhadap sekelompok stimuli
yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama. Ciri yang berarti mirip dengan
sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas. Kebiasaan merupakan respon yang
sama cenderung berulang untuk stimuli yang sama pula.
Dalam tipe-tipe kepribadian ada beberapa aspek yang mempengaruhi. Yaitu : Aspek biologis,
yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang ini didasarkan atas konstitusi tubuh yang
dimiliki seseorang. Aspek sosiologis didasarkan pada pandangan hidup dan kualitas sosial
seseorang. Serta aspek psikologi yang mengontrol emosional, serta aktivitas manusia sehari-hari.
Dalam diri orang yang memiliki jiwa yang sehat ketiga sistem itu bekerja dalam suatu
susunan yang harmonis. Segala bentuk tujuan dan segala gerak-geriknya selalu memenuhi
keperluan dan keinginan manusia yang pokok. Sebaliknya, kalau ketiga sistem itu bekerja secara
bertentangan satu sama lainnya, maka orang tersebut dinamai sebagai orang yang tak dapat
menyesuaikan diri. Ia menjadi tidak puas dengan diri dan lingkungannya. Dengan kata lain,
efisiensinya menjadi berkurang.

B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah juga akan memberikan saran kepada para pembaca, agar
memperbanyak bacaan terkait Ilmu kepribadian dan keagamaan. Hal ini bertujuan untuk
memperbanyak referensi atau pengetahuan yang akan di dapat oleh pembaca.
Serta kitik dan saran sangat di harapkan penyusun sebagai pendorong dan motivasi agar ke
depan makalah yang di buat jauh lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai