Anda di halaman 1dari 131

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

Dosen Mata Kuliah : Hj. I TAKKO PODDING, SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

TINGKAT III.B
ANGKATAN 17

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hihayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gerontik

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas semua amal kebaikan yang
diberikan. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca pada
umumnya.

Parepare, 13 September 2019

Penyusun

TINGKAT III B

ANGKATAN 2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

KELOMPOK 1

KONSEP DASAR GERONTIK ........................................................................... 1

KELOMPOK 2

KONSEP DASAR LANSIA ................................................................................. 11

KELOMPOK 3

PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA ............................................. 19

KELOMPOK 4

PROSES MENJADI TUA .................................................................................... 27

KELOMPOK 5

PROGRAM PELAYANAN UNTUK LANSIA ................................................... 40

KELOMPOK 6

MASALAH YANG TERJADI PADA LANSIA ................................................. 49

KELOMPOK 7

ASKEP GERONTIK ............................................................................................ 62

KELOMPOK 8

SISTEM PELAYANAN LANSIA DI RUMAH .................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 98

KUMPULAN SOAL ........................................................................................................ 100


1

KONSEP DASAR GERONTIK


2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua
yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan
(impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability),
dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan
konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewuujudkan kemandirian usaha sosial ekonomi
lansia.
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,37 %
penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang cukup besar di
masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian dan pemanfaatan hasil-
hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan pelayanan yang
prima.Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral dari
kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar langkah-langkah
tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan
tersebut.Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik,
justifikasi tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keperawatan gerontik?


2. Apa tujuan dari keperawatan gerontik?
3. Apa fungsi dari perawat gerontik?
4. Apa peran dari perawat gerontik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi gerontik


2. Untuk mengetahui tujuan dari keperawatan gerontik
3. Untuk mengetahui fungsi dari perawat gerontik
4. Untuk mengetahui peran dari perawat gerontik
5. Untuk mengetahui model konseptual dalam keperawatan gerontik menurut para ahli

D. Manfaat

1. Pembaca dapat mengetahui informasi tentang keperawatan gerontik


2. Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan dalam memberikan
asuhan keperawatan bagi lansia
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Gerontik

Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama
kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976, nama
tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut
usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia
dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis,
psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach)
terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut
Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan
masalah yg mungkin terjadi pada lansia.

Gerontologi berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti usia dan logos berarti ilmu.
Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah – masalah
yang terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990)

 Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai


aspek dalam proses penuaan, seperti aspek kesehatan, psikologis, sosial ekonomi,
perilaku, lingkungan, dan lain- lain (S. Tamher, 2009).
 Keperawatan gerontik atau keperawatan gerontologik adalah spesialis keperawatan
lanjut usia yang menjalankan peran dan tanggung jawabnya terhadap tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan,
teknologi, dan seni dalam merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia
secara komprehensif (Kushariyadi, 2010).
4

 Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada


ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural
yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
 Keperawatan gerontik (Kozier, 1987): praktek perawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua.
 Keperawatan gerontik: spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan
perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian
dan ketrampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lansia secara
komprehensif.Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat
di rumah sakit merupakan bagian dari keperawatan gerontik (Gerontic Nursing)
 Menurut siti Badriah (2009), keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan
professional yang berdasarkan ilmu dan kiat/ teknik keperawatan yang berbentuk bio-
psiko-sosial- spiritual dan cultural yang holistic yang ditujukan pada klien lanjut usia
baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
 Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan
pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-
psikososio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik
sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU
RI No.38 tahun 2014).
 Pengertian lain dari keperawatan gerontik adalah praktek keperawatan yang berkaitan
dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987). Sedangkan menurut Lueckerotte
(2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada
lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan,
implementasi serta evaluasi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keperawatan gerontik adalah suatu
bentuk praktek keperawatan profesional yang ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit
yang bersifat komprehensif terdiri dari bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan
proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

Sedangkan geriatri berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti lanjut usia dan eatriea berarti
kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran berfokus pada masalah
kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black & Jacob, 1997). Menurut S.
Tamher (2009), geriatri merupakan salah satu cabang dari gerontology dan medis yang
mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang mencangkup kesehatan badani, jiwa dan social,
serta penyakit cacat.

 Tujuan geriatric:
 Mempertahankan derajat kesehatan pada lansia taraf yang setinggi-tingginya sehingga
terhindar dari penyakit gangguan
 Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
 Merangsang para petugas kesehatan untuk mengenal masalah kesehatan lansia
5

 Memelihara kemandirian secara maksimal


 Mengantar lansia pada akhir masa hidupnya
 Mengapa gerontik dianggap tepat dalam keperawatan?
o Focus keperawatan adalah respon seseorang terhadap problem yang bersifat actual
maupun potensial, bukan hanya pada kondisi sakit atau kecacatan tetapi juga pada
kondisi sehat.
o Bagaimana mempertahankan kesehatan lansia, meningkatkan dan mencegah dari
bahaya yang mungkin timbul sehingga lansia dapat tetap produktif dan berbahagia
pada usia lanjut.

B. Fokus Keperawatan Gerontik

a) Peningkatan kesehatan (health promotion) Upaya yang dilakukan adalah memelihara


kesehatan dan mengoptimalkan kondisi lansia dengan menjaga perilaku yang sehat.
Contohnya adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada
lansia, perilaku hidup bersih dan sehat serta manfaat olah raga.
b) Pencegahan penyakit (preventif) Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena
proses penuaan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi
sedini mungkin terjadinya penyakit, contohnya adalah pemeriksaan tekanan darah,
gula darah, kolesterol secara berkala, menjaga pola makan, contohnya makan 3 kali
sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsi makanan tidak terlalu banyak mengandung
karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan mengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur
selama 6-8 jam/24 jam.
c) Mengoptimalkan fungsi mental. Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani,
diberikan ceramah agama, sholat berjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak) (GLO)
dan melakukan terapi aktivitas kelompok, misalnya mendengarkan musik bersama
lansia lain dan menebak judul lagunya.
d) Mengatasi gangguan kesehatan yang umum. Melakukan upaya kerjasama dengan tim
medis untuk pengobatan pada penyakit yang diderita lansia, terutama lansia yang
memiliki resiko tinggi terhadap penyakit, misalnya pada saat kegiatan Posyandu
Lansia.
6

C. Tujuan Perawatan Gerontik

a) Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dan produktif.
b) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin.
c) Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia (Life
Support).
d) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit (kronis atau akut).
e) Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin.

D. Tren Issue Keperawatan Gerontik

Trend issue pelayanan keperawatan pada lansia :

a. Pengontrolan biaya dalam pelayanan kesehatan

 Diupayakan sesingkat mungkin di pelayanan kesehatan karena pergeseran pelayanan


dari RS ke rumah (home care).
 Diperlukan perawat yang kompeten secara teknologi & transkultural
 Pemanfaatan caregiver atau pemberdayaan klien untuk bertanggung jawab terhadap
perawatan dirinya

b. Perkembangan teknologi & informasi

 Data based pelayanan kesehatan komprehensif,


 Penggunaan computer-based untuk pencatatan klien,
 Pemberi pelayanan dapat mengakses informasi selama 24 jam,
 Melalui internet dapat dilakukan pendidikan kesehatan pada klien atau membuat
perjanjian.

c. Peningkatan penggunaan terapi alternatif (terapi modalitas & terapi komplementer)

 Banyak masyarakat yang memanfaatkan terapi alternatif tetapi tidak mampu mengakses
pelayanan kesehatan.
 Dalam melaksanakan pendidikan kesehatan, perawat sebaiknya mengintegrasikan terapi
alternatif kedalam metode praktik pendidikan kesehatan tersebut.
 Perawat harus memahami terapi alternatif sehingga mampu memberikan pelayanan atau
informasi yang bermanfaat agar pelayanan menjadi lebih baik.

d. Perubahan demografi

 Pengembangan model pelayanan keperawatan menjadi holistic model, yang


memandang manusia secara menyeluruh,
 Perawat mempertimbangkan untuk melakukan praktik mandiri,
 Perawat harus kompeten dalam praktik “home care”,
 Perawat memiliki pemahaman keperawatan transkultural (berbasis budaya) sehingga
efektif dalam memberikan pelayanan type self care,
 Perawat melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit & ketidakmampuan
pada penduduk yang sudah lansia,
7

 Perawat mampu menangani kasus kronis dan ketidakmampuan pada lansia,


 Perawat melakukan proteksi kesehatan dengan deteksi dini & manajemen kesehatan
secara tepat,
 Mampu berkolaborasi dengan klien, anggota tim interdisipliner dalam memberikan
pelayanan,
 Mampu mengembangkan peran advokasi .

e. Community-based nursing care

 Mampu berkolaborasi dalam tim untuk melakukan pelayanan kesehatan pada lansia,
 Mampu menggunakan ilmu & teknologi untuk meningkatkan komunikasi interdisiplin
dengan tim dan klien,
 Mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan sesuai dengan kode etik
keperawatan.

E. Fungsi Perawat Gerontik

Menurut Eliopoulus (2005), fungsi perawat gerontik adalah:


a. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
b. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua).
c. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang
dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
d. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas
pelayanan).
e. Notice and reduce risks to health and well being (memperhatikan serta mengurangi
resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
f. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).
g. Open channels for continued growth (membuka kesempatan lansia supaya mampu
berkembang sesuai kapasitasnya).
h. Listern and support (mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan).
i. Offer optimism, encourgement and hope (memberikan semangat, dukungan dan harapan
pada lansia).
j. Generate, support, use and participate in research (menerapkan hasil penelitian, dan
mengembangkan layanan keperawatan melalui kegiatan penelitian).
k. Implement restorative and rehabilititative measures (melakukan upaya pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan).
l. Coordinate and managed care (melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan).
m. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner
(melakukan pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara menyeluruh).
n. Link services with needs (memmberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan). o.
Nurture future gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun
masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
8

o. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).
p. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (mengenal dan
mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat bekerja). r. Support and
comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan dalam
menghadapi proses kematian).
q. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

F. Peran Perawat Gerontik


Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
peran secara umum dan peran spesialis.Peran secara umum yaitu pada berbagai setting,
seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan
kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai
macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai
dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu
perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat
gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara
langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam
perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan
keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach
programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan
klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi kesehatan,
mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat
pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent practice. Hal ini
sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik spesialis
klinis memiliki peran, diantaranya:
a) Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit dengan
kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Lansia biasanya
memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka
perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya muncul
di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan
perawatan di akhir hidup.
b) Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence based
practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan
mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid.Sedangkan perawat yang berada
pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu
melakukan pengumpulan data.
c) Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu,
membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan.Sebagai konsultan dan sebagai
role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan
melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di rumah
sakit.Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang
9

mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di


panti jompo dan setting perawatan jangka panjang lainnya.
d) Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di
masyarakat.Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur
seseorang.Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya
kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan.Namun,
perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan
untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga martabat,
meskipun di dalam situasi yang sulit.
e) Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan
modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang
menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan
berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres
untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus
mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan
jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker.
f) Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal,
memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator yakni
dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta
melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
g) Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan
fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus
disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.
10

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang
berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta
evaluasi.
Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang efektif terhadap
klien yaitu lanjut usia. Asuhan diberikan agar klien mendapatkan kenyamanan dalam hidup.
Peran perawat dalam gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan dan membantu
klien dalam mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi kebutuhan yang tidak bias
dipenuhi sendiri oleh klien.

B. SARAN

Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui asuhan


keperawatan yang akan diberikan terhadap klien yaitu para lansia sehingga lansia merasa
tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif.
Bagi keluarga klien juga hendaklah mengetahui tentang cara-cara asuhan pada lansia
sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih baik dan nyaman.
11

KONSEP DASAR LANSIA


12

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
manusia seseorang mengalami kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur
65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam
dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung
menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock,
1996 : 439)
Usia lanjut sering punya masalah dalam hal makanan, antara lain nafsu makan
menurun. Padahal meskipun aktivitasnya menurun sejalan dengan bertambahnya usia, ia
tetap membutuhkan asupan zat gizi lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Iapun masih tetap membutuhkan energi untuk menjalankan fungsi fisiologis
tubuhnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia ?
2. Apa saja ciri-ciri dari lansia ?
3. Apa saja tipe pada lansia ?
4. Apa saja tugas perkembangan lansia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia
13

2. Untuk mengetahui ciri-ciri lansia


3. Untuk mengetahui tipe pada lansia
4. Untuk mengetahui tugas perkembangan lansia
14

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dari lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Menurut Bernice
Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat
merasa puas dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002)
mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang
berusia 65 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah
untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983) berpendapat bahwa
pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium,
pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan
berbagai tekanan psikologis.
Berdasarkan UU Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13 ayat 1 menyebutkan
bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, dan sosial.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut
lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan
segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 – 59 tahun.
b. Lanjut usia (alderly) kelompok usia 60 – 74 tahun
15

c. Lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 – 90 tahun


d. Usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan
periode di mana seseorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta
telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat
mulai sari usia 55 tahun sampai meninggal.
2. Ciri - ciri lansia
Menurut Hurlock 1980 terdapat beberapa ciri – ciri orang lanjut usia, yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagai dating dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila
memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-
pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat - pendapat klise itu seperti : lansia
lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pandapat orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku
yang buruk, karena perlakuan yang buruk itu mebuat penyesuaina diri lansia menjadi
buruk.

3. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam,
dkk, 2008). Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
16

1. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.

4. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,


pasif, dan acuh tak acuh.

6. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan


kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para
lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya,
lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan
secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti werda,
lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.

4. Tugas Perkembangan Lansia

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.


17

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
mendukung kesejahteraan lansia misalnya Perpindahan tempat tinggal lansia.

b. Penyesuaian terhadap pendapatan menurun


Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan semakin tidak
memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan
berkurang.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan


Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan
mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari
pasangan. Contoh: mitos tentang aseksualitas

d. Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan


Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia menyadari
bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan
kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga secara
total.

e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi


Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun keluarga menjadi
fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.
18

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia.
2. Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri-ciri khas, diantaranya usia
lanjut merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status kelompok
minoritas, menua membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada
lansia.
3. Pada lansia biasanya mengalami kemundaran fisik, mental dan sosia sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukakan tugasnya sehari hari lagi.
4. Masalah-masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia
dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan
mengalami masa-masa ini.
5. Batasan usia lanjut berbeda-beda dari waktu-kewaktu.
B. Saran
Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang perkembangan
yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran,
dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda
kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan
kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.
19

PERUBAHAN YANG
TERJADI PADA LANSIA
20

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua merupakan masa perubahan yang dialami individu baik fisik maupun
psikologi akibat penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaan yang
berbeda dengan usia anak-anak, remaja, maupun dewasa yang membutuhkan dukungan
dari orang di sekitarnya.
Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu
diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf
setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai hal
tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia yang dapat
memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia.
Pada tempat tersebut dapat diperoleh manfaat antara lain, lansia dapat mengetahui
status kesehatannya juga kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para
lansia. Dalam posyandu lansia, terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari
kontak sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus dapat
hidup mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu lansia?
2. Bagaimana ciri-ciri lansia?
3. Bagaimana perubahan yang terjadi pada lansia?
21

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice
Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang
dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang
yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak
mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai
penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan
demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.

B. Perubahan-Perubahan Yang Timbul Pada Lansia

1. Perubahan pada aspek fisik


a. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi
22

vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai


penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
b. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan
testoteron.
c. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat
penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel
epidermis.
d. System Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan
mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban,
otot mudah kram dan tremor.

2. Perubahan psikososial

a) Penurunan Kondisi Fisik


Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple pathology ),
misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin
rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang
sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal
ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain.
23

Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang
sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi
psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk
mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus
mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat
dan bekerja secara seimbang.
b) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung,
gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi :
misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna
atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti
antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
 Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
 Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat
oleh tradisi dan budaya.
 Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
 Pasangan hidup telah meninggal.
 Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3. Perubahan Aspek Psikososial


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian
lansia sebagai berikut :
 Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
 Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
 Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
24

 Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah


memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan
yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
 Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.

4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan


Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,
namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status
dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap
pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi
masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup
lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun
yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan
hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi
masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk
menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk
merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan
pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara
berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya
sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang
selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam
menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun
mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung
25

diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis


bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang
memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung
karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara
karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan
pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali
menjadi terlantar.
26

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice
Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang
dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera
dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -
74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang
yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak
mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari.

B. Saran
Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu tentang perubahan
yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran,
dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda
kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan
kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.
27

PROSES MENJADI TUA


28

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.

Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur
65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.

Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam
dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung
menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock,
1996 : 439).

B.Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan lansia ?

2.Apa saja ciri – ciri dari lansia ?

3.Bagaimana perkembangan lansia ?

4.Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia ?

5.Apa saja masalah yang dihadapi oleh lansia?

6.Bagaimana upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi manusia?
29

C.Tujuan

1.Untuk mengetahui pengertian dari lansia

2.Untuk mengetahui ciri – ciri lansia

3.Untuk mengetahui Tugas dan perkembangan lansia

4.Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia

5.Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh lansia

6.Untuk mengetahui upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi lansia
30

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian lansia

Pengertian Dewasa akhir (lansia) menurut beberapa ahli:

Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang
definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang
Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang
yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih
dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang
berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai
sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia
lanjut dini yang berkisar antara usia 60 - 70 tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia 70
tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74
tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes,
Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari
orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin).

B.Ciri – ciri Lansia


31

1.Sikap sosial terhadap usia lanjut.

Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak begitu dibutuhkan


karena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati
orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar

2.Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia
lanjut.

3.Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih
muda.

4.Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang
disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.

5.Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat
penuaan.

C.Perubahan yang terjadi pada Lansia

1.Fisik

Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa
dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa
lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan dan terhadap kondisi psikologis.
32

Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir,
diantanya adalah :

a.Daerah kepala

•Hidung menjulur lemas

•Bentuk mulut akan berubah karena hilangnya gigi

•Mata kelihatan pudar

•Dagu berlipat dua atau tiga

•Kulit berkerut/keriput dan kering

•Rambut menipis dan menjadi putih

b.Daerah Tubuh

•Bahu membungkuk dan tampak mengecil

•Perut membesar dan tampak membuncit

•Pinggul tampak mengendor dan tampak lebih besar

•Garis pinggang melebar

•Payudara pada wanita akan mengendor

c.Daerah persendian

•Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat

•Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol

•Tangan menjadi kurus kering

•Kaki membesar karena otot-otot mengendor

•Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.

2.Kognitif

a.Kecerdasan dan Kemampuan Memproses


33

Kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada
beberapa bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali
informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.

Meskipun kecepatan tersebut perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi


individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas
menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan kita dalam beberapa segi substansial.

Misalnya, pada suatu eksperimen yang mempelajari waktu reaksi dan keterampilan
mengetik dari juru ketik pada semua usia (salthouse, 1984). Juru ketik tua biasanya memiliki
reaksi-reaksi yang lambat, namun mereka sebenarnya mengetik sama cepatnya dengan juru
ketika yang masih muda.

Barangkali para juru ketik tua itu lebih cepat mengetik pada saat mereka masih muda
dan pelan-pelan mulai melambat, tetapi hasilnya pada kondisi lain menunjukkan bahwa ada
hal lain yang telah terlibat. Ketika jumlah karakter yang dapat dilihat selanjutnya oleh para
juru ketik itu terbatas, kecepatan mengetik pada juru ketik tua menurun secara substansial;
para juru ketik muda kurang begitu terpengaruh dengan keterbatasan ini. Para juru ketik tua
telah belajar untuk melihat jauh ke depan, sehingga memberi kesempatan pada mereka untuk
mengetik sama cepatnya dengan rekan-rekannya yang lebih muda

b.Pekerjaan

Pada tahun 1980-an, persentase laki-laki berusia di atas 65 tahun yang tetap bekerja
purna waktu lebih kecil dibanding pada awal abad 20. Penurunan yang terjadi dari tahun
1900 sampai tahun 1980-an sebesar 70% (Douvan, 1983).

Satu perubahan penting dari pola pekerjaan orang-orang dewasa lanjut adalah
meningkatnya perkejaan-pekerjaan paruh waktu. Mis: dari tiga juta lebih orang dewasa
berusia di atas 65 tahun yang pekerja pada tahun 1986, lebih dari separuhnya merupakan
pekerja-pekerja paruh waktu.

c.Pengaturan Tempat Tinggal

Satu stereotipe dari para lansia adalah bahwa mereka tinggal di dalam institusi-
institusi-rumah sakit, rumah sakit jiwa, panti jompo (nursing home), dan sebagainya.Semakin
tua seseorang, semakin besar hambatan mereka untuk tinggal sendirian. Mayoritas orang
dewasa lanjut yang tinggal sendirian adalah janda, tinggal sendirian sebagai orang dewasa
34

lanjut tidaklah berarti kesepian. Karena para lansia yang dapat menopang dirinya sendiri
ketika hidup sendiri seringkali memiliki kesehatan yang baik dan sedikt ketidakmampuan,
dan mereka selalu memiliki hubungan sosial dengan sanak keluarga, teman-teman, dan para
tetangga

3.Perkembangan Psikis

a.Perkembangan Intelektual

Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental


merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar
penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun,
kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga
berlaku pada seorang lansia.

Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak
dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi.
Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu
faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan
menyediakan lingkunganyang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual
mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.

b.Perkembangan Emosional

Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya
rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti
penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.

Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi


dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu
masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung
menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.

Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang
yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun
35

sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara
tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan–
kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.

c.Perkembangan Spiritual

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.
Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah,
khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “Semua penyakit ada obatnya kecuali
penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya
terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :

•Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang
religius.

•Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non
religius.

•Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup
lainnya.

•Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius,
sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.

•Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian)
daripada yang nonreligius.

d.Perkembangan Kepribadian

Pertanyaan awal adalah…

Apakah kepribadian itu berubah pada saat kita tua?

Apakah kita memasuki tahapan baru dari perkembangan kepribadian?

Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut kita akan merujuk kepada teori psikoanalisa;
Freud, Roger, dan Erikson
36

1.Freud

Percaya bahwa pada usia lanjut, kita kembali kepada kecenderungan2 narsistik masa
kanak-kanak awal (Santrock, 2002: 250). Artinya tindakan yang dibuat harus diperlihatkan
kepada orang lain. Ketika itu tidak bisa dilakukan maka tidak akan memperoleh kepuasan.

2.Carl Jung

Mengatakan bahwa pada usia lanjut, pikiran tenggelam jauh di dalam ketidaksadaran
(Santrock, 2002: 250).Berdasarkan pendapat Jung ini, mungkin saja hal ini yang membuat
orang yang sudah tua mudah lupa, karena sulit untuk memanggilnya kembali ke alam
sadar.Hal ini mungkin saja disebabkan oleh sedikitnya kontak dengan realitas, sehingga
pikirannya terpendam dalam ketidaksadaran

3.Erikson

Integritas Vesus Keputusasaan

Percaya bahwa masa dewasa akhir dicirikan oleh tahap terakhir dari delapan tahap siklus
kehidupan.Tahun-tahun akhir kehidupan merupakan suatu masa untuk melihat kembali apa
yang telah dilakukan selama hudupnya. Jika kehidupan sebelumnya dapat dijalani dengan
baik maka akan merasakan kepuasan/integritas pada masa tuanya, dan sebaliknya.

D.Tugas dan Perkembangan pada Lansia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia.
Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan
dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap
usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan
dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah,
paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas,
mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan
dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai
37

perbedaan teori, namun para pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia
ditentukan oleh DNA yang disebut telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom.
Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis
tertentu.

E.Tugas Perkembangan dewasa akhir

Adapun tugas perkembangan pada masa dewasa akhir ini, diantaranya:

•Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat tinggal di hari tua.

•Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai pensiunan

•Membina kehidupan rutin yang menyenangkan

•Saling merawat sebagai suami-istri

•Mampu menghadapi kehilangan (kematian) pasanan dengan sikap yang positif (menjadi
janda atau duda).

•Melakukan hubungan harmonis dengan anak-anak dan cucu-cucu.

•Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi.

F.Tugas Perkembangan Keluarga terhadap Lansia

Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh
keluarga dalam setiap tahap perkembangannya. Keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan biologis, imperative (saling menguatkan), budaya dan aspirasi serta nilai-nilai
keluarga.

Menurut Carter dan McGoldrick (1988), tugas perkembangan keluarga dengan lansia adalah
sebagai berikut :

a.Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

b.Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun

c.Mempertahankan hubungan perkawinan

d.Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan


38

e.Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi

f.Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya sendiri, keluarga
dan orang-orang disekitarnya pun perlu memahami bagaimana melakukan perawatan yang
tepat bagi lansia tersebut. Oleh karena selama individu tersebut memiliki semangat untuk
hidup serta melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia
meskipun usianya telah lanjut.
39

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan kajian pustaka yang telah penyusun temukan mengenai perkembangan yang
terjadi pada lansia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.Pada Usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia. Usia
tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat
tersebar luas dewasa ini.

2.Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri – ciri khas, diantaranya usia lanjut
merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas,
menua membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia

3.Pada lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di
mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat
diperhatikan dari pada tahap usia baya.

4.Pada lansia terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani/fisik,


perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spiritual, perubahan sosial,
perubahan kehidupan keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia.

5.Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa


masalah dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik, intelektual, emosi, dan
spiritual. Misalnya saja dalam hal intelektual, lansia lebih sering mengalami pikun atau sulit
untuk mengingat.

6.Masalah – masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia
dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan mengalami
masa – masa ini.

B.Saran

Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu tentang perkembangan yang
terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana
fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita
persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan
yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.
40

PROGRAM PELAYANAN UNTUK


LANSIA
41

PROGRAM PELAYANAN UNTUK


LANSIA
A. LATAR BELAKANG

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki ikatan


kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang menghargai peran
serta kedudukan para lanjut usia dalam keluarga maupun masyarakat, Sebagai warga yang
telah berusia lanjut , para lanjut usia mempunyai mkebajikan ,kearipan serta pengalaman
berharga yang dapat di teladani oleh generasi penerus dalam pembangunan nasional.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah memicu timbulnya
berbagai perubahan dalam masyarakat, dengan meningkatkan angka harapan hidup.
Dari hasil sensus penduduk yaqng dilaksakan oleh BPS menunjukan pada tahun 2000
usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 dari populasi lanjut usia yang di perkirakan 17
juta orang . Pada tahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia Indonesia diproyeksikan mencapai
28 juta orang yang berusia 71 tahun . Perubahan komposisi penduduk lanjut usia
menimbulkan berbagai kebutuhan baru yang harus dipenuhi , sehingga dapat pula menjadi
42

permasalahan yang komplek bagi lanjut usia ,baik sebagai individu ,keluarga maupun
masyarakat.
Guna mengatasi lanjut usia , diperlukan program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut
usia yang terencana , tepat guna dan tetap memiliki karakteristik. Sebagai bangsa yang
menjamin keharmonisan hubungan di antara anak , Trhree in one roof, yang artinya
Bahwa suasana hubungan yang harmonis antar ketiga generasi akan terus terjalin
sepanjang masa, walaupun saat ini mereka cenderung tidak tinggal bersama dalam satu
rumah. Namun semangatnya masih terpatri dalam satu atap kebersamaan.

B. PENGERTIAN

1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh ) tahun ke
atas.
2. Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan sosial, bimbingan
,konseling,bantuan,santunan dan perawatan yang dilakukan secara terarah, terencana
dan berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia
atas dasar pendekatan pekerjaan sosial.
3. Sistim panti adalah bentuk pelayanan yang mewnempatkan penerima pelayanan
kedalam suatu lembaga tertentu(panti ) sedangkan luar panti ( non panti ) merupakan
bentuk pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan di luar lembaga tertentu
(panti) misalnya keluarga, masyarakat dan lain-lain.
4. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia adalah proses kegiatan pelayanan kesejahteraan
sosial lanjut usia yang berkoordinasi mulai dari tahap perencanaan, yang dilaksanakan
melalui/oleh organisasi/lembaga baik pormal maupun informal.
5. Perlindungan sosial adalah upaya Pemerintah dan masyarakat untuk memberikan
kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan
menikmati taraf hidup yang wajar.
6. Aksesbilitas adalah kemampuan untuk menjangkau dan menggunakan pelayanan dan
sumber-sumber yang seharusnya diperoleh seseorang untuk meningkatkan
kesejahteraan sosialnya.
43

C. PROGRAM
Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial,maka program pokok yang dilaksakan
antara lain:

1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti


2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti
3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia
4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.

D. SASARAN
Sasaran program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia:
1. Lanjut Usia
2. Keluarga
3. ORSOS /LSM
4. Masyarakat.

E. TUJUAN
a. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman .tenteram dan
sejahtera.
b. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.
c. Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.
d. Tewrwujutnya kwalitas pelayanan.

F. SIFAT PELAYANAN
Setiap jenis pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia baikyang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun maupun masyarakat mengandung sifat frepentif , kuratif dan rehabilitatif.

1. Prefentif atau pencegahan, Pelayanan sosial yang di arahkan untuk pencegahan


timbulnya m,asalah baru dan meluasnya permasalahan lanjut usia, maka dilakukan
melalui upaya pemberdayaan keluarga , kesatuan kelompok –kelompok didalam
masyarakat dan lembaga atau organisasi yang peduli terhadap peningkatan
kesejahteraan lanjut usia ,seperti keluarga terdekat /adapt, kelompok pengajian ,
kelompok arisan karang werdha, PUSAKA, DNIKS, DNIKS ,LLI, BK 3 S, K3 S.
44

2. Kuratif atau penyembuhan, Pelayanan sosial lanjut usia yang diarahkan untuk
penyembuhan atas gangguan-gangguan yang di alami lanjut usia, baik secara fisik ,
psikis maupun sosial.
3. Rehabilitatif atau pemulian kembali , Proses pemulihan kembali fungsi-fungsi sosial
setelah individu mengalami berbagai gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi
sosialnya.

G. PRINSIP PELAYANAN
Prinsip kesejahteraan sosial sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi PBB NO.
46/1991 tentang principles for Older Person ( Prinsip-prinsip bagi lanjut usia) yang pada
dasarnya berisi himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia yang meliputi kemandirian,
partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat ,
Yaitu :

a. Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut usia.
b. Melaksanakan ,mewujutkan hak azasi lanjut usia.
c. Memperoleh hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.
d. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.
e. Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan
masyarakat.
f. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan dengan
perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta meningkatkan
kemitraan dengan berbagai pihak.
g. Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar dapat
memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana serta perlindungan
sosial dan hokum.
h. Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan
prasarana dalam kehidupan keluarga,serta perlindungan sosial dan hokum.
i. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana pendidikan
,budaya spriritual dan rekreasi yang tersedia di masyarakat.
j. Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat dan
kemampuan.
45

k. Memberdayakan lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat untuk berpartisipasi


aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya.
l. Kusus untuk panti, menciptakan suasana kehidupan yang bersifat kekeluargaan.

H. PROSES PELAYANAN
Dalam panti dan luar panti

1. Persiapan
a. Sosialisasi program dan kegiatan Panti/Orsos bagi lanjut usia penerima
pelayanan , keluarga dan masyarakat.
b. Kontak (Pertemuan pertama antara pihak panti/orsos dengan lanjut usia dan
keluarganya/yang mewakili).
c. Kontak( kesepakatan pelayanan atau bantuan secara tertulis antara klien
dengan pihak panti/pekerja sosial/orsos.
d. Pengungkapan masalah lanjut usia.
e. Rencana tindak/intervensi.
2. Pelaksanaan Pelayanan.

a. Pelayanan sosial
b. Pelayanan fisik
c. Pelayanan psikososial
d. Pelayanan ketrampilan
e. Pelayanan keagamaan/ spiritual
f. Pelayanan pendampingan
g. Pelayanan bantuan hokum.

3. Monitoring dan evaluasi .


4. Terminasi.
5. Pembinaan lanjut.

I. LANSIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1998


46

Dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Lanjut Usia adalah
seorang yang telah mencapai usia 50 tahun ke atas.

Upaya yang dilakukan oleh Departemen Sosial dalam rangka peningkatan kesejahteraan
sosial lanjut usia

· Pemberian perlindungan sosial , adalah upaya Pemerintah atau masyarakat untuk


memeberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensi agar dapat
mewujutkan taraf hidup yang wajar.
· Pemberian bantuan sosial, adalah upaya pemberian bantuan yang bersifat tidak tepat
agar lanjut usia potensi dapat meningkatkan taraf kesejahteraan .
· Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang
bersifat terus menerus agar lanjut usia dapat mewujutkan dan menikmati taraf hidup
yang wajar.
· Pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental spiritual
,sosial. Pengetahuan, dan ketrampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai
dengan kemampuan masing-masing.

J. PELAYANAN KESEHATAN BAGI LANJUT USIA


· Penyuluhan dan penyebaran informasi bagi kesehatan lanjut usia.
· Upaya penyembuhan yang di perluas pada pelayanan Geriatrik dan Gerontologik.
· Pengembangan Lembaga perawatan bagi lanjut usia yang menderita penyakit
kronis/terminal.

Sedangkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang tidak mampu . diberikan
keringanan biaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

K. PELAYANAN KEAGAMAAN DAN MENTAL SPRITUAL BAGI LANJUT


USIA
47

Pelayanan keagamaan dan mental sriritual bagi lanjut usia ditujukan untuk
mempertebal rasa keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa .pelayanan
keagamaan dan mental spriritual bagi lanjut usia diselenggarakan melalui peningkatan
kegiatan keagamaan, sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.

L. SARANA DAN PRASARANA UNTUK KEMUDAHAN MOBILITAS


BAGI LANJUT USIA

· Pemberikan kemudahan pelayanan dan keringanan biaya


· Pemberikan kemudahan dalam melakukan perjalanan
· Penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khususnya bagi lanjut usia
· Penyediaan fasilitas yang dapat memudahkan asksesibilitas bagi lanjut usia di tempat
umum.

Pran Orsos dan Masyarakat dalam ikut berperan aktif dalam upaya meningkatkan
Kesejahteraan lanjut usia

Undang-undang No. 13 tahun 1998 telah secara ekplisit menyebutkan


bahwa masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, dimana hal tersebut dapat
dilakukan baik secara perorangan ,keluarga, kelompok masyarakat,organisasi sosialdan/atau
organisasi kemasyarakatan.
48

Ketentuan pidana dan sanksi administrasi yang ditetapkan dalam UU No.13 tahun
1998

Dalam UU tersebut menyatakan ketentuan pidananya , bahwa setiap orang atau


badan/atau organisasi atau lembaga yang dengan sengaja tidak melalukan pelayanan dalam
Psl 14 ayat (3) Psl 19 ayat (2) dan ayat (3) padahal menurut hokum yang berlaku baginya ia
wajib melakukan perbuatan tersebut,diancam dengan pidana kurungan se-lama-lamanya 1 (1)
tahun atau denda se-banyak-banyaknya Rp.200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah).

Sedangkan sangsi administrasi dinyatakan bahwa setiap orang atau badan /atau
organisasi atau lembaga yang telah mendapatkan izin untuk melakukan pelayanan terhadap
lanjut usia sebagaimana dimaksut dalam pasal Psl. 24 menyalahgunakan izin dan/atau
penghargaan yang diperoleh nya dikenai sanksi administrasi berupa :

- Teguran lisan
- Teguran tertulus
- Pencabutan penghargaan
- Penghentian pemberian bantuan
- Pencabutan izin operasional
49

MASALAH YANG
TERJADI PADA LANSIA
50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai
menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada manusia seseorang
mengalami kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penangan segera dan terintegrasi.

Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan
sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang dianggap memasuki masa lansia,
yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan
seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah
disebut lansia.

Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua
macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam,
sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya
masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439). Usia lanjut
sering punya masalah dalam hal makanan, antara lain nafsu makan menurun.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lansia ?


2. Apa saja ciri-ciri dari lansia ?
3. Apa saja kondisi fisik pada lansia ?
4. Apa saja masalah kesehatan pada lansia ?
5. Bagaimana upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang di hadapai lansia ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia


2. Untuk mengetahui ciri-ciri lansia
3. Untuk mengetahui kondisi fisik pada lansia
4. Untuk mengetahui masalah pada kesehatan lansia
5. Untuk mengetahui upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang di hadapai lansia
51

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dari lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Menurut Bernice Neugarten (1968)
James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang
yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 65 tahun ke atas, tidak mempunyai
penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang
mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau
kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.

Berdasarkan UU Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa
manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, dan
sosial. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 – 59 tahun.


b. Lanjut usia (alderly) kelompok usia 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana
seseorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan
kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai sari usia 55 tahun
sampai meninggal.

2. Ciri - ciri lansia

Menurut Hurlock 1980 terdapat beberapa ciri – ciri orang lanjut usia, yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagai dating dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran
dapat berdampak pada psikologis lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila
memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang
tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise
yang jelek terhadap lansia. Pendapat - pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pandapat orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
52

Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk, karena perlakuan yang buruk itu
mebuat penyesuaina diri lansia menjadi buruk.

3. Kondisi fisik pada lansia


Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit
mulai keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik
seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda.Ini semua
dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis maupun social, yang selanjutnya
dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.

Beberapa kemunduran organ tubuh pada lansia, di antaranya adalah :

1. Kulit : kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastic lagi. Dengan demikian,
fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan perisai terhadap masuknya kuman
terganggu. Tipis dan keriput disebabkan oleh hilanganya lapisan lemak dibawah kulit, tidak
elastic lagi karena terbentuk jaringan ikat baru dibawahnya.
2. Rambut : rontok, warna menjadi putih, kering, dan tidak megkilat ini berkaitan dengan
perubahan degeneratif kulit.
3. Seks : produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan bertambahnya umur,
selain itu, produksi hormon pada pria dan wanita yang menurun juga dipengaruhi oleh
menopause pada wanita dan andropause pada pria.
4. Otot : jumlah sel otot berkurang, ukurannya atrofi, sementara jumlah jaringan ikat
bertambah, volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurun, dan kekuatannya
berkurang.
5. Jantung dan pembuluh darah : pada manusia usia lanjut kekuatan mesin pompa jantung
berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus yang di jantung dan otot mengalami
kekakuan. Lapisan inti menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar
kolesterol tinggi, dan lain-lain. Yang memudahkan timbulnya penggumpalan darah dan
trombosit.
6. Tulang : ada proses menua kadar kapur atau kalsium dalam tulang menurun, akibatnya
tulang menjadi kropos atau osteoporosis dan mudah patah. Dengan bertambahnya usia,
terdapat peningkatan hilang tulang secara linear

Adapun perubahan - perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia, antara lain :

1. Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya
b) Lebih besar ukurannya
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
e) Jumlah sel otak menurun
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem persarafan :
a) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c) Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
53

d) Mengecilnya saraf pancaindra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,


pengecilnya saraf pencium dan rasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e) Kurang sensitive terhadap sentuhan.
3. Sistem pendengaran
Presbiakuisis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada – nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit di menegerti kata – kata, 50 % terjadi pada usia diatas 60 tahun.
a) Membaran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
b) Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatkan keratin.
c) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau
stres.
4. Sistem penglihatan
a) Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b) Kornea lebih berbentuk sferis
c) Lensa lebih suram (kekeruhanpada lensa) menjadi katarak. Jelas menyebabkan
gangguan penglihatan.
d) Meningkatnya amabang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lamabat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.


f) Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya
g) Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala
5. Sistem kardiovaskuler
a) Elastisitas didnding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak).
e) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 mmHg.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termosta, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya.
Yang sering ditemui antara lain:
a) Temperatur tubuh menurun (hiportemia) secara fisiologik 350 ini akibat metabolisme
yang menurun.
b) Keterbatasan refleks menggil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
54

4. Masalah Kesehatan pada lansia


Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena
penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan
proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menurut Kane dan Ouslander sering desebut dengan istilah 14 I, immobility (kurang bergerak),
instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil / air
besar), infection (infeksi), impairmentof vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit),
impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya
uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune
deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), dan impotence (impotensi).

Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia sebagai berikut:

a. Kurang bergerak

Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan
saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
b. Istabilitas
Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan
dengan keadaan tubuh derita) baik karena proses menua, penyakit maupun proses ekstrinsik
(hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat obatan tertentu dan faktor
lingkungan.Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bagian
tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka
bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain dari pada itu, terjatuh
menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya. Terjatuh pada lansia dapat
menyebabkan gangguan psikologis berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan
terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk
melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.
c. Beser
55

Beser, buang air besar (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada
lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup
mengakibtkan masalah kesehatan atau social. Beser bak merupakan masalah yang sering kali
dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki
terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya.
Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk
mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan kandungan
kemih. Besek bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan
memperberat keluhan beser bak mandi.
d. Gangguan intelektual
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan
ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-
hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60-85 tahun atau lebih, yaitu kurang
dari 5% lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami demensia (kepikunan berat) sedangkan
pada usia setelah 85 tahun kejadian meningkat mendekati 50%. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan gangguan intelektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan
gangguan intelektual lainnya.
e. Infeksi
Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain
sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan
di dalam diagnosis dan pengobatan serta resiko menjadi fatal meningkat pula.

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena
kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh,
terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komordibitas) yang menyebabkan daya tahan tubuh
yang sangat berkurang. Selain tiu, faktor nutrisi, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan
kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.

f. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit


Akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikina juga
gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkan
terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak
dengan trauma yang minimal.
g. Depresi
Perubahan status social, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian social
serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya
depresi pada lansia. Namun demikian, sering kali gejala depresi menyertai penderita dengan
penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan
sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul sering kali dianggap sebagai suatu
bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis,
merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan
menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang,
sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatain, kurangnya minat, hulangnya kesenangan yang
biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan
diri berkurang merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh
diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi, pada lansia sering timbul depresi
terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung
56

berdebar-debar, nyeri pinggan, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa
tidak jelas.
h. Kurang gizi
Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang
bergizi, isolasi social (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkang faktor kondisi kesehatan.Berupa penyakit fisik,
mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan, dan lain-lain.

i. Daya tahan tubuh menurun


Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang
terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini
disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit
yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai
obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh, dan lain-lain.
j. Impotensi
Merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang
cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit tiga bulan.
Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada
pria usia 40-70 tahun yang di wawancarai ternyata 52% menderita disfungsi ereksi, yang
terdiri dari disfungsi ereksi total 10%, disfungsi ereksi sedang 25% dan minimal 17%.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat
kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik
karena proses menua maupun penyakit dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang
terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan.
k. Tidak punya uang
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
57

mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan


penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit
tiga syarat, yaitu memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di
dalam menjalin masa tuanya.
l. Penyakit obat-obatan
Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu
jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering
menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obatan yang digunakan.

Penyakit Yang Biasa Diderita Lansia


Usia lanjut memiliki banyak masalah dengan kesehatan yang terkait dengan menurunnya fungsi
tubuh dan faktor-faktor sekitar seperti makanan dan lingkungan sekitar.
Penyakit-penyakit yang biasa diderita oleh usia lanjut antara lain:
a. Jantung dan Serangan Jantung
Untuk mencegah dari serangah jantung, bisa dilakukan dengan cara-cara berikut yaitu makan
makanan yang sehat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol dalam
darah, kurangi berat badan jika kita termasuk memiliki berat yang berlebih (overweight),
berhenti merokok, kurangi stress, cukup berolahraga (misalnya jogging dan jalan kaki) atau
melakukan aktifitas fisik yang lain, kurangi konsumsi garam sampai 5 mg (atau sekitar 1
sendok teh dalam 24 jam) dan hindari makanan gorengan dan bergaram.
b. Tekanan darah Tinggi
Untuk mencegah terjadi penyakit tekanan darah tinggi , lakukan aktifitas fisik seperti
olahraga secara teratur, jalan kaki, yoga, atau aerobik yang ringan; jaga berat tubuh agar pada
kondisi ideal, ikuti pola makan sehat seperti makan makanan yang berasal dari buah dan
sayuran, susu rendah kalori, minyak ikan, hindari minuman beralkohol dan soft drink,
berhenti merokok dan kurangi konsumsi garam atau diganti dengan garam diet.

c. Arthritis (reumatik)
Untuk mencegah penyakit reumatik ini biar tidak kumat antara lain: lakukan latihan
fisik dan berjalan kaki secara teratur, pola makan yang seimbang dan gaya hidup yang sehat
dapat mencegah penyakit ini, minumlah suplemen berupa kalsium dan vitamin D secara
teratur bila tidak tercukupi dari makanan yang dikonsumsi, lakukan olahraga angkat beban
ringan secara teratur, hindari merokok dan alkohol, lakukan tes tulang untuk melihat kondisi
tulang kita.
d. Osteoporosis (tulang rapuh)
Berikut adalah langkah-langkah untuk mencegah tulang menjadi cepat lemah dan
rapuh, yaitu dengan cukup konsumsi kalsium setiap hari; cukup vitamin D setiap hari (dapat
diperoleh dari makanan/minuman atau sinar matahari); makan makanan yang sehat yang
mengandung vitamin A, Vitamin C, magnesium, seng dan protein , yang dapat berasal dari
susu, buah-buahan dan sayuran hijau dan berdaging; selalu aktif secara fisik dapat membantu
kesehatan tulang; jangan merokok karena bisa merusak tulang dan menurunkan kadar
estrogen dalam tubuh; dan hindari pekerjaan-pekerjaan atau aktifitas yang beresiko besar
untuk terjatuh.
e. Diabetes
Untuk mengontrol diabetes, lakukan latihan setiap pagi misalnya berjalan pagi,
jogging dengan intensitas kecil atau sedang, atau aerobik ringan; pilihlah makanan-makanan
58

yang sehat (rendah lemak, rendah kalori dan rendah garam); hindari konsumsi gula dan sirup,
pilihlah gula diet; konsumsi sayuran dan buah segar, ganti soft drink dengan jus buah tanpa
gula atau air putih; makan makanan dan snack yang sesuai (rendah gula) pada waktu-waktu
tertentu dalam sehari agar kadar gula darah bisa terjaga; dan yang terakhir yaitu selalu
lakukan kontrol ke dokter.

f. Kanker
Untuk mencegah kanker: berhentilah merokok, konsumsi buah dan sayur secukupnya
yang dapat mempunyai efek melindungi dari kanker (sebagai antioksidan), konsumsi teh
hijau secangkir sehari secara teratur dapat mencegah kanker dan juga melindungi jantung,
aktifitas fisik secara teratur dan menjaga berat badan, juga menghindari bahan-bahan
makanan yang mempunyai efek karsinogenik dan menghindari dari bahan-bahan atau sumber
radiasi.
g. Ginjal
Sakit ginjal dapat dicegah dengan menjaga tekanan darah di batas normal, menjaga
berat badan, kurangi makanan berlemak, minum air yang cukup, kurangi minum kopi,
hindari minuman beralkohol, tidak merokok atau menggunakan produk tembakau.
h. Pembesaran prostat
Untuk mencegahnya yaitu dengan teratur melakukan olahraga ringan, makan
makanan yang bergizi seperti sayuran dan buahan (kubis-kubisan, alpukat, kacang-kacangan,
labu, tomat, ikan dan minyak ikan), mengikuti pola makan sehat, tidak merokok, tidak
begadang, kurangi makanan pedas yang berlebihan, dan memeriksakan ke dokter secara
berkala.
i. TBC
TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikroba. Untuk pencegahannya
yaitu hidup bersih dan sehat, mencuci tangan setelah berada di sekitar orang yang mengidap
penyakit batuk kronik, konsumsi makanan yang kaya akan vitamin, mineral, kalsium, protein
dan serat, hindari berada cukup dekat dengan orang yang sedang batuk, olahraga teratur di
tempat yang berudara segar dan sejuk. Lakukan pemeriksaan jika menderita batuk agak lama.
j. Penyakit mata
Penyakit mata atau katarak adalah salah satu penyakit yang menyerang lansia.
Pencegahannya yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin A, C dan E seperti
buah-buahan, sayur-sayuran, dan ikan. Kandungan katekin dalam teh hijau juga membantu
mencegah terjadinya katarak. Istirahatkan mata selama selama 5-30 menit jika kita sedang
membaca (caranya: menutup mata atau menghadap ke suatu arah tertentu, bernapas dalam
dan menutup mata dengan telapak tangan). Gunakan kacamata gelap jika sedang berada di
luar di siang hari.
k. Alzheimer (penyakit pikun)
Agar tidak pikun, mulailah rajin berolahraga yang ringan, konsumsi makanan yang
bergizi seperti serealia utuh (yang banyak kandungan vitamin B nya), ikan dan minyak ikan,
teh, sayuran dan buahan (misalnya buah delima), makanan yang mengandung vitamin D
(misalnya telur, susu), selalu aktif berpikir, tidur teratur dan cukup, serta melindungi otak
dari ancaman cedera atau yang lainnya. Contoh lain dari menu lansia dalam satu hari
misalnya sebagai berikut.
5. Masalah gizi pada lansia

a. Kegemukan atau obositas


59

Keaadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung (lemak,
protein dan karbohidrat) yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Kegemukan ini biasanya terjadi sejak
usia muda bahkan sejak anak-anak. Proses metabolisme yang menurun pada usia lanjut, bila tidak
diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga kalori yang
berlebih akan di ubah menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan.
Kegemukan atau obesitas akan meningkatkan resiko menderita penyakit jantung koroner 1-3
kali, penyakit hipertensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9 kali dan penyakit empedu 1-6 kali. Beberapa
penyakit yang dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas antara lain :
1) Penyakit jantung koroner (PJK)
Menurut Kennedy penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi)
seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertrofi. Pada batas umur 30-90 tahun,
masa jantung bertambah ± 1 g per tahun pada laki-laki dan ± 1,5 g per tahun pada wanita.
Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan resiko penyakit
jantung koroner. Selain itu, kegemukan dan obesitas juga merupakan faktor resiko penting
yang memengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner ini terjadi jika ada penyempitan pembuluh darah jantung
oleh timbunan lemak (plak) sehingga jantung kekurangan oksigen. Faktor resiko yang bisa
dimodifikasikan antar lain kebiasaan merokok, dislipidemia, kurang gerak, kegemukan,
diabetes mellitus, stress, infeksi, serta gangguan pada darah (fibrinogen, faktor thrombosis
dan sebagainya).
2) Hipertensi
Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah
keseluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung lebih tinggi. Di samping itu, pembuluh
darah pada usia lanjut lebih tebal dan kaku (arteriosklerosis) sehingga tekanan darah akan
meningkat. Bila disertai adanya plak di dinding dalam arteri dapat menyebabkan sumbatan
pembuluh darah yang dapat menyebabkan strok (pecahnya pembuluh darah). Jika sumbatan
ini terjadi pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan lumpuh atau kematian. Bila
sumbatan terjadi di jantung, maka akan menyebabkan serangan angina atau infark yang juga
dapat menyebabkan kematian.
Konsumsi natrium (garam) yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Selain
itu rendahnya konsumsi kalsium, magnesium dan kalium dapat pula meningkatkan tekanan
darah.
3) Diabetes mellitus
Adalah suatu keadaan/kelainan di mana terdapat gangguan metabolism karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan karena kekurangan insulin atau tidak berfungsinya
insulin. Hal ini dapat menyebabkan gula darah tertimbun dalam darah (hiperglikemia)
dengan berbagai akibat yang mungkin terjadi. Pada orang gemuk atau obesitas,
hiperglikemia terjadi karena insulin yang dihasilkan tidak memenuhi kecukupan.
4) Sirosis hepatitis
Pada usia lanjut sirosis menunjukkan perjalanan penyakit dan gejala penyakit seperti
yang terdapat pada dewasa lain.
Lemak yang berlebihan akan ditimbun dalam hati yang akan menyebabkan
terjadinya perlemakan hati, dan memicu terjadinya penyakit sirosis hepatitis. Disamping itu,
sirosis hepatitis juga disebabkan karena radang hati (hepatitis) akibat kebiasaan minum
alcohol yang berlebih. Sirosis ini dapat berkembang menjadi kanker hati.

b. Kurang energi kronis (KEK)


60

Kurangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada usia lanjut dapat menyebabkan
penurunan berat badan yang drastis. Pada orang tua, jaringan ikat mulai keriput sehingga
kelihatan makin kurus. Disamping kurangnya karbohidrat, lemak dan protein sebagai zat
gizi makro maka penderita KEK biasanya disertai kekurangan zat gizi makro lain lain.
Penderita dengan penyakit infeksi kronis dan keganasan berat badannya juga
menurun (misalnya pada TBC, kanker). Seseorang dikatakan menderita KEK, bila IMT <
17, selain itu dari pemeriksaan klinis dapat terlihat bahwa orang tersebut sangat kurus dan
tulang-tulangnya menonjol.

