Anda di halaman 1dari 36

MATA AJAR MASALAH PSIKOSOSIAL TATANAN KEPERAWATAN

KONSEP DIRI

Disusun Oleh :
DIANA NIM 821233023
YULLI PREHATIWI NIM 821233115
RISTA ARIESTA NIM 821233091
FITRI UTAMI PUTRI NIM 821233042
BUDI GUUSTAMAN NIM 821233017
TRIPURBOYO WAHYU NIM 821233106

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PONTIANAK
2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena berkat kebaikan-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Keperawatan Psikiatri yang berjudul “Konsep Diri” dengan baik dan tepat
waktu.
Tidak lupa, tim penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu DR.
Ns. Florensa, M. Kep., Sp. Kep. Jiwa selaku dosen pengampu mata kuliah
Masalah Psikososial Tatanan Keperawatan yang sudah membantu kami dalam
proses penyusunannya.
Penyusun menyadari jika makalah yang sudah dibuat masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kekurangan sehingga penyusun sangat berharap saran
dan kritiknya kepada penyusun agar di kemudian hari bisa membuat satu makalah
yang lebih berkualitas.
Terakhir, semoga makalah berikut bisa mempunyai dampak dan manfaat
bagi kita semua.

Pontianak, Februari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................3
A. Pengertian Konsep Diri.................................................................................3
B. Rentang Respon Konsep Diri........................................................................3
C. Bagian-Bagian Dari Konsep Diri..................................................................4
D. Faktor Pembentuk Konsep Diri.....................................................................7
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri.........................................9
F. Masalah Dengan Konsep Diri.....................................................................12
G. Perbedaan Konsep Diri Positif Dan Negatif...............................................15
H. Pengkajian Konsep Diri..............................................................................18
I. Strategi Pelaksanaan Komunikasi Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah
21
BAB III PENUTUP...............................................................................................30
A. Kesimpulan.................................................................................................30
C. Saran............................................................................................................31
Daftar Pustaka........................................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu terdapat sifat-sifat positif dan sifat-sifat negatif dan masing-
masing individu diharuskan bertarung dalam dirinya sendiri untuk mengelola
sifat-sifat baik dan buruk agar menjadi makhluk yang mulia. Sifat-sifat buruk
manusia bisa menjadi dominan ketika ia selalu mempertaruhkan hawa nafsu.
Apabila dominasi ini tidak dilawan maka akan menyebabkan ia terjatuh
kedalam keburukan yang semakin lama semakin menguat (Azizi, 2014).
Dalam perjalanan memahami kompleksitas interaksi manusia, menjelajahi
ranah konsep diri menjadi sangat penting. Konsep diri merupakan bagian dari
individu yang sangat berperan penting. Konsep diri merupakan aspek
fundamental dari hubungan interpersonal, menjadi fondasi di atasnya
pertumbuhan pribadi dan interaksi sosial berkembang (Sukweenadhi, 2023).

William D. Brooks dan Philip Emmert menyatakan konsep diri merupakan


pandangan seseorang tentang dirinya secara keseluruhan baik secara positif
atau negatif. Secara positif ditandai dengan yakin akan kemampuannya
mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain menerima pujian tanpa
rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disukai masyarakat, dan mampu
memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha memperbaikinya (Azizi,
2014).

Konsep diri tidak langsung dimiliki ketika seseorang lahir kedunia melainkan
sebuah proses yang terus berkembang dan membedakan individu satu dengan
yang lainnya. Konsep diri adalah cara pandang individu dalam memandang
dirinya secara utuh (Sialagan & Ginting, 2023). Konsep diri biasanya dapat
dikembangkan melalui pengalaman interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
2

Seorang individu jika tidak memiliki pengalaman interaksi sosial dengan


lingkungan sekitarnya, ia akan memiliki konsep diri yang kurang (Hartanti,
2018).

Konsep diri adalah gambaran atau representasi dari seseorang terkait diri kita,
jika kita tidak melakukan interaksi dengan orang lain sama sekali, maka kita
tidak akan paham bagaimana penilaian orang lain terhadap diri kita. Pada
dasarnya dalam konsep diri, individu menilai dirinya sendiri berdasarkan
pengalamannya (Hartanti, 2018).

Konsep diri memiliki tiga dimensi yang meliputi dimensi pengetahuan yang
dimana individu memiliki pengetahuan terhadap dirinya sendiri terkait dengan
gambaran dirinya dan kekurangan maupun kelebihan dirinya sendiri, kedua
adalah harapan yang dimana individu tersebut memahami kemungkinan
dirinya di masa mendatang akan menjadi apa, lalu yang ketiga adalah
penilaian yang terkait dengan kemampuan individu dalam menilai dirinya
sendiri terkait “siapa saya” dan “seharusnya saya menjadi apa” (Calhoun &
Acocella, 1995). Hasil penilaian terhadap diri sendiri tersebut akan memiliki
pengaruh bahwa semakin individu tidak sesuai antara harapan dengan
kondisinya saat ini maka ia akan semakin memiliki harga diri yang rendah
(Hartanti, 2018).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan konsep psikososial dalam praktek
keperawatan mencakup konsep diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian konsep diri
b. Mahasiswa mampu memahami tentang rentang respon konsep diri
c. Mahasiswa mampu memahami tentang bagian-bagian dari konsep diri
d. Mahasiswa mampu memahami tentang faktor pembentuk konsep diri
3

e. Mahasiswa mampu memahami tentang faktor-faktor yang


mempengaruhi konsep diri
f. Mahasiswa mampu memahami tentang masalah dengan konsep diri
g. Mahasiswa mampu menyebutkan tentang perbedaan konsep diri positif
dan negatif
h. Mahasiswa mampu memahami pengkajian konsep diri
i. Mahasiswa mampu memahami strategi pelaksanaan komunikasi pada
pasien dengan konsep diri.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan dan penilian yang
diketahui individu tentang dirinya yang mempengaruhi individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya (Stuart, 2016).
Konsep diri diartikan sebagai perspektif seseorang terhadap dirinya
sendiri, yang mencerminkan keadaan mental seseorang terhadap dirinya
sendiri, yang mendorong seseorang untuk berusaha mempertahankan dan
memperbaiki dirinya sendiri (Acocella & Calhoun, 1990 dalam Khasanah et
al., 2023).
Konsep diri merupakan semua ide, pikiran, keyakinan, serta pendirian
yang diketahui oleh individu terkait dirinya, termasuk persepsi individu
atas kemampuan dirinya serta nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dirinya (Song, 1982 dalam Hartanti, 2018).

