Anda di halaman 1dari 24

KONSEP DIRI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etiket dan Perilaku

Disusun oleh :
Dara Linggar A.P NIM. P2.06.24.6.17.014
Duniah NIM. P2.06.24.6.17.014
Fitri Amalia NIM. P2.06.24.6.17.024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
CIREBON
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat serta berkat-Nya akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Diri” dalam rangka untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Etiket dan Perilaku.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada yang terhormat Ibu Elfi SST., MPH selaku kepala program studi DIV
Kebidanan Cirebon dan Ibu Diyah Sri Yuhandini, S.SiT, SKM, MPd selaku dosen
mata kuliah Etiket dan Perilaku.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
di makalah yang akan datang.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
pembaca yang berminat dalam kewirausahaan khusunya di bidang kebidanan.
Atas segala perhatiannya kami mengucapkan banyak terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Cirebon, 22 Agustus 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
A. KONSEP MANAJEMN............................................................................................3
a. Pengertian Konsep Diri............................................................................................4
b. Aspek - Aspek Konsep Diri.......................................................................................5
c. Perkembangan Konsep Diri...................................................................................10
d. Dimensi Konsep Diri..............................................................................................12
e. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri...............................................................13
f. Jenis - Jenis Konsep Diri..........................................................................................14
g. Karakteristik Konsep Diri.......................................................................................15
h. Komponen - Komponen Konsep Diri.....................................................................17
i. Konsep Diri Dalam Perspektif Islam........................................................................18
j. Faktor Resiko Gangguan Konsep Diri......................................................................18
B. UPAYA PENGEMBANGAN KONSEP DIRI........................................................5
C. HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PEMBENTUKAN SIKAP..................5

BAB III PENUTUP................................................................................................9


A. Kesimpulan................................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Didalam berwirausaha ada beberapa aspek yang menentukan berhasil


tidaknya suatu usaha yang dijalankan. Diantaranya aspek modal, pengelolan
maupun pemasaran. Modal bisa di dapat dari berbagai cara misalnya dengan
modal yang kita punya sendiri ataupun dengan pinjaman. Oleh karena itu
sangat dibutuhkan suatu kemitraan atau hubungan social yang baik dalam
berwirausaha. Sedangkan mengenai pengelolaan atau manajemen dan
pemasaran akan lebih baik bila kita menguasainya lebih jauh sebagai seorang
wirausahawan, karena aspek pengelolaan dan pemasaran merupakan aspek
yang memegang peranan penting, karena setelah kita memulai suatu usaha kita
juga harus mengetahui konsep manajemen dalam kewirausahaan sehingga
ilmu yang didapat dapat diterapkan dalam menjalankan usaha.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Konsep Manajemen Kewirausahaan ?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui konsep Manajemen kewirausahaan.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DIRI
4

a. Pengertian Konsep Diri


Berpikir mengenai dirinya sendiri adalah aktivitas manusia yang
tidak dapat dihindari. Pada umumnya, secara harfiah orang akan berpusat
pada dirinya sendiri. Sehingga self (diri) adalah pusat dari dunia sosial
setiap orang. Sementara, seperti yang telah kita ketahui, faktor genetik
memainkan sebuah peran terhadap identitas diri atau konsep diri. Yang
sebagian besar didasari pada interaksi dengan orang lain yang dipelajari
dimulai dengan anggota keluarga terdekat kemudian masuk ke interaksi
dengan mereka di luar keluarga.
Dengan mengamati diri, yang sampailah pada gambaran dan
penilaian diri, ini disebut konsep diri. William D.Brooks mendefinisikan
konsep diri sebagai “Those psychical, social, and psychological
perceptions of our selves that we have derived from experiences and our
interaction with other”.Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan
tentang diri. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi , sosial dan
fisik. Konsep ini bukan hanya gambaran deskripstif, tetapi juga penilaian
tentang diri. Jadi konsep diri meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang
dirasakan tentang diri.
5

