Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

PROSES DIRI, CITRA DIRI KEKUATAN DAN


KELEMAHAN PERSONAL

Disusun Oleh :

Laila Nur Afni (14.401.17.06)


Liya Mega Kristanti (14.401.17.052)
M. Iqbal Basuki (14.401.17.054)
Nafi’ah Darmawati (14.401.17.062)
Nur Inayah (14.401.17.065)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Proses diri, citra diri,
kekuatan dan kelemahan personal dalam keperawatan” serta dapat penulis selesaikan dengan
baik sebagai persyaratan tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian dan Karir.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna.Untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan dan semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan ilmu
keperawatan pada umumnya.

Banyuwangi, 27 September 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ................................................................................................................................ i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
2.1 Definisi konsep diri ................................................................................................................. 3
2.2 Definisi citra diri ..................................................................................................................... 4
2.3 Unsur-unsur yang membentuk citra diri ................................................................................. 5
2.4 Identifikasi kelemahan personal.............................................................................................. 8
PENUTUP ............................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diri adalah tubuh kita secara utuh, dipandang dari aspek fisik maupun aspek
psikologis. Diri adalah bagian terpenting dari hidup manusia, dan yang paling
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Tetapi, diri sulit untuk didefinisikan secara
rinci dan konkrit. Apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh induvidu tentang diri sangat
mempengaruhi proses perawatan, baik secara fisik maupun secara emosional yang akan
berpengaruh terhadap tingkat kesehatan individu (Potter dan Perry, 2005).

Orang yang mempunyai konsep tentang diri yang rendah akan kurang menghargai
perawatan, disbanding dengan orang yang menpunyai konsep diri yang tinggi. Mengapa
dalam keperawatan masalah tentang konsep diri perlu di bahas? Dalam keperawatan,
proses asuhan keperawatan erat kaitannya dengan kondisi mental pasien. Konsep diri
dapat dipandang tentang sesuatu yang dipercaya oleh individu dan diyakini individu
dimana individu tersebut dapat melakukan hal yang dipercayainya.

Penulisan makalah ini dilatar belakangi karna perlunya memahami pemahaman


tentang konsep diri dan kedudukannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsep diri adalah
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik
melalui eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya.
Dipelajari melalui kontak social dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari beberapa masalah yang di bahas kami dapat meumuskan sebagai berikut:
a. Apa pengertian proses diri ?
b. Apa pengertian dari citra diri?
c. Identifikasi kekuatan dan kelemahan personal ?
d. Manfaat proses diri, citra diri, dan identifikasi kekuatan dan kelemahan personal
dalam keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui proses diri ?
b. Mengetahui tengtang citra diri ?
c. Mengetahui kelemahan personal ?
d. Manfaat proses diri, citra diri, dan kelemahan personal dalam keperawatan ?

2
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Definisi konsep diri

Banyak ahli yang berusaha membahas, merumuskan, dan meneliti tentang konsep
diri. Ini menunjukkan bahwa konsep diri merupakan salah satu aspek yang penting dan
patut diperhatikan. Konsep diri dan citra diri bagi sebagian penulis diartikan sebagai suatu
hal yang sama, yaitu mempunyai arti yang sama berkenaan dengan self concept.
Keduanya mencakup gambaran tentang siapa seseorang itu dan ini tidak hanya meliputi
perasaan terhadap diri seseorang melainkan juga pandangan terhadap sikap yang akan
mendorong seseorang akan berperilaku. Pandangan serta sikap terhadap diri sendiri itulah
yang disebut dengan konsep diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh anggapan atau
penilaian orang sekitarnya terhadap dirinya. Konsep diri adalah pandangan dan sikap
individu terhadap diri sendiri.
Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi
diri. Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga
kelemahan bahkan juga kegagalan dirinya. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian
individu. Inti kepribadian berperan penting untuk menentukan dan mengarahkan
perkembangan kepribadian serta perilaku individu. Menurut (Stuart & Sundeen 2005)
Konsep Diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan
orang lain. Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks
dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberi kita
kerangka acuan yang mempengaruhi manejemen kita terhadap situasi dan hubungan kita
dengan orang lain (Potter & Perry, 2005).
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Keliat, 2005).
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan
perasaan kita tentang diri kita
(Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-
concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri

3
sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita
harapkan.
Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi
kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rini, 2002)
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya
apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau
dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu
berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Konsep diri seseorang dibentuk melalui belajar, sebagai hasil belajar ia
mengandung unsur-unsur deskriptif (penggambaran diri), unsure evaluative (penilaian)
yang berbaur dengan unsure pengalaman (Burns, 1993:71).
Sedangkan menurut Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri
sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan
gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi
karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Menurut Symond (dalam Suryabrata, 1995) bahwa konsep diri sebagai cara
bagaimana seseorang bereaksi terhadap dirinya sendiri dan konsep ini mengandung
pengertian tentang bagaimana orang berfikir tentang dirinya sendiri, bagaimana orang
berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri
(Suryabrata 1995:247).
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang
meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya
lingkungan social terdekatnya maupun spiritual.