B. Rentang Respon Konsep Diri

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

AKTUALISASI KONSEP DIRI HARGA DIRI DIFUSI DISOSIASI


DIRI POSITIF RENDAH IDENTITAS DEPORSONALISASI
Gambar Rentang respon konsep diri (Stuart, 2013)

Adapun penjelasan masing-masing bagian rentang respon konsep diri adalah


(Jayanti et al., 2022)
5

1. Aktualisasi merupakan pandangan positif mengenai diri sendiri mengenai


pengalaman yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif merupakan pengalaman positive individu dalam
mengaktualisasi dirinya.
3. Harga diri rendah merupakan masa peralihan diantara konsep diri positive
dengan negatif
4. Difusi identitas merupakan kegagalan individu dalam aspek psikososial.
5. Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis, perasaan asing akan
dirinya yang menyebabkan munculnya kecemasan, kepanikan serta
ketidak mampuan memebedakan dirinya dengan orang lain

C. Bagian-Bagian Dari Konsep Diri


Komponen konsep diri terdiri dari lima hal yaitu body image/ gambaran diri,
self ideal/ ideal diri, Self Identifity/ identitas diri, self esteem/ harga diri dan
self role/ peran diri (Jayanti et al., 2022)
1. Citra Tubuh (Body-Image)
Citra diri adalah gambaran individu tentang dirinya sendiri, baik secara
fisik maupun psikologis (Sukweenadhi, 2023). Komponen self-image
mencakup persepsi atau tanggapan, baik di masa lalu maupun
sekarang, terkait ukuran, fungsi bentuk/penampilan tubuh sertapotensi
pada dirinya (Stuart, 2013).
Hal-hal yang penting terkait dengan citra tubuh/ gambaran diri (Jayanti et
al., 2022)
a. Pada usia remaja fokus individu lebih menonjol terhadap penilaian
dirinya secara fisik
b. Terjadinya perubahan sekunder tubuh pada individu seperti terjadi
mentruasi, mamae membesar pada perempuan, tumbuh jakun, suara
memebesar pada laki-laki yang akan memasuku isia remaja dan
perubahan bentuk tubuh seperti, tinggi badan (TB), berat badan (BB)
menjadi gambaran diri.
6

c. Bagaimana cara individu menilai dan memandang dirinya akan


menjadi aspek yang dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya.
d. Adanya gambaran dalam menilai dirinya dan menerima dirinya secara
realistik menyukai bagian tubuhnya akam memeberikan rasa aman dan
menghindarkan kecemasan dan dapat meningkatkan harga diri.
e. Kesuksesan dalan hidup dapat dicapai oleh individu yang memiliki
gambaran diri yang konsisten, stabil dan realistik
2. Ideal Diri (Self-Ideal)
Ideal diri adalah persepsi seseorang tentang bagaimana berperilaku
berdasarkan standar pribadi tertentu, aspirasi, tujuan atau nilai yang ingin
dicapai (Stuart, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri (Jayanti et al., 2022)


a. Ideal diri ditetapkan sebatas kemampuan
b. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan yang realistik
c. Keinginan untuk menjadi berhasil
d. Keinginan untuk dapat melebihi orang lain
e. Keinginan untuk bisa menghindari kegagalan
f. Muncul rasa rendah diri dan cemas/ khawatir
g. Faktor budaya dibandingkan dengan orang lain
3. Harga Diri (Self-Esteem)
Harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri, baik
secara positif maupun negatif. Harga diri yang tinggi dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi individu untuk mencapai
tujuan hidupnya(Sukweenadhi, 2023).

Adanya kasih sayang, perasan dicintai, rasa saling menyayangi dan


penghargaan dari orang lain merupakan aspek utama dalam harga diri.
Terjadinya harga diri rendah dapat diakibatkan apabila (Jayanti et al.,
2022):

a. Hilangnya kasih sayang, rasa cinta kasih dari orang lain


b. Adanya hubungan interpersonal yang tidak harmonis
7

c. Tidak adanya penghargaan dari orang lain

4. Peran Diri (Self Role)


Peran Diri adalah sekumpulan pola perilaku yang diharapkan secara sosial
berhubungan dengan fungsi seseorang dalam kelompok sosial yang
berbeda (Stuart, 2013).
Fakor yang mempengaruhi penyesuaian seseorang untuk berperan meliputi
sebagai berikut (Stuart, 2013) :
a. Pengetahuan tentang harapan peran yang spesifik
b. Respon konsistensi dari orang lain yang berarti untuk peran seseorang
c. Kecocokan dan keseimbangan berbagai peran
d. Kesesuaian norma-norma budaya dan harapan sendiri atau perilaku
peran.
e. Pemisahan situasi yang akan menyebabkan peran perilaku yang tidak
sesuai.
5. Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran diri yang didasarkan pada observasi dan
penilaian diri (Stuart, 2013). Hal-hal yang berkaitan dengan identitas diri
adalah (Jayanti et al., 2022):
a. Individu dengan identitas diri yang kuat akan merasa dirinya berbeda
dengan orang lain, unik, merasa dirinya lebih kuat dan tidak ada
duanya.
b. Indentitas diri berkembang sejak masa anak-anak dan bersaman
dengan berkembangnya konsep diri.
c. Identitas diri mengenai jenis kelamin dimulai dengan konsep lakilaki
dan perempuan yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dan
perlakuan masyarakat.
d. Berkembangnya identitas jenis kelamin dimulai sejak bayi secara
bertahap.
e. Rasa berharga, menghargai diri sendiri, kemampuan serta penguasan
diri dapat mempengaruhi kemandirian.
8

f. Sikap yang mandiri pada individu dapat mengatur dan menerima


dirinya

Ciri-ciri identitas diri adalah:


a. Sesuai realitas
b. Memiliki tujuan hidup yang jelas
c. Berbagai aspek yang dimiliki pada dirinya dipandang sebagai sesuatu
hal yang selaras dan seimbang
d. Hubungan masalalu, sekarang dan yang akan datang selaras dan
disadari.
e. Peran identitas dirinya kuat, menyadari perannya
f. Mengakui jenis kelaminnya
g. Penilain tentang dirinya sesuai dengan penilaian masyarakat tentang
dirinya.
h. Mengtahui dirinya sebagai individu yang utuh, berbeda dan terpisah
dari orang lain