Penyebab kurang energy kronis (KEK) pada usia lanjut antara lain :

1. Makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman.
2. Banyak gigi yang tanggal/ompong sehingga untuk makan terasa sakit.
3. Nafsu makan berkurang karena kurang aktivitas, kesepian, depresi, penyakit kronis, efek
samping dari obat, alcohol dan rokok.

c. Osteoporosis (Keropos Tulang)


Masa tulang telah mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk wanita dan
45 tahun untuk pria. Bila konsumsi kalsium kurang, dalam jangka waktu lama akan timbul
osteoporosis. Osteoporosis pada wanita terjadi setelah dua tahun menopause. Hal ini karena
masa tulang wanita lebih kecil dari pada pria dan pengaruh penurunan hormone estrogen
pada wanita yang telah mengalami menopause. Akibatnya tulang sangat rapuh dan mudah
terjadi patah tulang, bilamana mengalami jatuh. Kekurangan kalsium dalam waktu lama
dapat menyebabkan osteoporosis.

d. Gout
Gout dapat timbul sebelum usia lanjut yang akan berlangsung sampai usia lanjut.
Gout ini lebih sering terjadi pada pria. Kelainan metabolism protein yang menyebabkan asam
urat dalam darah meningkat. Kristal asam urat akan menumpuk di persendian yang
menyebabkan rasa nyeri dan bengkak di sendi. Daerah sasaran gout yaitu ibu jari kaki,
telapak kaki, pergelangan dan lutut. Pada kulit sekitar permukaan sendi yang terserang
membengkak dan hangat dengan warna kemerahan → tua → ungu.
Pada penderita gout perlu pembatasan konsumsi protein agar kadar asam urat dalam
darah menurun. Selain itu, asam urat yang berlebih dapat menjadi pencetus terjadinya batu
ginjal.
61

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia.
2. Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri-ciri khas, diantaranya usia lanjut
merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, menua
membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia.
3. Pada lansia biasanya mengalami kemundaran fisik, mental dan sosia sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukakan tugasnya sehari hari lagi.
4. Masalah-masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia dapat
diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan mengalami masa-masa
ini.
5. Batasan usia lanjut berbeda-beda dari waktu-kewaktu.
6. Pada lansia terjadi perubahan fisik fisiologis, yang dapat menyebabkan kemunduran fungsi
tubuh akibat proses menua.
7. Pada lansia terjadi kemunduran fisik, seperti rambut memutih, rontok, kulit menjadi keriput dan
tipis, dan lain-lain.
8. Ada beberapa cara pengkajian status gizi pada lansia, antara lain: anamnes, pemeriksaan tanda
vital, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, penilaian antropometri, pengkajian asupan
makan perhari, dan pengkajian status gizi biokimia.

B. Saran

Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang perkembangan yang terjadi
pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita
sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik –
sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal
di masa tua.
62

ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK
63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan
proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Kondisi kesehatan fisik dan mental pada orang lansia biasanya mulai
menurun. Beberapa perubahan fisik yang diasosiasikan dengan penuaan
dapat terlihat jelas oleh seseorang pengamat biasa meskipun mereka
berdampak pada beberapa lansia lebih dari yang lain.
Saat ini, jumlah masyarakat Indonesia hampir sekitar 250 juta dan
komposisi masyarakatnya juga sangat beragam. Dan Indonesia dikenal
sebagai negara yang memiliki komposisi masyarakat yang disebut “Triple
Burden”, dimana jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, masih
dominannya penduduk muda, dan jumlah lansia yang terus meningkat.
Seiring meningkatnya jumlah lansia, berbagai macam gangguan
kesehatan juga dapat dialami para lansia. Oleh karena itu dibutuhkan
pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi permasalahn lansia,
diantaranya dengan tindakan keperawatan.
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang membahas fenomena
biologis, psiko dan sosial serta dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dengan penekanan pada upaya prevensi dan
promosi kesehatan sehingga tercapai status kesehatan yang optimal bagi
lanjut usia. Aplikasi secara praktis Keperawatan gerontik adalah dengan
menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan,perencanaan, implementasi dan evaluasi).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lanjut usia ?
2. Apa saja kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia ?
3. Bagaimana pendekatan keperawatan lansia ?
4. Apa saja tujuan asuhan keperawatan lansia ?
5. Apa saja fokus asuhan keperawatan lansia ?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan lansia ?
7. Contoh asuhan keperawatan pada lansia dengan kasus hipertensi !
64

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
 Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan
gerontik.
 Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dasar bagi lansia.
 Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia.
 Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan Mahasiswa di Jurusan
Keperawatan mendapat informasi tentang landasan teori asuhan
keperawatan pada lansia.
65

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Lanjut Usia


Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup (Nugroho Wahyudi, 2000). Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1) Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun.
2) Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun.
3) Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun.
4) Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas.

B. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar bagi Lansia

Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia menurut Depkes,


dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan,
perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun
kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun
Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang
masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan
tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan
66

langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di


rumah atau panti.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada
kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
a. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau
pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut,
badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat
tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi,
bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
b. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang
lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada
lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau
petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi
dekubitus (lecet).

C. Pendekatan Keperawatan Lansia


1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di
capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat dicegah atau
ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut
usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
 Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
 Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang
keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus
mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-
hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus
dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit
tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya:
batuk, pilek, dsb. Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan
67

kesehatan, Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia


membimbing dengan sabar dan ramah. Sentuhan (misalnya genggaman
tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.
2. Pendekatan psikis
Dalam pendekatan psikis, perawat mempunyai peranan penting
untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat
dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan
ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip ” Tripple”, yaitu sabar,
simpatik dan service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta
kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan
perawatan.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang
aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam
batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan –lahan
dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini
mereka puas dan bahagia.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah
satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan
bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut
usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak
dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai
hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas
yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial
bagi lanjut usia di Panti Werda.
68

4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin
dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam
kedaan sakit atau mendeteksi kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia
yang menghadapi kematian, Dr. Tony setyobudi mengemukakan bahwa
maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh
berbagai macam factor, seperti ketidakpastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan
kelurga dan lingkungan sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan
memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara
dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul
diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan
lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang
lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui
pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau
kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada
waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan
dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan
hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan
pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

D. Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia


69

Adapun tujuan memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yaitu, :


 Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri
dengan peningkatan kesehatan (Health Promotion), pencegahan
penyakit, pemeliharaan kesehatan. Sehingga memiliki ketenengan hidup
dan produktif sapai akhir hidup.
 Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya
telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
 Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangathidup klien lanjut usia ( Life Support ).
 Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit /
mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut).
 Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka
menjumpai suatu kelainan tertentu.
 Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (Memelihara
kemandirian secara maksimal).

E. Fokus Asuhan Keperawatan Lansia


Keperawatan lanjut usia berfokus pada :
 Peningkatan kesehatan (helth promotion).
 Pencegahan penyakit (preventif).
 Mengoptimalkan fungsi mental.
 Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
F. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia
1. Pengkajian
Tujuan dalam pengkajian :
 Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
 Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
 Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
 Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Pengkajiam tersebut meliputi aspek :

 Fisik
Wawancara :
a) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
70

b) Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.


c) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d) Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan
pndengaran.
e) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f) Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan.
h) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan
kebiasaan dalam minum obat.
i) Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

Pemeriksaan fisik :
a) Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b) Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
Head to toe dan Sistem tubuh

 Psikologis
a) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d) Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses
pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam
penyelesaikan masalah.

 Sosial ekonomi
a) Darimana sumber keuangan lanjut usia.
b) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c) Dengan siapa dia tinggal.
d) Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah.
g) Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h) Seberapa besar ketergantungannya.
i) Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan
fasilitas yang ada
71

 Spiritual
a) Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
b) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau
fakir miskin.
c) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah
dengan berdoa.
d) Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.

2. Diagnosa Keperawatan
Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses
keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe
diagnose keperawatan meliputi tipe actual, risiko, kemungkinan, sehat
dan sejahtera, dan sindroma.
Dari hasil pengkajian dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan
masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada lansia.
Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia
antara lain:
 Fisik / Biologi
a) Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat.
b) Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan
sehubungan dengan hambatan penerimaan dan pengiriman
rangsangan.
c) Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat
dalam merawat diri.
d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
e) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan
nafas atau adanya sekret pada jalan nafas.

 Psikososial
a) Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
b) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
mampu.
c) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e) Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tepat.
f) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
72

 Spiritual
a) Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
b) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian.
c) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang
dialami.
d) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.
3. Intervensi
Dalam perencanaan keperawatan, hal-hal yang perlu diperhatikan
meliputi:
a) Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
b) Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
c) Tentukan prioritas :
 Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
 Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
 Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan
kebutuhan.
d) Cegah timbulnya masalah-masalah.
e) Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau
pemasukan.
f) Tulis semua rencana dan jadwal
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun
perencanaan dengan tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan
terutama perawat baik yang melakukan perawatan di rumah maupun
dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan
sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar antara lain :
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
 Meningkatnya keamanan dan keselamatan.
 Memelihara kebersihan diri.
 Memelihara keseimbangan istirahat / tidur.
 Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang
efektif.

4. Implementasi
73

Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai


dengan kebutuhan lansia. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a) Berbicara dengan lembut dan sopan.
b) Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti
dan dilakukan berulan kali, jika perlu dengan gambar.
c) Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya.

5. Evaluasi
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik
verbal maupun non verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau
keluarga mampu melakukan apa yang telah dianjurkan.

G. Contoh asuhan keperawatan pada lansia dengan kasus hipertensi


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.I DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULAR “HIPERTENSI”DI RUANG TERATAI
RSUD ANDI MAKKASAU KOTA PAREPARE

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Ny.”I”
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Allakkang manuba Barru
Diagnosa : Hipertensi
Tglmasuk :10 juli 2019
Tglpengkajian : 12 juli 2019
No.Rm : 16 92 24
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.”L”
Umur : 68 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Alamat : allakkang manuba Barru
Hubungan dengan klien : Suami

B. Pereriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran umum : composmentis
b. Keadaan umum : lemah
74

c. Tanda-tanda vital : TD : 180/100 mmhg


S : 36,8°c
N : 26x/i
P : 90x/i
d. Berat badan : 60 kg
e. Tinggi badan : 160 cm
2. Head to toe
 Kepala
Inspeksi : simetris, rambut hitam, kepala bersih
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan

 Mata
Inspeksi : - mata simetris kanan dan kiri
-konjungtiva tidak anemis
-pupil isokor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Telinga
Inspeksi: -tidak ada pembesaran tongsil
-serumen dalam batas normal
-tidak menggunakan alat bantu pendengaran
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

 Hidung
Inspeksi : -simetris kanan dan kiri
-tidak Nampak adanya secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Mulut
Palpasi: keadaan gigi baik, tidak tampak adanya gigi palsu, rongga mulut baik

 Leher
Inspeksi : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

 Thorax/jantung
Inspeksi: -bentuk dada simetris kanan dan kiri
-irama pernafasan teratur
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : -frekuensi denyut jantung dibawah normal 100x/menit
-bunyi jantung berirama

 Abdomen
Inspeksi: -bentuk abdomen simetris
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
75

Auskultasi: peristaltic usus 6x/menit

 Ekstremitas
Atas: -jari-jari lengkap
-tidak ada edema
Bawah : -jari-jari lengkap
-tidak ada edema

3. Keluhan utama : nyeri kepala


4. Riwayat kesehatan sekarang :
Klien mengatakan bahwa kepalanya terasa nyeri dan pusing, leher terasa tegang
dan pasien juga mengatakan sulit beraktivitas.
P: nyeri saat bergerak
Q: sedang
R: kepala
S: skala 5
T: saat bergerak

5. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi dan klien minum obat untuk
menurunkan tekanan darahnya.

6. Riwayat Psikososial
1. Pola konsep diri
Klien mengetahui penyakitnya
2. Pola kognitif
Klien menyerahkan semua keyakinannya sendiri dan berharap cepat sembuh
dari penyakitnya setidaknya bisa pulang kerumah.

7. Riwayat spiritual
a. Ketaatan klien beribadah
Klien selama sakit tidak pernah beribadah karena tidak bias terlalu bergerak
b. Dukungan keluarga klien
Keluarga sangat mendukung klien dalam menjalani perawatan dan berharap
cepat sembuh.
c. Pola interaksi
Klien dapat berinteraksi dengan baik.

C. Pola aktivitas sehari-hari


No Kegiatan Sebelumsakit Setelahsakit
1. Nutrisi
*frekuensi 3x sehari 2xsehari
*jenis Nasi,lauk,sayur Bubur
*nafsu makan baik menurun
76

2. Cairan
*frekuensi 4-5 gelas/hari 3-4 gelas/hari
*jenis minum Air putih Air putih
*jumlah ±2500-300 cc ±1500cc/hari
3. Eliminasi
*BAB
-frekuensi 1-2x/hari 2-3x sehari
Konsistensi Lunak Lunak
*BAK
-frekuensi 4-5x/hari 2-3x/hari
-warna Kuning Kuning
Jumlah/urine ±900-1000/hari ±900-1000/hari
4. Istirahat dan tidur
*tidur siang 1 jam (12:00-05:00) Jarang
*tidur malam +8 jam (21:00-05:00) Tidakteratur
*masalah tidur Tidakada Tidakada
5. Personal Hygine
*mandi 2x sehari Belum pernah
*sikat gigi 2x sehari Belum pernah
*ganti pakaian 2xsehari 1x sehari
6. Aktivitas
*olahraga Saat waktu kosong Belum pernah
*rekreasi Saat hari libur Belum pernah

D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
RBC 4,81 10ᶝ/mmᵌ 3.80 6.50

HGB 14,4 g/dL 11,5 17,0


PLT 356 10ᵌ/mmᵌ 150 500
PCT 0,246 % 0,150 0,500
WBC 8,0 10ᵌ/mmᵌ 4,0 10,0

E. Pengobatan
 Amlodipine 10g 1x1
 Alprazolam 0,5 1x1
 Candesawlan 16g 1x1
77

 Vastigo 3x1
 Ceftazidime 1g/12 jam

DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

 Klien mengatakan mempunyai  Tekanan darah meningkat


riwayat hipertensi TD:180/100 mmhg
 Klien mengatakan sakit kepala  Klien tampak meringis
 Keluarga klien mengatakan klien  Skala nyeri 5
dibantu saat bergerak  ttv : TD : 180/100 mmhg
 Klien mengatakan lehernya terasa S: 36,8°c
tegang P: 24x/menit
N: 90x/menit
 klien Nampak lemah
 klien Nampak dibantu saat
beraktivitas

ANALISA DATA

N DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS: Hipertensi Resiko
- klien mengatakan mempunyai penurunan curah
riwayat hipertensi jantung
DO: Gangguan sirkulasi
-tekanan darah meningkat
TD: 180/100 MMHG
S 36,8°C Pembuluh darah
P: 24x/i
N:90x/i
Sistemik

Vasokontraksi

Afterload meningkat
78

Resiko penurunan
curah jantung

2. DS: Hipertensi Nyeri kepala


- klien mengatakan
sakit kepala
- klien mengatakan Perubahan situasi
lehernya terasa tegang
DO:
- klien tampak Informasi yang
meringis minim
- skala nyeri 5
TD: 180/100 mmhg
S:36,8°C Resiko pembuluh
P:24 x/i darah keotak
N:90 x/i meningkat

Nyeri kepala
3. DS: Hipertensi Intoleransi
- keluarga klien aktivitas
mengatakan klien
dibantu saat Gangguan sirkulasi
bergerak/beraktivitas
DO:
- klien mengatakan Pembuluh darah
lemah
- klien Nampak di
bantu saat beraktivitas Sistemik

Vasokontraksi
79

Afterload meningkat

Fatique

Intoleransi
aktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL TGL


DITEMUKAN TERATASI
1. Resiko penurunan curah jantung b/d 12 juli 2019 12juli 2019
peningkatan tekanan darah

2. Nyeri kepala b/d agen pencederah 12 juli 2019 13 juli 2019


fisiologis

3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan 12 juli 2019 14 juli 2019


umum

INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O MEDIS KEPERAWATAN
80

1 Resiko penurunan Setelah Perawatan jantung


. curah jantung b/d melakukan Tindakan 1. untuk
tekanan darah tindakan  observasi mengetah
DS: keperawatan 1. monitor ui TD
- klien tekanan darah tekanan darah. 2. agar
mengatakan kembali normal 2. periksa mengetah
mempunyai dengan criteria tekanan darah ui
riwayat hasil: sebelum dan perubahan
hipertensi - tekanan sesudah setelah
DO: darah pemberian pemberian
- tekanan dalam obat obat
darah batas  terapeutik 3. agar
meningkat normal 3. posisi kan pasien
tanda-tanda vital: - klien pasien semi lebih
TD:180/100mmhg Nampak fowler rileks
S:36,8°C lebih 4. berikan teknik 4. agar
N:90x/i rileks relaksasi untuk pasien
P:24x/i mengurangi lebih
stress nyaman
 edukasi dan stress
5. anjurkan berkurang
beraktivitas 5. agar
fisik secara pasien
bertahap dapat
 kolaborasi bergerak
6. kolaborasi dan ADL
pemberian tidak
obat dibantu
lagi.
6. Untuk
memberik
an efek
obat untuk
memulihk
an.
81

2 DS: Setelah Menajemen nyeri


. - Klien melakukan Tindakan
meng tindakan  observasi
ataka keperawatan 1. identifikasi 1. Untuk
n nyeri kepala lokasi, mengetahui
sakit dapat karakteristik, lokasi nyeri
kepal terkontrol frekuensi, 2. Mengetahui
a dengan criteria kualitas,intensitas tingkat
- Klien hasil: nyeri. nyeri
meng - klien 2. Identifikasi skala 3. Agar pasien
ataka mengat nyeri dapat
n akan  Terapeutik istirahat
leher nyeri 3. Fasilitasi istirahat dengan
nya tidak tidur nyaman
terasa terasa  Edukasi 4. Agar
tegan - klien 4. Jelaskan strategi pasien
g lebih mereda kan nyeri mengetahui
DO: tenang 5. Anjurkan cara
- Klien - klien memonitor secara meredakan
tamp mengat mandiri nyeri
ak akan  Kolaborasi 5. Agar pasien
merin nyeri 6. Kolaborasi dapat
gis terkontr pemberian obat mengontrol
- Skala ol jika perlu nyeri
nyeri 6. Untuk
5 memberika
TD: 180/100 n efek obat
mmhg untuk
S:36,8°C pemulihan.
P:24 x/i
N:90 x/i
82

