Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SYSTEM REPRODUKSI


( MIOMA )
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Enung Tati Amalia, S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh
Kelompok 3
2B D III KEPERAWATAN

Buceu Diaz Haekal 32722001D19014


Dede Lisnawati Purnamasari 32722001D19018
Sanira Fauziah Suteja 32722001D19094
Siti Sohipa 32722001D19106
Taufik Hidayatulloh 32722001D19110
Tika Murtika.H 32722001D19112

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam
semesta beserta isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Kperawatan pada gangguan sistem reproduksi ( mioma )” ini
dengan tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah suatu bentuk
tanggungjawab kami untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Maternitas”.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, kami hanya
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Sehingga sangat wajar jika dalam
penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena
itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dalam upaya
evaluasi diri.Di samping masih banyaknya ketidak sempurnaan dalam penyusunan
makalah.kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan hikmah
serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi kami dan
pembaca.

Sukabumi , 31 Maret 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1

A Latar Belakang ......................................................................................................1


B Rumusan Masalah .................................................................................................1
C Tujuan Makalah .....................................................................................................2
1. Tujuan Umum............................................................................................2
2. Tujuan Khusus ...........................................................................................2
D Manfaat ..................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................3

A Definisi Miomi Uteri .............................................................................................3


B Klasifikasi dari mioma uteri ..................................................................................3
C Etiologi ..................................................................................................................5
D Manifestasi Klinik .................................................................................................7
E Patofisiologi ..........................................................................................................9
F Pathway .................................................................................................................10

BAB III ASKEP ..........................................................................................................11

A Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Reproduksi ...................................11

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................21

A Kesimpulan ............................................................................................................21
B Saran ......................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................22

ii
iii
BAB I
( PENDAHULUAN )

A Latar Belakang
Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma
atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009). Salah satu masalah kesehatan pada kaum
wanita yang insidensinya terus meningkat adalah mioma uteri. Mioma uteri
menempati urutan kedua setelah kanker serviks berdasarkan jumlah angka kejadian
penyakit.
Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus mioma uteri dari 341
wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%. Penelitian Boynton
(2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari 827.348 wanita usia 25-
42 tahun dengan prevalensi 0,9%. Penelitian Pradhan (2006) di Nepal melaporkan
137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian
Okizei O (2006) di Nigeria (Departement of Gynecology, University of Nigeria
Teaching Hospital Enugu) melaporkan mioma uteri 190 diantara 1.938 kasus
ginekologi dengan prevalensi 9.8%. Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di India
(Departement of Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical College and Hospital)
terdapat 150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun
dengan prevalensi 51%, dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari 50 tahun
dengan prevalensi 30%.
Derajat kesehatan salah satunya didukung dengan kaum wanita yang
memperhatikan kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak pada berbagai
aspek kehidupan. Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara pasti, diduga
merupakan penyakit multifaktor karena memiliki banyak faktor dan resikonya
meningkat seiiring dengan bertambahnya usia.
Berdasarkan multifaktor tersebut, kewaspadaan wanita terhadap resiko mioma
uteri sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peran perawat berpengaruh dalam menjawab
kebutuhan klien dengan mioma uteri. Yaitu memberikan asuhan keperawatan yang

1
tepat pada klien dengan mioma uteri serta menjalankan fungsi perannya sebagai
health educator.
B Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Mioma Uteri ?
2. Sebutkan Klasifikasi dari Mioma Uteri ?
3. Apa Etiologi dari Mioma Uteri ?
4. Apa Manifestasi Klinis ?
5. Apa Patofisiologi dari Mioma Uteri ?
6. Apa Pathway dari Mioma Uteri ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Mioma Uteri ?
C TUJUAN
 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menyusun Asuhan Keperawatan Mioma

Uteri

 Tujuan Khusus
1. Memahami Definisi dari Mioma Uteri
2. Memahami Klasifikasi dari Mioma Uteri
3. Memahami Etiologi dari Mioma Uteri
4. Memahami Manifestasi klinis
5. Memahami Patofisiologi dari Mioma Uteri
6. Memahami Pathway dari Mioma Uteri
7. memahami dan menyusun Asuhan Keperawatan Mioma Uteri

D MANFAAT
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu agar kita bisa mempelajari dan
mengetahu tentang asuhan keperawatan pada gangguan sistem reproduksi.

