DIRI
S1 KEPERAWATAN/IIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks
dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri
dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak
variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri
dan peran.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama
lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang
negatif akan menimbulkan keputusasaan.
Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan
yang nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung
komponen-komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses
keperawatan dalam konsep diri.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Mengetahui pengetian konsep diri dan praktis dalam menumbuhkan
konsep diri positif bagi anak-anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum, Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept”
merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana
seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-
tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut.
Konsep diri mempunyai banyak pengertian dari beberapa ahli. Berikut merupakan
konsep diri menurut para ahli yang lain:
Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan
tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984),
mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.
Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh
pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya,
Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa
tidak mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri ke arah
kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang
menciptakan suatu penghancuran diri.
Langkah langkah yang perlu di ambil untuk memiliki konsep diri yang
positif:
Tidak mengabaikan pengalaman poisitif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang
pernah di capai, carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkan talenta, jangan
terlalu beraharap bahawa diri kita dapat membahagiakan semua orang atau
melakukan segala sesuatu secara sekaligus.
Hargailah diri sendiri dengan melihat kebaikan yang ada dalam diri, sehingga kita
mampu melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif.
Memerangi diri sendiri adalah sesuatu hal yang melelahkan karena merupakan
pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan
kenyataan diri yang sejati,akibatnya akan timbul kelelahan mental dan rasa prustasi
yang dalam, yang mengakibatkan makin lemahnya konsep diri positif.
Identitas diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang
bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua aspek konsep
diri sebagai suatu kesatuan yang utuh
Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa terlepas dari
pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di cerminkan
oleh seperangkat opini orang lain.
Keunikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya, kekuatan
karena dengan memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh penafsiran yang
lain, kelemahannya adalah ketika kita berupaya untuk mengukuhkan identitas
tersebut.
1. Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Gambaran diri
Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain
terhadap dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar
(Stuart dan Sundeen, 1991)
a) Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan
tubuh akan berpengaruh terhadap kehidupan individu.
b) Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,menerima reaksi diri
tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya
terpisah dari lingkungan “usia remaja, fokus individu terhadap fisik lebih
menonjol”.
Harga diri
Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal
maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri terkait
dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya:
Kualitas emosi
Aktualisasi diri
Kepercayaan diri
(Coopersmith, Stuart dan Sudeen,
1991)
Ideal diri
Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan dinilai
oleh personal lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai
dengan standart pribadi.Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu :
d) Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih
tinggi dari kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih
dapat di capai serta tidak frustasi.
Peran
Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya baik di
lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola sikap,
perilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat.
Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinyan, peran yang baik
adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi kebutuhan dan
sinkron dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubungan antara satu individu
dengan individu lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan agama, karena pada
dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (multiple
selfes).
1. Bila anak hidup dalam suasana penuh dengan kritik, dia belajar untuk
menyalahkan orang lain.
2. Bila anak hidup dalam suasana penuh kekerasan, di belajar untuk
berkelahi.
3. Bila anak hidup dalam suasana penuh olok-olok, dia belajar untuk menjadi
seorang pemalu.
4. Bila anak hidup dalam suasana memalukan, dia belajar untuk selalu
merasa bersalah.
5. Bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan toleransi,dia belajar
untuk menjadi seorang penyabar.
6. Bila anak hidup dalam suasana penuh dukungan, dia belajar untuk menjadi
seorang yang percaya diri.
7. Bila anak hidup dalam suasana penuh pujian dan penghargaan, dia belajar
untuk menghargai orang lain.
8. Bila anak hidup dalam suasana kejujuran, dia belajar untuk menghargai
orang lain.
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya
Budaya
Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa
anak lebih dekat pada lingkungannya.
Stresor
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stres
adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik
tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari
kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor.
Menurut Hurlock ( 1968 ), individu belum mampu membedakan antara diri dengan
yang bukan diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap yang bisa
membedakan antara dunia luar dengan dirinya sendiri ketika berusia 6-8 bulan, dan
ketika berusia 3-5 tahun ia mulai mempu mengidentifiasikan dirinya dalam berbagai
dimensi kategori, seperti umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, kepemilikan benda,
warna kulit, dan sebagainya. Tahap ini disebut oleh Allport ( Sarason, 1972 ) dengan
istilah early self. Kemudian individu mulai punya kemampuan untuk memandang ke
dunia di luar dirinya dan mulai belajar merespon orangtlain. Bisa dikatakan bahwa
konsep diri fisik muncul lebih dahulu dibandingkan konsep diri psikologis.
1. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer
dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya
dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh
orang tua atau orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian
lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari
kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri
mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat
ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra
tubuh.
2. Todler
Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain.
Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet
training, berbicara dan sosialisasi.
3. Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive
terhadap umpan balik keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua
mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi penghargaan diri.
Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak dan masukan negatif
pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana orang tersebut sebagai
orang dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.
Menurut Bee ( 1981 ) mengungkapkan bahwa pada masa ini seorang anak
menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain
keluarga mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap
dirinya. Tahap ini oleh Allport ( Sarason, 1972 ) disebut dengan tahapperkembangan
diri sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam
masalah secara rasional.
Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak
didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan
identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca
memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan
tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak terus
berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.
5. Masa remaja
39 ).
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi
seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri.
Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor
penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan
identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada
masa kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka.
Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk.
Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan
rasa identitas.
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi
sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk
menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai
melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif
stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan
diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar
sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam
nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan,
rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat
perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas
mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman
hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Orang
usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan
untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.
8. Lansia
Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi.
kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri
makna tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda dalam
cara yang positif sering lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan
warisan.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses langsung jadi,
melainkan sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri yang berupa totalitas
persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk
berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung
seiring tugas perkembangan yang dikembangkan dalam konsep diri.
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah
dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan
untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat
membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.
Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada
pada diri sendiri, tidakmampu memandang hal baik dan positif terhadap diri,
bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal baik yang ada dalam diri
orang lain secara positif. Jikakita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang l
ain bisa menghargai diri kita?
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam
diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda
bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri
sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang
dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.
semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu perso
alan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai
menyesatkan jiwa dan raga.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri adalah
:
Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada
pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang
sering terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:
Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar
adalah pada diri sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang
jelas, keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi
yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah,
kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah,
kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang rendah.
Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut
mengenai diri mereka :
4. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
Karakteristik pribadi perawat sangat menentukan keberhasilan komunikasi
dalam asuhan keperawatan karena instrument yang digunakan oleh perawat
pada saat berkomunikasi dengan klien adalah dirinya sendiri, karakteristik
perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik :
kejujuran, tidak membingungkan dan cukup ekspresif, konsep positif, empati
bukan simpati, mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien,
menerima klien apa adanya, sensitif terhadap perasaan klien.
Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi yang
akan mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana
tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan perawat
dan klien yang terapeutik akan memepermudah proses komunikasi tersebut.
SKENARIO
B. Pengkajian
Faktor predisposisi
Adanya perasaan malu dan tidak ingin di caci oleh orang lain karena
kerusakan pada
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor
dari luar individu
sesuai dengan tuntutan yang ada. Artinya nyonya S tidak mau bekerja
dan peranya
sebagai pencari nafkah terganggu.
Perilaku
Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang
obyektif dandapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang
rendah ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi
dapat dilihat sebagai berikut.
Menarik diri: Ny. S menarik diri dari lingkungan dengan tidak mau
bekerja lagi.
Harga diri rendah Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan yangnegatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapaikeinginan (lebih baik).Gangguan harga diri
berhubungan dengan perubahan fisik setelah dilakukanya operasi
plastik ketika menghadap cermin ia selalu mengeluhkan tentang
keadaanya.
C. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
A. Jangka Pendek :
4. Implementasi
Diagnosa keperawatan :
Tujuan umum:
dimilki
5. Klien melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuan.
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Tindakan keperawatan.
- Salam terapeutik
- Perkenalkan diri
7. Beri kesempatan cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering
8. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
11. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawt klien harga
diri rendah.
12. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien
dirawat. Hasil yang diharapkan:
Klien menungkapkan perasaanya terhadap penyakit yang diderita.
Jika Ny. S mampu menunjukkan perubahan sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan
3. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
samasekali dan bahkan timbul masalah baru.
D. Jika Ny. S tidak menunjukkan perubahan sama sekali, atau dengan kata lain
Ny. S tetap pada keadanya yang rendah diri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua
ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep
diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien,
sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah
peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu
klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal
idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu
tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam
masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih
baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep
diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi
dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.
Saran
Daftar Pustaka
Wolf, Weitzel, Fuerst, 1984, Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, buku kedua, Gunung
Agung, Jakarta.