3 DS: Setelah Menajemen energy


. - Keluar melakukan Tindakan
ga tindakan  observasi
klien keperawatan 1. monitor poladan 1. untuk
menga aktivitas dapat jam tidur mengetahui
takan dilakukan  terapeutik kecukupan
klien secara mandiri 2. sediakan istirahat
dibant dengan kriteria lingkungan yang 2. agar pasien
u saat hasil: nyaman dan dapat lebih
berger - klien rendah stimulus banyak
akk/be dapat 3. fasilitasi duduk istirahat
raktivi berakti disisi tempat 3. agar pasien
tas vitas tidur,jika tidak tidak
DO: sesuai dapat berpindah mengalami
- Klien keingin atau berjalan tegang
menga an  edukasi 4. agar pasien
takan - klien 4. anjurkan untuk lebih bias
lemah dapat melakukan bergerak/be
- klien berparti aktivitas secara raktivitas.
Namp sipasi bertahap
ak di dalam
bantu aktivita
saat s.
berakti
vitas

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N HARI/TGL NO IMPLEMENTASI J EVALUASI


O DX KEPERAWATAN A
83

1. JUMAT I 1. memonitor tekanan S: klien


12 juli 2019 darah hasil: mengatakan
TD:160/100mmhg. pusing dan leher
2. memposisikan pasien nya tegang
semi fowler
hasil: klien Nampak O:
dalam posisi semi fowler TD:160/100mmh
3. memberikan teknik g
relaksasi untuk N:90x/i
mengurangi stress S:36,8°C
hasil: klien diberi teknik P:24x/i
nafas dalam
4. menganjurkan A:masalah belum
beraktivitas fisik secara teratasi
bertahap
5. hasil:pasien tampak P:lanjutkan
mengerti dengan apa intervensi
yang dianjurkan - monitor
6. kolaborasi pemberian tekanan
obat darah
hasil: amlodipine 10g - posisikan
1x1 pasien
semi
fowler
- berikan
teknik
relaksasi
untuk
menguran
gi stress
- anjurkan
beraktivita
s fisik
secara
bertahap
- kolaborasi
pemberian
obat.
84

2. SABTU II 1. mengidentifikasi S:
13 JULI lokasi, karakteristik, - klien
2019 frekuensi, kualitas, mengataka
intensitas nyeri. n masih
Hasil: lokasi nyeri nyeri
kepala,leher terasa - Ku lemah
tegang
2. mengidentifikasi skala O:
nyeri - Klien
hasil: skala nyeri 4 tampak
3. memfasilitasi istirahat meringis
tidur - Skala
hasil: klien tampak nyeri 4
istirahat
4. menjelaskan strategi A: masalah
meredakan nyeri teratasi sebagian
hasil: klien Nampak
mengerti P: lanjutkan
5. kolaborasi pemberian intervensi
obat jika perlu - Identifikas
hasil: ceftazidime i skala
1gr/IV nyeri
- Identifikas
i lokasi
nyeri
- Fasilitasi
istirahat
tidur
- Kolaboras
i
pemberian
obat.
85

3. SENIN III 1. Menyediakan S: kudapat


14 JULI lingkungan yang bergerak
2019 aman dan rendah
stimulus O: dapat
Hasil: lingkungan beraktivitas
klien Nampak tenang secara bertahap
2. Memfasilitasi duduk
disisi tempat tidur, A: masalaht
jika tidak dapat eratasi
berpindah atau
berjalan P:pertahankan
Hasil: klien Nampak intervensi
bersandar disisi
tempat tidur
3. Menganjurkan untuk
melakukan aktifitas
secara bertahap
Hasil: klien Nampak
bersandar di tempat
tidur
86

SISTEM PELAYANAN
LANSIA DI RUMAH
87

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan kesehatan di rumah bukanlah suatu konsep baru dalam sistem pelayanan
kesehatan. Hal ini sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu William
Rathbone of Liverpool, England, dan juga Florence Nightingale melakukan perawatana
kesehatan di rumah dengan memberikan pengobatan bagi klien (masyarakat) yang mengalami
sakit terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri
dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga berisiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit
infeksi yang umum ditemukan di masyarakat (Smith & Maurer, 2000).

Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan juga semakin meningkat


dan berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik menjadi kebutuhan
perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Disamping itu,
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan, seperti perbaikan gizi,
perilaku sehat, tersedianya bermacam jenis obat, peningkatan kualitas pengobatan dan
perawatan berbagai penyakit akibat proses penuaan memungkinkan seseorang dapat
menikmati usia lanjut sehingga usia harapan hidup manusia juga meningkat.

Di Indonesia terjadi peningkatan umur harapan hidup lansia dari usia 58 tahun pada
tahun 1986 menjadi usia 65 tahun pada tahun 1995 (Depkes, 2003) dan terjadi peningkatan
populasi lanjut usia secara signifikan, yaitu 3,96 % setiap tahunnya dan diperkirakan dapat
mencapai angka 22.277.700 jiwa pada tahun 2000.

Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan penurunan angka kelahiran dan
kematian mengakibatkan komposisi penduduk Indonesia mengarah ke penduduk berstruktur
tua artinya jumlah lanjut usia semakin meningkat. Meningkatnya jumlah lanjut usia, di satu
sisi dapat dipandang sebagai asset nasional, namun di sisi lain dapat dipandang sebagai
problematika sosial yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini disebabkan oleh adanya
siklus kehidupan manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis
dalam kehidupannya. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah, yaitu menurunnya
kemampuan fisik dan mental, keterbatasan berinteraksi social dan menurunnya produktifitas
kerja. Permasalahan lainnya adalah rasio ketergantungan antara penduduk tua dengan
penduduk usia produktif semakin meningkat, lanjut usia mengalami masalah kesehatan yang
signifikan, meningkatnya jumlah lanjut usia terlantar bahkan yang lebih memprihatinkan
adanya kasus lanjut usia menjadi korban tindak kekerasan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan berbagai upaya untuk


meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia. Salah satu diantaranya adalah Program Home
Care (Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di Rumah/ Lingkungan Keluarga).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari sistem pelayanan lansia di rumah ?


88

2. Tujuan atau manfaat dari sistem pelayanan lansia di rumah ?


3. Apa sasaran dari pelayanan lansia ?
4. Apa saja program/kegiatan dari pelayanan lansia di rumah (home care)?
5. Apa peran kesehatan dalam pelayanan lansia di rumah (home care) ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi pelayanan/perawatan lansia di rumah (home care)


2. Tujuan atau manfaat dari sistem pelayanan lansia di rumah
3. Mengetahui sasaran dari pelayanan lansia
4. Mengetahui program/kegiatan dari pelayanan lansia di rumah (home care)
5. Mengetahui peran kesehatan dalam pelayanan lansia di rumah (home care)
89

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI

Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di rumah (Home Care)
sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih berpegang pada nilai-
nilai budaya timur, sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran
masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan lanjut usia di rumah (home care) sangat membantu
lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental dan sosial, termasuk memberikan
dukungan dan pelayanan untuk hidup mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota
keluarga, teman, kerabat maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan lanjut usia.
Menurut Warhola (1980, dalam Smith & Maurer, 2000) perawatan kesehatan trumah
adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada klien/individu
atau keluarga di temapat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk memandirikan klien
dalam pemeliharaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit,
dan risiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan.
Perawatan kesehatan rumah (home care) juga dapat diartikan sebagai kesatuan yang
memungkinkan pelayanan kesehatan dilakukan secara bersamaan ataupun kombinasi dari
berbagai profesi kesehatan sebagai satu kesatuan tim untuk mencapai dan mempertahankan
status kesehatan klien secara optimal (Smith & Maurer, 2000).
Home care bagi lansia merupakan salah satu unsur pelayanan kesehatan secara luas yang
ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di tempat tinggal mereka
untuk tujuan promotif, rehabilitatif, kuratif, asesmen dan mempertahankan kemampuan
individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin. Sedikitnya terdapat empat kelompok
penderita yang dapat secara efektif dan efisien dilakukannya home care yaitu penyakit kronik
90

multisistem, kondisi terminal pada keganasan, kondisi kronik pada lansia dan demensia.
Tentunya potensi-potensi setempat perlu dilibatkan seperti pihak keluarga, masyarakat,
dokter keluarga, perawat keluarga, asuransi kesehatan, dan yayasan atau lembaga swadaya
masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan untuk diajak menjalin kerjasama dalam
berbagai beban seefektif mungkin (Walsh & Wieck, 1987).

B. TUJUAN/MANFAAT
Pendirian home care secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup usia
lanjut, sedang rehabilitatif yaitu pencegahan sekunder dan tertier yaitu pengobatan kronik
penderita keganasan/penyakit lainnya serta menghambat laju penyakit dan menghambat
timbulnya keterbatasan-keterbatasan (disability) sehingga penderita dapat mempertahankan
otonominya selama mungkin. Secara khusus, tujuan yang diharapkan dari Pendampingan dan
Perawatan lanjut usia di rumah (Stanhope & Lancaster, 1996) adalah:
Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri terhadap proses perubahan
dirinya secara fisik, mental dan sosial.
1. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan dan berfungsi di
masyarakat secara wajar.
2. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan perawatan
lanjut usia di rumah.
3. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik di rumah maupun di
lingkungan sekitarnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan dirumah (home
care) diberikan kepada individu dan keluarga baik keluarga dengan lansia di rumah tinggal
mereka yang melibatkan berbagai disiplin ilmu atau profesi dalam suatu tim kesehatan untuk
melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan tujuan untuk memberikan kondisi yang
sehat secara optimal dan terbebasnya klien dari penyakit yang diderita.

C. SASARAN
Adapun sasaran dari home care bagi lansia ini (Nugroho, 2008), antara lain
1. Lanjut usia 60 tahun ke atas
2. Lanjut usia yang tinggal sendiri dan lanjut usia yang tinggal bersama keluarga baik
keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti.
3. Lanjut usia yang mengalami hambatan, seperti lanjut usia yang sakit, lanjut usia
penyandang cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain.
4. Lanjut usia yang terlantar atau miskin.
91

E. PROGRAM/KEGIATAN

Home care merupakan pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan diberikan


secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan menggunakan
teknologi yang sederhana maupun teknologi tinggi tetapi tepat guna. Bentuk pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien yang merupakan pelayanan professional,
menggunakan metode sistematik dalam manajemen kasus. Lingkup pelayanan meliputi :
1. Pelayanan asuhan keperawatan
2. Konsultasi medik
3. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
4. Pelayanan informasi & rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan dalam rangka memandirikan klien dan
keluarga
6. Hygiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbantuan untuk kegiatan social

Adapun program/kegiatan home care (perawatan kesehatan rumah) pada lansia yang
dapat dilaksanakan, antara lain:
1. Manajemen kasus home care
a. Melakukan seleksi kasus
92

Melakukan spesifikasi pasien lansia dengan perawatan khusus (usia lanjut pasca rawat
inap dan risiko tinggi) seperti cidera, diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat,
stroke, amputasi, luka kronis, nutrisi melalui infus, dll. Disamping itu, pelayanan
perawatan rumah dilakukan juga bagi lansia mandiri meliputi upaya promotif dan
preventif.

b. Melakukan pengkajian kebutuhan pasien


Perawat melakukan pengkajian pada kebutuhan pasien sepert kondisi fisik, kondisi
psikologis, status sosial ekonomi, pola perilaku pasien, sumber-sumber yang tersedia
di keluarga pasien.
c. Membuat perencanaan pelayanan
1) Membuat rencana kunjungan
2) Membuat rencana tindakan
3) Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di keluarga/masyarakat
d. Melakukan koordinasi pelayanan
1) Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
2) Membuat perjanjian kepada pasien dan keluarga/pendamping pasien tentang
pelayanan
3) Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
4) Melakukan rujukan pasien
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan
1) Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
2) Menilai hasil akhir pelayanan (sembuh, rujuk, meninggal, menolak)
3) Mengevaluasi proses manajemen kasus
4) Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
2. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan
2) Lingkungan sosial dan budaya
3) Spiritual
4) Pemeriksaan fisik
5) Kemampuan pasien/lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari
6) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga lansia
93

b. Diagnosa keperawatan
1) Aktual
2) Resiko
3) Potensial
c. Perencanaan keperawatan
1) Penentuan prioritas masalah
2) Menentukan tujuan
3) Menyusun rencana secara komprehensif
d. Implementasi keperawatan
1) Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara memanggil
nama klien
2) Menyediakan penerangan cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan dari
cahaya silau
3) Meningkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang dicetak besar dan
berikan warna yang dapat dilihat
4) Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto
5) Memberikan perawatan sirkulasi: hindarkan pakaian yang sempit,
mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung lansia untuk melakukan aktivitas,
serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi
6) Memberikan perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari
angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan napas dalam (latihan
batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen, perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat
berlebihan, gangguan penglihatan, kejang otot, dan hipotensi
7) Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering,
beri makanan menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang lansia
sukai, makanan yang cukup cairan, banyak makan buah dan sayur, berikan
makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu makan
8) Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia dengan
menjelaskan dan memotivasi lansia untuk BAK tiap 2 jam serta observasi jumlah
urine pada saat akan tidur. Untuk seksualitas, sediakan waktu untuk lansia
konsultasi
9) Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung lemak,
hindari menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan kaki, hindari
menggaruk dengan keras, serta berikan pelembab (lotion) untuk kulit
94

10) Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah


posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan aktif/pasif,
senam lanjut usia, serta anjuekan keluarga atau pendamping lansia untuk membuat
klien mandiri
11) Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu
dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada
tangan untuk memelihara rasa percaya, berikan penghargaan, serta bersikap empati
12) Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap di
pasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak berantakan dan
licin, cukup penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan penyangga pada waktu
berdiri bila di perlukan.
e. Evaluasi
1) Mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan
2) Dilaksanakan selama proses dan akhir pemberian asuhan keperawatan.
3) Pencatatan dan pelaporan home care

E. PERAN PETUGAS KESEHATAN


Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga (Hitchcock &
Thomas, 2003), yaitu :
1. Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan layanan kepada
klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis tenaga
ini.
2. Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua aspek
kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk mampu
berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN. Dengan demikian
diharapkan perawat dapat memberikan layanan sesuai dengan standard yang telah
ditetapkan.
Pemberi perawatan kesehatan rumah dan peran tenaga kesehatan (Depkes, 2003), antara
lain :
1. Perawat
95

Pelayanan kesehatan rumah dilakukan terhadap klien sesuai kebutuhannya oleh


perawat profesional yang sudah dan masih terdaftar memiliki izin praktek dengan
kemampuan ketrampilan asuhan keperawatan di rumah. Berdasarkan Kepmenkes RI
No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat bahwa praktik
keperawatan merupakan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
secara mandiri dan profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien
dan tenaga kesehatan lainnya sesuai ruang lingkup wewenang dan tanggung jawab.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktik keperawatan profesional terhadap klien
individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam rentang sehat-sakit
sepanjang daur kehidupan.
Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan yang dapat diterapkan pada asuhan keperawatan
gerontik pada klien usia 60 tahun keatas yang mengalami proses penuaan dan masalah baik di
tatanan pelayanan kesehatan maupun di wilayah binaan di masyarakat. Dalam perawatan
kesehatan di rumah, perawat akan melakukan home care dan melakukan catatan perubahan
dan evaluasi terhadap perkembangan kesehatan klien.
Peran perawat dalam perawatan kesehatan rumah berupa koordinasi dan pemberi asuhan
keperawatan, antara lain :
a. Koordinator
b. Pemberi pelayanan kesehatan dimana perawat memberikan perawatan langsung
kepada klien dan keluarganya
c. Pendidik, perawat mengadakan penyuluhan kesehatan dan mengajarkan cara
perawatan secara mandiri
d. Pengelola, perawat mengelola pelayanan kesehatan/keperawatan klien
e. Konselor, memberikan konseling/bimbingan kepada klien dan keluarga berkaitan
dengan masalah kesehatan klien
f. Advocate (pembela klien), yang melindungi dalam pelayanan keperawatan
g. Sebagai peneliti, untuk mengembangkan pelayanan keperawatan.
h. Pada keadaan dan kebutuhan tertentu perawat dapat koordinasi/kolaborasi dengan
dokter untuk tindakan diluar kewenangan perawat, berupa pengobatan dan tindak
lanjut keperawatan klien ataupun melakukan rujukan kepada profesi lain.
2. Dokter
96

Program perawatan rumah umumnya berada dibawah pengawasan dokter untuk


memastikan masalah kesehatan klien. Dokter berperan dalam memberikan informasi
tentang diagnosa medis klien, test diagnostik, rencana pengobatan dan perawatan
rumah, penentuan keterbatasan kemampuan, upaya perawatan, pencegahan, lama
perawatan, terapi fisik, dll. Bila diperlukan dilakukan kolaborasi dengan perawat,
dimana perawat yang melakukan kunjungan rumah harus mendapat izin dan keterangan
dari dokter yang bersangkutan sebagai penanggung jawab therapi program. Program
perawatan dirumah harus dilakukan follow up oleh dokter tersebut minimal setelah 60
hari kerja, sehingga dapat disepakati apakah program dilanjutkan/tidak.
3. Speech Therapist
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan bagi klien dengan gangguan atau
kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi, dengan tujuan untuk membantu klien
agar dapat mengoptimalkan fungsi-fungsi otot bicara agar memiliki kemampuan
dalam berkomunikasi melalui latihan berbicara.