Menurut Hurlock konsep diri ialah konsep seseorang dari siapa dan
apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian
besar oleh peran dan hubungan orang lain, apa yang kiranya reaksi orang
terhadapnya. Sedangkan menurut Agustiani (2009) menyatakan konsep
diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang
dibentuk melalui pengalaman pengalaman yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungan. Konsep diri menurut Rogers (1997) adalah bagian
sadar dari ruang fenomenal yang didasari dan disimbolisasikan, yaitu
“aku” merupakan pusat referensi setiap individu yang secara perlahan –
perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri
yang mengatakan”apa dan siapa aku sebenarnya” dan “apa sebenarnya
yang harus aku perbuat”. Kartini Kartono dalam kamus besar Psikologinya
menuliskan bahwa konsep diri merupakan keseluruhan yang dirasa dan
diyakini benar oleh seseorang mengenai dirinya sebagai individu, ego, dan
hal hal yang dilibatkan di dalamnya.
Berdasarkan pengertian –pengertian diatas peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa konsep diri adalah pandangan kita
mengenai siapa diri kita, apa dan bagaimana diri kita. Pandangan tersebut
mulai dari identitas diri, cita diri, harga diri, ideal diri gambaran diri serta
peran diri kita, yang diperoleh melalui interaksi diri sendiri maupun
dengan orang lain.(lingkungan saya) .

b. Aspek – Aspek Konsep Diri


Menurut Agoes Dariyo (2007), konsep diri bersifat multi aspek yaitu
meliputi :
- Aspek fisiologis
Aspek fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsure –unsur, seperti
warna kulit, bentuk, berat atau tinggi badan, raut muka, memiliki
kondisi badan yang sehat, normal/ cacat dan lain sebagainya.
Karakteristik mempengaruhi bagaimana seseorang menilai diri sendiri,
demikian pula tak dipungkiri orang lain pun menilai seseorang diawali
6

dengan penilaian terhadap hal –hal yang bersifat fisiologis. Walaupun


belum tentu benar masyarakat sering kali melakukan penilaian awal
terhadap penilaian fisik untuk dijadikansebagian besar respon perilaku
seseorang terhadap orang lain.
- Aspek psikologis
Aspek – aspek psikologis meliputi tiga hal yaitu :
 Kognitif ( kecerdasan, minat, dan bakat, kreativitas,
kemampuan konsentrasi)Kecerdasan adalah kemampuan untuk
berfikir secara abstrak (Terman). Kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya( Colvin). Ada pula
yang mendefinisikan ntelegensi sebagai” intelek plus
penetahuan (Henmon). Teknik utuk memproses informasi yang
disediakan oleh indra (Hunt) Beberapa ciri tingkah laku yang
intelegen ialah berikut ini :
o Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang
intelegen selalu terarah pada tujuan atau mempunyai
tujuan yang jelas.
o Organized behavior, artinya tingkah laku yang
terkoordinasi, semua tenaga dan alat alat yang
diperlukan dalam suatu pemecahan masalah berada
dalam suatu koordinasi. Tidak acak acakan
o Physical well toned behavior, artinya memiliki sikap
jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan tangkas atau
lincah
o Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas
fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu siap untuk
mengadakan penyesuaian / perubahan terhadap situasi
yang baru
o Succes oriented behavior, artinya tingkah laku yang
didasari perasaan aman, tenang, gairah, dan penuh
kepercayaan akan sukses/ optimis
7

o Cleary motivated behavior, artinya tingkah laku yang


dapat memenuhi kebutuhannya dan manfaat bagi orang
lain atau masyarakat.
o Rapid behavior, yaitu tingkah laku yang dapat
memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang
lain atau masyarakat.
o Rapid behavior, yaitu tingkah laku yang efisien, efektif,
dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.
o Broad behavior, yaitu tingkah laku yang mempunyai
latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap
dasar serta jiwa yang terbuka

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan


berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental
yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi

 Afeksi (ketahanan, ketekunan, keuletan kerja, motivasi


berprestasi, toleransi stress)
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
8