2.2 Definisi citra diri


Citra diri adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaaan tentang ukuran, bentuk,
fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru setiap individu. ( Stuart dan
Sundeen, 1998 ). Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain :
a. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada usia remaja
b. Bentuk badan, tinggi badan, serta tanda-tanda kelamin sekunder menjadi citra tubuh

4
c. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis
individu tersebut
d. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain
terhadap dirinya dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya
e. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan
memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri
f. Individu yang stabil , realistis, dan konsisten terhadap citra tubuhnya terhadap citra
tubuhnya dapat mencapai kesuksesan

2.3 Unsur-unsur yang membentuk citra diri


Keluarga, dari orang tua, kita menerima pengaruh keturunan terhadap kepribadian
misalnya : tubuh, kecerdasan, watak, pola pendidikan Masyarakat, media-media yg
menyediakan berbagai macam informasi serta norma yg berlaku di masyarakat umum
mempengaruhi pola pikir dan perilaku kita yang berdampak pada pembentukan konsep
diri Teman Sebaya, ungkapan-ungkapan yg digunakan yg digunakan, perlakuan &
penilaian oleh teman menjadi acuan dlm menilai diri sendiri. Perbedaan- perbedaan antar
pertemanan sering menjadi tolak ukur yg penting dlm menbangun konsep diri
Pengalaman dalam kehidupan selanjutnya, mis : pengalaman berhasil atau gagal, dicintai
atau dijauhi orang .
Penilaian dan Kesan Pertama Slogan salah satu iklan parfum klasik itu pasti sudah
tidak asing lagi di telinga kita. Kalimat yang mampu membuat beberapa orang tersenyum
kecil ketika mendengarnya ini merupakan hasil dari penelitian ilmiah yang sudah
dilakukan selama bertahun-tahun di seluruh dunia Yaitu bahwa kesan pertama itulah yang
menentukan hasil akhir. Banyak di antara kita yang sering sekali mengabaikan kesan
pertama. Pepatah “Don’t judge a book by its cover” makin menguatkan pemahaman kita
untuk tidak menilai orang dari tampilan yang terlihat, apakah itu cara berpakaian, tindak
tanduk, bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara bicara, dan sebagainya. Kita harus melihat
“dalamnya” juga, yaitu kepribadian, kemampuan, pengetahuan, sifat dan hal-hal lain yang
barangkali tidak langsung terlihat.
Kenyataannya, kesan pertama tetap bias membawa dampak besar. Manusia
seringkali tidak bisa terlepas dari kesan subjektif yang tercipta ketika pertama kali
bertemu orang lain. Ketika melihat seorang mahasiswa di kampus dengan penampilan
yang rapi, perilaku yang tertata, gaya bicara dengan bahasa tubuh yang menampakkan
rasa percaya diri, biasanya kita akan cepat menyimpulkan kalau mahasiswa tersebut