D. Faktor Pembentuk Konsep Diri


Faktor pembentuk konsep diri terdiri dari faktor lingkungan, pengaruh
keluarga dan pengaruh pengalaman hidup (Sukweenadhi, 2023)
1. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan di mana individu dibesarkan dan berada memiliki peran
yang sangat penting dalam membentuk konsep diri mereka. Norma
budaya, harapan sosial, dan nilainilai yang dianut oleh komunitas
berkontribusi pada cara individu memandang diri mereka sendiri dan
tempat mereka dalam dunia (Polkinghorne, 1991). Berikut adalah
beberapa poin yang dapat dijelaskan lebih detail mengenai pengaruh
lingkungan dalam pembentukan konsep diri:
a. Norma budaya
Norma-norma budaya yang ada dalam suatu komunitas dapat
mempengaruhi cara individu memandang diri mereka sendiri. Nilai-
9

nilai yang dianut oleh komunitas, seperti nilai kejujuran, kerja keras,
atau kepatuhan, dapat membentuk pandangan individu terhadap diri
mereka sendiri.
b. Harapan sosial
Harapan yang ditetapkan oleh masyarakat terhadap individu juga
dapat mempengaruhi konsep diri. Misalnya, jika masyarakat
mengharapkan individu untuk sukses dalam karir atau memiliki
penampilan fisik tertentu, individu tersebut mungkin akan
membentuk konsep diri berdasarkan harapanharapan tersebut.
c. Lingkungan belajar
Lingkungan belajar, seperti sekolah atau tempat kerja, juga dapat
mempengaruhi konsep diri seseorang. Interaksi dengan teman
sebaya, guru, atau rekan kerja dapat membentuk pandangan
individu terhadap diri mereka sendiri. Misalnya, jika individu
mendapatkan dukungan dan pengakuan atas prestasi mereka di
lingkungan belajar, hal ini dapat memperkuat konsep diri yang positif.
2. Pengaruh Keluarga
Keluarga memiliki pengaruh yang mendalam pada perkembangan
konsep diri seseorang. Interaksi, dukungan, dan dinamika dalam unit
keluarga berkontribusi pada pembentukan harga diri, nilai diri, dan
keseluruhan identitas diri (Marshall, 1989 dalam Sukweenadhi, 2023).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri oleh
keluarga antara lain:
a. Perhatian dan penerimaan: Anak yang merasa diterima dan dicintai
oleh keluarga cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi.
b. Model perilaku: Anak cenderung meniru perilaku orang tua dan
anggota keluarga lainnya, sehingga perilaku keluarga dapat
membentuk konsep diri anak.
c. Komunikasi: Komunikasi yang terbuka dan positif antara anggota
keluarga dapat membantu anak merasa didengar dan dihargai, serta
membentuk persepsi positif tentang dirinya.
10

d. Pengasuhan: Cara orang tua mendidik dan membesarkan anak dapat


membentuk konsep diri anak, misalnya dengan memberikan
otonomi dan kesempatan untuk mengambil keputusan.
e. Dinamika keluarga: Konflik atau ketidakharmonisan dalam
keluarga dapat mempengaruhi konsep diri anak, terutama jika anak
merasa terlibat dalam konflik tersebut.

3. Pengaruh Pengalaman Hidup


Konsep diri individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
pengalaman hidup. Pengalaman hidup, baik yang positif maupun penuh
tantangan, meninggalkan jejak tak terhapuskan pada konsep diri
individu. Kemenangan dan kegagalan, prestasi dan kegagalan, semuanya
berkontribusi pada mozaik keyakinan yang dimiliki individu tentang
kemampuan dan nilai diri mereka. Penelitian menunjukkan bahwa
berbagai pengalaman hidup, termasuk pencapaian, kegagalan, dan
peristiwa emosional, dapat mempengaruhi konsep diri. Pengalaman
yang berhasil dan positif dapat meningkatkan kepercayaan diri dan
memperkuat konsep diri, sementara pengalaman negatif dapat
menyebabkan keraguan diri dan mengubah persepsi diri (Markus &
Wurf, 1987; Shavelson & Bolus, 1982 dalam Sukweenadhi, 2023).

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Faktor yang mempengaruhi konsep diri dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti faktor biologis, psikologis, perkembangan dan sosial budaya
(Jayanti et al., 2022).
1. Biologis
Merupakan faktor yang berhubungan dengan patofisiologis, yang
berhubungan dengan penampilan tubuh, adanya perubahan fungsi tubuh
dari sebelumnya akibat suatu penyakit yang dialami baik karena sakit
bawan, genetik ataupun karena sakit akibat penyakit yang dialami akibat
11

pola hidup seperti diabetes melitus, stroke dan lain lain. Adanya ketidak
seimbangan fungsi neurofisiologid dan biokimia tubuh juga akan menjadi
factor yang memepengaruhi konsep diri seperti adanya masalah pada
neurotransmitter.
2. Psikologis
Kondisi psikologis dipengaruhi oleh situasi dan kondisi setiap orang,
perkembangan yang dialami dan lingkungan sekitar tempat tinggal.
Adapun diantaranya adalah kejadian-kejadian yang dapat meliputi:
a. Kehilangan orang yang dicintai, kejadian kejadian yang tidak
menyenangkan, perpisahan dengan orang yang disayangi.
b. Kegagalan-kegagalan seperti kehilangan pekerjaan, kegagalan dalam
prestasi akademik dan yang lainnya.
c. Tuntutan dari orang tua yang mendominasi dan tidak realistis.
d. Adanya rasa kurang bertanggung jawab dari individu.
e. Adanya penolakan baik dari orang tua dan lingkungan tempat tinggal.
f. Adanya rasa ketergantunga terhadap orang lain.
g. Adanya pengaruh penilaian secara internal dari setiap individu
h. Adanya idela diri yang tidak realistis/ tidak sesuai dengan kenyataan.
i. Adanya Riwayat kegagalan yang berulang dialami.
j. Adanya kebutuhan yang dirasakan tidak terpenuhi, adanya suatu
keinginan dan harapan yang diinginkan namun tidak dapat dicapai
3. Perkembangan
a. Tahap perkembangan pada masa bayi, toddler dan prasekolah :
1) Adanya perpisahan dengan anak, orang yang dekat dengan anak
mengalami perpisahan dengan anaknya akan dapat mempengaruhi
proses perkembangan anak, adanya rasa tidak nyaman karena
berada jauh dari orang yang disayangi.
2) Kurangnya stimulasi emosi mengakibatkan kurang terpenuhinya
kebutuhan emosisonalnya.
12