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang,


yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya
partisipasi aktif”
3. Valuing(menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex(karakterisasi
dengansuatu nilai atau
 Konasi ( kecepatan dan ketelitian kerja, coping stress,
resilliensi).
Dalam istilah sehari-hari konasi disebut juga
dengankehendak atau hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa
untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan
kekuatan dari dalam,dantampak dari luar sebagai gerak-gerik.
Dan hasrat ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-
ulang. Tenaga-tenaga yang kita gunakan dalam istilah itu
sebagai suatu tenaga atau suatu kekuatan yang mendorong kita
supaya bergerak dan berbuat sesuatu.
Konasi disebut juga dengan kemauan yang merupakan
salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan
sebagai aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan
berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah
titik akhir dari gerakan yang menuju pada suatu arah. Adapun
tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu tujuan yang mana
harus diartikan dalam suatu hubungan. Misalnya seseorang
yang mempunyai tujuan untuk menjadi sarjana dengan dasar
kemauan, ia belajar dengan tekun walaupun mungkin sambil
bekerja.
Ciri-ciri Hasrat
1. Hasrat merupakan motor penggerak perbuatan dan kelakuan
manusia.
9

2. Hasrat berhubungan erat dengan tujuan tertentu baik positif


maupun negative. Positif berarti mencapai barang sesuatu
yang dianggap berharga atau berguna baginya. Sedang
negative berarti menghindari sesuatu yang dianggap tidak
mempunyai harga atau guna baginya.
3. Hasrat selamanya tidak terpisah dari gejala
mengenal(kognisi) dan perasaan(emosi).
4. Hasrat diarahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan
- Aspek Psiko – Sosiologis
Pemahaman individu yang masih memiliki hubungan dengan
lingkungan sosialnya. Seseorang yang menjalin hubungan dengan
lingkungannya dituntut untuk dapat memiliki kemampuan berinteraksi
sosial, komnikasi, menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan mereka.
Tuntutan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi agar
individu mentaati aturan-aturan sosial. Individu pun jugan
berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui
lingkungan sosial. Dengan demikian terjadi hubungan mutualisme
antara individu dengan lingkungan sosialnya.
Pemahaman individu yang masih memiliki hubungan dengan
lingkungan sosialnya. Seseorang yang menjalin hubungan dengan
lingkungannya dituntut untuk dapat memiliki kemampuan berinteraksi
sosial, komnikasi, menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan mereka.
Tuntutan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi agar
individu mentaati aturan-aturan sosial. Individu pun jugan
berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui
lingkungan sosial.
Dengan demikian terjadi hubungan mutualisme antara individu
dengan lingkungan sosialnya. (kurang) ramah, kurang peduli terhadap
perasaan dan nasib orang lain, dan jarang atau bahkan tidak pernah
melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas sosial.
- Aspek Psiko Spiritual
10

Kemampuan dan pengalaman individu yang berhubungan dengan


nilai nilai dan ajaran agama. Aspek spiritual disebut juga dengan aspek
theologis yang bersifat transcendental. Aspek spiritual meliputi tiga
unsur yaitu ketaatan beribadah, kesetiaan berdo’a, dan berpuasa serta
kesetiaan menjalankan ajaran agamaDiriyang berhubungan dengan
aspek spiritual ini bersifat vertikal yang artinya keberadaan individu
masih berhubungan erat dengan Tuhan.
- Aspek Psikoetika dan Moral
Suatu kemampuan memahami dan melakukan perbuatan berdasar
nilai-nilai etika dan moralitas. Oleh karena itu, proses penghayatan dan
pengamatan individu terhadap nilai-nilai moral tersebut menjadi sangat
penting, karena akan dapat menopang keberhasilan seseorang dalam
melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan orang lain.
Konsep diri moral etik, berkaitan dengan persepsi,pikiran,
perasaan, serta penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya terkait
dengan relasi personalnya dengan Tuhan, dan segala hal yang bersifat
normatif, baik nilai maupun prinsip yang memberi arti dan arah bagi
kehidupan seseorang. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif
apabila ia mampu memandang untuk kemudian mengarahkan dirinya
untuk menjadi pribadi yang percaya dan berpegang teguh pada nilai-
nilai moral etik, baik yang dikandung oleh agama yang dianutnya,
maupun oleh tatanan atau norma sosial tempat di mana dia tinggal.
Sebaliknya, konsep diri individu dapat dikategorikan sebagai konsep
diri yang negatif bila ia menyimpang dan tidak mengindahkan nilai-
nilai moral etika yang berlaku—baik nilai-nilai agama maupun tatanan
sosial—yang seharusnyadia patuhi.
Menurut Hurlock konsep diri mempunyai dua aspek yaitu meliputi:
1. Aspek Fisik
Terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya,
kesesuiaan dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungan
dengan perilakunya dan gengsi yang diberikan tubuhnya dimata
orang lain.
11