2
BAB II
( TINJAUAN TEORI )

A Definisi Mioma Uterus


Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma,
fibriomioma atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium)
atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina
Mardiana, 2007).
B Klasifikasi Mioma Uterus

Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas:


1) Mioma sub mukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa
uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini

3
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila
tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke
dalam vagina yang disebut mioma geburt.
Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan,
sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. Mioma uteri dapat
tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui serviks
(mioma geburt).
2) Mioma intramural
Berada diantara serabut miometrium. Disebut juga sebagai
mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak
merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma
sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak
enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3) Mioma subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa.
Perlekatan dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran
darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin
mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai
massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai mioma jenis parasitik
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke
permukaan uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh
diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra
ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada
jaringan lain setelah lepas dari uterus, misalnya ke ligamentum atau

4
omentum dan kemudian bebas disebut wondering / parasitic fibroid.
(Sarwono, 2005).

C Etiologi
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti,
namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri
terjadi terjadi tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat pada “cell Nest” yang
selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. Namun
demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat
karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri
adalah adanya sel yang imatur.
Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “sell nest” oleh estrogen, faktor:

1) Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi

2) Atropi setelah menopause

3) Cepat membesar saat hamil

4) Sebagian besar masa reproduktif (Bagus, 2002).

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori


yang berpendapat :
1. Teori stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa:

a) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil

b) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche

c) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

d) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma

uteri.

5
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa

penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel

neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada diantara otot polos

miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga

adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan

dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormone estrogen. Tumor ini

menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika

pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan

untuk membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan

dengan produksi dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan mioma

semakin membesar setelah menopause maka pertumbuhan mioma ke

arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak membesar

dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin

pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen pada pertumbuhannya.

Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah

keganasan.yang berkisar sebesar 0,04%.

2. Teori Cellnest atau genitoblas

Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang

terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus

oleh estrogen. (Prawirohardjo, 2002).Dalam Jeffcoates Principles of

Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor

predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

a) Umur :

6
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,

ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.

Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45

tahun.

b) Paritas :

Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif

infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas

menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang

menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling

mempengaruhi.

c) Faktor ras dan genetik :

Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka

kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor

ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita

mioma.

D Manifestasi Klinis
Gejala klinik mioma uteri adalah:
1) Perdarahan tidak normal

Merupakan gejala yang paling umum dijumpai. Gangguan

perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain

adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium,

permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi

endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang

7
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit

pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan

penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing,

cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi

a. Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi

b. Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi

c. Gangguan kontraksi otot rahim

d. Perdarahan berkepanjangan

Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena

kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi

infeksi.

2) Penekanan rahim yang membesar

Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi:

a. Terasa berat di abdomen bagian bawah

b. Sukar miksi atau defekasi

c. Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.

Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra

dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan

hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi

dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul

dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan

8
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling

mempengaruhi:

a. Kehamilan dapat mengalami keguguran

b. Persalinan prematurus

c. Gangguan saat proses persalinan

d. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas

e. Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan

perdarahan

E Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyakdibanding
miometrium normal. Teori “Cell Nest” atau teori “Genitoblat” membuktikan
dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang
berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang
tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering
ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder
pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran
darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma
submukosum, intramuskular dan subserosum.
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi
dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh
darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat
besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan
berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang
dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi

9
atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan
uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan
kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
F Pathway

10
BAB III
( ASUHAN KEPERAWATAN )

A PENGKAJIAN

1. Identitas KlieN

Nama : Ny. R

Umur : 39 tahun

Jenis kelamin : Wanita

Suku/bangsa : Indonesia

Status perkawinan :Cerai

Pendidikan : Tidak sekolah

Pekerjaan : Petani

Alamat : Boja,Kendal

Tanggal masuk : 12 februari 2016

No.reg :-

Diagnosa keperawatan: Miom uteri

Penanggung jawab

Nama : Tn. S

Umur : 25 tahun

Hubungan dengan pasien : Anak

Suku/bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : Smp

Pekerjaan : Wiraswasta

11
2. Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah

b) Riwayat kesehatan sekarang : Pasien datang dari IGD dengan

keluhan nyeri perut bagian bawah, sakit saat BAK, gejala itu ada

sejak kurang lebih 3 hari yang lalu, kemudian keluarga membawa ke

RSUD Ungaran untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

c) Riwayat kesehatan yang lalu : Pasien mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang menderita sakit dengan pasien dan tidak mempunyai

penyakit lain, seperti HT, DM.

d) Riwayat Reproduksi : Pasien mengatakan pada saat menstrusi

merasa sakit, haid 7 hari siklus haid 28 hari.

e) Riwayat obstetric

No Tahun Umur Riwayat Jenis Penyakit Jenis BB PJ

kehamilan penolong kelamin

1 25 9 bln 5 Dukun Laki- 3kg 4cm

hari desa laki

f) Riwayat keluarga berencana

Pasien mengatakan mengikuti KB spirait sejak 9 tahun yang lalu.