3) Dukungan sosial yang kurang dari orang tua akan menyebabkan


kurangnya rasa percaya diri, dukungan sosial yang kuat dari
orangtua akan dapat menbangun konsep diri yang positif.
4) Penilaian yang negatif secara terus menerus dari orang lain akan
menyebabkan konsep diri yang negatif, contohnya orang tua yang
selalu memberikan penilaian negatif kepada anaknya seperti
mengatakan anaknya bodoh, nakal dan lain-lain.
5) Ketidakmampuan dalam membangun rasa percaya kepada orang
lain
b. Tahap perkembangan usia sekolah
1) Rasa kehilangan/ rasa tidak memiliki kelompok teman sebaya.
2) Umpan balik yang negatif dan berulang-ulang, penilaian yang
negatif terhadap segala hal dan terus menerus.
3) Kegagalan dalam prestasi akademik disekolah seperti tidak naik
kelas
c. Tahap perkembangan usia remaja
1) Pencapaian akademik yang gagal disekolah.
2) Kehilangan kelompok teman sebaya, merasa tidak memiliki
kelompok seusianya.
3) Kehilangan orang yang disayangi dan berarti dalam hidupnya.
4) Kehilangan kebebasan dan otonomi atas dirinya
d. Tahap perkembangan dewasa tengah
Peran baru dalam suatu pernikahan, adanya konflik peran dalam
menjalani peran barunya, ketidak mampuan dalam menyesuaikan
peran barunya, peran sebagai orang tua, adanya proses penuaan
e. Tahap perkembangan lanjut usia
Kehilangan pasangan yang dicintai, kehilangan suami/ istri pasangan
hidupnya, penurunan fungsi tubuh secara fisiologis akibat proses
penuaan, aging, berkaitan dengan pekerjaan, mamasuki masa pension,
penurunan pendapatan, finansial dan lain sebagainya
4. Sosial budaya
13

a. Mengalami penolakan dari lingkungan masyarakat tempat tinggal


b. Penilaian yang negatif dari lingkungan sekitar tempat tinggal
c. Berkaitan dengan perekonomian dan lingkungan sosial yaitu sosial
ekonomi yang rendah
d. Rendahnya tingkat pendidikan

F. Masalah Dengan Konsep Diri


Masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep diri yaitu:
1. Gangguan citra diri
Merupakan perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, objek yang sering kontak dengan tubuh. Terjadi
akibat adanya penilaian negatif pada dirinya sehingga tidak bisa menerima
dirinya. Menolah menyentuh bagian dari tubuhnya sendiri, merasa tidak
puas dan tidak suka dengan bagian tubuhnya, mengungkapkan
kekecewaan dengan anggota tubuhnya, preukopasi terhadap bagian
tubuhnya yang hilang, mengungkapkan ketakutan (Jayanti et al., 2022).
2. Gangguan identitas diri
Adanya kekaburan dan ketidakpastian dalam memandang dirinya sendiri.
Sulit menentukan keinginan dan penuh dengan rasa ragu-ragu bahkan sulit
untuk mengambil keputusan. Adapun persepsi-persepsi dalam gangguan
identitas adalah (Risal et all., 2022 dalam Jayanti et al., 2022):
a. Persepsi psikologis
1) Watak saya sebenarnya bagaimana?
2) Hal-hal yang baimana membuat saya senang?
3) Hal yang seperti apa yang memebuat saya sedih?
4) Hal yang bagaimana yang memebuat saya merasa cemas?
b. Persepsi sosial
1) Bagaimana pandangan oranglain terhadap saya?
2) Apakah saya dihargai oleh mereka?
3) Apakah mereka Bahagia melihat saya?
4) Apakah mereka sedih melihat saya?
14

5) Apakah mereka menyukai saya?


6) Apakah mereka memebenci saya?
c. Persepsi fisik
1) Bagaimana saya menilai penampilan saya?
2) Seperti apa pandangan saya pada diri saya ?
3) Apakah saya sudah cantik?
4) Apakah saya terlihat jelek?
5) Apakah tubuh ini kuat?
6) Apakah tubuh ini lemah?
3. Gangguan peran diri/ gangguan penampilan peran
Gangguan penampilan peran terjadi akaibat berhentinya fungsi peran yang
dijalani akibat suatu penyakit yang dialami, penuaan, putus sekolah,
kehilangan pekerjaan/ PHK. Peran pembentuk pola perilaku berkaitan
dengan fungsi sosial individu dalam kelompok sosialnya. Sepanjang
kehidupan individu mengalami perubahan peran secara terus menerus,
baik yang menetap maupun sementara yang diakibatkan karena
situasional. Kondisi seperti ini biasanya disebut dengan istilan transisi
peran yang dapat dibagi menjadi transisi perkembangan, transisi sehat
sakit dan transisi situasi
a. Transisi perkembangan
Acaman pada indentitas bisa diakibatkan karena perkembangan. Setiap
perkembangan harus dijalani oleh individu dengan tugas
perkembangan yang berbeda-beda, hal inilah akan dapat menjadi
stressor bagi individu.
b. Transisi situasi
Transisi situasi dapat terjadi sepanjang kehidupan individu, kehilangan
orang yang berarti, atau bertambahnya orang yang disayangi melalui
kematian maupun kelahiran. Contohnya transisi situasi akibat
peralihan status yang awalnya sendiri, single setelah menikah akan
terjadi perubahan status menikah. Perubahan status yang awalnya
belum memiliki anak, kemudian memiliki anak dan menjadi orang tua.
15

Adanya perubahan status ini akan menyebabkan perubahan peran dan


penambahan peran yang harus dijalani. Perubahan peran ini akan dapat
menimbulkan ketegangan-ketegangan peran seperti konflik peran,
peran tidak jelas, peran berlebih

c. Transisi sehat sakit


Stressor pada badan/tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran
diri yang berakibat pada gangguan konsep diri. Perubahan pada tubuh
akan menyebabkan gangguan pada komponen konsep diri.
4. Ideal diri tidak realistis/ gangguan ideal diri
Ideal diri yang tidak sesuai dengan kenyatan, terlalu tinggi, samar, tidak
jelas, cendrung menuntut. Tanda dan gejala gangguan ideal diri:
mengungkapkan hal yang tidak realistis seperti mengungkapkan saya pasti
akan sembuh pada suatu penyakit dengan prognosis yang buruk, setelah
sehat saya akan bekerja lagi.
5. Gangguan harga diri
Harga diri dapat meliputi adanya rasa dihormati, disegani, dihargai,
bernilai, kompeten, dapat diterima. Gambaran gannguan harga diri dapat
dinilai sebagai penilaian negatif terhadap terhadap dirinya sendiri.
Gangguan harga diri menyebabkan harga diri rendah yang ditandai dengan
merasa tidak ada yang menyukai, mencintai, tidak memeiliki teman, sering
muncul rasa cemas sampai depresi.
Gangguan harga diri yang biasanya disebutkan dengan istilah harga
diri rendah dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Harga diri rendah situasional
Harga diri renndah situasional terjadi diakibatkan karena situasi
tertentu, rasa trauma yang dirasakan tiba-tiba. Misalnya perceraian,
kecelakan yang menyebabkan harus operasi segera, suatu penyakit
yang tiba-tiba diderrita, kehilangan pekerjaan, putus sekolah. Rasa
16

malu muncul secara tiba-tiba akibat ditubuh KKN, korban


pemerkosaan, dipenjara dan lain sebagainya
b. Harga diri rendah kronis
Merupakan penilaia/ perasan negatif terhadap dirinya yang sudah
berlangsung lama. Misalnya: seseorang sudah sejak lama berpenilaian
buruk/ negatif terhadap dirinya sebelum dirinya mengalami suatu
penyakit. Penilain negatif pada dirinya inilah akan mempengaruhi
kondisi kesehatanya dan akan memeperburuk dan memperparah
kondisinya. Persepsi negatif juga semakin bertambah kepada dirinya.
Tanda gejala yang muncul biasanya adalah rasa malu akibat sakit
yang diderita, dan rasa malu akibat pengobatan yang dijalani,
contohnya: rasa malu yang muncul karena menderita ca mamae, rasa
malu bertambah lagi akibat efek samping pengobatan karena rambut
menjadi rontoh dan kulit kelihatan menghitam. Rasa bersalah pada diri
semakin bertambah, mengungkapkan “ini tidak akan terjadi seandainya
saya mau melakukan pengobatan dari awal, seandainya saya rajin
melakukan pemeriksaan kesehatan, seandainya saya rajin menjaga pola
hidup saya”. Pasien semakin merasakan ketidak bergunaan pada
dirinya, merasa dirinya semakin bodoh, semakin merasa bahwa dirinya
tidak bisa apa-apa.

