DI SUSUN OLEH :
RIZKA DWI SEKAR NINGTIAS
152010058
TINGKAT 3
LAPORAN HASIL
BEDAH BUKU
HUKUM
KESEHATAN:
Perlindungan Hukum Dokter Pada
Penghentian Terapi Bantuan
Hidup Sebagai Perawatan paliatif
Dr. Agung Sediatmojo Sp.An,M.H.,M.Kes
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya dapat
terselesaikannya tugas Bedah Buku HUKUM KESEHATAN: Perlindungan hukum dokter pada
penderita terapi bantuan hidup sebagai perawatan paliatif Karya dr. Agung Sediatmojo
Sp.An,M.H., M,Kes. Serta ucapan terima kasih kepada Ibu Ns. Oktaviani Dwi Lestari S . K e p
selaku dosen Prodi S1 Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Berharap laporan bedah buku ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai Hukum Kesehatan. Didalam laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi meningkatkan penulisan laporan selanjutnya. Mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang yang
membacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.2 Pembahasan.....................................................................................................................5-6
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................7
3.2 Saran....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Buku ini di terbitkan oleh Penerbit Scopindo Media Pustaka. Buku ini memiliki
ketebalan 67 halaman. Di dalam buku ini banyak hal-hal yang dibahas yang seperti konsep
dasar: penghentian terapi bantuan hidup, konsep perawatan palitif, tanggung jawab hukum
penghentian trapi bantuan hidup dalam perawatan palitif, dan norma hukum. Dalam buku
ini sangat banyak materi yang dibahas mengenai keperawatan paliatif daan hukum
kesehatan. Buku ini adalah buku yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa oleh karena itu
harus sering membawa buku mengenai keperawata palatif ini.
1
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja isi Buku HUKUM KESEHATAN: Perlindungan Hukum Dokter Pada Penderita Terapi
Bantuan Hidup Sebagai Perawatan Paliatif karya dr. Agung Sediatmojo Sp.An,M.H.,M,Kes ?
2. Apa saja keunggulan buku tersebut di bandingkan buku sejenisnya yang lain?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak di capai melalui menulis buku laporan ini adalah untuk mengetahui
dan mendeskripsikan :
1. Isi Buku HUKUM KESEHATAN: Perlindungan Hukum Dokter Pada Penderita Terapi Bantuan
Hidup Sebagai Perawatan Paliatif
2. Keunggulan buku tersebut di bandingkan buku sejenisnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Di dalam Buku HUKUM KESEHATAN: Perlindungan Hukum Dokter Pada Penderita
Terapi Bantuan Hidup Sebagai Perawatan Paliatif penulis menguraikan dengan jelas mengenai
konsep perawatan paliatif, WHO memberikan definisi terapi paliatif sebagai pendekatan yang
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya menghadapi masalah penyakit yang
mengancam nyawa, baik melalui pencegahan maupun mengurangi penderitaan dengan langkah
indentifikasi awal dan penilaiaan dampak serta penanganan nyeeri dan masalah lainnya seperti
pisikososial dan spiritual.
Dalam Buku HUKUM KESEHATAN: Perlindungan Hukum Dokter Pada Penderita
Terapi Bantuan Hidup Sebagai Perawatan Paliatif karya dr. Agung Sediatmojo
Sp.An,M.H.,M,Kes. Buku ini menjelasakan dengan jelas mengenai Norma hukum penghentian
bantuan hidup dalam perawatan paliatif. Norma hukum di Indonesia belum ada yang mengatur
secara khusus tentang eutanasiaa. Seringkali eutanasia dikaitkan dengan pasal 344 Kitab
Undang-Undang Hukum pidana (KUHPidana) tentang merampas jiwa orang lain. Tidak semua
tindakan medis yang berakibat hilangnya nyawa bisa dikategorikan sebagai eutanasia dan dapat
dikaitkan dengan pasal tersebut.
Praktek penghentian terapi bantuan hidup menjadi tahap akhir dalam perawatan pasien
pasien terminal yang sudah tidak memiliki harapan kesembuhan dan menjadi kontroversi apakah
dapat menjadi tahap akhir dalam perawatan paliatif. Jika penghentian terapi bantuan hidup
dipraktekan di Indonesia dan dianggap sebagai suatu delik adat, berdasar pemikiran “tidak
menyamaratakan”, maka seharusnya perlu dipikirkan siapadan apa yanng melatar belakangi
tindakan ini. Penghentian terapi bantuan hidup dalam perawatan paliatif diputuskan melalui
kajian dokter yang memiliki latar belakang keilmuan kesehatan lebih dibandingkan masyarakat
umum.
4
2.2 Pembahasan
Penulis menguraikan hal-hal yang terdapat di atas agar seluruh pembaca yang sedang
mempelajari mengenai hukum kesehatan menjadi mudah memehami materi yang ada di buku ini
dan juga penulis menguraikan secara jelas serta memberikan penjelasan mengenai tanggung
jawab hukum dari norma hukum sampai pertanggung jawaban hukum.
Dari semua pembahasan yang ada di buku HUKUM KESEHATAN: Perlindungan
Hukum Dokter Pada Penderita Terapi Bantuan Hidup Sebagai Perawatan Paliatif, penulis juga
tidak lupa menguraikan mengenai penghentian terapi bantuan hidup dimana dalam ketentuan
umum Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 tahun 2014 mengatakan tentang
penentuan kematian dan pemanfaatan organ donor (selanjutnya disebut permenkes penentuan
kematian dan pemanfaatan organ donor) dijelaskan bahwa “penghentian terapi bantuan hidup
adalah menghentikan sebagian atau semua terapi bantuan hidup yang sudah diberikan kepada
pasien” poin berikutnya tertulis “Penundaan terapi bantuan hidup adalah menunda pemberian
terapi bantuan hidup atau lanjutan tanpa menghentikan terapi bantuan hidup yang sedang
berjalan”. Keputusan untuk melakukan penghentian terapi bantuan hidup melalui penilaian klinis
yang rinci dan sebisa mungkin terukur, anggota medis yang harus menentukan penilaian apakah
benar pasien tidak memiliki harapan kesembuhan perbaikan yang diharapkan dalam rangka
memulihkan kualitas hidup pasien dimasa akhir hidupnya.
Kematian atau mati dalam ilmu kedokteran ialah hilangnya secara permanen semua
tanda-tanda kehidupan pada setiap waktu setelah kelahiran hidup, yaitu lenyapnya fungsi-fungsi
hidup sesudah dilahirkan tanpa kemungkinan resusitasi. Dalam blck law dictionary jelas
diartikan sebagai berhentinya secara keseluruhan sirkulasi darah dan berhebntinya fungsi vital
yang lain seperti pernapasan dan nadi.
Paliatif menurut kamus besar yaitu cara atau ikhtiar untuk melunakan, meringankan, dan
mengurangi penderitaaan. Perwatan paliatif yanng kita ketahui yaitu pelayanan kepada pasien
yang penyakitnya sudah tidak bereaksi terhadap pengobatan kuratif, atau sudah tidak dapat
disembuhkan secara medis (stadium akhir). Meningkatkan kuallitas hidup pasien dan
menyiapkan diri menghadapi kematian dengan tenang dan nyaman tanpa merasa tertekan atas
penyakit yang diderita baik secara fisik maupun secara psikis yang berbasis spiritual adalah tugas
dari seorang perawat yaitu tujan dari perawatan paliatif sendiri.
Kondisi dimana seseorang menderita penyakit yang tidak memiliki harapan sembuh
sehingga kondisi seseorang itu sangat dekat dengan kematian dikatakan seseorang itu
berkondisikan terminal, kecelakan dan trauma seperti trauma kepala, atau trauma orang vital
menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan pasien masuk kedalam kondisi terminal.
Dari seluruh isi yang berada di Buku HUKUM KESEHATAN: Perlindungan Hukum
Dokter Pada Penderita Terapi Bantuan Hidup Sebagai Perawatan Paliatif penulis
mengungkapkan semua bahasa yang mudah di mengerti untuk kita pelajari dan juga penulis
5
menguraikan semua materi dengan sangat baik hingga bagi pembaca mudah mengerti tentang
hal-hal tentang hukum kesehatan: perlindungan hukum dokter pada penderita terapi bantuan
hidup sebagai perawatan paliatif . Dalam penulisan buku ini bagi pembaca sangat bagus karena
pembaca dapat menangkap arti maksud yang ingin di sampaikan oleh penulis.
Buku HUKUM KESEHATAN: Perlindungan Hukum Dokter Pada Penderita Terapi
Bantuan Hidup Sebagai Perawatan Paliatif karya dr. Agung Sediatmojo Sp.An,M.H.,M,Kes.
Buku ini diterbitkan pada tahun 2021 yang pada awalanya sangat sulit untuk mendapatkan buku
ini karena saat ini buku yang bermaterikan perawatan paliatif sangat sedikit dan lebih banyaknya
berada di perpustakan- perpustakan di universitas maupun perpustakan lengkap lainnya. Buku ini
bagus untuk dibaca dan untuk menambah pengetahuan mengenai keperawatan paliatif.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Norma hukum penghentian terapi bantuan hidup di Indonesia telah diatur dalam
permenkes tentang penentuan kematian dan pemanfaatan organ donor. Pennghentian
terapi bantuan hidup dapat dihentikan pada pasien kondisi terminal dan jika segala
upaya medis sudah dinilai sia-sia, upaya medis yang sia-sia dapat ditetapkan oleh
direktur atau kepala rumah sakit. Penghentian terapi bantuan hidup ini sejalan dengan
prinsip perawatan paliatif karna justru dengan meneruskan upaya exraordinary yang
sia-sia akan bertolak belakang dengan prinsip perawatan paliatif yaitu tidak bertujuan
mempercepat atau menunda kematian pasien.
2. Tangguang jawab hukum dokter sebagai pelaku penghentian terapi bantuan hidup di
Indonesia adalah menjalan sesuai kriteria yang diatur dalam permenkes tentang
penentuan kematian dan pemanfaatan organ donor. Tindakan penghentian terapi
bantuan hidup ini tidak dapat digolongkan sebagai kejahatan pidana terhadap nyawa
(Pasal 344 KUHPidana) meskipun secara perbuatan lahiriah tindakan tersebut dapat
berakibat hilangnya nyawa seseorang. Pertanggung jawaban perdata bagi dokter
sebagai pelaku penghentian terapi bantuan hidup baru dapat diminta jika ada unsur
kesalahan perdata yaitu adanya wanprestasi atau perbuatan melanggar hukum.
Pertanggung jawaban perdata muncul apabila ada pelanggaran hak orang lain,
pelanggaran kewajiban hukum pelaku, melanggar ketutan kesusilaan dan melanggar
tingkah laku sebagai warga negara yang baik yang diukur dari standar profesi, standar
prosedur operasional, kode etik profesi tau kebiasaan tingkah laku sejawat profesi.
8888888888888888
3.2 Saran
Pada Buku ini tindakan penghentian terapi bantuan hidup seringkali dipandang mirip
dengan euthanasia pasif sehingga perlu kiranya dirumuskan peraturan setingkat Undang-
Undang yang mengatur lebih khusus tentang isu pengakhiran kehidupan khususnya dibidang
medis. Hal ini dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi pasien dan keluarganya,
khususnya dokter yang merawat pasien. Dapat pula diubah Bab XIX kejahatan terhadap
nyawa Pasal 344 KUHPidana dengan menambahkan pengecualian bagi tenaga medis pada
kasus pasien yang sudah tidak dapat disembuhkan.
Pemerintah menerbitkan regulasi tentang kriteria-kriteria keadaan pasien terminal
state dan kriteria tindakan kedokteran yang sudah sia-sia sebagai rambu-rambu dan dasar
hukum pegambilan keputusan medis dalam tindakan penghentian terapi bantuan hidup.
Kriteria tersebut berdasarkan klaster-klaster atau pengelompokan rumah sakit sesuai sumber
daya yang dimiliki masing-masing rumah sakit. Tanpa adanya regulasi ini maka dokter dan
rumah sakit beresiko diminta pertanggungjawaban pidana dna perdata.
8888888888888888
8
DAFTAR PUSTAKA
9
8888888888888888