12
3. Pengkajian pola fungsional

a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Sebelum : pasien mengatakan selalu menjaga kesehatan dan

menganggap kesehatan adalah hal yng utama

Selama : pasien mengatakan kesehatan adalah hal yang paling berharga

b) Pola Nutrisi dan metabolic

Sebelum : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan komposisi nasi,

sayur dan lunak, serta bminum air putih

Selama : pasien mengatakan tidak mengalami masalah dengan pola

nafsu makan dan selalu menghabiskan porsi makanan yang disediakan

oleh rumah sakit

c) Pola eliminasi

Sebelum : pasien mengatakan BAB 1 kali dengan karakteristik lunak,

kuning, bau khas dan BAK 4-5 x sehari, kuning, bau khas

Selama : pasien mengatakan BAB 1 kali dengan karakteristik lunak,

kuning, bau khas dan BAK merasa sakit saat mengeluarkan urin kemudian

dipasang DC volume rata-rata 800 cc perhari

d) Pola aktivitas dan latihan

Sebelum : pasien mengatakan beraktifitas seperti bekerja dan lain-lain

tanpa bantuan dengan orang lain

Selama : pasien mengatakan setelah dirawat dari RS semua kegiatan di

bantu oleh keluarga

13
e) Pola persepsi dan kognitif

Sebelum : pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba.

Selama : pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba.

f) Pola tidur dan istirahat

Sebelum : pasien mengatakan tidur 8-9 jam perhari dengan nyenyak

Selama : pasien mengatakan pasien tidur 6-7 jam perhari dan sering

terbangun pada malam hari

g) Pola persepsi diri dan kognitif

Body image : klien tidak malu dengan keadaannya yang sekarang

Identitas : klien sebagai tulang punggung

Peran : klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan

mengalami perubahan karena sakit yang dialami

Ideal diri : klien berharap agar cepat sembuh dan kembali

beraktifitas seperti sedia kala

Harga diri : klien tidak merasa rendah diri ataupun minder dengan

keadaan sekarang

h) Pola hubungan social

Sebelum : pasien mengatakan tidak ada masalah dengan orang

lain dan mampu beradaptasi dengan lingkungan

Selama : pasien masih mampu berinteraksi dengan perawat

dokter maupun keluarga dan orang lain.

14
i) Pola seksual dan Reproduksi

Pasien sudah tidak bisa melakukan hubungan seksual karena sudah tahu

bercerai dengan suaminya.

j) Pola mekanisme koping

Pasien adalah orang yang tegar dalam mengatasi masalahnya dengan

dirundingan bersama anggota keluarga

k) Pola nilai dan kepercayaan ( Agama )

Klien menganut agama islam dan klien selalu menjalankan ibadah sholat

dan berdoa dirumah tapi selama sakit klien hanya bisa berdoa saja.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan : compos mentis

b. TD : 110/70 mmhg

c. N : 88X/menit

d. RR : 20xmenit

e. S : 36 C

f. BB : 44 kg

g. TB : 156 cm

h. Lila : 24 cm

i. Kepala : Masosepal

j. Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik

k. Hidung : bersih, tidak terdapat sosius dan polip

l. Telinga : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan dan tidak

menggunakan alat bantu, tidak ada mastoiditis

15
m. Mulut : mukosa lembab, mulut bersih, gigi caries

n. Leher : tidak ada pembesaran tiroid dan limfa

o. Dada

Paru-paru :is : simetris

Pal : tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama

Per : sonor

Aus : vesikuler

p. Jantung : IS : simetris

Pal : tidak ada nyeri tekan

Per : rekak

Aus : regular

q. Abdomen : Is : simetris datar

Pal : perut odema, terdapat nyeri tekan

Aus : suara bising usus 18x / menit ( 5-24x/menit )