G. Perbedaan Konsep Diri Positif Dan Negatif


Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan tingkah laku individu,
karena konsep diri merupakan inti kepribadian, konsep ini mempengaruhi
bentuk berbagai sifat. Konsep diri yang positif akan berpengaruh positif juga
terhadap perilaku dan kepribadiannya, sedangkan konsep diri yang negatif
berpengaruh kurang baik terhadap perilaku dan kepribadiannya (Masdudi,
2015).
Perbedaan konsep diri positif dan konsep diri negatif menurut Sukweenadhi
(2023) adalah sebagai berikut
17

Konsep Diri Positif Konsep Diri Negatif


Hubungan sosial  Cenderung lebih  Cenderung merasa
seseorang percaya diri dan tidak mampu dan
memiliki pandangan rendah diri, sehingga
positif terhadap diri sulit untuk
sendiri dan membangun
lingkungan sekitar, hubungan sosial yang
sehingga dapat baik
memperbaiki
hubungan sosial
dengan orang lain.
 Meningkatkan
kemampuan individu
untuk berinteraksi
dengan orang lain,
karena ia merasa
lebih nyaman dan
percaya diri dalam
situasi sosial
Peran Sosial  Lebih optimis dan  Cenderung merasa
selalu bersikap positif pesimis
terhadap segala  Mudah merasa
sesuatu, bahkan minder
terhadap kegagalan  Sulit untuk
yang dialami selama mengatasi masalah
proses kehidupannya yang dihadapi
sekalipun.
 Selalu menghargai
diri sendiri dan
mengakui kelebihan
yang dimilikinya.
 Lebih percaya diri
dan tidak mudah
merasa minder atau
tidak disenangi oleh
orang lain.
 Responsif terhadap
pujian dan kritikan
dari orang lain.
 Tidak mudah
menyerah dan selalu
mencari cara untuk
mengatasi masalah
yang dihadapi.
Pertumbuhan Pribadi  Cenderung  Menyerah pada
menetapkan tujuan kemajuan atau
18

yang ambisius, berhenti berusaha


mengejar menjadi lebih baik
pengalaman baru,
dan menghadapi
tantangan kehidupan
dengan ketangguhan

Pendapat lain yang yang dikemukakan oleh Hartanti (2018) perbedaan


karakteristik dari konsep diri positif dan konsep diri negatif adalah:
6. Karakteristik konsep diri positif
a. Memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengatasi masalah.
b. Merasa setara dengan orang lain.
c. Menerima pujian tanpa merasa malu atau bersalah.
d. Menyadari bahwa setiap orang memiliki keinginan, perasaan serta
perilakunya yang seluruhnya belum tentu disetujui oleh masyarakat.
e. Mengetahi dan menyadari keterangan-keterangan yang ada dalam
dirinya dan berusaha memperbaikinya
7. Karakteristik konsep diri negatif
f. Peka terkait kritik lingkungan sekitar. Ia cenderung menerima
kritik daripada mengedepankan dirinya. Hal ini akan melancarkan
niat orang lain untuk menjatuhkan dirinya atas apapun pencapaian
individu tersebut. Terkadang seorang individu seperti keras kepala
dan bahkan ia lebih mendengarkan penilaian orang lain daripada
prinsip hidupnya sendiri. Apalagi ia cenderung tidak mau
mempertahankan pendapat maupun prinsip pribadinya, maka hal
ini akan membuatnya keliru dan memiliki salah satu kriteria
konsep diri negatif yang membawa sebuah logika individu itu
keliru.
g. Responsif terhadap pujian dari orang lain. Ia lebih antusias
terhadap ujian orang lain sedangkan dirinya sendiri lebih memiliki
19

prioritas terhadap nilai dirinya sendiri tanpa harus mengedepankan


pujian dari orang lain pun sudah berkembang.
h. Kritis yang berlebihan terhadap tanggapan orang lain terhadap
dirinya. Hal ini menjadikan pemikiran negatif terhadap celaan
dan/atau kritik orang lain terhadap dirinya menjadi bahan
pertimbangan terdepan dalam berperilaku selama ia berinteraksi
dengan lingkungannya.
i. Merasa bahwa dirinya tidak disenangi orang lain. Jika ia melihat dari
kacamatanya, orang lain selalu membencinya dan bahkan muncul
sebagai musuh dalam hidupnya. Hal ini bisa dikarenakan ia merasa
kurang diperhatikan dalam hidupnya selama berinteraksi dengan
orang lain tersebut sehingga individu tersebut merasa dirinya
menjadi korban dalam sistem sosial yang tidak adil.
j. Pesimis dan memiliki daya kompetitif rendah. Ia merasa dirinya
tidak memiliki daya apapun untuk lebih unggul daripada orang lain,
sehingga ia merasa rendah diri karena tidak memiliki kemampuan
dalam bersaing.

H. Pengkajian Konsep Diri


pada saat melakukan pengkajian, hal-hal yang perlu dieksplorasi pada konsep
diri yaitu (Jayanti et al., 2022):
1. Gambaran diri
Hal-hal penting tekait gambaran diri adalah:
a. Berfokus pada gambaran fisik: misal pada remaja menilai dirinya
secara fisik,: wajah berjerawat, kulit sawo matang, dan lain-lain.
b. Bagaimana menilai bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, tanda-
tanda pertumbuhan pada remaja seperti mengalami mentruasi,
pembesaran payudara, perubahan suara pada remaja laki-laki,
pertumbuhan bulu danlain-lain
20