2. Aspek Psikologis
Terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan
ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan
orang lain.
c. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui sejumlah besar pengalaman yang
tersusun secara hirarki. Jadi konsep diri pertama terbentuk merupakan
dasar bagi konsep diri berikutnya. Berdasarkan pengamatan psikologi
kognitif, pengenalan akan diri pertama kali disebut dengan self schema.
Pengalaman dengan anggota keluarga dalam hal ini orang tua memberikan
informasi mengenai siapa kita. Self schemaini kemudian berkembang
menjadi priming, proses dimana ada memori yang meningkatkan kita
mengenai sesuatu yang terjadi di masa lalu. Peran yang kemudian kita
jalankan kelak akan berkembang menjadi konsep diri.

Konsep diri yang pertama kali terbentuk disebut konsep diri


primer. Hal ini diperoleh di lingkungan keluarga terutama pada tahun-
tahun awal kehidupan. Kemudian konsep diri akan terus berkembang
sejalan dengan semakin luasnya hubungan sosial yang diperoleh anak.
Bagaimana orang-orang disekitarnya memperlakukan dirinya, apa yang
mereka katakan tentang dirinya, status yang diraihnya dalam
kelompok akan memperkuat dan memodifikasi konsep diri yang telah
terbentuk dalam keluarga. Oleh karena struktur konsep diri tersebut
berkembang secara hirarkis dan saling terkait satu sama lainnya, maka ia
akan mencapai tingkat perkembangan tertentu yang relatif stabil. Namun
ada juga pendapat yang mengatakan bahwa sepanjang kehidupan
seseorang konsep diri individu secara kontinu akan berkembang dan
berubah.

Sumber informasi untuk konsep diri adalah interaksi individu dengan


orang lain. Individu menggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa
dia. Individu membayangkan bagaimana pandangan orang lain
terhadapnya dan bagaimana mereka menilai penampilannya. Penilaian
pandangan orang lain diambil sebagai gambaran tentang diri individu.
12

Orang lain yang dianggap bisa mempengaruhi konsep diri seseorang


adalah :

1. Orang tua
Orang tua memberi pengaruh yang paling kuat karena kontak sosial
yang paling awal dialami manusia. Orang tua memberikan informasi
yang menetap tentang individu, mereka juga menetapkan pengharapan
bagi anaknya. Orang tua juga mengajarkan anak bagaimana menilai
diri sendiri.
2. Teman sebaya
Kelompok teman sebaya menduduki tempat kedua setelah orang tua
terutama dalam mempengaruhi konsep diri anak. Masalah penerimaan
atau penolakan dalam kelompok teman sebaya berpengaruh terhadap
diri anak.
3. Masyarakat
Masyarakat punya harapan tertentu terhadap seseorang dan dan
harapan itu masuk ke dalam diri individu, dimana individu akan
berusaha melaksanakan harapan tersebut.
4. Hasil dan Proses Belajar
Belajar merupakan hasil perubahan permanen yang terjadi dalam diri
individu akibat dari pengalaman. Pengalaman dengan lingkungan dan
orang sekitar akan memberikan masukan mengenai akibat suatu
perilaku. Akibat ini bisa menjadi berbentuk sesuatu yang positif
maupun negatif.
d. Dimensi Konsep Diri
Konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan tentang diri
sendiri, pengharapan tentang diri sendiri dan penilaian tentang diri sendiri.
1. Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah mengenai apa yang
individu ketahui mengenai dirinya. Menurut Stuart dan Sundeen sikap
ini mencakup presepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh saat ini di masa lalu. Hal ini berkaitan
erat dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai
13

dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang


memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan
menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar
rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang stabil, realistis
dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkankemampuan mantap terhadap realisasi yang akan
memacu sukses di dalam kehidupan. Presepsi dan pengalaman individu
dapat merubah gambaran diri secara dinamis. Termasuk dalam hal ini
jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, usia dan lain sebagainya.
Biasanya seseorang memberika julukan tertentu terhadap pada dirinya
sendiri
2. Pengharapan
Pengharapan tentang diri kita tidak terlepas dari kemungkinan kita
menjadi apa di masa yang akan datang. Pengharapan dapat dikatakan
sebagai diri ideal. Setiap harapan dapat membangkitkan kekuatan yang
mendorong untuk mencapai harapan tersebut di masa depan. Namun
diri ideal hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tapi masih lebih
tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat
dicapai. Pada usia remaja, diriideal akan dibentuk 16menjadi proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Beberapa faktor yang
mempengaruhi ideal diri, adalah :
o Kecenderungan individu untuk menetapkan ideal diri pada
batas kemampuannya.
o Faktor budaya akanmempengaruhi individu dalam menetapkan
ideal diri, yang kemudian standar ini dibandingkan dengan
standar kelompok teman.
o Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan
yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan,
perasaan cemas dan rendah diri.

Penilaian menyangkut unsur evaluasi, seberapa besar kita


menyukai diri kita sendiri. Semakin besar ketidak-sesuaian antara
14

gambaran kita tentang diri kita yang ideal dan aktual maka akan
semakin rendah harga diri kita. Sebaliknya orang yang punya harga
diri yang tinggi akan menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakannya
dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dimensi
penilaian merupakan komponen pembentukan konsep diri yang cukup
signifikan.

e. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri


Dalam bukunya Hurlock mengungkapkan kondisi yang mempengaruhi
konsep diri remaja meliputi:
1. Usia Kematangan
Remaja yang matang lebih awal, diperlakukan seperti orang yang
hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
2. Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri
meskipun perbedaan yang menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik
merupakan sumber memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah
diri. Sebaliknya, daya Tarik fisik menimbulkan penilaian yang
menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan
sosial.
3. Kepatutan Seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan prilaku membantu
remaja mencapai konsep diri yang baik.
4. Nama dan Julukan
Remaja peka dan malu bila teman –teman sekelompok menilai
namanya buruk atau bila mereka memberi julukan yang bernada
cemooh.
5. Hubungan Keluarga
Seorang remaja yang mempunyai hubungan erat dengan seseorang
anggota keluarga akan mengidentifikasikan ciri denga orang tersebut
dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Apaila tokoh
15

tersebut sesama jenis, maka remaja akan tertolong untuk


mengembankan konsep diri yang layak untuk seksnya.
6. Teman Sebaya
Teman –teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam
dua cara yakni pertama konsep diri remaja merupakan cerminan dan
anggapan tentang konsep teman dan dirinya. Kedua berada dalam
tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian diakui oleh
kelompok.
7. Kreativitas
Remaja yang semasa kanak kanak didorong agar kreatif dalam bermain
dan dala tugas akdemis, mengembangkan peran individualitas dan
identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya.
8. Cita – Cita
Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistis, ia akan
mengalami kegagalan yang menimbulkan ketidak percayaan dirinya
dan timbul perasaan tidak mampu serta reaksi yang bertahan dimana ia
menyalahkan orag lain atas kegagalannya. Sebaliknya, remaja yang
realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhsilan
daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan
kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang
baik.
f. Jenis – Jenis Konsep Diri
Menurut Calhoun dan Acocella, dalam perkembangannya konsep diri
terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Konsep Diri Positif
Konsep diri yang positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana
individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik
sekali. Konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang
memiliki konsep diri positif akan memahami dan menerima
30sejumlah fakta yang bermacam-macamtentang dirinya sendiri
sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat
menerima dirinya apa adanya.Individu yang mempunyai konsep diri
16

positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu


tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu
menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup
adalah suatu proses penemuan.
2. Konsep Diri Negatif
Calhoun dan Acocella membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe,
yaitu :
o Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak
teratur, tidak memiliki perasaan, kestabilan, dan keutuhan diri.
Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya,kekuatan
dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.
o Pandangan terhadap dirinya sendiri terlalu stabildan teratur. Hal
ini dapat terjadi karena individu dididik dengan cara yang
keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan
adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam
pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.
g. Karakteristik Konsep Diri
Brooks danEmmert (dalam Rahmat, 2004), mengungkapkan bahwa
terdapat perbedaan karakteristik seseorang dengan konsep diri positif dan
seseorang dengan konsep diri negatif. Perbedaan tersebut dapat
ditunjukkan melalui beberapa indikator dari:
1. Orang dengan konsep diri positif, dapat dilihat jika individu :
o Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
o Merasa setara atau sederajat dengan orang lain.
o Menerima pujian tanpa rasa malu.
o Menyadari bahwa setiap orang memilki berbagai perasaan,
keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya dapat diterima
oleh masyarakat.
o Memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri.
o Memiliki kesanggupan dalam mengungkapkan aspek yang
tidak disenangi dan berusaha untuk merubahnya.
2. Orang dengan konsep diri negatif, dapat dilihat jika individu :
17

o Peka terhadap kritik, namun di persepsisebagai upaya orang


lain untuk menjatuhkan harga dirinya.
o Cenderung menghindari dialog yang terbuka.
o Selalu mempertahankan pendapat dengan berbagai logika yang
keliru.
o Sangat respek terhadap berbagai pujian yang ditujukan pada
dirinya dan segala atribut atau embel-embel yang menunjang
harga dirinya menjadi pusat perhatiannya.
o Memiliki kecenderungan bersikap hiperkritis terhadap orang
lain.
o Jarang bahkan tidak pernah mengungkapkan penghargaan atau
pengakuan terhadap kelebihan orang lain
o Memiliki perasaan mudah marah, cenderung mengeluh dan
meremehkan orang lain.
o Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan oleh orang
banyak, karena itulah cenderung bereaksi untuk menciptakan
permusuhan
o Tidak mau menyalahkan diri sendiri namun selalu memandang
dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak benar
o Pesimis terhadap segala yang bersifat kompetitif, enggan
bersaing dan berprestasi, serta tidak berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya

Berdasarkanpandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa individu


dengan konsep diri positif, cenderung mengembangkan sikap-sikap postitif
mengenai dirinya sendiri, dan sebaliknya individu dengan konsep diri
negatif, maka individu tersebut cenderung akan mengembangkan nilai-
nilai atau pandangan yang negatif tentang segala kondisi atau sistem sosial
yang ada.

Konsep diri yang dimiliki oleh seseorang, baik positif maupun


negatif akan mempengaruhi cara penilaian individu tersebut mengenai
dirinya dan lingkungan karena itu akan sangat mempengaruhi perilakunya.
18

Individu akan cenderung bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang
dimilikinya.

h. Komponen – Komponen Konsep Diri


Sebagaimanadiketahui bahwa konsep diri merupakan pandangan
seseorang terhadap dirinya baik secara fisik maupun psikis. Hurlock
(1999) menyebutkan bahwa ada tiga komponen dalam konsep diri, yaitu:
1. Komponen Perseptual
Merupakan komponen seseorang terhadap penampilan tubuh dan kesan
yang dibuat terhadap orang lain. Komponen perceptual mencakup
gambaran tentang daya tarik dan kesesuian sex dari tubuhnya, arti
penting dari bagian-bagian tubuhnya seperti otot-otot, terhadap tingkah
laku dan pengaruhnya dimata orang lain. Komponen ini disebut
sebagai konsep diri fisik (psychical self concept).
2. Komponen Conceptual
Adalah pengertianseseorang terhadap karakteristik tertentu,
kemampuan pemikiran dan ketidakmampuan, latar belakang dan
asalnya serta masa depannya. Komponen conceptual ini tersusun atas
kualitas penyesuian diri (misalnya kejujuran, kepercayaan diri,
kemandiriannya, keberaniannya dan sebaliknya). Komponen ini
disebut juga konsep diri psikologis (pscychological self concept).
3. Komponen Attitudinal
Merupakan perasaanseseorang terhadap dirinya, sikap terhadap status
masa kini dan prospek masa depan, perasaan terhadap keberartian dan
sikap terhadap penghargaan diri dan rasa malu. Terkandung di
dalamnya kepercayaan, keyakinan, nilai, ideal, aspirasi dan komitmen
atas filosofi hidupnya.
i. Konsep Diri dalam Perspektif Islam
Ajaran Islam mengajarkan seorang muslim harus mempunyai
keyakinanbahwa manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi
(berpandangan positifterhadap diri kita sendiri). Untuk itulah seorang
muslim tidak boleh bersikaplemah, yang disebutkan dalam Al-Qur‟an
surat Al-Imran ayat 139, yang Artinya: “janganlah kamu bersikap lemah,
19