5
adalah pribadi yang cerdas, menyenangkan dan mungkin merupakan aktivis atau asisten
dosen.Sebaliknya, ketika melihat mahasiswa dengan pakaian kusam dan rambut
berantakan, bisa jadi kita akan menduga mahasiswa ini adalah pribadi yang kasar,
menakutkan, tidak bertanggung jawab.
Jurnal Psychological Science mempublikasikan penelitian terbaru dari Janine
Willis dan Alexander Todorov yang menemukan bahwa manusia menilai orang lain lewat
wajahnya dalam waktu sepersepuluh detik pertama. Enam detik setelahnya dipakai untuk
mencari bukti-bukti lain yang mendukung penilaian di kesan pertama itu. Artinya, ketika
kita pertama kali bertemu orang, kita hanya punya waktu yang sangat singkat untuk
menciptakan kesan pertama yang baik. Selanjutnya, kesan pertama yang baik akan
mendukung mulusnya kelanjutan interaksi dan inilah yang memberi kita waktu tambahan
untuk menunjukkan ‘isi’ dari kepribadian kita. Tapi kalau kita keliru bertindak dan
memberi kesan pertama yang buruk, bisa jadi lawan bicara akan enggan melanjutkan
interaksi dan kandaslah harapan kita untuk bisa menampilkan diri sebagaimana mestinya.
Dari sini kita bisa membayangkan bagaimana dampak kesan pertama pada karier, bisnis,
dan kehidupan sosial. Menciptakan kesan pertama yang baik tidaklah sesulit yang kita
duga. Kuncinya ada pada penampilan fisik yang menarik, ekspresi wajah dan bahasa
tubuh yang meyakinkan, bicara dengan sopan, menyapa orang dengan nama mereka, dan
menjadi pendengar yang baik. Sederhana memang, tapi dampaknya akan sangat positif
bagi kesan pertama yang kita ciptakan. So, a book is judged by its cover, biar ‘isi’ nya
sudah bagus, kita harus mempercantik chasing juga supaya bias mencuri perhatian.
Karena suka ataupun tidak, kita tidak pernah bias terhindar dari penilaian “instant” orang
lain di kesan pertama, tanpa memperdulikan faktor seberapa baik atau seberkualitas apa
kepribadian kita. Dalam berbagai kesempatan, seringkali kita menilai seseorang dari
kesan pertama yang diciptakan. Ketika mewawancarai calon karyawan, hal pertama yang
diperhatikan adalah penampilan si interviewee, bahasa tubuh dan caranya memulai
komunikasi. Setelah itu barulah kita perhatikan isi dan bobot jawaban dari pertanyaaan
yang dilontarkan si interviewer. Interviewee yang berpakaian rapi dan necis pasti
membuat kita memberi nilai yang berbeda dibandingkan ketika melihat yang berpakaian
terlalu casual, lengkap dengan perhiasan atau make up yang berlebihan. Berjumpa dengan
orang yang belum kita kenal dalam suatu acara seminar, sebelum kita tergerak untuk
berkenalan atau memulai percakapan, pasti kita perhatikan bagaimana kesan orang
tersebut dalam persepsi kita.

6
Orang yang kita kesankan sebagai orang yang friendly tentu jadi pilihan utama kita
untuk mengajaknya berkenalan, daripada mereka yang terlihat kurang bersahabat. Lain
halnya dengan trainer. Trainer lebih sering tertarik untuk mendekati peserta training yang
terkesan pasif, tidak nyaman, acuh atau tidak bersemangat. Peserta training yang aktif dan
responsif tentu tidak memerlukan pendekatan tersendiri dari si trainer. Karena dengan
sendirinya peserta dari kelompok ini sudah menjadi pusat perhatian yang dapat
menghidupkan acara training.
Kris Cole, dalam bukunya Crystal Clear Communication (yang menjadi salah satu
buku referensi saya dalam membuat modul training topic komunikasi) menyebutkan tiga
hal yang sangat mempengaruhi kesan pertama, yaitu Penampilan, Bahasa Tubuh dan
Suara.
a. Penampilan 99% kesan pertama dibentuk dari penampilan kita.
Pakaian yang kita kenakan, make up yang kita gunakan, perhiasan/asesori yang
melekat di tubuh kita bahkan benda-benda atau perlengkapan yang kita bawa,
semuanya memberikan kesan tersendiri. Terlepas dari merk atau harga pakaian,
perhiasan dan perlengkapan tersebut, penampilan yang terkesan “baik” di mata orang
lain, sudah memberikan satu point tersendiri untuk citra yang kita kesankan. Pakaian
yang kita kenakan memang tidak mempengaruhi kualitas kompetensi kita, namun
secara simbolis mengkomunikasikan pesan yang sangat bermakna bagi orang lain
terhadap kita. Faktor lain dalam penampilan yang berpengaruh diantaranya adalah
tinggi badan, berat badan dan usia. Beberapa dari faktor ini tidak bisa kita kendalikan,
contohnya usia, namun tetap saja dapat kita manipulasi dengan hal-hal alami seperti
semangat yang tinggi atau senyum yang tetap cerah meskipun sudah memasuki usia
kepala
b. Bahasa Tubuh (Body Language)
Bahasa tubuh yang menyampaikan seribu makna bagi orang lain. Bahasa tubuh yang
membawa kesan diantaranya adalah Kontak mata, senyuman, jabat tangan, ekspresi
wajah gerakan (tangan, tubuh, kaki, kepala, bahu, mata) cara berdiri, dll
Kita bisa memilih kontak mata yang tajam namun tidak terkesan menyelidik,
atau kontak mata yang ragu-ragu bahkan menghindar adanya kontak mata dengan
lawan bicara. Kita juga bisa membuat senyum yang tulus, atau senyum yang berat dan
terpaksa. Jabat tangan yang terlalu erat dan kuat, atau jabat tangan yang lemah, atau
yang moderat diantara keduanya. Ekspresi wajah yang murung, tidak bergairah,
marah atau ekspresi yang bergairah, semangat, ceria, dan berbagai gerakan dan bahasa