c. Apakah menerima, menyukai atau merasa puas dengan keadaan fisik


yang dimiliki. Gambaran diri yang baik atau positif maka akan
menerima dan merasa puas dengan penilaian dirinya secara fisik.
Gambaran diri yang baik akan memebuat individu memiliki rasa
percaya diri yang dapat meningkatkan harga diri.
d. Seseorang yang memiliki gambaran diri yang positif maka akan dapat
menuntunnya menjadi indivisu yang sukses.
e. Dapatkah individu menjelaskan keadan tubuhnya?
f. Apa yang paling disukai dari bagian tubuh individu?
g. Adakah bagian tubuh dari individu yang ingin dirubah?
2. Peran diri
a. Berfokus pada peran yang dijalani individu dalam kehidupanya baik
dalan keluarga dan masyarakat, bagaimana individu dapat menyadari
peran yang harus dijalani. Misalnya peran sebagai anak, istri, suami,
perawat, dosen, mahasiwa, ayah, ibu, Ketua RT/RW. Sebagai warga
masyarakat dan lain-lain.
b. Bagaimana individu merasa senang, puas atau tidak dengan peran yang
dijalani.
c. Ketidak puasan atau ketidaknyamanan akan peran yang dijalani akan
menyebabkan individu mengalami konflik dan bisa mempengaruhi
harga diri.
d. Peran dibutuhkan untuk aktualisasi diri
e. Apakah anada merasa puas dengan peran yang anda jalani?
f. Peran yang sesuai dengan kebutuhan atau hal yang diinginkan, sesuai
dengan ideal diri akan meningkatkan rasa percaya diri dan membawa
individu menjadi orang yang sukses
3. Identitas diri
a. Dimiliki sejak anak-anak bersamaan dengan perkembangan konsep
diri
b. Individu yang memiliki identitas diri yang kuat akan memandang
dirinya unik dan berbeda dengan orang lain.
21

c. Identitas diri dapat meliputu jenis kelamin, dan lain-lain.


d. Bagaimana individu merasa senang atau puas dengan identitas yang
dimiliki.
e. Mengakui identitasnya, menilai dirinya sesuai dengan penilaian
masyarakat
f. Apakah anda merasa puas dengan identitas yang anda miliki?
4. Ideal diri
a. Perkembangan ideal diri dimulai sejak anak-anak
b. Perkembangan ideal diri masa remaja diawali sejak anak-anak yang
dipengaruhi oleh orang tua, guru, teman dan lingkungan
c. Ideal diri menjadi harapan yang ingi dicapai /sebagai cita-cita yang
diinginkan.
d. Ideal diri ditetapkan sebagai suatu kemampuan yang ingin dicapai.
e. Ideal diri dapat berupa adanya keinginan ingin melebihi orang lain,
hasrat untuk berhasil dan hasrat memenuhi kebutuhan yang realistik/
sesuai kenyataan.
f. Ideal diri yang tidak tercapai akan meneybabkan munculnya
kecemasan dan perasaan rendah diri
5. Harga diri
a. Bagaimana indibvidu menilai dirinya, apakah harapan yang diinginkan
tercapai atau tidak
b. Adanya rasa dicintai, disayangi orang lain akan menjadi suatu
penghargaan bagi orang lain.
c. Harga diir dapat diperoleh oleh diri sendiri maupun diberikan oleh
orang lain.
d. Adanya perasaan kehilangan, tidak dapat mencapai harapan yang
diinginkan, ideal diri yang tidak tercapai, identitas diri, gambaran diri
dan peran diri yang negative akan menyebabkan seseorang/ individu
mengalami harga diri rendah: contohnya kehilangan kasih sayang,
kehilangan penghargaan dari orang lain, hubungan interpersonal yang
kurang baik, ada perasaan tidak berguna, tidak berharga dan lain-lain.
22

e. Dapatkah individu menyampaikan hal-hal yang membuat individu


merasa puas
f. Ingin jadi seperti apakah individu?
g. Siapa yang menjadi harapan individu?
h. Apa yang menjadi harapan individu?
i. Apakah harapan tersebut realistis?
j. Apa respon yang individu lakukan/rasakan Ketika orang lain tidak
mencintai anda?
k. Apa respon individu Ketika tidak dihargai oleh orang lain?
l. Siapakan orang terpenting bagi individu?
m. Apa penilaian anda mengenai kemampuan yang anada miliki?
n. Pada tingkat bagaimana anada merasa nyaman terhadap jalan hidup
yang anada anut?
o. Apa tingkatan bagaimana anada harus mengontrol hidup anada atau
mengontrol apa yang telah terjadi pada hidup anda?
p. Apa yang anda rasakan? Bagai mana perasan anda?

I. Strategi Pelaksanaan Komunikasi Pada Pasien Dengan Harga Diri


Rendah
1. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri, perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Pongdatu et al.,
2023).
2. Penyebab Harga Diri Rendah
Harga diri rendah dapat disebabkan oleh (Keliat et al., 2020) :
a. Kurang kasih sayang
b. Kurang rasa memiliki
c. Kurang penghargaan orang lain
23

d. Mengalami kegagalan
e. Diejek, dikucilkan orang lain
f. Kenyataan tidak sesuai dengan harapan
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Adapun tanda dan gejala harga diri rendah adalah (Keliat et al., 2020)
a. Tanda Mayor
1) Data subjektif
a) Menilai diri negatif/mengkritik diri
b) Merasa tidak berarti/tidak berharga
c) Merasa malu/minder
d) Merasa tidak mampu melakukan apapun
e) Meremehkan kemampuan yang dimiliki
f) Merasa tidak memiliki kelebihan
2) Data Objektif
a) Berjalan menunduk
b) Postur tubuh menunduk
c) Kontak mata kurang
d) Lesu dan tidak bergairah
e) Berbicara pelan dan lirih
f) Ekspresi muka datar
g) Pasif
b. Tanda Minor
1) Data subjektif
a) Merasa tidak konsentrasi
b) Mengatakan sulit tidur
c) Mengungkapkan keputusasaan
d) Enggan mencoba hal baru
e) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
f) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
2) Data Objektif
a) Bergantung pada pendapat orang lain
24

b) Sulit membuat keputusan


c) Sering kali mencari penegasan
d) Menghindari orang lain
e) Lebih senang menyendiri
4. Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan dari asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah
adalah (Keliat et al., 2020)
a. Kognitif, klien mampu
1) Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
2) Menilai aspek positif dan kemampuan yang dapat dilakukan
3) Memilih aspek positif dan kemampuan yang dapat dilakukan
b. Psikomotor, klien mampu
1) Melakukan aspek positif dan kemampuan yang dipilih
2) Berperilaku aktif
3) Menceritakan keberhasilan pada orang lain
c. Afektif klien mampu
1) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
2) Menghargai kemampuan diri (bangga)
3) Meningkatkan harga diri
5. Tindakan Keprawatan
Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah adalah
(Keliat et al., 2020)
a. Tindakan pada pasien
1) Diskusikan aspek positif dan kemampuan yang pernah dan masih
dimiliki klien.
2) bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang masih
dimiliki dan dapat digunakan/dilakukan.
3) Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan yang akan
dilatih
4) Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dipilih dengan
motivasi yang positif
25

5) Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang dilakukan dengan baik


6) Fasilitasi klien bercerita tentang keberhasilannya
7) Bantu klien membuat jadwal latihan untuk membudayakan
8) Bantu klien menilai manfaat latihan yang digunakan.
b. Tindakan pada keluarga
1) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2) Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah yang dialami klien
3) Mendiskusikan cara merawat harga diri rendah dan memutuskan
cara merawat sesuai dengan kondisi klien.
4) Melatih keluarga merawat harga diri rendah klien
a) Mendiskusikan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
pasien
b) Membimbing pasien melakukan aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki klien: memilih, melatih, memberi motivasi.
c) Memberi pujian atas keberhasilan klien
5) Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana
lingkungan yang nyaman: mengurangi kritik, memfasilitasi
keberhasilan dan memberi pujian.
6) Menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah yang memerukan
rujukan serta follow up kepelayanan kesehatan secara teratur.
6. Strategi Pelaksanaan Komunikasi dengan Klien Harga Diri Rendah
a. Pertemuan Ke 1 Klien
1) Orientasi
a) Salam
"Selamat pagi, saya Raisha, perawat dari Puskesmas Ceria.
Siapa namanya? Senang dipanggil apa? Saya panggil Eko ya?
Tanggal lahirnya?"
b) Evaluasi
"Apa yang Eko rasakan? Jadi Eko malu keluar rumah. Sudah
berapa lama?"
c) Validasi
26

"Apa upaya yang sudah dilakukan? Apakah berhasil?"


d) Kontrak
(1) Tindakan dan tujuan
"Bagaimana kalau saya periksa agar kita belajar cara
mengatasinya?"
(2) Waktu
"Waktunya kira-kira 30 menit, apakah Eko setuju?"
(3) Tempat
"Kita lakukan disini saja ya?"
2) Kerja
a) Pengkajian
(1) Penyebab
"Apa peristiwa yang terjadi sampai Eko malu keluar
rumah?"
(2) Tanda dan gejala
"Apa yang Eko rasakan akibat peristiwa itu (Sebutkan
peristiwa penyebab)? Apakah kehidupan Eko yang dapat
dibanggakan? Apakah kelebihan yang Eko rasakan?"
(3) Akibat
"Apakah akibat dari Eko tidak keluar rumah? Apakah
kehidupan Eko semakin baik atau sebaliknya."
b) Diagnosis
"Eko merasa malu, tidak berarti dan merasa tidak bisa apa-apa.
Kondisi ini membuat Eko tidak ingin keluar rumah. Apakah
Eko ingin belajar untuk semangat dan bangkit kembali?"
c) Tindakan
"Baiklah, saya akan bantu Eko untuk mengatasi rasa malu dan
tidak berarti dengan beberapa langkah-langkah.
(1) Membuat daftar aspek positif atau kemampuan yang
dimiliki. "Eko, mari kita tulis semua aspek positif dan
kemampuan yang Eko miliki dari dulu sampai saat ini?"
27

(2) Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat


dilakukan. "Eko dari daftar aspek positif dan kemampuan
ini mari kita tandai yang masih dapat dilakukan”.
(3) Memilih yang akan dilatih. "Eko dari daftar aspek positif
dan kemampuan ini, yang mana yang akan dilatih, silakan
pilih?"
(4) Melatih aspek positif dan kemampuan yang dipilih secara
bertahap sampai semua aspek positif dan kemampuan
dilatih dan dibiasakan di lakukan
 Beri contoh melakukannya
 Dampingi klien melakukannya
 Beri kesempatan mandiri melakukannya
 Beri pujian atas keberhasilan
(5) Menyusun jadwal melakukan aspek positif dan kemampuan
yang sudah dilatih.
3) Terminasi
a) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan Eko setelah dilatih?
b) Evaluasi objektif
Apa yang telah dilatih? Bagaimana langkah-langkahnya?
Bagus sekali.
c) Rencana tindak lanjut klien
Selanjutnya mari kita buat jadwal latihannya, berapa kali
sehari, jam berapa? Jangan lupa di ceklis kalau sudah dilakukan
dan rasakan manfaatnya.
d) Rencana tindak lanjut perawat
"Baiklah hari kamis pagi datang ya ke puskesmas bersama
bapak, kita akan periksa kembali kondisi dan latihannya serta
diperiksa dokter. Jika dapat obat, nanti akan dijelaskan cara
minum obat yang benar."
e) Salam
28

"Semoga cepat sembuh."


b. Pertemuan ke-2 klien dan keluarga di Puskesmas
1) Orientasi
a) Salam
“Selamat pagi Pak dan Eko, saya Ners Raisha perawat
penanggungjawab keluarga Bapak dan Eko, yang kemarin
berkunjung ke rumah.

b) Evaluasi
"Bagaimana Eko, masih ada perasaan tidak berharga?
Bagaimana pula Bapak? Rasa khawatir sudah berkurang?"
c) Validasi
"Bagaimana latihannya? Bagus, apakah ada manfaatnya?"
d) Kontrak
(1) Tindakan dan tujuan
"Baiklah saya akan periksa kembali ya, dan akan
menjelaskan obat yang diberikan dokter untuk Eko, agar
pengobatan Eko bermanfaat."
(2) Waktu
"Tidak lama Pak dan Eko kira-kira 15 menit."
(3) Tempat
"Mari duduk di ruang konseling/di meja perawat."
2) Kerja
a) Pengkajian,
"Apakah masih ada perasaan tidak berharga, malu dan merasa
tidak percaya diri?"
"Apakah latihan menyapu dan merapikan tempat tidur sudah
dilakukan? Bagus. Bisa saya lihat jadwal kegiatannya? Apakah
bermanfaat? Ayo dilanjutkan dengan kegiatan lain, pilih dari
daftar kemarin."
29

b) Diagnosis
"Berarti harga diri dan percaya diri mulai meningkat ya. Ayo
lanjutkan kegiatannya."
c) Tindakan Keperawatan
(1) Penjelasan obat
"Baik Pak, saya akan jelaskan obat yang diberikan dokter
untuk Eko agar diminum dengan benar, dengan konsep 8
benar."
(a) Benar orang: "Pak setiap minum obat dicek tempat
obatnya nama Eko."
(b) Benar Obat: "Pertama Risperidon, warnanya ...
(c) Benar Manfaat: "Obat ini untuk meningkatkan
konsentrasi."
(d) Benar Dosis: "Dosisnya... 5 mg"
(e) Benar Frekuensi: "Dua kali jam 7 pagi dan jam 19
malam, sesudah makan."
(f) Benar Cara: "Diminum dengan air minum yang cukup
(g) Benar Kedaluwarsa: "Bisa dicek tanggal
kedaluwarsanya ya."
(h) Benar Dokumen: "Setelah diminum dicek list dijadwal
minum obat Pak"
"Bagaimana Pak, sudah jelas? Apakah ada pertanyaan?
Boleh diminum sekarang."
(2) Pemberian obat
"Eko, sebelum minum obat, saya cek dulu keamanannya
dan ketepatanya yah, nama lengkap adik siapa? Tanggal
lahirnya? Baik sudah tepat Eko, silakan diminum."
(3) Cek Obat telah diminum
"Silakan airnya dihabiskan Eko. Sudah tertelan? Baiklah."
3) Terminasi
a) Evaluasi subjektif
30

