Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN MENOMETRORAGIA

Disusun Oleh :

Puput Ayu Puspita (14.401.17070)

Qisy Ayu Andini (14.401.17071)

Reni Anggrayani (14.401.17072)

Rike Tria Noorida (14.401.17074)

Rizsa Ayu Artanevia (14.401.17075)

Sabilillah (14.401.17076)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI

2019/2020
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Menometroragia”ini disusun
untuk memenuhi tugas mahasiswa.

Terima kasih Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para mahasiswa.

Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca.

Krikilan, september 2019

Kelomok 4

iii
DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar belakang ............................................................................................... 1


B. .Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Batasan Masalah ........................................................................................... 1
D. Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3

A. Konsep Metroragia........................................................................................ 3
1. Definisi .................................................................................................... 3
2. Etiologi .................................................................................................... 3
3. Patofisiologi ............................................................................................ 4
4. Manifestasi Klinis ................................................................................... 7
5. Klasifikasi ............................................................................................... 8
6. Komplikasi ............................................................................................. 11
7. .Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 12
8. Penatalaksanaan Medis .......................................................................... 13
B. Asuhan Keperawatan Pada Metroragia ........................................................ 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 18

A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATA/R BELAKANG

Saat ini gangguan haid merupakan keluhan tersering bagi wanita yangdatang
ke poliklinik ginekologis dan menoragia merupakan salah satu diantaranya yang
tersering. Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selamahidupnya
bahkan banyak diantaranya harus mengalami gangguan ini setiap bulannya. Gangguan
ini dapat terjadi dalam kurun waktu antara menarche danmenopause. Gangguan haid
atau perdarahan abnormal menjadi masalah menarik sehubungan dengan makin
meningkatnya usia harapan hidup perempuan.

Penelitian ginekologis terbaru melaporkan bahwa sekitar 30% wanita


premenopause mengeluhkan menstruasi yang berlebihan. World Health Organitation
WHO, baru-baru ini melaporkan bahwa 18 juta wanita golongan usia 30 tahun merasa
bahwa perdarahan dalam me.nstruasinya berlebihan.

.Menometrorhagia ha.rus dapat dibedakan dari diagnosis ginekologis lainnya


term/asu.k metroragia, menometroragia, polimenorea dan perdarahan karena disfungsi
uterus. Dysfunctional uterine bleeding menometrorhagia sendiri merupakan suatu
keadaandimana siklus menstruasi dalam internal yang normal tapi memiliki durasi
yang memanjang dan perdarahan yang berlebihan.

Perdarahan yang berlebihan pada menstruasi merupakan keluhan


yangsubjektif sehingga menyulitkan penegakan diagnosis menoragia.Terapi
sebaiknya mengacu pada siklus menstruasi yang dianggap tidak normal oleh pasien
yaitu lamanya menstruasi dan jumlah perdarahan. keberhasilan terapi berdasarkan
penilaian subjektif pasien sehingga pengukuran keberhasilan pun menjadi lebih sulit.

B. Rumusan masalah

Bagaimanakah Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan Keperawatan menometroragia

C. Batasan masalah

Masalah pada studi kasus ini di batasi pada asuhan keperawatan pada menometroragia

1
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan
menometroragia.
2. Tujuan umum
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian menometroragia
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang etiologi menometroragia
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang manifestasi klinis menometroragia
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang patofiologi menometroragia
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi menometroragia
6. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep askep menometroragia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MENOMETRORAGIA
1. Definisi
Menometroragia merupakan perdarahan rahim yang terjadi secara tidak teratur di
antara dua siklus menstruasi biasanya ringan, meskipun bisa berkisar dari noda darah
sampai perdahan.
Biasanya, tanda umum ini mencerminkan perdarahan fisiologik ringan dari
endometrium selama ovulasi. Meskipun demikian, menometroragia dapat menjadi
satu-satunya indikator dari kelainan ginekologi dan juga dapat berasal dari stres, obat,
perawatan, dan spiral (Wijianto, G dkk, 2011, hal. 310).
Metroragia adalah saat dimana menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur,
/atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan di antara menstruasi
(Varmey, 2010, hal. 236).
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan
dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah
kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks),
kelainan fungsional dan penggunaan estrogen oksogen (Widiastuti, 2012, hal. 285).
2. Etiologi
Penyebab Medis (Wijianto, G dkk, 2011, hal. 311)
1. Servisitis
Servisitis dapat menyebabkan perdarahan spontan, bercak darah, atau
perdarahan pascatrauma.
2. Perdarahan disfungsi rahim
Perdarahan rahim yang abnormal yang tidak disebabkan oleh kehamilan
atau kelainan ginekologi besar lainnya, biasanya muncul sebagai metroragia,
meskipun juga bisa menyebabkan menoragia.

3
3. Polip endometrial
Pada sebagian besar pasien, polip endrometrial menyebabkan perdarahan
abnormal, biasanya diantara dua siklus menstruasi atau pascamenstruasi;
meskipun demikian, beberapa pasien tidak mengalami gejala apapun.
4. Endometriosis
Menometroragia (biasanya pramenstruasi) dapat menjadi indikator satu-
satunya dari endrometriosis atau menyertai ketidaknyamanan siklis pada
panggul, ketidaksuburan, dan dispareunia. Massa aksenal yang nyeri tekan dan
cekat dapat teraba pada pemeriksaan bimanual.
5. Endometritis
Endometritis menyebabkan metroragia, rabas vagina bernanah, dan
pembesaran rahim. Juga menimbulkan demam, sakit perut bagian bawah, dan
kram otot perut.
6. Adenosis vagina
Adenosis vagina umumnya menimbulkan metroragia. Palpasi
menunjukkan adanya kekasaran atau nodula di daerah vagina yang terkena.
Penyebab lain
Obat
Antikoagulan dan kontrasepsi baik pil, susuk, maupun suntikan, dapat
menyebabkan menometroragia.
Operasi dan prosedur
Konisasi dan kauterisasi leher rahim dapat menyebabkan metroragia
3. Patofisiologi
Menurut (Varmey, 2010, hal. 238) gangguan perdarahan yang dinamakan
menometroragia terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga terjadi
ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibat terjadi hyperplasia endometrium
karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus.

Secara garis besar kondisi ini dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel
telur atau ovum dari indung telur),tanpa ovulasi maupun keadaan lain,misalnya pada
wanita premenopouse (polikelpersisten). Sekitar 90% perdarahan uterus
disfungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovolation) dan 10% terjadi
dalam siklus ovulasi.

4
Pada siklus ovulasi
Perdarahan rahim yang bias terjadi pada pertengahan menstruasi maupun
bersamaan dengan waktu menstruasi.perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar
hormone estrogen sementara hormone progesterone tetap terbentuk.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovalation)


Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopouse dan masa
reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi,sehingga kadar hormone estrogen
berlebihan sedangkan hormone progesterone rendah. Akibatnya dinding rahim
(endometrium). Mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga
(kava pembeluh darah dan kelenjar) yang memadai.kondisi inilah yang menyebabkan
terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak
perdarahantidak terjadi bersamaan permukaan dinding rahim di satu bagian baru
sembuh lantas diikuti perdarahan. Di permukaan lainnya jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan

5
PATHWAY

gx fungsional
Estrogen diproduksi
hipotalamus
terus menerus
hormonal

peningkatan

Korpus luteum tidak Progesterone rendah


terbentuk

Poliferasi
Penurunan sekresi endometrium
estrogen

Stratum kompakta dan


spongisa terlepas

Pembetukan trombosit dan


prostaglandin tidak terjadi

perdarahan Endometrium tebal


namun rapuh

hipovolemia nyeri

(Anwar, m. dkk, 2011, p. 56)

6
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya. Jika penyebabnya
adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda
pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut
ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan
ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya
adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan
serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
a. Sakit kepala
b. Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui )
c. Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
e. Vagina yang kering
f. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
5. Klasifikasi
Menurut (Kadarusman, 2011, hal. 189), gangguan penebalan dinding rahim ini
bisa dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Simplek : kategori ringan dan tak akan berakhir dengan keganasan sehingga
penderita tetap masih bisa hamil.
b. Kistik / Kelenjar / Adenomatous: kondisi ini juga tergolong tidak berbahaya.
c. Atipik : kategori berbahaya, biasanya merupakan cikal bakal terjadinya
kanker.
Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut:
1. Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi
untuk menghentikan perdarahan.
2. Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar hormon di
dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa
terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan sebagainya. Rata-rata dengan

7
pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim
sudah bisa diatasi.
3. Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan¸
biasanya akan diganti dengan obat-obatan lain.
Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali
normal.
Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan diri untuk
kembali menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika terlebih dahulu
memeriksakan diri pada dokter. Terutama pemeriksaan bagaimana fungsi
endometrium, apakah salurannya baik, apakah memiliki sel telur dan
sebagainya.
Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang terdeteksi ada
kanker, maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan rahim.
Penyakit hiperplasia endometrium cukup merupakan momok bagi kaum
perempuan dan kasus seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka
dari itu akan lebih baik jika bisa dilakukan pencegahan yang efektif.
6. Komplikasi
Komplikasi menurut (Saifidin, 2010, hal. 168)
1. Myoma uteri
2. Tumor lapisan otot rahim
3. Radang sekitar rahim
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Kadarusman, 2011, hal. 200)
1. Pemeriksaan ginekologis untuk mengetahui sumber pendarahan
2. Laboraturiun
3. Deteksi patologi melalui endometrium
4. ultrasonografi pelvik
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Saifidin, 2010, hal. 167)
a. Menghentikan perdarahan
b. Memulihkan pola haid ovulatoar
c. Mencegah akibat jangka panjang dari keadaan anovulasi

Prinsip

8
a. Bila terjadi perdarahan banyak atau KU jelek atau Anemis, segera hentikan
perdarahan dengan injeksi estrogen atau progesteron kemudian transfusi.
b. Perdarahan yang tidak mengganggu KU, terapi cukup dengan estrogen atau
progesteron oral saja
c. Terapi lain : antifibrinolitik atau anti prostaglandin
d. Setelah perdarahan berhenti atau gangguan haid teratasi selanjutnya atur siklus
haid selama 3 bulan berturut – turut
e. Setelah 3 bulan pengaturan siklus haid, keadaan kembali lagi seperti semula, cari
penyebab lain (analisa hormon)
Obat yang diberikan :
a Estrogen dosis tinggi
Estradiol diprolionas 2,5 mg
Estradiol benzoas 1,5 mg
Ø Pil kombinasi 2 x 1 tablet selama 3 hari
1 x 1 tablet selama 21 hari
b Progesteron
MPA 10 – 20 mg / hari selama 7 – 10 hari
Linestrenol 5 mg
Pengobatan pada Menometroraghia berat
Beri estrogen konjugasi dosis tinggi untuk merangsang terbentuknya lapisan
mukopolisakarida pada dinding kapiler dan arteriola sehingga luka pada
pembuluh darah tertutup.
Dosis :
25 mg IV / 3-4 jam. Maksimal 4 kali suntikan
Bila KL estrogen, beri progesteron 100 mg untuk merangsang kontraksi sitmik
pada vasomotor dan menjaga ketahanan endometrium.
- Pengobatan operatif
Terapi ini bertujuan menghentikan perdarahan, dengan angka keberhasilan 40 %
– 60 %.
Pengobatan lain
Yaitu dengan pemberian anti fibrinolitik.
Aktivitas fibrinolitik di uterus tinggi karena akibat enzimatik plasmin atau
plasminogen yang menyebabkan degradasi fibrin, fibrinogen, faktor V dan VIII.

9
Proses seperti urakinase, tripsin, dan streptokinase. Dapat dihambat oleh asam
amino keproat dan AS traneksamat dosis 4 gr / hari (4 kali pemberian).

B. ASUHAN KEPERAWATAN METRORAGIA


1. Pengkajian
Penelitian ginekologis terbaru melaporkan bahwa sekitar 30% wanita
premenopause mengeluhkan menstruasi yang berlebihan. World Health
Organitation WHO, baru-baru ini melaporkan bahwa 18 juta wanita golongan
usia 30 tahun merasa bahwa perdarahan dalam menstruasinya berlebihan
(Marylynn, 2006, hal. 186).
KeluhanUtama: :
Menometharagia terjadi haid lebih dari 8 hari atau darah banyak serta
bergumpal.
2. Riwayat Kesehatan
Menurut (Marylynn, 2006, hal. 186)
Riwayat Kesehatan Sekarang :
Menometrorhagia terjadi karena varises pecah, karsinoma vagina, perlukaan
serviks, karsioma partio, erosi parsio, mioma uteri, karsinoma karpus uteri,
radang ovarium, vulvitisdanvaginitis
Riwayat kesehatan terdahulu :
Apakah sebelumnya pasien pernah menderita karsinoma vagina, perlukaan
servik, karsinoma partio, erosi parsio, mioma uteri, karsinoma karpus uteri,
radang ovarium, kista ovarium, vulvitis dan vaginitis.
Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya dalam keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi (feryanto achmad,2010:114)
Kepala : rambut rontok/ tidak, kotor/ bersih, warna rambut, adakah benjolan atau
tidak.
Muka : pucat menandakan adanya anemi karena perdarahan
Mata : konjungtiva pucat menandakan adanya anemi, sklera ikterus menandakan
adanya penyakit hepatitis.
Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid.

10
Payudara : simetris/ tidak, adakah benjolan abnormal
Perut : adakah pembesaran perut, adakah luka bekas operasi
Genetalia : adakah oedema/ varises, adakah tanda-tanda infeksi (panas, bengkak,
kemerahan), biasanya darah keluar banyak dan bergumpal.
Ekstremitas : simetris atau tidak, pucat menandakan anemia, oedema atau tidak
b. Palpasi
Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid, bendungan vena jugularis atau
pembesaran kelenjar limfe
Perut : adakah ballotement atau masa, adakah nyeri tekan
Ekstremitas : turgor kulit baik/ jelek
c. Auskultasi
Dada : adanya ronkhi atau wheezing menandakan adanya asma
Perut : bising usus positif atau negatif
d. Perkusi
Reflek patela positif atau negatif
4. Pola Aktifitas Sehari-hari
Menurut (Manuaba, 2011, hal. 200).
a. Nutrisi
Pada menometrorhagia memerlukan nutrisi yang cukup terutama bahan
makanan yang banyak mengandung zat besi untuk meningkatkan kadar
hemoglobin dalam darah.
b. Pola istirahat
Pada menometrorhagia dianjurkan untuk tirah baring atau bedrest untuk
menghindari keluarnya darah yang banyak.
c.Pola kebersihan
Pada menometrorhagia darah banyak keluar sehingga pasien harus selalu
menjaga kebersihan alat genetalia dan sering ganti pembalut untuk mencegah
terjadinyainfeksi.
d. Pola eliminasi
Untuk mengetahui adakah gangguan pada BAB dan BAK.
e. Pola aktivitas
Pada menometrarhagia ibu tidak boleh berjalan-jalan karena akan
memperbanyak pengeluaran darah.

11
5. Data Penunjang
Pemeriksaan penting untuk menegakkan diagnosis PUD :
1. Ultrasonografi pelvik
2. Biopsi endometrium
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa PUD :
Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah Lengkap
b. Hitung trombosit
c. Serum Iron dan Iron – binding globulin
d. Prothromibin dan partial prothrombine time
e. Bleeding tine
f. hCG urine
g. Fungsi tiroid
h. Progesteron serum
i. Fungsi hepar
j. Kadar prolaktin
k. . Kadar FSH
1. Prosedur diagnostik :
a. Sitologi servik ( papaniculoau smear)
b. Biopsi endometrium
c. Ultrasonografi panggul
d. Histeroskopi
6. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul
Menurut (PPNI, 2017)

1. Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan berlebih


2. Nyeri akut berhubungan dengan perdarahan intra uteri
7. Rencana Tindakan
Menurut (Wilkinson, 2017)
1. Hipovolemia berhubungan dengan pendarahan berlebihan
Kriteria hasil :
1. Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
2. Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24
jam

12
3. Memiliki asupan atau cairan oral dan atau/ intravena yang adekuat
4. Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang
diharapkan

Aktivitas Keperawatan :

Pengkajian

1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatiakan


faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi.
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan
memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya
komplikasi.
2. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan
masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan
kedua diatas simpisis pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa
banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan
kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis
mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.
3. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Oksitosin, magnesium sulfat,
heparin, terapi antibiotik.
Rasional : Meningkatkan,kontraktilitas, memudahkan relaksasi uterus
selama pemeriksaan manual, heparin dapat digunakan untuk
menghentikan siklus perdarahan.
Penyuluhan untuk pasien / keluarga :
Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
Aktivitas lain :
1. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb dan Ht.
Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml
darah membawa 0,5 mgHb.
2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung
pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.

13
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya
bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan
menentukan kebutuhan penggantian.
3. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau
sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya
syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai
volume cairan telah menurun sampai 30%- 50%.Sianosis adalah tanda
akhir dari hipoksia.
4. Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau
tekanan bagi arteri pulmonal, bila ada.
Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume
sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
Aktivitas kolaboratif :
1. Kolaborasi dengan dokter untuk ketersidiaan produk darah untuk
transfusi, bila perlu
2. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi IV

2. Nyeri Akut berhubungan denga intra uteri

Tujuan: pasien mampu mengenali awitan nyeri, menggunakan tindakan


pencegahan, melaporkan nyeri dapat dikendalikan.

Kriteria Hasil:

1. Pasien mampu melakukan teknik relaksasi secara individual yang efektif


untuk mencapai kenyamanan.
2. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang dengan skala (0-10).
Mengenali faktor penyebab.
3. Melaporakan nyeri pada tenaga kesehatan
4. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgetik maupun
analgetik.
5. Tidak mengalami gangguan pernapasan, denyut jantung atau tekanan
darah.

Intervensi (NIC)

14
Aktivitas Keperawatan

1. Pengkajian, Gunakan laporan pasien untuk mengumpulkan informasi.


2. Kaji skala nyeri yang dirsakan pasien dengan cara menilai nyeri dari skala
1-10.

Manajemen nyeri (NIC):

1 Kaji lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas


atau keparahan dan faktor prsipitasi nyeri.
2 Observasi isyarat ketidaknyamanan.

Penyuluhan Keluarga dan Pasien

1 Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan


nyeri tidak tercapai.
2 Berikan informasi tentang nyeri, berapa lama akan berlangsung dan
aktisipasi ketidaknyamanan terhadap prosedur.

Aktivitas Kolaboratif

Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgetik.

Aktivitas Lain-lain
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
kegaduhan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metroragia merupakan perdarahan rahim yang terjadi secara tidak teratur di antara
dua siklus menstruasi biasanya ringan, meskipun bisa berkisar dari noda darah sampai
perdahan.
B. Saran
1. Pasien
Diharapkan pasien dapat memahami pengertian, penyebab, klasifikasi,
fisiologi dan penatalaksanaan pada Metroragia .
2. Perawat
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses keperawatan sebagai
kerangka kerja untuk perawatan pasien dengan Metroragia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, m. dkk. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Pustaka Sarwo Prawiroharjo.

Kadarusman, Y. (2011). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. Jakarta: Numed.

Marylynn, E. D. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

PPNI. (2017). Standar Diaknosis Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Saifidin, A. B. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varmey, H. d. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Vol 1. Jakarta: EGC.

Widiastuti, R. d. (2012). Kamus Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wijianto, G dkk. (2011). Maniestasikan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta: Nursing.

Wilkinson, M. J. (2017). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai