Anda di halaman 1dari 21

MIOMA UTERI

Oleh Kelompok 3 :

1. Nurul Ma’rifatul Mabruroh 14.401.16.071


2. Pingkan Cahya Ningrum 14.401.16.072
3. Punistriana Dwi D 14.401.16.073
4. Ragistha Trian B 14.401.16.074
5. Ratna Nurdiana 14.401.16.075
6. Riska Anggraini 14.401.16.076
7. Riskatul Hasanah 14.401.16.077
8. Santi Ana Dewi 14.401.16.079
9. Siti Soleha 14.401.16.080
10. Sofie Dian Novita 14.401.16.081
11. Sulkifli 14.401.16.082

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

D-III KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “Mioma Uteri” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata
kuliah Keperwatan Maternitas di Jurusan Keperawatan. Adapun makalah ini kami susun
berdasarkan pengamatan kami dari buku. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak
lepas dari adanya bantuan pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan
banyak terimakasih

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya
serta jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, harapan kami agar tulisan ini dapat diterima
dan dapat berguna bagi semua pihak.Untuk itu kami mengharapkan adanya kritikan saran
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Krikilan, 07 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang .........................................................................................................1


b. Rumusan Masalah ....................................................................................................1
c. Tujuan ......................................................................................................................2
d. Manfaat ....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Mioma Uteri ...............................................................................................3


B. Etiologi Mioma Uteri ...............................................................................................3
C. Patofisiologi Mioma Uteri .......................................................................................4
D. Tanda dan Gejala Mioma Uteri................................................................................4
E. Komplikasi Mioma Uteri .........................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri .....................................................................5
G. Penatalaksanaan Mioma Uteri .................................................................................5
H. Asuhan Keperawatan Mioma Uteri .........................................................................6
BAB III PENYUTUP

a. Kesimpulan ..............................................................................................................17
b. Saran ........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot
rahim dan jaringan ikat sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum
terjadinya menarche, sedangkan setelah menepause hanya kira-kira 10% mioma yang
masih tumbuh. Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%),
dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan
patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri
asimptomatik. Diperikirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh
wanita.
Di indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20
tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun. Mioma uteri ini lebih sering didapati
pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang
peran.
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi menegenai etiologi mioma
uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan morbiditas yang ditimbulkan oleh
mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta
diperkiran dapat menyebabkan kesuburan rendah. Pendarahan uterus yang abnormal
merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini
terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin
akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia
dan atau metorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan abnormal
ini dapat menyebabkan anemia defesiensi besi.
b. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Mioma Uteri ?
2. Apakah etiologi terjadinya Mioma Uteri ?
3. Bagaimana patofisiologi Mioma Uteri ?
4. Apa saja tanda dan gejala terjadinya Mioma Uteri ?
5. Apa saja komplikasi dari Mioma Uteri ?
6. Apa sajakah pemeriksaan penunjang dari Mioma Uteri ?

1
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Mioma Uteri ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dengan Mioma Uteri ?

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Mioma Uteri
2. Untuk mengetahui tentang etiologi terjadinya Mioma Uteri
3. Untuk mengetahui tentang patofisiologi terjadinya Mioma Uteri
4. Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala (manifestasi klinik) terjadinya Mioma
Uteri
5. Untuk mengetahui komplikasi dari Mioma Uteri
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Mioma Uteri
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Mioma Uteri
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan maternitas dengan Mioma Uteri

d. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui mengenai Mioma Uteri
2. Untuk Pembaca
Agar pembaca dapat menambah wawasan tentang Mioma Uteri serta dapat
diaplikasikan di dalam masyarakat.
3. Untuk Institusi
Untuk menambah referensi dan wawasan untuk diaplikasikan kepada mahasiswa
khususnya Akademi Kesehatan Rustida, agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan dalam keperawatan anak dengan baik dan tepat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Mioma Uteri


Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma, leimioma, atau pun fibroid. Mioma uteri adalah tumor benigna yang
berhubungan dengan otot polos uterus (Nurarif & Kusuma, 2015).
B. Etiologi Mioma Uteri
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang
berpendapat:
1. Faktor Stimulasi
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c. Omioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada
cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. Ada
beberapa faktor yang diduga kuta merupakan faktor predisposisi terjadinya
mioma, yaitu :
a. Umur
Mioma uetri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkna mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadin tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

3
d. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengn pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarcha, berkembang setelah
kehamilan dengan mengalami regersi setelah menopause.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
C. Patofisiologi Mioma Uteri
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyususn
semacam pseudekapsula atau simpai sem yang mengelilingi tumor di dalam uterus
mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. (Nurarif & Kusuma, 2015)
Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke
depan sehingga sering menimbulkan keluhan keluhan miksi tetapi masalah akan
timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang
menyebbakan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain
itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang
berlebihan sehingga terjadi naemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain
itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami
kekurangan volume cairan. (Nurarif & Kusuma, 2015)
D. Tanda-dan gejala Mioma Uteri
Umumnya gejala yang ditemukan berganung pada lokasi, ukuran, dan perubahan pada
mioma tersebut meliputi :
1. Perdarahan abnormal : hiperminore, menoragia, metrogia, sebabnya :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
c. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrum sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.
2. Nyeri dapat timbul karena adanya gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan.
3. Gejala penekanan yaitu terjadi penekanan pada vesika urinaria, pada ureter
menyebabkan hidrouter dan hidronefrosis,

4
4. Pada rectum menyebabkan obstipasi dan tanesmia,
5. Pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
6. Disfungsi reproduksi seperti gangguan transportasi gamet dan embrio,
pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus, perubahan aliran darah
vaskular, dan perubahan histologi endometrium.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
E. Komplikasi Mioma Uteri
1. Degenerasi Ganas :
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang
mioma dalam menoupase.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang
mioma dalam rongga peritoneum.
3. Nekrosis dan infksi pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor
kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam
hal ini ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi
sekunder.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
F. Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri
1. Tes laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah. Leukositosis dapat
disebkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar
hemoglobin dan hematokrit menunjukkan adanya kehilangan darah yang kronik.
2. Pap smear serviks : untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum histerektomi.
3. Laporosopi : untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor
4. USG abdominali dan transvaginal
5. Biopsi : untuk mengetahui adanya keganasan
(Nurarif & Kusuma, 2015)

5
G. Penatalaksanaan Mioma Uteri
Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi hanya
diobservasi tiap 3-6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma akan lisut setelah
menopause.
1. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontraindikasi untuk tindakan operatif
2. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
3. Pengobatan operatif
a. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum
pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang
mioma subserum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka
kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
b. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per
vagina. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari
telor angsa dan tidak ada pelektaan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
H. Asuhan Keperawatan Mioma Uteri
1. Pengkajian
a. Identitas
Umur 35-45 tahun mempunyai resiko terkena uteri (20%) dan jarang
terjadi setelah menopause, karena pada menapause estrogen menurun
(Fauziah, 2011).
b. Keluhan Utama
1) Perdarahan abnormal

6
2) Rasa nyeri, akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan
3) Gangguan BAB (obstipasi dan tanesmia), hal ini akibat tekanan pada
rectum
4) Gangguan BAB (poliuri, retensio urine, disuria), hal ini akibat
tekanan pada kandung kemih
5) Edema tungkai dan nyeri pangguk akibat penekanan pada pembuluh
darah dan pembuluh limfe.
(Fauziah, 2011)
c. Riwayat kesehatan lalu dan sekarang
Pada mioma uteri sering ditemukan pada penderita yang sering mengalami
perdarahan (hypermenorrhoe, menorrhagia, metorrhagia)yang lama dan
terus-menuerus kadang-kadang disertai rasa nyri pada perut bagian bawah
dan riwayat kontak berdarah dan dysparenia (Mitayani, 2009).
f. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga pasien (ibu, kakak) yang menderita/pernah
menderita penyakit yang sama seperti pasien yang berupa perdarahan terus-
menurus dan lama karena predisposisi dari mioma adalah faktor keturunan.
Pada keluarga adakah riwayat gangguan pembekuan darah yang dapat
mengakibatkan perdarahan yang sulit berhenti (Fauziah, 2011).
g. Riwayat Kebidanan
1) Haid
Pada riwayat haid sering ditemukan adanya hipermenorhea, menoragle,
metoragie, dan dysminorea
2) Mioma uteri tidak terjadi sebelum menarche
3) Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hany 10% saja yang
masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Pengaruh mioma pada kehamilan:

1) Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma


uteri sub mukosium.
2) Kemungkinan abortus bertambah.
3) Kelainan letak janin dan rahim, terutama pada mioma yang besar dan
letak subserus

7
Pengaruh mioma pada persalina :

1) Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di


serviks
2) Inersia uteri dan atonia uteri
3) Mempersulit lahirnya plasenta
h. Pola aktivitas sehari – hari
1) Pola nutrisi
Pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun, rasa sesak dan
lain-lain.
2) Eliminasi
Pola kebiasaan sehari-hari terutama pola eliminasi mengalami
perubahan. Perubahan pola BAK dapat berupa polakisuria, dysuria, dan
kadang terjadi retensio urine, perubahan pola BAB dapat berupa
obstipasi dan tonesmi.
3) Seksualitas
Perubahan pola seksual dapat berupa kontak berdarah dyspareunia,
karena adanya mioma pada alat genetalia interna juga kadang
menyebabkan libiod menurun.
4) Pola aktivitas (istirahat tidur)
Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul.
(Fauziah, 2011)
i. Pemeriksaan Fisik
Data Obyektif
1. Keadaan Umum
Keadaan umum klien dapat dikatakan yaitu baik . kesadaran yaitu
Composmentis : adalah kesadaran penuh dengan memberikan respon
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan.
2. Tanda – tanda Vital (TTV)
Pasien bdengan mioma uteri biasanya mengalami peningkatan nadi dan
pernafasan karena nyeri yang ditimbulkan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala (Inspeksi dan palpasi) :Rambut bersih, tidak ada ketombe,
tidak rontok

8
b. Wajah : tidak pucat, tidak odem
c. Mata : simetris, reflek cahaya +/+, warna konjungtiva anemis,
warna sklera putih
d. Hidung : bersih, tidak ada benjolan
e. Telinga : simetris, tidak ada serumen, bersih
f. Mulut/ gusi/ gigi : tidak ada stomatitis, tidak ada caries
g. Leher (inspeksi dan palpasi) : tidak pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis
h. Dada
Inspeksi : simestris, warna kulit rata , ekspansi paru ki/ka sama ,
RR : 18 x/mnt tidak ada jejas, pernafasaan cuping hidung tidak ada
, tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Palpasi : vokal fremitus ka/ki terdapat getaran yang sama tidak
ada nyeri tekan ,tidak ada kretipasi
Perkusi : sonor, normalnya bunyi dinding thoraks
Auskultasi : vaskular ,tidak ada suara tambahan ronchi dan
wheezing
i. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : nyeri tekan (-), ictuskordis teraba di ics ke 4 dan 5
Perkusi : jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 TUNGGAL (lubdub) ,tidak ada suara
tambahan murmur
j. Abdomen
Inspeksi : perut nampak seperti orang hamil,
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : pembesaran uterus ada , TFU setinggi pusat, teraba
massa solid keras, nyeri tekan ada, ukuran besar massa seperti usia
kehamilan 18-20 mgg
Perkusi : pekak pada bagian massa
k. Genetalia
Vulva/ vagina : tidak varices, Tidak ada kemerahan, tidak ada
nyeri, tidak ada odema, tidak ada benjolan bartholini, tidak ada
luka perineum, terdapat flek-flek perdarahan.

9
Anus: tidak ada haemorhoid.
l. Ekstrimitas
a) Atas/ tangan
Inspeksi : tidak oedema, jari lengkap, tidakada kelainan
b) Bawah/ kaki
Inspeksi : tidak ada varises, tidak ada edema, jari lengkap
tidak ada kelainan
Perkusi : Reflek patella (+ / +)
(Fauziah, 2011)
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d kerusakan jaringan otot ( uterus berkontraksi)
Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang terkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlasung kurang dari 3
bulan.
Penyebab: Agen pencedera fisiologis(mis.Inflamasi, iskemia, neoplasma)
Agen pencedera kimiawi(mis. Terbakar, bahan kimia iritan). Agen
pencedera fisik(mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengeluh nyeri
Objektif
Tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
Gejala dan Tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaphoresis
Kondisi Klinis Terkait

10
Kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom coroner akut,
glaucoma
(PPNI, 2016, p. 172)

2) Retensi utine b.d penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada


organ sekitarnya
Definisi: Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Penyebab: peningkatan tekanan uretra, kerusakan arkus refleks, blok
spingter, disfungi neurologis(mis. Trauma, penyakit saraf), efek agen
farmakologis (mis. Atrapine, belladonna, psikotropik, antihistamin, opiate)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Sensasi penuh kandung kemih
Objektif: Disuria/anuria, distensi kandung kemih
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Dribbling
Objektif: Inkontinensia berlebih, residu urin 150 ml atau lebih
Kondisi Klinis Terkait: Benigna prostat hyperplasia, pembengkakan
perineal, cedera medulla spinalis, rektokel, tumor disaluran kemih
(PPNI, 2016, p. 115)
3. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut b.d kerusakan jaringan otot ( uterus berkontraksi)
Tujuan
a) Memperlihatkan Aktivitas Nyeri , yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, selalu) : Mengenali awitan nyeri, Menggunakan tindaka
pencegahan, Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
b) Menunjukkan Tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak
ada) : Ekspresi nyeri pada wajah, Gelisah atau ketegangan otot,
Durasi episode nyeri, Merintih dan menangis, Gelisah
Kriteria hasil
a. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individu yng efektif untuk
mencapai kenyamanan

11
b. Mempertahankan tingkat nyeri pada __ atau kurang (dengan skala 0-
10)
c. Melaporkan kesejahtraan fisik dan psikologi
d. Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifiksi factor tersebut
e. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
f. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non
analgesic secara tepat
g. Tidak megalami gangguan dalam frekuensi pernafasan, frekuensi
jantung, atau tekanan darah
h. Mempertahankan selera makan yang baik
i. Melaporkan pla tidur yang baik
j. Melaporkan kemampuan untuk meperthankan performa peran dan
hubungan interpersonal
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
a) Pengkajian
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama
untuk mengumpulkan informasi pengkajian
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan pada
skala 0 sampai 10 (0 = tidak ada nyeri atau ketidak nyamanan,
10 = nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaran nyeri oleh
analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
Kaji dampak agama budaya , kepercayaan dan lingkungan
tehadap nyeri dan respon pasien
4. Dalam mengakaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai
usia dan tingkat perkembangan pasien
Manajemen nyeri (NIC) :
a) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor
presipitasinya.

12
b) Obsevasi isyarat nonverbal ketidak nyamanan, khuusnya
pada mereka yag tidak mampu berkomunikasi efektif.
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang
harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek
samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengkonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan aktivitas fisik,
pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami seri membandel.
2. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat
jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang
disarankan
4. Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik dan
opioid (mis, resko ketergantungan atau overdosis)
5. Manajemen nyeri (NIC): Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyeab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan
antisipasi ketidaknyamanan, akibat prosedur
6. Manajemen nyeri (NIC): Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis (mis, umpan balik biologis, transcutaneous
electrical nerve stimulation [TENS], hypnosis, relaksasi,
imajinasi terbimbing, terapi music, distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas, acupressure, kompres hangat atau dingin dan
masase) sebelum, setelah dan jika memungkinkan, selama
aktivitas yang menimbulkan nyeri; sebelum nyeri terjadi atau
meningkatkan; dan bersama penggunaan tindakan peredaran
nyeri yang lain
c. Kolaborasi
1. Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opat yang
terjadwal (mis, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri (NIC)
Gunakan tindakan pengendlian nyeri sebelum nyeri menjadi
lebih berat. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhsil

13
atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna
dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu
d. Aktivitas Lain

1. Sesuaikan frekuaensi dosis sesui indikasi melalui pengkajian


nyeri dan efek samping
2. Bantu pasien mengindentifikasi tindakan kenyamanan yang
efektif di masa lalu, seperti distraksi, relaksasi atau kompres
hangat/dingin
3. Hadir didekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman
dan aktivitas lain untuk membantu relaksasi, meliputi tindakan
sebagai berikut:
a) Lakukan perubahan posisi, masase punggung dan
relaksasi
b) Ganti linen tempat tidur, bila diperlukan berikan
perawatan dengan tidak terburu-buru dengan sikap yang
mendukung
c) Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut aktivitas perawatan
d) Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan
pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan
pengalihan melalui ttelevisi, radio, tape, dan interaksi
dengan pengujung
e) Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan
respons pasien terhadap analgesic(mis.’’obat ini akan
mengurangi nyeri anda”)
f) Eksplorasi perasan takut ketagihan. Untuk menyakinkan
pasien, tanyakan”jika tidak mengalami nyeri, apakah anda
akan tetep membutukan obat ini?”
g) Manajemen Nyeri (NIC)
a) Libatkan keluarga dalam modalitas peredaan nyeri,
jika memungkinkan
b) Kendalikan factor lingkungan yang dapat
memengaruhui respons pasien terhadap