"Bagaimana perasaan Eko setelah dapat obat."


b) 3.2 Evaluasi objektif
"Jadi apa saja Pak cara meningkatkan harga diri? Benar,
melakukan
hal positif sehingga timbul rasa bangga, juga minum obat."
c) Rencana tindak lanjut klien
"Mari kita masukkan di jadwal kegiatan."
"Kegiatan yang lalu 2, yaitu merapikan tempat tidur dan
menyapu. Sekarang kita tambah dengan mencuci piring dan
menyiapkan meja makan."
"Jadwal minum obat pukul 07.00 dan pukul 19.00.
d) RTL perawat
"Minggu depan silakan datang lagi ke Pukesmas, saya akan
periksa
kembali kondisi Eko, kemajuan latihannya dan manfaat obat.
Selanjutnya kita tambahkan lagi kegiatannya."
e) 3.5 Salam
"Semoga Eko cepat sembuh."
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Konsep diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan dan penilian
yang diketahui individu tentang dirinya yang mempengaruhi individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Rentang respon konsep diri yaitu respon adaptif seperti aktualisasi diri,
konsep diri positif sedangkan respon maladaptif seperti harga diri rendah,
difusi identitas dan disosiasi deporsonalisasi.
3. Bagian-bagian konsep diri yaitu terdiri dari lima hal yaitu body image/
gambaran diri, self ideal/ ideal diri, Self Identifity/ identitas diri, self
esteem/ harga diri dan self role/ peran diri.
4. Faktor pembentuk konsep diri yaitu diri terdiri dari faktor lingkungan,
pengaruh keluarga dan pengaruh pengalaman hidup.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor biologis, psikologis, perkembangan dan
sosial budaya.
6. Masalah tentang konsep diri yaitu gangguan citra diri, gangguan identitas
diri, gangguan peran diri, ideal diri tidak realistis, gangguan harga diri,
7. Perbedaan konsep diri positif dan negatif yaitu pada konsep diri positif
hubungan sosial seseorang cenderung lebih percaya diri dan memiliki
pandangan positif sehingga dapat memperbaiki hubungan sosial
sedangkan konsep diri negatif cenderung merasa tidak mampu dan rendah
diri. Konsep diri positif pada peran sosial yaitu lebih optimis, selalu
menghargai diri sendiri, lebih percaya diri, responsif terhadap pujian dan
kritikan, tidak mudah menyerah sedangkan konsep diri negatif pada peran
sosial akan cenderung pesimis, minder dan sulit mengatasi masalah yang
dihadapi. Konsep diri positif terhadap pertumbuhan pribadi yaitu
32

cenderung ambisius dan tangguh terhdap tantangan kehidupan sedangkan


konsep diri negatif pada pertumbuhan pribadi yaitu mudah menyerah.
8. Pengkajian konsep diri terdiri dari pengkajian tentang hal-hal terkait
gambaran diri, peran diri, identitas diri, ideal diri, harga diri.
9. Strategi pelaksana komunikasi pada pasien dengan harga diri rendah yaitu
meliputi tindakan pada pasien seperti, diskusikan aspek positif dan
kemampuan yang pernah dan masih dimiliki klien. Bantu klien menilai
aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki dan dapat
digunakan/dilakukan. Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan
yang akan dilatih. Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dipilih
dengan motivasi yang positif. Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang
dilakukan dengan baik. Fasilitasi klien bercerita tentang keberhasilannya.
Bantu klien membuat jadwal latihan untuk membudayakan. Bantu klien
menilai manfaat latihan yang digunakan.

C. Saran
Diharapkan dengan makalah ini dapat menambah referensi dalam memahami
teori konsep diri dan memberikan intervensi pada pasien dengan masalah
konsep diri seperti harga diri rendah. Namun didalam penyusunan makalah ini
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Sehingga penulis
menyarankan kepada pembaca agar dapat memahami lebih lanjut tentang teori
konsep diri dan asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah
dengan mencari referensi dan literatur dari sumber yang berbeda. Dan kami
sangat terbuka apabila ada saran dan masukan yang sifatnya membangun
untuk penulisan makalah ini agar lebih menyempurnakan isi dari makalah ini.
Daftar Pustaka

Azizi, K. (2014). Hubungan Konsep Diri Dengan Rasa Percaya Diri Mahasiswa
STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik
2014/2015. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.
Hartanti, J. (2018). Konsep Diri: Karakteristik Berbagai Usia. Universitas PGRI
Adi Buana.
Jayanti, D. M. A. D., Sanjiwani, A. A. S., Wati, N. M. N., & Wahyudi, H. (2022).
Buku Ajar Psikososial Budaya dalam Keperawatan. CV. Literasi Nusantara
Abadi.
Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S., Putri, Y. S. E., Daulina, N. H. C., Warsani, I. Y.,
Susanti, H., Hargiana, G., & Panjaitan, R. U. (2020). Asuhan Keperawatan
Jiwa. EGC.
Khasanah, N., Widayati, R. W., Fitriawan, A. S., & Syafitri, E. N. (2023). Buku
Ajar Psikososial Dalam Keperawatan. Cv. Dewa Phublishing.
Masdudi. (2015). Aplikasi Psikologi Perkembangan Dalam Perilaku Sosial
Individu. Eduvision.
Pongdatu, M., Suzanna, Yati, M., Armayani, Antari, I., Novia, K., Florensa,
Mulyanti, Dekawaty, A., & Fauziah, S. (2023). Asuhan Keperawatan Jiwa
(Suzanna, E. H. Mujahid, & L. Rangki (eds.)). Eureka Media Aksara.
Sialagan, A. M., & Ginting, F. S. H. (2023). Konsep Diri (Evidance Based
Practice) (L. G. Ayopma (ed.)). Penerbit Mitra Cendekia Media.
Stuart, G. W. (2013). Prinsip Dan Praktik Keperawatan Kesehatan Stuart, 1 St
Indonesia Edition, By Budi Anna Keliat And Jesica Pasaribu. Elsevier
Singapore Pte Ltd.
Stuart, G. W. (2016). Prrinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
(Indonesia). Elseiver.
Sukweenadhi, J. (2023). Konsep Diri In: Hubungan Interterpersonal. Eureka
Media Aksara. https://repository.ubaya.ac.id/45426/

Anda mungkin juga menyukai