Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

JUDGMENTAL PROCESS SELF RESPONE


“Konsep dan Regulasi diri”

Dosen Pengampu : Arief Rahman Hakim, S.H.I., MA

Disusun Oleh Kelompok 10 :

Isykariman Egalitarian (200101120203)


Muhammad Pribaditama Rozi (200101120166)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
S1 ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji  syukur  bagi  Allah  yang  senantiasa  mencurahkan  rahmat serta hidayah-Nya


kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Psikologi yang
berjudul “Judgmental Process Self Respone.” Tidak lupa sholawat serta
salam  semoga  tetap tercurah kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW yang kita tunggu
syafaatnya di yaumul kiyamah.
Makalah  ini kami susun untuk  melengkapi  tugas kuliah . Ucapan terima kasih kami
ucapkan kepada semua pihak yang  telah  membantu terselesaikannya makalah ini terutama
pada dosen pengampu Bapak Arief Rahman Hakim, S.H.I., MA  yang selalu memberi
bimbingan pada kita semua.
Kami sadar dalam penyusunan  makalah ini masih  jauh  dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Oleh  karena  itu , saran  dan  kritik  yang  membangun
dari pembaca pada umumnya sangatlah kami nantikan guna menyempurnakan makalah ini.
Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

                                                                                                Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri.................................................................................. 2
B. Pembagian Konsep Diri................................................................................. 3
C. Langkah Memahami Konsep Diri Kita.......................................................... 4
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri......................................... 6
E. Pengertian Regulasi Diri................................................................................ 7
F. Faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Diri................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Konsep diri dan regulasi diri merupakan salah satu aspek dalam Psikologi
Perkembangan. Konsep diri ini merupakan pandangan atau anggapan seseorang terhadap
dirinya sendiri. Kepahaman seseorang tentang konsep dirinya, hanya dapat dilakukan
oleh dirinya sendiri. Yang diharapkan, konsep diri yyang menurutnya ada di dalam
dirinya bukan konsep yang negatif. Jika seseorang memandang dirinya sendiri dengan
negatif, maka akan mempengaruhi dalam perkembangannya ke depan. Lain dengan
konsep diri, regulasi diri lebih kepada pemikiran yakni mengontrol  perilakunya
berdasarkan fikiran sehingga dia sendiri dapat bereaksi terhadap lingkungannya.
            Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep diri dan regulasi
diri beserta penjelasannya sehingga kita bisa mengambil sebuah pelajaran untuk
diaplikasikan dalam hidup.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa pengertian konsep diri?
2.      Apa saja pembagian dalam konsep diri?
3.      Apa saja perbuatan yang dapat kita lakukan untuk memahami konsep diri kita?
4.      Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri?
5.      Apa pengertian dari regulasi diri?
6.      Apa saja faktor yang mempengaruhi regulasi diri?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan tentang pengertian konsep diri.
2.      Menyebutkan dan menjelaskan pembagian dalam konsep diri.
3.      Menjelaskan apa saja yang dapat kita lakukan untuk memahamin konsep diri kita.
4.      Menyebutkan dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi konsep diri.
5.      Menjelaskan pengertian regulasi diri
6.      Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri


Diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri,
bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya sendiri, melainkan juga tentang anak,
istri/suami, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman-teman, milik, uang dan lain
lain, kalau semuanya bagus, ia merasa senang dan bangga, akan tetapi kalau ada yang
kurang baik, rusak, hilang, dan lain-lain, ia akan merasa putus asa dan kecewa.
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini
kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial,
dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam
persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki,
perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada
kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat
erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka,
konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah
maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tampilkan dalam hubungan kita
dengan orang lain (ramah atau ketus, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau
tidak pedulian, dsb). Hal hal ini memengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang
mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan
hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini
juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita
mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya
masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).
Hurlock(1990) mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu
(a) konsep diri sebenarnya, merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian
besar ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain, serta persepsinya
tentang penilaian orang lain tentang dirinya. (b) konsep diri ideal, merupakan gambaran
seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian yang didambakannya.