7
tubuh lainnya semuanya bisa kita ciptakan dengan sadar. Atau ketika kita tidak sadar
sekalipun, bahasa tubuh kita sudah membangun kesan pertama yang akan selalu
diingat.
c. Suara
Suara yang mantap, tenang dan kuat tetapi tidak terlalu keras lebih banyak
memberikan kesan yang baik untuk kita. Sebaliknya, suara yang terdengar ragu,
intonasi yang terlalu berlebihan dan kecepatan suara yang tidak terkendali akan
menimbulkan kesan yang buruk di awal sebuah relasi. Sebagian dari factor suara ini
(volume, kecepatan, intonasi) merupakan faktor bawaan, namun semuanya dapat
dipelajari dan dikendalikan. Dan yang pasti menciptakan kesan tersendiri bagi lawan
bicara kita. Coba tanyakan kepada kekasih, pasangan dan sahabat dekat kita, apa yang
membuat mereka tertarik untuk memulai relasi dan akhirnya memilih kita menjadi
partnernya atau orang terdekatnya? Kebanyakan dari mereka akan menjawab bahwa
kesan pertama dari kita yang telah mencuri perhatian mereka. Selanjutnya masalah
karakter, kepribadian atau tingkah laku, pasti akan menentukan bagaimana kedekatan
relasi tersebut terjalin.

2.4 Identifikasi kelemahan personal


Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai sistem terbuka,
mampu berinteraksi, mengubah energi, dan informasi dengan lingkungannya. Individu
merupakan anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional, dan kemampuan dalam
bereaksi, menerima,mengontrol, mempunyai maksud- maksud tertentu sesuai dengan hak
danrespon yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan waktu.Sistem personal
dapat dipahami dengan memperhatikan konsep yang berinteraksi yaitu: persepsi, diri,
gambaran diri, pertumbuhan dan perkembangan, waktu dan jarak.
Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi.
Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh konseptentang peran, interaksi,
komunikasi, transaksi, stress, koping.
Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan
lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilakumasyarakat, interaksi,
persepsi, dan kesehatan. Sistem sosial dapat mengantarkan organisasi kesehatan dengan
memahami konsep organisasi,kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.
Manfaat proses diri, citra diri, dan kelemahan personal dalam keperawatan

8
Teori ini dapat digunakan pada praktek keperawatan baik pada lingkup klinik maupun
pada lingkup komunitas. Banyak riset dan studiyang mendukung teori ini berpusat pada
aspek teknis perawatan klien dan system pelayanan keperawatan. Dalam praktek baik di
lahan klinik maupun lahan komunitas interaksi yang terjadi sangat penting bagi klien dan
perawat. Jadi untuk aplikasi di klinik maupun di komunitas karena kesembuhan klien
sangat dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dan klien.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Citra diri atau konsep diri dapat di katakan sebagai gambaran keseluruhan dari diri
seseorang yang bias menunjukan watak, prilaku ataupun gaya dan penampilannya. Kesan
pertama yang baik adalah awal dari suatu kesempatan, keputusan dan hubungan yang
baik. Sebaliknya, kesan pertama yang buruk bisa menjadi sumber masalah untuk
selanjutnya.
Kabar baiknya adalah, kita hanya memiliki satu kesempatan untuk membuat kesan
pertama yang baik. Dan kabar buruknya adalah, kesan pertama yang buruk dapat
membuat penilaian yang buruk secara konstan, bahkan digeneralisir ke aspek-aspek yang
lain, meskipun kita sudah berupaya untuk memperbaikinya. Bahasa tubuh merupakan
isyarat yang di berikan kepada seseorang untuk menjukan suatu hal baik yang posotif
atau yang negatif.

3.2 Saran
Disarankan setelah membaca makalah ini dan memahaminya agar diaplikasikan
ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengertidan menghargai sesame
manusia lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Perry. 2005. “ Buku Ajar Fundamental Keperawatan “. EGC : Jakarta.

11
12

Anda mungkin juga menyukai