dan janganlah (pula)kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang


yang paling tinggi(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.(al-
Imran: 139).
Manusia adalah makhluk yang tinggi derajatnya serta
menempuhkemajuan dalam hidupnya dari zaman ke zaman. Karena itu
orang-orang islamtidak perlu memandang dirinya rendah atau negatif.
Sebab pada dasarnya manusiadiberi kelebihan daripada makhluk-makhluk
lain dengan kelebihan yangsempurna. Sebagaimana firman Allah
SWTdalam Al-Qur‟an surat Al-Isra‟ ayat 70, yang Artinya: “dan
sesungguhnya telah kami muliakan anak-anakadam, kami angkut mereka
didaratan dan dilautan kami beri mereka rezkidari yang baik-baik dan
kami lebihkan mereka dengan kelebihan yangsempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah kami ciptakan”. (Al-Isra‟:70)
Begitu mulianya manusia dibandingkan dengan makhluk yang lain,
sehingga sangat disayangkan jika manusia masih mempunyai sikap yang
tidakmenghargai terhadap apa yang dianugerahkan oleh Tuhan.

j. Faktor Resiko Gangguan Konsep Diri


Faktor resiko yang menyebabkan gangguan Konsep Diri (Tarwoto&
Wartonah, 2003) :
1. Gangguan Identitas Diri : perubahan perkembangan, trauma, jenis
kelamin dan budaya.
2. Gangguan Citra Tubuh (body image) hilangnya bagian tubuh,
perubahan perkembangan dan kecacatan.
3. Gangguan Harga Diri : hubungan interpersonal yang tidak harmonis,
kegagalan perkembangan, kegagalan mencapai tujuan hidup dan
kegagalan dalam mengikuti aturan moral.
4. Gangguan Peran : kehilangan peran, peran ganda dan ketidakmampuan
dalam mengikuti aturan moral.
5. Gangguan Ideal Diri : kehilangan harapan, keinginan dan cita-cita.
B. UPAYA PENGEMBANGAN KONSEP DIRI
C. HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PEMBENTUKAN SIKAP
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah diatas dapat di tarik kesimpulan
bahwa manajemen mempunyai tujuan yang diinginkan dicapai yang dilakukan
melalui proses yang sistematis, terkoordinir, koperatif, dan terintegrasi dalam
memanfaatkan unsur unsurnya.
Sedangkan Manajemen kewirausahaan menyangkut semua kekuatan
perusahaan yang menjamin bahwa usahanya betul betul eksis.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, maka penulis dapat
memberikan saran kepada mahasiswi agar dapat memahami dan dapat
mengimplementasikan materi yang telah disampaikan kedalam kehidupan
nyata khusunya di bidang kebidanan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Calhoun & Acocella. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan


Kemanusiaan. Semarang: Penerbit IKIP Semarang
Rahmat.J. 2007. psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung. hlm 99-
100 (http://etheses.uin-malang.ac.id/629/6/10410181%20Bab%202.pdf )
Wicaksono Adi. 2015. Fikes UMP. (http://repository.ump.ac.id/601/3/BAB
%20II_ADI%20WICAKSONO_KEPERAWATAN%2715.pdf)

22

Anda mungkin juga menyukai