2
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik
terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaiannya dengan
seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang
diberikan tubuhnya di mata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu
tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan
orang lain.

B. Pembagian Konsep Diri


Konsep diri terbagi atas konsep diri yang negatif dan konsep diri positif (R.B. Burns,
1993). Karekteristik mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari
keadaan diri sebagai berikut: 
1. Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik dari orang
lain. Kritik dipandang sebagai pengabsahan lebih lanjut kepada inferioritasmereka.
2. Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain. Sikap yang
hiperkritis dipergunakan untuk pertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan
kembali perhatian  kepada kekurangan dari orang lain daripada kekurangan dirinya
sendiri.
3. Individu yang sulit mengakui bahwa ia salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana
kegagalan ditempatkan dapat rencana tersembunyi dari orang lain dan kesalahan
ditunjukan kepada  orang lain. Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan
diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri.
4. Individu yang kurang maupun mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar.
Sering terdapat respons yang berlebihan terhadap sanjungan. Setiap pujian adalah
lebih baik daripada tidak ada sama sekali, dan untuk meningkatkan rasa aman maka
individu akan berupaya keras untuk mendapatkan pujian tersebut.
5. Individu dengan konsep diri negatif berkecenderuangan untuk menujukkan sikap
mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan. Sikap menarik
diri dan menolak untuk berpartisipasi ini merupakan suatu upaya untuk mencegah
inferioritas terpublikasikan cara terbuka sehingga mengkonfirmasikan apa yang
diyakin oleh orang lain mengenai dirinya.

Dengan kata lain ehspresi sikap-sikap negatif terhadap orang lain sebagaimana terurai
sebelumnya merupakan gambaran dari individu yang memiliki konsep diri yang negatif.

3
Sikap negatif ini merupakan dasar bagi tidak adanya perhatian dan kasih sayang
terhadap orang lain di luar dirinya sendiri. Individu yang memiliki konsep diri negatif
hanya memerhatikan dirinya sendiri sepanjang waktu, tidak pernah merasa puas, selalu
takut kehilangan sesuatu, takut tidak diakui, diri kepada mereka yang mempunyai
kelebihan. Keadaan ini berakar pada tiadanya kesenangan pada diri sendiri. Diri, yang
tidak senang dengan dirinya sendiri, selalu berada di dalam situasikecemasan. Dia tidak
mempunyai rasa aman di dalam dirinya. Dia seladu memerhatikan diri sendiri,rakus untuk
mendapatkan segalanya karena dia tidak memiliki rasa aman dan puas.
Individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung tidak dapat mengarahkan kasih
sayangnya kepada orang lain karena pada permukaannya mereka tampaknya banyak
sekali mencurahkan waktunya untuk mencintai diri mereka sendiri, tetapi mereka
sesungguhnya tidak menyenangi diri mereka, dan memiliki sikap narsisme dan egois
sebagai kompensasi diri yang berlebihan.
Sementara konsep diri positif tercermin pada(1) orang yang ‘terbuka’, (2) orang yang
tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan oarng lain, bahkan dalam situasi yang
masih asing sekalipun, (3) orang yang cepat tanggapan terhadap situasi sekelilingnya.
Individu yang memiliki konsep diri positif, cenderung menyenangi dan menghargai
diri mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap orang lain. Penerimaan diri
sebagai seseorang yang sama berharganya dengan orang lain meskipun terdapat
perbedaan-perbedaan dalam bakat dan sifat yang spesifik.
Individu dengan konsep diri positif ini juga memiliki rasa aman dan percaya diri yang
tinggi, maupun lebih ‘menerima dan memberi’ pada orang lain, memiliki sentifitas
terhadap kebutuhan orang lain, memiliki keyakinan dan kepercayaan diri untuk
menanggulangi masalah bahkan dihadapkan dengan kegagalan sekalipun sanggup
dihadapi dengan jiwa besar.
Individu dengan konsep diri positif juga dapat menerima dirinya sendiri dan
memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan di bandingkan orang
yang menolak dirinya. Mereka memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan
prinsipyang sebelumnya dipegang teguh dengan pengalaman yang baru. Dan juga tidak
mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang.