Per : tympani

P : nyeri saat bergerak dan BAK

Q : seperti ditusuk jarum

R : dan perut bagian bawah sampai vagina

S : skala 6

T : Kurang lebih 10 cm

r. Genetalia : bersih, tidak ada luka, terpasang DC

s. Ekstremitas : tidak ada odema terpasang selang infuse NaCL pada

tangan kanan

16
t. Crt : < 3 detik

u. Turgor : normal

v. Kulit : bersih, tidak sianosis

B Data Penunjang

1. Pemeriksaan USG : terdapat daging seperti gumpalan darah

2. Program terapI

NaCL : 12 tp

WB

3. Laboratorium ( 12 februari 2015 )

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL SATUAN


Hb 3,7 11,5-16,0 g/dl
Leukosit 4,4 4,0-11 10^3/ul
Trombosit 383 150-440 10^3/ul
Hematokrit 13,4 35,0-49,0 %
Eritrosit 2,18 3,8-5,2 10^6/ul
Granula 69,9 50-70 %
Limfosit 29,7 20-40 %
Monosit 5,4 2-8 %
MCV 61,6 82-91 Fl
MCH 16,9 27-31 Pg
MCHC 27,6 32-56 g/dl
RDW 21,5 11,6-19,8 %
GOL B - -
GDS 100 70-140 g/dl
Hbs Ag - - -

17
C ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. Ds : Pasien merasa Perjalanan penyakit Nyeri
nyeri saat bergerak dan ( mioma uteri )
saat BAK Penekanan pada
P : Nyeri saat BAK dan syaraf
bergerak
Q : Sperti ditusuk
jarum
R : Perut bawah
sampai vagina
S : Skala 6
T : Krg lbh 10 m
Do :
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
S : 36
- Pasien lemas

-Sering memegang
perutnya

2.
DS : pasien
Penekanan daerah Gangguan Eliminasi
mengatakan sering
uterus Urin
kencing sedikit dan
merasa sakit

DO :- pasien saat
berkemih merasa

18
kesakitan

-sering berkemih

D DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL DIAGNOSA TTD


1. 14 feb 2016 Nyeri b/d perjalanan penyakit ( mioma uteri )

2. 14 feb 2016 Resiko gangguan eliminasi urin b/d akibat penekanan


uretra

E INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DP TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL TTD


1. DX Setelah dilakukan 1.Kaji karakteristik 1.Untuk memeriksa jenis
1 tindakan nyeri ( PQRST ) skala
keperawatan 3x24 2.Sebagai salah satu dasar
2.Kaji faktor yang
jam askep
mempengaruhi
-Nyeri berkurang 3.Aktifitas sesuai
3.Berikan posisi yang kesenangan akan
KH :
nyaman mengurangi nyeri
-TD dalam batas 5.Untuk mengurangi nyeri
4.Ajarkan relaksasi
normal ( 100/70-
140/90 ) 5.kolaborasi
pemberian analgetik
-Skala nyeri ( 3-4 )

1.Latih kandung 1.Meningkatkan fungsi

19
kemih kandung kemih
2. Dx Setelah dilakukan 2.Mempertahakan pola
2.Managemen
2 tindakan eliminasi
eliminasi/urine
keperewatan selama 3.Mengetahui masukan dan
3x24jam kutimensia 3.Pantau eliminasi keluaran
urine dengan KH : urine 4.Memenuhi kebtuhan
ciran dan melatih refleksi
-Mempertahankan 4.Ajarkan pasien
kandung kemih
pola berkemih untuk minum 200 ml
pada saat makan dan
-Eliminasi urine
awal pulang
tidak terganggu

F IMPLEMENTASI

Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus dilakukan pada saat itu dan

catat apa pun yang telah dilakukan pada klien.

G EVALUASI

Evaluasi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan klien mulai

membaik, hentikan tindakan. Sebaliknya, jika keadaan klien memburuk,

intervensi harus mengalami perubahan.

20
BAB 1V
( PENUTUP )

A Kesimpulan
Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma,
fibriomioma atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009). Salah satu masalah
kesehatan pada kaum wanita yang insidensinya terus meningkat adalah mioma
uteri. Mioma uteri menempati urutan kedua setelah kanker serviks berdasarkan
jumlah angka kejadian penyakit.
B Saran
Kritik dan masukan yang membangun sangat kami harapkan pada
makalah kami ini agar dapat lebih baik lagi untuk terbitan makalah selanjutnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Reader, Martin & Griffin K. 2003. Keperawatan maternitas kesehatan ibu &
anak. EGC: Jakarta
BKKBN. 2001. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai