Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP DIRI PADA


REMAJA

Dosen : Ns. Tisna Yanti, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Dea Meiyanti 152010014


2. Dita Paradina152010016
3. Grace Debora Hukubun 152010024
4. Indah Febrianti 152010025
5. Lisda Nur Hasanah 152010030
6. Mamay Nuryadinengsih 152010034
7. Muhamad Rizki Nur Palah
152010042 8. Nia 152010047
9. Nurlina 152010051
10. Rizka Dwi Sekar Ningtias 152010058

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN STIKES WIJAYA HUSADA
BOGOR
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsep diri merupakan bagian penting dalam setiap individu. (Mudjiran, dkk, 2007,. Wahyu, Taufik, &

Ilyas, 2012) mengemukakan bahwa “konsep diri pada dasarnya mengandung arti keseluruhan gambaran diri

yang termasuk persepsi tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai – nilai yang berhubungan derngan

dirinya ”. Maksud dari konsep diri menurut Atwater adalah gambaran secara umum mengenai diri individu

itu sendiri baik dari persepsi, perasaan, keyakinan, dan nila – nilai yang berhubungan dengan dirinya.

Djaali (2007 : 129) menyatakan “konsep diri merupakan bayangan seseorang tentang keadaan dirinya

sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang

disukai oleh orang bersangkutan”. Maksudnya konsep diri merupakan pandangan positif dan negatif yang

dimiliki oleh seorang individu mengenai dirinya sendiri yang merupakan apa adanya bukan pandangan yang
di inginkan atau pandangan ideal atau harapan orang terhadap dirinya.
Individu yang memiliki konsep diri yang kuat mempunyai kemampuan sangat baik untuk menerima
sesuatu atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi selama hidupnya baik itu menyangkut dirinya sendiri
atau dengan orang lain. Namun apabila terjadi ketidakseimbangan diantar hal tersebut maka akan terjadi
gangguan konsep diri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari konsep diri ?
2. Bagaimana perkembangan dari konsep diri ?
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
4. Bagaimana rentang respon dari konsep diri ?
5. Apa saja penyebab gangguan pada konsep diri ?
6. Apa saja pembagian dari konsep diri ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan konsep diri ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi dari konsep diri
2. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan dari konsep diri
3. Untuk mengetahui Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri
4. Untuk mengetahui Bagaimana rentang respon dari konsep diri
5. Untuk mengetahui Apa saja penyebab gangguan pada konsep diri
6. Untuk mengetahui Apa saja pembagian dari konsep diri
7. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan konsep diri ?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Konsep diri adalah pandangan atau pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri, baik tentang
kemampuan atau prestasi fisik. Pada zaman sekarang banyak remaja yang belum memahami konsep diri. Pada
kenyataannya konsep diri sangat dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari para remaja. Untuk mengembangkan
konsep diri tersebut, tentunya banyak pihak yang berperan penting dan salah satunya adalah orang tua. Orang tua
dapat membantu dalam mengembangkan konsep diri yang dimiliki setiap remaja.
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana
orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik,
emosi, sosial dan spiritual. Penting diingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang lain pada kita
melainkan pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengan standar penilaian orang lain. (Muhith,2015)
Konsep diri bukanlah kebanggaan yang besar tentang diri individu akan tetapi lebih kepada penerimaan
diri individu terhadap apa yang dimilikinya. Dimana individu yang dapat menerima dan memahami dirinya
sendiri termasuk menerima segala perubahan yang terjadi pada masa remaja. Tidak semua individu dapat
menerima keadaan dan perubahan yang terjadi pada dirinya, sehingga mengakibatkan timbulnya konsep diri
positif dan konsep diri negatif.
B. PERKEMBANGAN KONSEP DIRI
Menurut Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup
manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih
lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari badannya dan lingkungannya, dan
individu akan mulai dapat membedakan keduanya. Dan dalam proses perkembangannya, konsep diri
individu dipengaruhi dan sekaligus terdistorsi oleh penilaian dari orang lain (Sarason, 1972). Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan individu menuju kedewasaan
sangat dipengaruhi oleh lingkungan asuhnya karena seseorang belajar dari lingkungannya.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang
terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri), sebagai berikut ini:
1. Teori perkembangan
Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan
berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan
tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area
tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat.
2. Significant other (orang yang terpenting/ yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri
sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri
pandangan orang lain terhadap diri.
3. Self perseption (persepsi diri sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap
pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan
pengalaman yang positif. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif
yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan
lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial
yang terganggu.
D. RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Dari rentang respon adaptif sampai respon maladaptif, terdapat 5 rentang respon konsep diri
yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi.
1. Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatarbelakangi
pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang positif dan sesuai,
ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang
memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.
2. Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam beraktivitas
diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan
mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang
positif adalah: Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa
percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari
dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Merasa setara dengan
orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu
menghargai orang lain. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain
meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu memperbaiki karena ia sanggup
mengungkapkan aspekaspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu
untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk
mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
3. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah
transisi antara respon konsep diri yang adaptif dengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan
gejala yang ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang lain dari harga
diri rendah diantaranya rasa bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri atau orang lain,
menarik diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan negative
pada dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah berlebihan.
4. Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek. Identitas mencakup
rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan
dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena
identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas juga
merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh
situasi sepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat
dikenal dengan stressor identitas. Biasanya pada masa remaja, identitas banyak mengalami
perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Stressor
identitas diantaranya kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik dengan orang
lain, dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam kematangan aspek psikososial,
merupakan ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri,
ketergantungan, sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan
proyeksi. Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut telah
mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan depersonalisasi mengalami
persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat mereka tidan
nyaman, gejala- gejala kemungkinan sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun.
Orang dengan gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk
menggambarkan gejalagejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila.
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika
gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi
perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan
membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
E. PENYEBAB GANGGUAN KONSEP DIRI
Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan
gangguan konsep diri antara lain :
1. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang telah
terbentuk sejak lahir. Sikap positif yang ditunjukkan oleh orang tua, maka akan menumbuhkan
konsep dan pemikiran yang positif. Sedangkan sikap negatif yang ditunjukkan oleh orang tua, akan
menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan
dihargai.
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus-menerus dialami sering kali akan menimbulkan pertanyaan kepada diri
sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebab terletak pada kelemahan diri
sendiri. Kegagalan sering membuat seseorang merasa dirinya tidak berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung lebih
negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatu termasuk dalam menilai diri sendiri.
4. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan
perbuatan yang telah dilakukan. Kritik diri sendiri sering berfungsi sebagai regulator atau rambu-
rambu dalam bertindak atau berperilaku. Agar keberadaan kita dapat diterima oleh masyarakat dan
dapat beradaptasi diri dengan baik.
5. Merubah diri
Terkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan bertambah rumit dengan berpikir
yang tidak-tidak (negatif) terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun dengan
sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan kearah yang lebih positif.
F. PEMBAGIAN KONSEP DIRI
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut di kemukakan oleh
Stuart and Sundeen (2006), yang terdiri dari :
1. Citra Tubuh ( Body Image )
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat
ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap
individu (Stuart and Sundeen , 2006). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,
menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar
dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 2005 ).
Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang
dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Citra tubuh adalah sikap,
presepsi keyakinan, dan pengetahuan individu terhadap tubuhnya baik sadar maupun tak sadar.
Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih
rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 2005). Individu
yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan
yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak faktor dapat
yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu
integrasi gambaran diri.
Stresor-stresor tersebut dapat berupa:
a. Operasi.
Seperti: mastektomi, amputasi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri.
Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain-lain.
b. Kegagalan fungsi tubuh.
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonalisasi yaitu tidak mengakui
atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.
c. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh
Seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan
pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
d. Tergantung pada mesin.
Seperti: klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya
sukar mendapatkan informasi umpan balik dengan penggunaan lntensif care dipandang
sebagai gangguan.
e. Perubahan tubuh.
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan
perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang
menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang
jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal
f. Umpan balik interpersonal yang negatif.
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga
dapat membuat seseorang menarik diri
g. Standard sosial budaya
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang
dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh
pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.
2. Ideal Diri.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart,
aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen, 2006). Ideal diri akan mewujudkan cita–
cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal
diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang
memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi
pada orang tua, guru dan teman (Keliat, 2005). Menurut Ana Keliat (2005) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ideal diri yaitu :

a. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.

b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis,keinginan untuk mengklaim diri
dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
d. Kebutuhan yang realistis.

e. Keinginan untuk menghindari kegagalan.


f. Perasaan cemas dan rendah diri.

Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri.
Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap
menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 2005).

3. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat (Keliat, 2005). Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya
pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan
oleh individu sebagai aktualisasi diri. Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang
tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan menurut
Stuart and sundeen, 2006 adalah :
a. Kejelasan perilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.

b. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.

c. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.

d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran.

Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya di pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu:

a. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang
diharapkan.
b. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya.

c. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.

d. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan.

Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik yang sifatnya menetap
atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran.
Transisi peran tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian, seperti:

a. Transisi Perkembangan.
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus dilalui
individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi
konsep diri.

b. Transisi Situasi.

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui
kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status
menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak
jelas atau peran berlebihan.

c. Transisi Sehat Sakit.

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan
konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua kompoen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas
diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi,
namun yang penting adalah persepsi klien terhadap ancaman

4. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang
merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen,
1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda
dengan orang lain.

Perasaan dan perilaku yang kuat akan identitas diri individu dapat ditandai dengan:

1) Memandang dirinya secara unik.

2) Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain.

3) Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima diri dan dapat mengontrol diri.
4) Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri Karakteristik identitas diri dapat
dimunculkan dari perilaku dan perasaan seseorang, seperti:

a. Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain.
b. Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya.

c. Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan perilaku secara
harmonis.

d. Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya.
e. Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang.
f. Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Melerdikutip Stuart and Sudeen,
1991)

5. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 2006). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan
harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri
rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima
penghargaan dari orang lain (Keliat, 2005). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja
dan usia lanjut
FORMAT PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

IDENTITAS
Nama pasien : Nn. S
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum
Kawin Orang yang berarti : Ibu
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMA
Tanggal masuk : 17 Mei 2022
Tanggal pengkajian : 17 Mei
2022 Diagnosa medik :
Penampilan : Rapih

PERSEPSI DAN HARAPAN

1. Pasien
a. Bagaimana perasaan yang sekarang dirasakan ?
“perasaan saya sekarang dalam kondisi yang sangat baik, tetapi saya merasa malu dan
sungkan sama kakak”
b. Apa yang sekarang sedang kamu pikirkan?
“saya sedang memikirkan bagaimana nanti setelah lulus sekolah”
c. Bisa diceritakan harapan Anda saat ini?
“harapan saya saat ini ingin membanggakan orang tua, walaupun saya memutuskan untuk
tidak kuliah, dan saya berharap bisa membantu orang tua saya dan saya mempunyai rencana
ingin mengajar di PAUD”
2. Keluarga
a. Bagaimana persepsi ibu/bapak dengan kondisi anak ibu/bapak?
“kami selalu membatasi pergaulan, karena takut terjerumus dalam pergaulan yang salah”
b. Apa harapan ibu/bapak kepada anak ibu/bapak?
“kami berharap menjadi anak yang sholehah, berbakti kepada orang tua dan sukses”
c. Bagaimana perasaan yang dirasakan ibu/bapak terkait keadaan anak
ibu/bapak? “kami merasa sangat bersyukur dan bangga”

STATUS MENTAL

1. Emosi
Objektif : Gelisah
2. Konsep Diri
a. Penilaian pasien terhadap diri sendiri : Egois, Tidak enakan, Pemalu
b. Gambaran diri pasien terkait kondisi pasien saat ini :
“ saya mencemaskan masa depan saya, dan saya merasa banyak kekurangannya, sulitnya
dukungan dari orang tua dan saya orang yang pemalu dan kurang bisa bersosialisasi dengan
orang banyak”
c. Apakah kondisi anda saat ini mengganggu peran anda?
“ cukup mengganggu, tetapi saya berusaha untuk menjalankan peran saya dengan baik”

3. Pola Interaksi
a. Interaksi pasien selama pengkajian : pasien merespon pertanyaan dengan sangat baik
dengan cara bercerita dalam setiap pertanyaan yang di ajukan
b. Apa ada perubahan yang terjadi pada saat berinteraksi
Pasien merasa lebih lega setelah bercerita, karena pasien mengatakan bahwa apa yang dia
rasakan selama ini hanya bisa pasien pendam dan tidak bisa bercerita kepada siapa pun.
c. Penyebab perubahan pada pasien
Ketika pasien berdiskusi/berinteraksi pikirannya jadi terbuka, pasien merasa bahwa dia sudah
tahu apa yang harus dia lakukan ke depannya.

4. Gaya Komunikasi
a. Gaya komunikasi pasien sangat mendominasi
b. Respons non verbal pasien pada saat berkomunikasi :
Menggunakan gerakan tangan saat menjelaskan sesuatu
c. Respons verbal saat berkomunikasi
Pasien terus mendominasi pada saat menjelaskan dan menjawab pertanyaan.
LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA

1. Pekerjaan :-
2. Hubungan Sosial : Cukup Baik
pasien paling sering berkomunikasi dengan 2 sahabatnya
ibu adalah orang terdekat pasien yang biasa pasien ajak untuk menyelesaikan masalah
pasien sangat dekat dengan ibunya karena pasien terbiasa melakukan segala hal bersama ibunya
kebiasaan pasien sehari-hari di rumah :
a. pasien membantu orang tua di rumah
b. pasien biasa membantu mengajar
c. pasien selalu mengaji
3. Sosio-budaya : yang lebih dominan di daerah pasien itu laki-laki, dan masyarakat disana
berpendapat bahwa perempuan kodrat nya diam di rumah.
4. Gaya Hidup :
a. Apakah gaya hidup tersebut mempengaruhi kesehatan pasien
Gaya hidup pasien sangat sehat, tetapi mental pasien yang saat ini terkena.
RIWAYAT KELUARGA

1. Genogram

Nenek Kakek Nenek Kakek

Paman
Paman

Ibu Ayah

Saya Adi

2. Masalah Keluarga dan Krisis


a. Masalah yang dihadapi keluarga yaitu terkait ekonomi
b. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut : pasien di suruh untuk cepat mendapat
pekerjaan
c. Apakah kondisi saat ini mempengaruhi fungsi keluarga : tidak mempengaruhi
3. Interaksi dalam
a. Apakah sejak pasien mengalami kondisi ini mempengaruhi interaksi dengan anggota
keluarga yang lain : tidak mempengaruhi, pasien sangat baik berinteraksi dengan
anggota keluarganya.
b. Bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut
Untuk pasien yang berinteraksi baik dengan anggota keluarga yang lain sejauh itu tidak
ada masalah.
PENGKAJIAN FISIK

1. Riwayat Penyakit
Riwayat kesehatan pasien saat ini : sangat baik, pasien tidak dalam keadaan sakit dan tidak
mempunyai riwayat penyakit terdahulu.
2. Kebiasaan yang Berhubungan dengan Status Kesehatan
Kebiasaannya : setiap malam bergadang, sulit tidur karena selalu overthingking
3. Merokok
Pasien tidak merokok
4. Alkohol/Obat-obatan
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol/obat-obatan
5. Istirahat dan Tidur
Pasien selalu overthingking sehingga pasien sulit tidur dan waktu istirahat nya terganggu
6. Nutrisi
Pola makan pasien baik
Pasien tidak terjadi penurunan berat badan tetapi berat badan nya dalam keadaan baik
7. Eliminasi
Eliminasi pasien cukup baik
8. Orientasi
Pasien tidak mengalami gangguan orientasi
9. Tingkat Aktivitas
Tingkat aktivitas pasien saat ini baik baik saja
10. Tingkat Energi
Tingkat energi pasien pada saat ini cukup baik
ANALISIS DATA

Analisis Data dan Masalah

No. Data Masalah


1 Subyektif : merasa malu, menolak penilaian positif terhadap Gangguan Harga
dirinya sendiri, kurangnya dukungan orang tua, Diri
selalu merasa tidak dihargai. tidak mampu
membuat keputusan, susah tidur, gelisah, tidak
mampu memfokuskan pikiran, mengeluh
ketidakpercayaan terhadap dirinya.
Objektif : tidak mampu membuat keputusan, susah tidur, gelisah,
tidak mampu memfokuskan pikiran, mengeluh
ketidakpercayaan terhadap dirinya, meremas-remas
tangan dan tampak bicara banyak.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan harga diri : harga diri rendah situasional


FORMAT TINDAKAN KEPERAWATAN MASALAH
PSIKOSOSIAL

Inisial pasien No. Medrec Ruangan


: Nn. S
: 06834

Nama Mhs
: Dea Meiyanti
: Dita Paradina
: Grace Debora Hukubun
: Indah Febrianti
: Lisda Nur Hasanah
: Mamay Nuryadinengsih
: Muhamad Rizki Nur Palah
: Nia
: Nurlina
: Rizka Dwi Sekar Ningtias

Tindakan Keperawatan

Diagnosa Tindakan
Tgl No.Dx
Keperawatan Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Gangguan Membantu S: - Pasien mengatakan dengan bisa
Harga Diri klien sadar bercerita dan di dengarkan,
akan emosi dan masalah yang di alami pasien
perasaannya, berkurang.
Meningkatkan - Pasien mengatakan dengan
keterbukaan bermain atau menceritakan
dan hubungan kepada ibunya pasien
saling percaya, merasa lebih tenang
membantu O: Wajah
klien berseri-seri,
memperluas ekspresi wajah
dan menerina tenang
semua aspek
kepribadiannya.
FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
JIWA

Nama : Nn.S
Ruangan : Fatmawati
RM.No 06834

Format Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Keperawatan Implementasi Tindakan Evaluasi


Keperawatan
Gangguan Harga Diri Rabu, 18 Mei 2022 S : pasien mengatakan tidak
: Harga diri rendah 1. kaji kesadaran emosi dan bisa menahan emosi dan
situasional perasaan pasien perasaannya.
2. menjelaskan pentingnya O : pasien terlihat gelisah
saling keterbukaan dan dan meremas remas
kepercayaan tangannya.
3. menjelaskan kepada pasien
untuk menerima semua
aspek kepribadiannya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep diri adalah pandangan atau pemahaman seseorang tentang dirinya


sendiri, baik tentang kemampuan atau prestasi fisik. Pada zaman sekarang banyak
remaja yang belum memahami konsep diri. Pada kenyataannya konsep diri sangat
dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari para remaja. Konsep diri bukanlah kebanggaan
yang besar tentang diri individu akan tetapi lebih kepada penerimaan diri individu
terhadap apa yang dimilikinya. Dimana individu yang dapat menerima dan
memahami dirinya sendiri termasuk menerima segala perubahan yang terjadi pada
masa remaja.

B. Saran

Tentunya kami sudah menyadari jika dalam penyusunan asuhan keperawatan


di atas masih banyak ada kesalahan dan kekurangan serta jauh dari kata sempurna.
Dengan adanya pembahasan tentang “Asuhan Keperawatan Konsep Diri Pada
Remaja”diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang “Konsep Diri Pada
Remaja”dan bisa bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya…

Anda mungkin juga menyukai