C. Hal yang Dapat Dilakukan Untuk Memahami Konsep Diri Kita


Memahami konsep diri sangatlah penting, karena dengan memahaman konsep diri
yang benar seseorang akan dapat lebih mengetahui dirinya sendiri dan belajar untuk lebih

4
menerima dirinya. Hal ini juga akan membuat individu tidak akan mudah kehilangan arah
perjalanan hidup, tidak mudah terpengaruh, dan apabila terpaksa melakukan suatu
perubahan tidak akan  membuat dirinya menjadi ‘shock’ karena perubahan yang terjadi.
Berikut ini adalah beberapa latihan individual yang dapat membantu seseorang lebih
memahani konsep dirinya :
1. Siapa saya ini ?

     Berikalah sekurang-kurangnya selusing jawaban yang terpisah pada pertanyaan


siapakah saya ini?. Masing-masing jawaban sehelain keretas yang terpisah. Definisi
diri ini harus termasuk didalamnya wilayah perang, profesi, perasaan, citra,
hubungan social dan sebagainya. Berikan angka kepada masing-masing jawaban dari
1 keatas sesuai dengan nilain pentingnya. Kemudian, semua keatas jawaban
dikumpulkan secara terbalik dan diambil secara acak untuk berkonsentrasi
mendiskusikan jawaban tersebut. Tanyakan dirisendiri apakah jawaban itu berenti
atau tidak bagi diripribadi. Ulanggi prosedur in terhadap masing-masing jawaban
secara bergiliran. Hal ini memungkinkan diri lebih sadar terhadap aspek lain dari diri
sendiri.

2. Mengalami

     Latihan ini memudahkan keberadaan individu untuk lebih menyadari apa yang
dirasakan oleh dirinya sendiri dengan semua keinginan pripadi. Fokuskan selurus
perhatian pada pengalaman pribadi yang baru saja dialami, rasakanlah pengalaman
sensasi dan emosi yang terjadi. Lakukan latihan ini hanya beberapa menit saja pada
saat permulaan dan perpanjanglah untuk waktu selanjutnya. Jiga latihan ini
dilakukan secara total konsentrasi, maka individu akan dapat merasakan perasaan
diri yang sebenarnya lebih dari perasaan diri yang diyakini seharusnya dialami.

3. Konsep diri

     Buatlah sketsa-sketas singkat megenai diri, dan ideal diri. Perbandingkanlah


sketsa-sketsa tersebut. Apa sajakah yang diperlukan untuk menyelaraskan dari hasil
perbandingan yang dilakukan? Apakah ada acara yang memungkinkan untuk upaya
penyelarasan ini?

4. Relaksasi

5
     Tujuan latihan ini adalah untuk memperbaiki kesadaran tertang diri sebagai
sebuah oganisme. Rebahlah dirancang, dan bersingkap rileks sebisa mungkin dengan
bernapas dalam secara perlahan dengan menutuk kedua mata. Fokus kanlah
perhatian diri pada bagian-bagian tubuh secara pergiliran, misalnya: kaki kiri, kaki
kanan, tangan, dada dan lainnya kemudian cobalah kosongkan pikiran dari
segalahan, dan rasakan sensasi yang ada dalam masing-masing bagian tubuh
tersebut.

D. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri


            Adapun faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri, antara lain adalah sebagai
berikut:
a) Orang lain

     Seseorang mengena tertang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu.
Konsep diri seorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain
mengenai dirinya.

Tidak semua orang berpengarung dapa diri seseorang. Yang paling


berpengarung adalah orang-orang yang disebut significant others,yakni orang-orang
yang sangat penting bagi diri seseorang. Ketika kecil, significant others adalah orang
tua dan saudara. Dari merekalah seseorang menbentuk konsep dirinya. Seorang
individu akan menilai dirinya positif ketika bersangutan mendapatkan senyuman,
penhargaan, perlukan ataupun pujian. Sebaliknya seorang akan menilai dirinya
negative jika memperoleh kecaman, cemoohan taupun makian. Dalam
perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang memenganruhi
perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang.
Jika individu telah dewasaan, maka yang bersangkutan akan mencoba untuk
mengipun menilaian semuan orang yang pernah berhubuangan dengannya. Konsep
ini disebut dengan generalized ophers, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya
berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, dari
berbagai infomasi yang diterimanya dari orang lain, ratna mengetahui bahwa ia
dinilai sebagai anak yang cantik karena itu ratna punjuga mempunyai pikiran bahwa
ia cantik.