4. Fisioterapist
Program yang dilakukan adalah tindakan berfokus pada pemeliharaan, pencegahan,
dan pemulihan kondisi klien di rumah. Aktivitas perawatan kesehatan rumah yang
dilakukan adalah melakukan latihan penguatan otot ekstremitas, pemulihan mobilitas
fisik, latihan berjalan, aktif-pasif, atau tindakan terapi postural drainage klien COPD.
Latihan lain berhubungan dengan penggunaan alat kesehatan tertentu, seperti,
pemijatan, stimulasi listrik saraf, terapi panas, air, dan penggunaan sinar ultraviolet.
Dalam hal ini fisioterapist juga mempunyai kewajiban untuk mengajarkan klien atau
keluarganya tentang langkah-langkah dalam latihan program yang diberikan.
5. Pekerja Sosial Medis
Pekerja sosial medis yang sudah mendapatkan training/pelatihan dapat diperbantukan
dalam perawatan klien dan keluarganya untuk jangkan waktu yang panjang,
khususnya pada klien dengan penyakit kronis (long term care). Pekerja sosial sangat
berguna pada masa transisi dari peran perawatan medis atau perawat kepada
klien/keluarga.
97

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawatan kesehatan rumah (home care) juga dapat diartikan sebagai kesatuan yang
memungkinkan pelayanan kesehatan dilakukan secara bersamaan ataupun kombinasi dari
berbagai profesi kesehatan sebagai satu kesatuan tim untuk mencapai dan mempertahankan
status kesehatan klien secara optimal.
. Pelayanan kesehatan diberikan secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) dengan menggunakan teknologi yang sederhana maupun teknologi tinggi tetapi
tepat guna. Bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien yang merupakan
pelayanan professional, menggunakan metode sistematik dalam manajemen kasus.

B. KRITIK & SARAN


Sebagai tenaga kesehatan dalam memberi pelayanan kesehatan haru secara
komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan menggunakan teknologi
yang sederhana maupun teknologi tinggi tetapi tepat guna.
98

DAFTAR PUSTAKA

http://peszect.blogspot.com/2013/01/konsep-dasar-keperawatan-gerontik_19.html

https://www.academia.edu/34665402/Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik_2.1.1_Pengertian_L
anjut_Usia

http://mediabelajarkeperawatan.blogspot.com/2012/05/konsep-teori-keperawatan-gerontik.html

https://www.scribd.com/doc/110163873/Konsep-Dasar-Keperawatan-Gerontik

Anonim.(2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 23 Oktober


2012 dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-doc-d189511678

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta : EGC

https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-
d&sxsrf=ACYBGNRsSwlksg65b7DLFe-
tEQMh_ZgLdg%3A1568064661277&ei=lcR2XfPTEMjjvgTM6K2QCg&q=makalah+konse
p+dasar+lansia&oq=makalah+konsep+dasar&gs_l=psy-
ab.1.0.35i39j0l9.40887.47208..49389...7.2..3.454.3989.0j27j0j1j1......0....1..gws-
wiz.....10..0i71j0i22i30j35i362i39j0i67j0i131.hk5Eno00fH8

https://www.academia.edu/33835704/Makalah_konsep_Lansia.docx

https://www.scribd.com/document/327853259/KONSEP-DASAR-LANSIA

https://www.scribd.com/doc/306065593/Makalah-Konsep-Lanjut-Usia

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-lanjut-usia-lansia.html

http://blog-keajinanku.blogspot.com/2015/09/makalah-lansia-usia-lanjut.html

Lestari Puput, dkk. 2012. Makalah Dewasa Akhir. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kusumadewi Yulia. 2012. Makalah Perkembangan Lansia.

Arikunto,Suharsimi.2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. Jakarta: PT Rineka


cipta

Carpenito,L.J.2010.Buku Diagnosa Keperawatan.Editor Monika Ester.Jakarta: EGC

Efendi,N.2010.Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC

Gunawan,lany.2011.Hipertensi Dan Tekanan Darah Tinggi.Yogykarat: Penerbit Konisius

http://prikitiuew.blogspot.com/2013/02/makalah-tahapan-perkembangan-pada-lansia.html
99

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2010/05/tugas-perkembangan-keluarga-dengan.html

Apandi. 2002. Permasalahan Nutrisi pada Lansia. http://pergemi.medindo.com/nutrisi.-

html.

Ardiana, Anisah. 2007. Konsep Pertumbuhan dan perkembangan Manusia. Jember: Bagian Dasar
Keperawatan dan Keperawatan Dasar (DKKD) Program Studi Ilmu Keperawatan.

Darmojo.2000.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-2. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Unifersitas Indonesia.

Courtney, Mary. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi II. Melfiawati (ED). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho Wahjudi H. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan Dirumah
(Home Care Manual). Edisi Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
https://www.academia.edu/32449736/Home_Care_BENTUK-
BENTUK_PERAWATAN_LANSIA_DI_RUMAH_PELAYANAN_HOME_CARE_PADA
_LANSIA_
100

KUMPULAN SOAL
101

SOAL KELOMPOK 1
1. Klien laki-laki berusia 75 tahun masuk panti wreda dalam keadaan post stroke 2 bulan
yang lalu, klien mengalami kelumpuhan pada bagian ekstremitas kanan, sehingga
perlu bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Apakah tindakan yang paling tepat
pada klien tersebut?
a. Memberikan kursi roda.
b. Melatih pergerakan sendi.
c. Memijat daerah ekstremitas.
d. Memotivasi untuk ambulasi.
e. Memberikan kebutuhan penuh.

2. Klien lanjut usia dalam keluarga binaan perawat, yang mengalami kasus diabetes
memiliki kulit yang sangat kering pada kaki dan ekstremitas bawah. Untuk
mempertahankan kulit yang utuh keluarga bertanya pada perawat. Manakah intervensi
yang harus diberikan oleh perawat pada keluarga?
a. Merendam kakinya dengan sering ke air hangat.
b. Menggunakan lotion tanpa pewangi.
c. Menggunakan bedak kaki.
d. Menghindari stoking elastis lutut.
e. Memberikan penkes kepada seluruh masyarakat.

3. Seorang perempuan, usia 65 tahun. Hasil pengkajian klien merasa kehilangan setelah
suaminya meninggal dunia 1 mingguu yang lalu, ekspresi murung dan sedih, duduk
menyendiri, penampilan tidak rapih, kulit kering, serta kotor. TD: 100/80 mmHg,
suhu: 370 C, frekuensi nafas 20x/menit, frekuensi nadi 80x/menit, BB 42 kg, TB 150
cm. Apa tindakan perawat yang paling utama untuk mengatasi masalah tersebut?
a. Menemani klien untuk menghibur.
b. Mengajarkan cara untuk mengatasi krisis.
c. Memberikan aktivitas klien dalam kegiatan.
d. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan.
e. Mengamankan klien dari lingkungan yang merusak diri.
102

4. Seorang laki-laki berusia 69 tahun, tinggal bersama istri. Hasil pengkajian didapatkan
data tidak dapat menahan BAK, sering ngompol sebelum sampai kekamar mandi
terutama pada malam hari, merasa dirinya sudah tidak berguna lagi karena sering
dimarahi istri. Hasil pemeriksaan : TD 130/80 mmHg, BB 65 kg, TB 165 cm.
Apakah masalah utama pada kasus tersebut?
a. Cemas.
b. Isolasi sosial.
c. Koping tidak efektif.
d. Gangguan pola eliminasi.
e. Gangguan gambaran diri.

5. Seorang perawat melakukan kunjungan ke rumah seorang lansia berusia 72 tahun.


Berdasarkan pengkajian: klien mengalami penurunan fungsi penglihatan, berjalan
dengan bantuan tongkat. Penerangan rumah klien remang-remang dan lantai tampak
licin. Klien hanya tinggal berdua saja dengan anaknya dan anak klien juga sering
pulang sore karena sibuk bekerja. Berdasarkan kasus, apakah diagnosa keperawatan
yang tepat?
a. Toleransi aktivitas.
b. Gangguan mobilitas fisik.
c. Gangguan persepsi sensori: penglihatan.
d. Resiko jatuh.
e. Resiko cedera.

6. Seorang laki-laki dengan usia 75 tahun datang ke Poliklinik karena mengeluh sesak
napas. Hasil TTV klien menunjukkan : TD 170/90 mmHg, RR 25x/menit, HR
86x/menit, auskultasi napas terdengar redup, klien berusaha bernapas menggunakan
otot bantu napas, dan lebih nyaman bernapas dengan mulut. Apakah diagnosa
keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Pola napas tidak efektif.
b. Kelebihan volume cairan.
c. Perilaku kesehatan beresiko.
d. Bersihan jalan napas tidak efektif.
e. Risiko penurunan fungsi kardiovaskuler.
103

7. Beberapa tujuan dari keperawatan gerontik adalah, kecuali !


a. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya
berkaitan dengan proses penuaan.
b. Mempertahankan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia
secara optimal.
c. Memotivasi dan menggerakkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
lanjut usia.
d. Menjaga dan mempertahankan tingkat ekonomi, sosial, secara optimal.
e. Mempercepat pemulihan dan penyembuhan penyakit.

8. Salah satu peran perawat gerontik, yaitu sebagai Motivasi yang dimaksud motivasi
disini adalah….
a. Perawat memberikan tindakan keperawatan pada lansia untuk menjaga kondisi
kesehatannya.
b. Perawat memberikan Health Education pada lansia tentang personal hygien
sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatannya.
c. Berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member tetap mandiri menjaga
martabat, meskipun didalamnya situasi yang sulit.
d. Perawat melakukan tindakan keperawatan pada lansia yang berkaitan dengan
penuaan pada dirinya.
e. Perawat memberikan dukungannya pada lansia untuk memperoleh
kesehatannya yang optimal, memelihara kondisi, dan kesehatan.

9. Seorang laki-laki berusia 55 tahun. Hasil pengkajian didapatkan data nyeri pada
daerah persendian, dengan skala nyeri 5, cepat lelah. Hasil pemeriksaan : TD 130/80
mmHg, BB 65 kg, TB 165 cm, pemeriksaan diagnostic asam urat 9 mg%. Perawat
ingin melakukan tindakan akupresure tetapi takut tindakan tersebut bukan menjadi
wewenang perawat vokasional. Manakah yang perlu dilakukan perawat gerontik
untuk mengatasi masalah tersebut?
a. Seminar.
b. Pelatihan.
c. Studi banding.
d. Workshop.
e. Pendidikan berkelanjutan.
104

10. Nyonya C berusia 70 tahun merupakan salah satu lansia yang tinggal di panti. Dia
memiliki keluhan inkontinensia urin. Saat perawat sedang melakukan perawatan pada
genetalia pasien tersebut. Perawat lupa menutup girden jendela. Jadi, salah seorang
lansia lain melihat tindakan yang di lakukan perawat tersebut. Apa aspek etik
keperawatan yang tidak di lakukan oleh perawat.
a. Non maleficienci.
b. Autonomy.
c. Confidentiality.
d. Benefecince.
e. Justice.

SOAL KELOMPOK 2
1. Seorang laki-laki berumur 72 tahun menderita asam urat. Klien mengeluh nyeri pada
pergelangan kaki dan sering kesemutan, keluhan ini dirasakan sudah 4tahun yang
lalu. Klien mengatakan tidak pernah memeriksakan penyakitnya, hanya dipijatkan
meskipun jarak puskesmas hanya 100meter dari rumah. Klien sering tidakbisa
mengendalikan emosinya. Biasanya keluarga klien yang menjadi sasaran amarah
dari klien. Manakah tekhnik yang cocok untuk mengatasi masalah pada kasus
tersebut?
a. Adaptasi tentang diet untuk asam urat
b. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat
c. Mengenal tentang rasa nyeri
d. Mekanisme koping dari keluarga
e. Keluarga mampu mendefinisikan asam urat

3. Ny. R berusia 67tahun menderita asma bronkial sejak 1tahun lebih, mengeluh sesak
nafas, batuk dengan dahak kental dan lengket susah dikeluarkan. Keluarga
mengatakan klien malas berobay kepuskesmas karena setiap habis obatnya
penyakitnya kambuh. Apakah tindakan yang tepat untuk kasus diatas?
105

a. Berikan penjelasan tentang tanda gejala penyakit


b. Menganjurkan klien untuk periksa teratur
c. Memberikan penjelasan tentang penyakit klien
d. Menganjurkan keluarga untuk selalu mendukung klien
e. Mengajarkan batuk efektif

3. Perawat Home Care mengunjungi klien lanjut usia yang pasangannya meninggal 6
bulan yang lalu. Apakah perilaku yang menunjukkan koping klien tidak efektif?
a. Mengabaikan perawatan pribadi
b. Melihat foto-foto lama keluarga
c. Berpartisipasi dalam program lanjut usia
d. Mengunjungi makam pasangan Sebulan sekali
e. Sering ikut kegiatan pengajian desa

4. Perawat sedang memberikan seksi pendidikan untuk pegawai baru, dengan topik
penelantaran pada Lanjut Usia. Perawat membantu pegawai mengidentifikasi, klien
manakah yang paling sering menjadi korban penelantaran?
a. Seorang pria 75 tahun yang menderita hipertensi sedang
b. Seorang pria 68 tahun yang baru saja di diagnosis katarak
c. Seorang wanita 90 tahun yang menderita Parkinson lanjut
d. Seorang wanita 70 tahun yang didiagnosis penyakit lyme dini
e. Seorang pria 65 tahun yang menderita diabetes melitus

5. Tn.A berusia 65 tahun menderita asma bronkial sejak 2 tahun lalu, mengeluh sesak
nafas, batuk dengan dahak kental dan lengket susah dikeluarkan. keluarga
mengatakan klien malas berobat ke puskesmas karena setiap habis obatnya
penyakitnya kambuh. (apakah tindakan yang tepat untuk kasus di atas...
a. berikan penjelasan tentang tanda dan gejala penyakit
b.Menganjurkan klien untuk periksa teratur
c. Mengajarkan cara batuk efektif
d.Memberikan penjelasan tentang penyakit klien
e.Menganjurkan keluarga untuk selalu mendukung klien
106

6. Ny. A berusia 74 th dibawa oleh anaknya ke poliklinik lansia, atas segala hal yang
telah dialaminya selama sebulan dan telah menggangu aktifitas kehidupan
keluarganya. anaknya mengatakan, selama sebulan Ny. A sudah menunjukkan
kesulitan untuk berbicara dan berbahasa, sering tersesat walaupun di dalam rumah,
dan cenderung malas bergerak, kehilangan keinginan untuk berkerja, dan kesulitan
untuk tidur setiap malam. berdasarkan kasus di atas, diagnosa keperawtan yang
dapat ditegakkan adalah...
a. Resiko tinggi cedera
b. Resiko tinggi penurunan self care
c. Gangguan proses keluarga
d. Gangguan mobilitas fisik
e. Gangguan citra tubuh

7. Seorang perempuan 70 tahun dibawa keluarganya ke puskesmas dengan keluhan


varises di kakinya yg mmbsar dan terasa nyeri. Hasil pengkajian didapatkan data: td
170/80mmhg,frekuensi nadi 78x/mnt dan terlhat varises di daerah otot
gastroknemius. Dari pernyataan di atas apa jenua perubahan fisiologis pada kondisi
kasus tersebut
a. Kekuan otot jantung
b. Penebalan otot ventrikel jantung
c. Hilangnga elastisitas pembuluh darah
d. Arteri koroner mengalami penurunan aliran darah
e. Serat jantung digantikan dengan jaringan ikat

8. Seorang prmpuan dg usia 55 tahun dtg kepuskesmas krn hipertensi. Hasil


pemeriksaan antopometri menunjukkan bb 80kg dan tb 160cm. Dri hasil pengkajian
klien mengatakan tdk menyukai masakan bersantan dan asin,ia juga tdk merokok,tdk
suka begdang,tdk suka meminum alkhol dan tidak minum kopi. Dri data diatas
faktor risiko hipertensi yang tdk dpt diubah pd kasus diatas...
a. Suku
b. Umur
c. Genetik
d. Obesitas
e. Diet tggi serat
107

9. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dibawa keUGD oleh keluarganya karena


mengalami kejang saat di rumah sampai lidahnya berdarah karena tergigit. Saat
diUGD pasien kejang lagi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka dikaki.dokter
mendiagnosa pasien mengalami Tetanus. Apakah tindakan keperawatan yang
menjadi prioritaspadakasusyangdialamioleh Tn. B?
a. Pemasangan restrain
b. Melakukan perawatan luka
c. Memasang pengganjal lidah
d. Memberikan oksigen 4 liter/ menit
e. Menempatkan pasien di kamar gelap

10. Seorang pasien laki-laki berusia 55 tahun baru saja menjalani operasi katarak sekitar
2 jam yang lalu.Klien sudah duduk sendiri yang mengatakan ingin buang air kecil.
Apa yang sebaiknya dilakukan perawat?
a. Memasangkateterpadaklien
b. Meminta klien BAKditempat tidur
c. Meminta klienuntuk tidakmengejanselama
BAK
d. Meminta klen untuk menggunakan kloset jongkok
e. Memintaklienmenahankencinghingga6jam paskaoperasi

SOAL KELOMPOK 3
1. Seorang laki-laki berusia 65 tahun ,tinggal bersma istrinya . Hasil pengkajian
didapatkan data tidak dapat menahan BAK, sering ngompol sebelum kekamar mandi
terutama pada malam hari, merasa dirinya sudah tidak berguna lagi karena sering
dimarahi istrinya. Hasil pemeriksaan TD: 130/80 mmhg, BB: 65 kg, TB: 165 cm.
Apakah masalah utama pada kasus tersebut?
a. Cemas
b. Isolasi social
c. Gangguan pola eliminasi
d. Koping tidak efektif
e. Gangguan gambran diri
108

2. Seorang perempuan usia 65 tahun. Hasil pengkajian klien merasa kehilangan setelah
suaminya meninggal dunia 1 minggu yang lalu, ekspresi muurung dan sedih, duduk
menyendiri, penampilan tidak rapi, kulit kering serta kotort. TD: 100/80 mmhg,
suhu: 370C, frekuensinafas 20 x/menit. Frekuensi nadi 80x/menit, BB: 42 kg, TB:
150 cm. Apa tindakan utama untuk mengatasi masalah tersebut?
a. Menemani klien untuk menghibur
b. Mengajarkan cara untuk mengatasi krisis
c. Memberikan aktivitas klien dalam bentuk kegiatan sebagai pengalihan
d. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan dalam bentuk apapun
e. Mengamankan klien dari lingkungan yang berpotensi membahayakan dirinya