14
ketidaknyamanan (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
dan kegaduhan)
(Wilkinson J. M., 2016, pp. 269-299)

2) Retensi utine b.d penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada


organ sekitarnya
Tujuan :
b) Menunjukkan Eliminasi Urine, yang dibuktikan oleh indicator
berikut (sebutkan 1 – 5: selalu, sering, kadang – kadang, jarang atau
tidak mengalami gangguan): pola eliminasi, mengosongkan
kandung kemih secara tuntas
c) Menunjukkan Eliminasi Urine, yang dibuktikan oleh indicator
berikut (sebutkan 1 – 5: selalu, sering, kadang – kadang, jarang, atau
tidak ada): Retensi Urine
Kriteria hasil
a) Residu pasca berkemih > 100 – 200 ml
b) Menunjukkan pengosongan kandung kemih dengan prosedur bersih
kateterisasi intermiten mandiri
c) Mendeskripsikan rencana perawatan di rumah
d) Tetap bebas dari infeksi saluran kemih
e) Melaporkan penurunan spasme kandung kemi
f) Mempunyai keseimbangan asupan dan haluaran 24 jam
g) Mengosongkan kadung kemih secara tuntas
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
a) Pengkajian
1. Identifikasi dan dokumentasi pola pengosongan kandung kemih
2. Perawatan Retensi Urine(NIC):Pantau penggunaan agens non-
resep dengan inti-kolinergik atau agonis alfa. Pantau efek obat
resep, seperti penyekat saluran kalsium dan antikolnergik. Pantau
asupan dan haluaran. Pantau derajat distensi kandung kemih
melalui palpasi dan perkusi
b) Penyuluhan untuk pasien / keluarga
15
1. Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih
yang harus dilaporkan (mis., demam, menggigil, nyeri pinggang,
hematuria, serta perubahan konsistensi dan bau urine)
2. Perawatan Rentensi Urine(NIC): Instruksikan pasien dan
keluarga untuk mencatat haluran urine, bila diperlukan.
c) Aktivitas Kolaboratif
1. Rujuk ke perawat terapi enterostom untuk instruksi kateterisasi
intermiten mandiri menggunakan prosedur bersih 4 – 6 jam pada
saat terjaga
2. Perawatan Retensi Urine(NIC): Rujuk pada spesialis kontinensia
urine jika diperlukan
d) Aktifitas Lain
1. Lakukan program pelatihan pengosongan kadung kemih
2. Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang adekuat
tanpa menyebabkan kandung kemih overdistensi
3. Anjurkan pasien mengonsumsi cairan per oral:__ml untuk siang
hari;___ml untuk sore hari dan __-ml untuk malam hari
4. Perawatan Retensi Urine(NIC):
Berikan privasi untuk eliminasi
Gunakan kekuatan sugesti dengan mengalirkan air atau membilas
toilet
Stimulasi refleks kandung kemih dengan menempelkan es ke
abdomen, menekan bagian dalam paha atau mengalirkan air
Berikan cukup waktu untuk pengosongkan kandung kemih (10
menit)
Gunakan spirtus dari wintergreen pada pispot atau urinal
Lakukan maneuver crede, jika perlu
Lakukan kateterisasi untuk mengeluarkan urine residu, jika
perlukan
Pasang kateter diperlukan
(Wilkinson J. M., 2016, pp. 469-470)

16
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim
dan jaringan ikat sekitarnya. Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh estrogen. Tanda dan gejala dari mioma uteri adalah Nyeri dapat timbul karena
adanya gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada
rectum menyebabkan obstipasi dan tanesmia, dan terjadinya penekanan pada organ
sekitar. Terdapat perdarahan abnormal dan pada pembuluh darah dan limfe
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
b. Saran
Saran yang kami sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i jurusan
keperawatan, hendaknya mengetahui mengenai konsep asuhan keperawatan dengan
mioma uteri dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang
diharapkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, S. d. (2011). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.


Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Katalok dalam Terbitan.

18

Anda mungkin juga menyukai