6
b) Kelompok acuan(referencegroup)
     Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota
berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara
kelompok tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang menbuat individu
mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu.
Kelompok inilah yang mengaruhi konsep diri seseorang. Misalnya, tono adalah anggota
berbagai kelompok: pangajian, sepeda santai, fitness, dosen, persatuan insinyur
indinesia, pecinta burung perkutur. Bagi tono, kelompok yang paling menjadi adalah
kelompok dosen. Kerananya tono akan menjadi kan norma kelompok dosen sebagai
norma yang dianutnya tono akan bersikap sebagai seorang dosen, berpenampilan
sebagai dosen, bertutur kata sebagai layaknya seorang dosen, dan sebagainya.

E. Pengertian Regulasi Diri


            Regulasi diri (self regulation) adalah kemampuan dalam mengontrol, mengatur,
merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku untuk mencapai suatu tujuan
tertentu dengan menggunakan strategi tertentu dan melibatkan unsur fisik, kognitif,
motivasi, emosional, dan sosial.
            Salah satu proses kepribadian utama dalam teori kognitif social adalah
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan, yang biasanya dilaksanakan melalui
pembelajaran observasional.  Proses kedua berkaitan dengan meletakkan pengetahuan
tersebut kedalam tindakan. Dengan kata lain, hal tersebut mencakup pertanyaan akan
motivasi manusia.
            Teori social-kognitif pada dasarnya menyasar motivasi manusia dengan menguji
pengaruh motivasional dari pikiran terhadap diri sendiri, atau pemikiran rujuk diri. Ide
umumnya adalah orang memandu dan memotivasi tindakan mereka sendiri melalui
proses berpikir. Proses berpikir kunci seringkali mencakup diri. Dalam pengertian umum
proses kepribadian yang mencakup motivasi self-directed dari perilaku adalah regulasi
diri. Istilah tersebut bermakna bahwa individu memiliki kapasitas untuk memotivasi diri
mereka sendiri: untuk menetapkan tujuan personal, untuk merencanakan strategi; untuk
mengevaluasi dan memodifikasi perilaku yang sedang berlangsung. Regulasi diri tidak
hanya mencakup kegiatan memulai mencapai tujuan, tapi juga mengindari gangguan dan
impuls emosional yang dapat mengganggu perkembangan seseorang.
            Proses Regulasi diri secara inheren mengandung semua struktur kepribadian
social kognitif yang telah kita bahas sampai sejauh ini. Orang-orang meregulasi perilaku