3. Seorang laki-laki berusia 69 tahun tinggal bersama istri. Hasil pengkajian didapatkan
data tidak R/80 mmHg. BB 65 Kg. TB 165 cm. Apakah masalah utama pada kasus
tersebut ?
a. Cemas
b. Isolasi sosial
c. Koping tidak efektif
d. Gangguan pola eliminasi
e. Gangguan gambaran diri
4. Seorang pria usia 66 tahun pada 6 bulan yang lalu istrinya meninggal dunia
dikarenakan sakit. Ia tinggal bersama anak lelakinya. Selama wawancara ekspresi
lansia tersebut tampak sedih banyak menunduk,pandangan kosong dan menangis
saat ditanya tentang mendiang istrinya. Ia merasa gagal merawat istrinya. Klien
mengeluh nafsu makan menurun,susah tidur pada malam hari dan malas bergaul
dengan para tetangganya. Apa masalah yang dialami lansia tersebut ?
a. Pikun
b. Depresi
c. Demensia
d. Gangguan jiwa
e. Alzheimer

5. Seorang Perempuan berusia 70 tahun datang ke puskesmas diantar oleh keluarga


dengan keluhansering terbangun saat tidur dimalam hari, kesulitan saat akan mulai
109

tidur kembali, badan lemas dan sering merasa ngantuk dipagi hari. Apakah
pengkajian selanjutnya pada kasus diatas?
a. Kognitif
b. Daya ingat
c. Katz indeks
d. Status mental
e. Status social

6. Seorang laki-laki usia 86 tahun mengalami proses penuaan, klien mampu menarik
diri dari kegiatan terdahulu dan memusatkan diri pada kegiatan pribadi serta
mempersiapkan diri menghadapi kematian. Pada kasus diatas merupakan pernyataan
yang sesuai dengan teori ?
a. Teori Interaksi Sosial
b. Teori Penarikan Diri
c. Teori Kepribadian
d. Teori Pembebasan
e. Teori Mandiri
7. Seorang laki-laki usia 65 tahun tinggal di panti tresna wreda, klien mengeluh
mengalami penurunan pendengaran, pandangan kabur,dan mobilisasi dibantu
menggunakan kursi roda,.Pada pengkajian fisik didapatkan klien mengalami
penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah. Diagnosa keperawatan prioritas pada
kasus diatas?
a. Kelelahan
b. Risiko Jatuh
c. Risiko cedera
d. Intoleransi aktivitas
e. Faktor Umur

8. Seorang perempuan berusia 75 tahun tinggal di Panti Werdha sejak 2 tahun yang
lalu, mengeluh tidak dapat mendengar dengan jelas pada kedua telinga, pasien
mengatakan malu betemu dengan sesama penghuni panti karena takut menyinggung
perasaan, pasien sering bicara dengan suara yang keras dan hasil test Rinne Negatif.
Manakah Pendekatan bawah ini yang paling baik utuk memfasilitasi komunikasi
pada kasus diatas?
110

a. Berhadapan ,berbicara lebih keras


b. Berbicara langsung pada telinga pasien
c. Berhadapan, berbicara pelan dengan volume biasa
d. Berbicara langsung pada telinga pasien lebih keras
e. Berbicara dengan suara yang keras di depan wajah klien

9. Seorang perempuan berusia 78 tahun Dirawat wisma G sejak 8 bulan yang lalu
dengan diagnosa medis multiple sklerosis pada saat pengkajian keluhan utamanya
pasien cemas dengan kondisinya karena semakin hari semakin memburuk. setiap
hari pasien murung dan takut dengan kondisinya Klien Berharap bisa segera kembali
berkumpul dengan anaknya dan bisa pulang ke rumahnya. Apakah diagnosa
keperawatan yang muncul dari kasus diatas?
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan fisiologis
b. Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisiologis
c. Gangguan Gambaran diri berhubungan dengan perceptual kognitif
d. Koping Individu Tidak Afektif berhubungan dengan perubahan dalam
hidup
e. Gangguan persepsi diri

10. Seorang laki-laki yang berusia 78 tahun di panti werda sudah 2 tahun yang
ditempatkan diruang isolasi.klien mengeluhkan nyeri pada luka di punggung bagian
bawah pada saat pengkajian di pungggung ada luka dengan diameter 10 cm. kondisi
tubuh lemah, bau badan, kulit kusam, rambut kotor, bau mulut, kuku panjang.
pakaian tidak rapi, dan tidak ganti 2 hari. Makan dibantu oleh teman dekatnya yang
masih bisa beraktivitas, untuk BAB Dan BAK dilakukan ditempat tidur. hasil indeks
Katz skornya 3 ketergantungan Total, Hasil pengkajian Mini Mental State Exam 20
kerusakan mental berat, Risiko jatuh 9 yaitu risiko jatuh Sedang. Apakah diagnosa
keperawatan yang muncul dari kasus diatas?
a. Intoleransi aktifitas
b. Deficit perawtan diri makan
c. Deficit perawatan diri mandi
d. Deficit perawatan diri eliminasi
e. Defisit pengetahuan
111

SOAL KELOMPOK 4
1. Seorang perawat melakukan kunjungan kerumah seorang lansia (72 tahun).
Berdasarkan pengkajian klien mengalami penurunan fungsi penglihatan, berjalan
dengan bantuan tongkat. Penerangan rumah klien remang-remang dan lantai tampak
licin. Klien hanya tinggal berdua saja dengan anaknya dan anak klien juga sering
pulang sore karena sibuk bekerja. Berdasarkankasustersebut,apakah diagnose
keperawatan yang tepat ?
a. Intoleransi aktivitas
b. Gangguan mobilitas fisik
c. Gngguan persepsi sensori penglihatan
d. Resiko jatuh
e. Resiko cedera

2. Salah satu penurunan yang dialami usia lanjut akibat aging process adalah
kemampuan kognitif. Apa instrument yang sebaiknya digunakan perawat untuk
mengkaji pada kondisi di atas ?
a. Short portable mental status questioner (SPSMQ)
b. Mini mental status exam (MMSE)
c. Geriatric depression scale (GDS)
d. Barthel index
e. Katz index

3. Seorang perempuan berusia 82 tahun di datangi perawat puskesmas dengan keluhan


baru saja keluar dari rumah sakit karena sesak nafas, klien mendapatkan terapi obat-
obatan dan oksigen 3 liter menit. Perawat memberikan edukasi pada keluarga
mengenai fungsi oksigen dan posisi pemberian yang tepat pada klien. Apakah setting
layanan keperawatan pada kasus diatas ?
a. Nursing home
b. Home care
c. Acute care
d. Respite care
e. Day service
112

4. Seorang perempuan berusia 68 tahun mengatakan saat ini sendi –sendi tangan dan
jari terasa lini-linu, demikian juga panggul, pinggang dan kaki terasa sakit dan tidak
kuat untuk berdiri lama. Terasa mudah lelah. Keluhan tersebut sudah dirasakan oleh
pasien selama kurang lebih satu tahun. Dari kasus diatas berapakah nilai tingkat
kemandirian klien ?
a. Tingkat kemandirian B
b. Tingkat kemandirian E
c. Tingkat kemandirian A
d. Tingkat kemandirian D
e. Tingkat kemandirian C

5. Seorang laki – laki yang berusia 78 tahun dipanti werda sudah 2 tahun yang
ditempatkan diruang isolasi. Mengeluhkan nyeri pada luka dipunggung bagian
bawah pada saat pengkajian di punggung ada luka dengan diameter 10 cm . kondisi
tubuh lemah, bau badan, kulit kusam, kuku panjang, rambut kotor, bau mulut,
pakaian tidak rapi dan tidak ganti 2 hari. Makan dibantu oleh teman dekatnya yang
masih bisa beraktifitas untuk BAB dan BAK dilakukan ditempat tidur, hasil indeks
katzskornya 3 ketergantungan,total hasil pengkajian : Mini Mental State Exam
kerusakan mental berat, resiko jatuh 9 yaitu : resiko jatuh sedang. Apakah diagnose
keperawatan yang muncul dikasus diatas :
a. Intoleransi aktivitas
b. Deficit perawatan diri makan
c. Deficit perawatan diri mandi
d. Deficit perawatan diri eliminasi
e. Deficit nutrisi

6. Seorang perempuan berusia 67 tahun datang kepoli geriatric diantar oleh


keluarganya, klien mengeluh sulit mengingat, merasa binggung dan konsentrasinya
menurun , keluarga klien mengatakan klien sulit diajak berinteraksi dan tidak
mampu menggambarkan sesuatu secara akarat. Apakah masalah keperawatan yang
tepat untuk kasus diatas ?
a. Resiko terhadap cidera
113

b. Perubahan proses fikir


c. Syndrome stress relokasi
d. Kerusakan interaksi social
e. Intoleransi aktifitas

7. Klien lanjut usia dalam keluarga binaan perawat, yang mengalami kasus diabetes
memiliki kulit yang sangat kering pada kaki dan ekstremitas bawah. Untuk
mempertahankan kulit yang utuh keluarga bertanya pada perawat. Manakah
intervensi yang harus diberikan oleh perawat pada keluarga ?
a. Merendam kakinya dengan sering ke air hangat
b. Menggunakan losion tanpa pewangi
c. Menggunakan bedak kaki
d. Menghindari stoking elastisitas setinggi lutut.
e. Memberikan penkes kepada seluruh masyarakat.

8. Klien berusia 80 tahun dengan kesadaran penuh dipindahkan kefasilitas perawatan


jangka panjang oleh keluarganya. Pada malam kedua klien menjadi binggung dan
tidak mengenali keluarganya. Diagnose keperawatan apa yang paling sesuai dengan
kasus diatas ?
a. Kurang pengetahuan
b. Gangguan memori
c. Gangguan persepsi sensori
d. Perubahan proses pikir
e. Deficit perawatan diri

9. Klien laki-laki berusia 75 tahun masuk panti werda dalam keadaan post stroke 2
bulan yang lalu. Klien mengalami kelumpuhan pada ekstremitas kanan, sehingga
perlu bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Apakah tindakan yang paling tepat
bagi klien tersebut ?
a. Memberikan kursi roda
b. Melatih pergerakan sendi
c. Memijat daerah ekstremitas
d. Memotivasi untuk ambulansi
e. Memberi kebutuhan penuh
114

10. Seorang perempuan 78 tahun tinggal bersamaan anak perempuan dan seorang cucu
yang berusia 20 tahun. Hasil pengkajian klien merasa sedih karena cucunya sudah
sebulan tidak pulang dan tidak ada kabar. Anaknya mengalami retarda simental,
sudah lama berpisah dengan suaminya. Klien tidak tahu harus meminta bantuan
kepada siapa. Apa diagnose keperawatan pada kondisi diatas ?
a. Kecemasan
b. Ketidakberdayaan
c. Tidak efektifnya koping
d. Kurangnya pengetahuan
e. Harga diri rendah situasional

SOAL KELOMPOK 5
1 . Ny.L berusia 75 taun datang ke posyandu lansia dengan keluhan pandangn kabur
dan pendengaran mulai berkurang. Perawat memberikan informasi, pengetahuan dan
pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya: kecamata, alat bantu
dengar, serta nasihat dan cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita oleh
Ny.L . Upaya perawat dalam memberikan informasi,pengetahuan dan pelayanan
tersebut merupakan upaya kesehatan usia lanjut :

a. Upaya promotif
b. Upaya preventif
c. Upaya kuratif
d. Upaya rehabilitative
e. Upaya resosialisasi

2 . seorang lansia 75 tahun bernama Tn.B tinggal didesa karangsosno bangsalsari


memiliki riwayat stroke dengan TD : 180/120 ,Tn.B mengeluh pusing jika tidak
minum obat dan dari gaya berjalan yang sepoyongan karenah sudah tidak mampu
untuk berjalan. Apakah tindakan yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang
dialami lansia tersebut ?
a. Kolaborasikan dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut
115

b. Bantu ADL (Activity Daily Living) dan modifikasi rumah


c. Dokumentasikan adanya faktor cidera
d. Monitor klien secara berkala
e. Mengkaji tingkat kesadaran

3. seorang pasien berusia 63 tahun tinggal sendiri dirumahnya dan mempunyai riwayat
hipertensi, nyeri leher dan punggung . hasil pengkajian didapatkan TD :
180/110mmHg, Nadi 88x/menit,RR 26x/menit. Pasien sering merasa sedih dan
khawatir sampai akhirnya mengalami pangguan tidur karena tidak bisa melakukan
pekerjaan rumah tangga dan tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat untuk klien diatas ?
a. Mengakaji tingkat kesadaran
b. Mengkaji kemampuan kognitif
c. Mengkaji status psikologis
d. Mengkaji status mental
e. Mengkaji barthel indeks

4. pada lansia tidak hanya kondisi fisik yang mengalami penurunan akan tetapi pada
kondisi psikologisnya terkadang mengalami masalah misalnya merasa tidak
berguna, selalu memandang sesuatu dengan pesimis, sikap menolak akan terjadi
proses penuaan,dll. Dalam keadaan seperti ini manakah metode keperawatan yang
tepat untuk mengatasi masalahseperti diatas ?
a. Metode konsep self care orem
b. Metode konsep human being rogers
c. Metode perilaku johnson
d. Metode konsep henderson
e. Metode konsep leinenger

5. Tn. A sebagai perawat gerontik harus mampu memberikan upaya pelayanan


kesehatan pada usia lanjut dalam beberapa tingakat diantaranya upaya pelayana
kesehatan usia lamjut dialami tingkat primer antaralain :
a. Upaya peningkatan dan pencegahan
b. Upaya promotif dan preventif
c. Upaya pengobatan dan pemulihan
116

d. Upaya kuratif dan rehabilitatif


e. Konsep betty nauman

6. Seorang pria usia 60 tahun mengeluh nyeri dada di sebelah kiri. Perawat akan
melakukan pemeriksaan EKG untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada jantung
pasien. Apakah yang perlu Anda lakukan pertama kali kepadapasien
sebelumprosedur tersebut?
a. Melakukan inform consent
b. Mengecek kelengkapan alat
c. Memposisikan pasien terlentang
d. Memberitahukan biaya pemeriksaan
e. Mempersiapkan alat –alatyang diperlukan

7. Seorang pria usia 60 tahun mengeluh batuk berdahak sejak tiga hari yang lalu. Batuk
semakin sering muncul jika udara dingin dan pada waktu malam hari.Menurut
pasien, sekret yang keluar berwarna hijau dan sangat kental.Saatdilakukan
auskultasi,didapatkan suara ronchi pada bagian basal paru dextra.

Apakah diagnose keperawatan prioritas yang muncul pada pasien ?


a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan batasan informasi yang tidak
adekuat
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan kadar asam dalam
darah
d. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
pada jalan nafas
e.Gangguan pola nafas berhubungan dengan penyempitan jalan nafas bagian
bawah dan atelektasis

8. Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke IRD dengan keluhan nyeri dada kiri
depan yang tidak berkurang dengan istirahat.Nyeri tidak menjalar kebagian tubuh
lain dan bisa ditunjuk. Tanda- tanda vital menunjukkan suhu38,6OC, frekuensi nadi
90 x/menit. Klien takut dirinya mengalami sakit jantung koroner dan hanya
berbaring di tempat tidur. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus
117

tersebut?

a. Nyeriakut
b. Hipertermi
c. Gangguan perfusi
d. Intoleransi aktivitas
e. Gangguan istirahat tidur

9. Seorang laki-laki umur 60 tahun datang RS mengeluh kencingsulit sudah 3 hari,


pinggang sakit, mual,pada pemeriksaan fisik teraba bladder penuh.Pada saat perawat
mencoba melakukan pemasangan foley catheter masuk 5 cm terdapat tahanan,sehingga
alat tidak dapatmasuk secara maksimal.
Apakah tindakan selanjutnya yang harus dilakukan oleh perawat?
a. Lapor dokter untuk tindakan lanjutan.
b. Kolaborasi pemberian obatan algesik
c. Tetap berusaha memasang folley catheter.
d. Memberi instruksi kepada pasien untuk rileks.
e. Mengganti folley catheter dengan ukuran lebih kecil.

10. Seorang perempuan 78 tahun,datang ke UGD dengan keluhan buang air besar lebih
dari 5X/ hari dengan konsistensi cair sejak kemarin. Tanda-tanda vital
TD100/60mmhg,Suhu37,60C,Frekuensi nafas 24x/menit, turgor kulit lebih dari2
detik. Apakah tindakan keperawatan yang utama untuk pasien diatas?
a. Mengobervasi tanda vital
b. Memberikan Kompres hangat
c. Memberikan cairan intravena
d. Mengobservasi konsistensi BAB
e. Memberikan minum 1000 cc/24 jam

SOAL KELOMPOK 6
1. Satu keluarga terdiri dari seorang bapak, usia 40 tahun dan seorang istri usia 35
tahun. Hasil pengkajian : bapak mengeluh batuk-batuk sudah 2 bulan, nafsu makan
118

berkurang, badan lemas, berkeringat saat tidur malam TD 130/80 mmHg, nadi
80x/I, napas 20x/i. hasil laboratorium : sputum BTA(+), ronchi(+). Tindakan
perawat memberikan inhalasi buatan. Apakah langkah selanjutnya setelah tindakan
perawat yang paling tepat untuk mengatasi masalah pada pasien di atas ?
a. Memberikan inhalasi
b. Kolaborasi photo thorax
c. Mengajarkan teknik batu kefektif
d. Anjurkan keluarga merawat klien
e. Anjurkan klien untuk banyak istirahat

2. Seorang laki-laki dengan usia 75 tahun datang kepoli klinik karena mengeluh sesak
napas, hasil TTV klien menunjukkan TD : 170/90 mmHg RR : 25x/I, N : 86x/I
auskultasi napas terdengar redup, klien berusaha bernapas menggunakan otot bantu
napas, dan leebih nyaman bernapas dengan mulut. Apakah diagnose yang tepat
pada kasus di atas ?
a. Pola napas tidak efektif
b. Kelebihan volume cairan
c. Perilaku kesehatan berisiko
d. Bersihan jalan napas tidak efektif
e. Resiko penurunan fungsi kardivaskular

3. Perawat puskesmas melakukan kunjungan kerumah seorang laki-laki berusia 77


tahun. Keluarga mengatakan klien sering mondar-mandir dan keluyuran tanpa
tujuan yang jelas, marah-marah, sedikit tremor dan menuduh anggota keluarganya
karena sering kehilangan benda miliknya. Apakah gangguan psikososial yang
dialami klien tersebut ?
a. Depresi
b. Delirium
c. Demensia
d. Pschizofrenia
e. Halusinasi

4. Ny. A berusia 74 tahun dibawa oleh anaknya kepoli klinik lansia atas segala hal
yang telah di alaminya selama sebulan dan telah mengganggu aktvitas kehidupan
119

keluarganya. Anak darinya mengatakan selama sebulan ini sudah menunjukkan


kesulitan untuk berbicara dan berbahasa, sering tersesat dan cenderung malas
bergerak, kehilangan keinginan untuk bekerja, dan kesulitan untuk tidur pada malam
hari. Berdasarkan kasus diatas, diagnose keperawatan yang di tegakkan adalah
a. Resiko cedera tinggi
b. Resiko tinggi penurunan self care
c. Gangguan proses keluarga
d. Gangguan persepsi sensori visual
e. Gangguan mobilitas fisik

5. Klien laki-laki berusia 75 tahun masuk panti WREDA dalam keadaan pot stroke 2
bulan yang lalu. Klien mengalami kelumpuhan pada ekstremitas kanan, sehingga
perlu bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Apakah tindakan yang paling tepat
bagi klien tersebut ?
a. Memberikan kursi roda
b. Melatih pergerakan sendi
c. Memijat daerah ekstremitas
d. Memotivasi untuk ambulasi
e. Memberikebutuhanpenuh

6. Seorang perempuan 78 tahun tinggal bersama anak perempuan dan seorang cucu
yang berusia 20 tahun. Hasil pengkajian klien merasa sedih karena cucunya sudah
sebulan tidak ada kabar. Anaknya mengalami reterdasi mental, sudah lama
berpisah dengan suaminya. Klien tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa.
Apa diagnose keperawatan pada kondisi ini ?
a. Kecemasan
b. Ketidakberdayaan
c. Tidak efektifnya coping
d. Kurangnya pengetahuan
e. Harga diri rendah situasional

7. Laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang isolasi PantiWredas ejak 1 minggu


yang lalu. Dari hasil pengkajian klien terlihat lemah, baufeses, kulit perianal
120

kemerahan, dan terdapat rembesan feses lunak, klien mengatakan tidak ada
keinginan untuk BAB. Apa diagnose keperawatan yang tepat pada kasus diatas ?
a. Disfungsi motiltas gastrointestinal
b. Inkontinesia defekasi
c. Persepsi konstipasi
d. Risiko konstipasi
e. Risiko decubitus

8. Seorang perempuan berusia 67 tahun datang kepoli geriatric diantara oleh


keluarganya. Klien mengeluh sulit mengingat sesuatu, merasa bingung dan
konsentrasinya menurun. Keluarga klien mengatakan klien sulit diajak berinteraksi
dan tidak mampu menggambarkan sesuatu secara akurat. Apakah masalah
keperawatan yang tepat ?
a. Risiko terhadap cedera
b. Perubahan proses pikir
c. Syndrome stress relokasi
d. Kerusakan interaksi social
e. Perubahan pola interaksi

9. Seorang perempuan berusia 78 tahun di rawat wisma G sejak 8 bulan yang lalu
dengan diagnose medis multiple sclerosis pada saat pengkajian keluhan utamanya
pasien cemas dengan kondisinya berharap bisa segera kembali berkumpul dengan
anaknya dan bisa pulang kerumahnya. Apakah diagnose keperawatan yang muncul
dari kasus diatas ?
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan fisiologis
b. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisiologis
c. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perseptual kognitif
d. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan perubahan dalam
hidup
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan informasi

10. Seorang laki-laki usia 89 tahun mengalami proses penuan, klien mampu menarik
diri dari kegiatan terdahulu dan memusatkan diri pada kegiatan pribadi serta
121

menyiapkan diri menghadapi kematian. Pada kasus diatas, merupakan pernyataan


yang sesuai dengan teori ?
a. Teori interaksi social
b. Teori penarikan diri
c. Teori kepribadian
d. Teori pembebasan
e. Teori pasrah dan sedih

SOAL KELOMPOK 7
1. Seseorang perempuan berusia 82 tahun di datangi perawat puskesmas dengan
keluhan baru saja keluar dari rumah sakit karena sesak nafas. Klien mendapatkan
terapi obat-obatan dan oksigen 3 TPM. Perawat memberikan edukasi pada keluarga
mengenai fungsi oksigen dan posisi pemberian yang tepat pada klien. Apakah
setting layanan keperawatan pada kasus diatas?
a. Nursing home
b. Home care
c. Acute care
d. Respite care
e. Day service

2. Seorang perempuan 70 tahun dibawa keluarganya ke puskesmas dengan keluhan


varises dikakinya yang membesar dan terasa nyeri. Hasil pengkajian didapatkan
data: TD 170/80 mmHg, N 76x/menit, dan terlihat varises di daerah otot
gastrocnemius.
Apakah jenis perubahan fisiologis pada kondisi kasus diatas?
a. Kekakuan otot jantung
b. Penebalan otot ventrikel jantung
c. Hilangnya elastisitas pembuluh darah vena.
d. Arteri coroner mengalami penurunan aliran darah.
e. Serat otot jantung yang digantikan dengan jaringan ikat.
3. Seorang perawat komunitas melakukan kunjungan rumah dan didapatkan laki-laki
berusia 65 tahun mengeluh telinga berdengung, pusing, rasa berat ditengkuk dan
122

penglihatan kabur. Dari hasil riwayat keluarga bahwa orang tua klien meninggal
karena stroke. Apakah pemeriksaan fisik yang tepat pada kasus diatas?
a. Mengukur JVP
b. Mengukur tekanan darah
c. Menginspeksi area dada
d. Menghitung frekuensi nafas
e. Melakukan tes rinne dan swabach

4. Seorang perempuan dengan usia 55 tahun dating ke puskesmas karena hipertensi.


Hasil pemeriksaan anto pometri menunjukkan BB 80 Kg dan TB 160 cm. Dari hasil
pengkajian klien mengatakan tidak menyukai masakan yang bersantan dan asin, ia
juga tidak merokok, tidak suka begadang, tidak minum alcohol dan tidak minum
kopi.Apakah factor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah pada kasus diatas?
a. Suku
b. Umur
c. Genetic
d. Obesitas
e. Diet tinggi garam dan lemak

5. Seorang laki-laki berusia 65 tahun tinggal dipanti werdha mengeluh keperawat


karena kulit kakinya terlihat hitam, kasar, tebal dan pecah-pecah. Klien mengatakan
ia sebelumnya bekerja sebagai pemulung ditempat pembuangan akhir (TPA) selama
20 tahun tanpa menggunakan alas kaki. Dari pengkajian lansia: kulit tampak
mengelupas, hitam, kotor dan tampak banyak bekas garukkan kuku.Apakah
intervensi keperawatan yang tepat pada pasien diatas?
a. Senam kaki
b. Perawatan luka
c. Perawatan kulit
d. Perawatan kaki
e. Mandi dengan sabun aseptic

6. Manakah intervensi keperawatan yang tepat dilakukan pada klien lanjut usia dengan
presbikusis yang mengalami gangguan pendengaran?
a. Bicara lebih keras
123

b. Bicara lebih pelan


c. Gunakan nada suara yang rendah
d. Gunakan nada suara yang tinggi
e. Gunakan bahasa isyarat

7. Seorang perempuan berusia 82 tahun didatangi perawat puskesmas dengan keluhan


baru saja keluar dari rumah sakit karena sesak napas. Klien mendapatkan terapi
obat-obatan dan oksigen 3 liter/menit. Perawat memberikan edukasi pada keluarga
mengenai fungsi oksigen dan posisi pemberian yang tepat pada klien. Apakah setting
layanan keperawatan pada kasus diatas?

a. nursing home
b. home care
c. acute care
d. respite care
e. day service

8. Seorang perempuan 70 tahun dibawa keluarganya ke Puskesmas dengan keluhan


varises di kakinya yang membesar dan terasa nyeri . Hasil pengkajian didapatkan
data: TD 170/80 mmHg, frekuensi nadi 76x/menit, dan terlihat varises didaerah otot
gastro knemius. Apakah jenis perubahan fisiologis pada kondisi kasus diatas?

a. Kekakuan otot jantung


b. Penebalan otot ventrikel jantung
c. Hilangnya elastisitas pembuluh darah vena
d. Arteri koroner mengalami penurunan aliran darah
e. Serat otot jantung yang digantikan dengan jaringan ikat

9. Seorang perawat komunitas melakukan kunjungan rumah dan didapatkan laki-laki


berusia 65 tahun mengeluh telinga berdengung, pusing, rasa berat di tengkuk dan
penglihatan kabur. Dari hasil priwayat keluarga bahwa orang tua klien meninggal
karena stroke. Apakah pemeriksaan fisik yang tepat pada kasus diatas?

a. Mengukur JVP
b. Mengukur tekanan darah
124

c. Menginspeksi area dada


d. Menghitung frekuensi napas
e. Melakukan tes urinne dan swabach

10. Seorang perempuan dengan usia 55 tahun datang kepuskesmas karena hipertensi.
Hasil pemeriksaan antopometeri menunjukkan BB 80 Kg dan TB 160 cm. Dari hasil
pengkajian klien mengatakan tidak menyukai masakan yang bersantan dan asin, ia
juga tidak merokok, tidak suka bergadang, tidak meminum alcohol dan tidak minum
kopi. Apakah factor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah pada kasus diatas?

a. suku
b. umur
c. genetik
d. obesitas
e. diet tinggi garam dan lemak

SOAL KELOMPOK 8
1. Seorang laki-laki usia 60 tahun tinggal di Panti Tresna Wreda sejak 2 tahun yang
lalu. klienmemerlukan bantuan minimal dalam tindakan keperawatan dan
pengobatan. Klien mampumelakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri,
hanya sesekali memerlukan bantuan petugas kesehatan. Apakah Kategori
keperawatan klien menurut Swanburg dari kasus diatas ?
a. Self-care
b. Minimal care
c. Intensive care
d. Intermediate care
e. Semuanya benar

2. Seorang perempuan usia 65 tahun dirawat di ruang perawatan geriatri sebuah RS


dengan acute miocard infarction. Pasien mampu melakukan ADL, mampu mandi,
makan dan minum sendiri, ambulasi dengan pengawasan, pemantauan tanda-tanda
vital setiap pergantian shift. Apakah tingkat ketergantungan perawatan pada pasien
tersebut menurut Douglass ?
a. Total care
125

b. Partial care
c. Minimal care
d. Mediate care
e. Maksimal care

3. Seorang perempuan berusia 82 tahun didatangi Nursing home dengan keluhan baru
saja keluar dari rumah sakit karena sesak napas. Klien mendapatkan terapi obat-
obatan dan oksigen 3 liter.menit. Perawat memberikan edukasi pada keluarga
mengenai fungsi oksigen dan posisi pemberian yang tepat pada klien.Apakah setting
layanan keperawatan pada kasus diatas?
a. Nursing home
b. Home care
c. Acute care
d. Respite care
e. Day service

4. Seorang perawat melakukan home visit ke rumah warga yang memiliki lansia
berusia 70 tahun, didapatkan data lansia tersebut pernah mengalai jatuh, dan
berdasarkan observasi lingkungan oleh perawat didapatkan data lantai rumah terbuat
dari keramik. Apakah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
menghindari resiko jatuh berulang pada lansia tersebut ?
a. Menganjurkan untuk meningkatkan pencahayaan di rumah
b. Menganjurkan untuk segera mengganti kloset jongkok ddengan kloset duduk
c. Menganjurkan untuk membelikan alat bantu jalan
d. Menganjurkan untuk meminimalisir penyebab jatuh seperti lantai yang
licin
e. Menganjurkan untuk menyimpan perabotan di tempat yang tinggi

5. Seorang perempuan berusia 82 tahun didatangi Nursing home dengan keluhan baru
saja keluar dari rumah sakit karena sesak napas. Klien mendapatkan terapi obat-
obatan dan oksigen 3 liter.menit. Perawat memberikan edukasi pada keluarga
mengenai fungsi oksigen dan posisi pemberian yang tepat pada klien. Perawat
menggunakan data dari hasil observasi dan penilaian kesehatan klien untuk
126

menentukan diagnose keperawatan. Merupakan standar praktek keperawatan


kesehatan rumah ke- .?
a. I
b. II
c. III
d. IV
e. I dan II

6. Seorang nursing care sedang mengadakan program pembinaan kelompok pra lansia
dan lansia di wilayahnya. Berdasarkan hasil pengkajian didaptkan 40 % lansia
mengalami depresi ringan, 54 % tinggal sendiri dan tidak punya penghasilan tetap.
Apakah upaya promotif yang dapat di lakukan perawat kepada kelompok lansia
binaannya tersebut?
a. Bersama tim kesehatan lain melakukan upaya pengobatan bagi lansia yang
sakit
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan lansia secara berkala bagi lansia yang
berisiko tinggi
c. Menggairahkan semangat hidup para lansia agar tetap merasa dihargai
dan berguna bagi diri nya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
d. Bersama tim kesehatan lainnya berupaya untuk memulihkan fungsi organ
tubuh lansia binaan yang sudah menurun.
e. Mencegahan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi dari penyakit yang
disebabkan proses menua di kalangan para lansia

7. Klien tn “A” berumur 55 thn menderita penyakit stroke, klien mengeluh kesulitan
untuk melakukan aktivitas. Apa peran perawat dalam pelayanan home care pada
lansia tersebut?

a. Peran perawat sebagai tenaga formal


b. Memberikan terapi khusus pada klien
c. Memberikan perhatian lebih pada klien
d. Membantu klien dalam melakukan aktivitas
e. Peran perawat sebagai tenaga kesehatan
127

8. Klien Ny”A” berumur 60 tahun menderia penyakit DM. Klien harus diberikan
penanganan khusus untuk merawat luka, tetapi kien menolak untuk dirawat di RS.
Apa solusi untuk mengatasi masalah tersebut ?
a. Memberikan pelayanan home care untuk merawat luka klien
b. Memberikan pelayanan RS
c. Memberikan pelayanan klinik pada klien
d. Memberikan pelayanan puskesmas pada klien
e. Memberikan pelayanan onsultasi dengan dokter

9. Serorang klien berusia 70 tahun menderita penyakit DM. Klien harus diberi
penanganan khusus untuk merawat luka, tetapi klien menolak untuk di rawat di RS.
Perawat memberi saran untuk melakukan perawatan di rumah dengan pelayanan
home care, sehingga klien dapatdiberi pelayanan kesehatan secara komperhensif.
Dari kasus arti dari pelayanan kesehatan secara komperhensif yaitu ?
a. Promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative
b. Promotif, preventif dan rehabilitative
c. Promotif, preventif dan kuratif
d. Preventif, kuratif, dan rehabilitative
e. Kuratif dan rehabilitative

10. Seorang nursing care melakukan kunjungan rumah pada seorang perempuan berusia
70 tahun yang memiliki riwayat diabetes mellitus. Hasil anamnesis didapatkan luka
derajat 1, pada ekstremitas bawah dextra. Keluarga telah mampu melakukan
perawatan luka ringan, selain itu keluarga juga bertanya jenis perawatan apa selain
merawat luka diabetik. apakah jenis therapi modalitas yang dapat diberikan pada
klien ?
a. Perawatan luka
b. Manajemen perilaku
c. Senam lansia dengan diabetes
d. Memberikan terapi relaksasi
e. Mengajarkan senam kaki diabetik
128

NAMA KELOMPOK KELAS IIIB

KELOMPOK 1 KELOMPOK 5

1. AURELIA FEBI AYU.M 1. AINUN ASMAYA


2. ILA KARMILA 2. HARIANA
3. NURHIKMAH FAJRIYANTI 3. MOHD. YUSUF
4. RAHMAYANI 4. NURUL ADHAR
5. RIRIN INDRIANI 5. SELFY STEFANI
6. SRI RESKI WULANDARI 6. VERA RIYANTI

KELOMPOK 2 KELOMPOK 6

1. RESKI AULIA ROSADI 1. ANDINI FIKRIYANTI


2. KURNIA LESTARI 2. HASRI AENUN SULTAN
3. NURHAEDA ANWAR 3. MULYANI
4. RAMLAH 4. NURUL FAUZIYAH
5. RISKAH MAULINDA 5. RESKI KHAERATI
6. SULIGAWATI 6. YANTI RUKMANA

KELOMPOK 3 KELOMPOK 7

1. ABD.RAHMAN 1. ANGGRAENI MURSALIM


2. ECCHI HAFANI 2. HILDAYANTI BAHTIAR
3. MELATI.B 3. PRESTI ANDRIANI
4. NUR SYAMSINAR 4. RIFKA DWITA
5. SARNIATI 5. SRI ALFATIAH
6. TRISNAWATI 6. VERA NOVITA

KELOMPOK 4 KELOMPOK 8

1. AINHY NARULITA 1. ASWAR


2. ELSA SHAPIRA 2. IIN SETIAWATI
3. NILAN YULINANDA 3. NUR HIDAYAH
TRIKORA 4. RAFIKA HERMAN
4. RESKI ANGEL 5. RINA APRIANTI
5. RESKI AMALIA 6. SRI NURMAYATRI
6. SARTIKA

Anda mungkin juga menyukai