7
mereka dengan menetapkan tujuan personal dan dengan mengevaluasi perilaku mereka
sekarang menurut standar evaluasi performa. Ekspektansi juga merupakan hal penting;
ekdpektansi tinggi
terhadap kecakapan diri mungkin dibutuhkan apabila orang tersebut ingin
memperjuangkan tujuannya ketimbang mundur.
            Dalam studi regulasi dirinya, teori social kognitif menekankan kemampuan
manusia untuk meramal-kemampuan kita untuk mengantisipasi hasil dan membuat
rencana berkaitan dengan hal tersebut (Bandura, 1990). Dengan demikian, merujuk
Bandura, sebagian besar motivasi manusia dihasilkan secara kognitif (1992, hlm.18 ).
Orang-orang berbeda dengan standar yang mereka tetapkan kepada diri mereka sendiri.
Sebagian individu menetapkan tujuan yang menantang, yang lain tujuan yang mudah;
sebagian orang lain memiliki tujuan yang amat spesifik, sebagian yang lain samar;
sebagian orang lain menekankan tujuan jangka pendek, proksimal, sedangkan  yang lain
menekankan tujuan jangka panjang, distal (Cervone & William, 1992 ). Walaupun
demikian dalam semua kasus, antisipasi terhadap kapuasan dari pencapaian yang
diharapkan dan ketidakpuasan dari pencapaian yang tidak memuaskan yang memberikan
dorongan kepada upaya kita.  Dalam analisis ini, orang dipandang secara proaktif
ketimbang reaktif.  Orang yang menentukan standard dan tujuan mereka sendiri, bukan
hanya merespons tuntutan dari lingkungan. Melalui perkembangan mekanisme kognitif
seperti ekspekstansi standar, dan evaluasi diri, kita dapat menetapkan tujuan bagi masa
depan dan mendapatkan control terhadap nasib kita sendiri. ( Bandura, 1980a, b, 1999 ).
Bandura menawarkan tiga tahapan dalam proses regulasi diri :
1. pengamatan diri, kita melihat diri dan perilaku kita sendiri, serta terus
mengawasinya.
2. Penilaian, membandingkan apa yang kita lihat pada diri dan perilaku kita dengan
standart ukuran.
3. Respons diri, terjadi setelah ,membandingkan diri dengan standar ukuran tertentu,
dan memberikan imbalan respon diri pada diri sendiri.
Konsep paling penting dalam psikologi yang dapat dipahami dari sudut pandang
regulasi diri adalah konsep diri atau lebih terkenal dengan kondes harga diri. Kalau kita
selama ini merasa hidup kita telah sesuai dengan standart yang telah ditentukan dan telah
memperoleh penghargaan dan imbalan, itu berarti anda telah memiliki konsep diri.
Sebaliknya, kalau selama ini kita gagal memenuhi standart diri dan terus menerus
mengganjar diri, itu berarti kita memiliki konsep diri yang lemah. Kemampuan siswa

8
untuk menggunakan strategi meregulasi diri dalam belajar bisa bertindak sebagai alat
belajar untuk mengurangi efek yang merugikan bagi siswa yang kurang mempunyai
motivasi dalam kinerja akademik mereka. Di samping itu efek yang penting berkaitan
dengan penggunaan regulasi diri pada kinerja akademik, secara relatif tidak banyak
diketahui hubungan antara meregulasi diri dalam belajar dengan prestasi dan motivasi
akademik. Terdapat 5 aspek dari regulasi diri yaitu:
1. Menentukan sendiri tujuan dan standar Sebagai manusia, seseorang menentukan
standar perilaku diri sendiri, kita juga menentukan tujuan yang berharga yang
menjadi tujuan utama perilaku kita. Dapat memenuhi standar diri kita dan mencapai
tujuan akan menjadi kepuasan diri sendiri dan mendorong kita mencapai hal yang
lebih baik.
2. Instruksi diri Bagaimana seseorang menanyakan atau menginstruksikan pada diri
sendiri tentang suatu hal dalam situasi tertentu. Ada 5 tahapan mengajarkan anak
agar dapat member instruksi diri:
a) Kognitif modeling Guru member instruksi sambil mempraktekkannya
b) Eksternal guidance Guru mengulang instruksi, dan murid yang mempraktekkan
c. Overt self guidance Murid mengulang instruksi dan melakukannya
c) Faded overt self guidance Membisikkan instruksi sementara melakukan
aktifitasnya
d) Covert self instruction Berpikir sendiri mengenai instruksi sementara
melaksanakan aktifitas.
3. Self Monitoring Mengobservasi dan mengawasi diri sendiri dalam bertindak.
4. Self Evaluation Menilai perilaku sendiri. Kemampuan untuk mengevaluasi diri
sendiri dengan tingkat objektifitas dan ketepatan yang baik menjadi penting untuk
kesuksesan seseorang dalam jangka panjang.
5. Self Imposed Contingencies Memberikan penguatan kepada diri sendiri ketika telah
berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, dan mereka juga menghukum diri sendiri
dengan perasaan bersalah atau malu jika tidak berhasil mencapai tujuan. 

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Diri


          Terdapat dua faktor yang mempengaruhi regulasi diri (self regulation) yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Bandura (dalam Alwisol, 2007) mengatakan bahwa, tingkah
laku manusia dalam self regulation adalah hasil pengaruh resiprokal faktoreksternal dan
internal. Faktor eksternal dan faktor internal akan dijelaskan sebagai berikut.

9
a. Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara:
1. Standar           
            Faktor eksternal memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah laku
kita sendiri. Standar itu tidaklah semata-mata berasal dari daya-daya internal saja
namun juga berasal dari faktor-faktor lingkungan, yang berinteraksi dengan factor
pribadi juga turut membentuk standar pengevaluasian individu tersebut. Anak
belajar melalui orang tua dan gurunya baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki
dan yang tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan
yang lebih luas, anak kemudian mengembangkan standar yang dapat ia gunakan
dalam menilai prestasi diri.
2. Penguatan (reinforcement)
            Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan
(reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberikan kepuasan, manusia
membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah
laku biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tinkah laku
tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk
dilakukan lagi.
b. Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri.
Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal:
1. Observasi diri (self observation):
            Dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan,
orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Observasi diri terhadap performa yang
sudah dilakukan. Manusia sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak
lengkap atau akurat. Kita memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan
mengabaikan aspek lainnya yang dipertahankan biasanya sesuai dengan konsep
diri.
2. Proses penilaian (judgmental process):
            Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-
performa acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa. Standar pribadi
bersumber dari pengamatan model yaitu orang tua atau guru, dan
menginterpretasi balikan/penguatan dari performasi diri. Setiap performasi yang
mendapatkan penguatan akan mengalami proses kognitif ,menyusun ukuran-

10
ukuran/norma yang sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selaku sinkron
dengan kenyataan. Standar pribadi adalah proses evaluasi yang terbatas. Sebagian
besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkan dengan ukuran eksternal,
bisa berupa norma standar perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain,
atau perbandingan kolektif. Dari kebanyakkan aktivitas, kita mengevaluasi
performa dengan membandingkannya kepada standar acuan.
            Di samping standar pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga
bergantung pada keseluruhan nilai yang kita dapatkan dalam sebuah aktivitas.
Akhirnya, regulasi diri juga bergantung pada cara kita mencari penyebab-
penyebab tingkah laku demi menyempurnakan performa.
3. Reaksi diri (self response):
            Manusia merespon positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada
bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya. Bandura meyakini
bahwa manusia menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur
dirinya. Maksudnya, manusia berupaya secara reaktif untuk mereduksi
pertentangan antara pencapaian dan tujuan, dan setelah berhasil
menghilangkannya, mereka secara proaktif menetapkan tujuan baru yang lebih
tinggi.

Berdasarkan hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi regulasi diri seseorang ada dua faktor, yaitu faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal terdiri dari standar dan penguatan
(reinforcement), sedangkan faktor internal terdiri dari observasi diri (self
observation), proses penilaian (judgmental process), dan reaksi diri (self response).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep
diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan
dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran
sosial. Konsep diri  dibagi menjadi dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif.
Hal yang dapat dilakukan untuk memahami konsep diri kita adalah beri jawaban yang
terpisah dari pertanyaan siapa saya ini. Selalin itu kita dapat memahami konsep diri kita
dengan mengalami, konsep diri dan relaksasi. Faktor yang mempengaruhi konsep diri
antara lain kelompok acuan dan orang lain.
Dari konsep diri beralih ke regulasi diri. Regulasi diri (self regulation) adalah
kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan, mengarahkan, dan memonitor
perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan strategi tertentu dan
melibatkan unsur fisik, kognitif, motivasi, emosional, dan sosial. Faktor yang
mempengaruhi regulasi diri adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara yaitu standar dan penguatan. Sedangkan
faktor internal mempengaruhi dalam bentuk observasi diri, proses penilaian dan reaksi
diri.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://hestypsi.blogspot.com/2012/07/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at,


6           September 2013 pukul 07.20
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal
http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at,
6 september          2013 pukul 07.20
Hutagalung, Inge, Pengembangan Kepribadian :Tinjauan Praktis Menuju Pribadi
Positif, Jakarta : PT. Indeks, 2007
Pervin, Lawrence A. dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta : Kencana, 2010

13

Anda mungkin juga menyukai