Anda di halaman 1dari 19

ASPEK LEGAL ETIK DAN TERAPI NON FARMAKOLOGI PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULER

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia
dosen pengampu Dian Anggraini, M.Kep

oleh:
Neng Milawati (218026)
Nita Kartini (218027)
Noor Aziziyah (218028)
Pani Nur Padilah (218029)
Putri Hilda Octaviani (218030)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, robb seluruh alam. Sholawat dan salam
semoga tercurah limpahkan kepada nabi akhir zaman, sayyidina wa maulana
Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabat beliau. Berkat rahmat,
hidayah, dan petunjuk dari Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Aspek Legal Etik Dan Terapi Non Farmakologi Pada Pasien Dengan
Gangguan Kardiovaskuler . Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas keperawatan medikal bedah yang telah diberikan oleh dosen
pengampu yaitu Ibu Dian Anggraini, M.Kep
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Bandung, Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4. Manfaat .............................................................................................................. 2
1.5. Metode Penyusunan .......................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 3
2.1. Pengertian Aspek Legal Etik Keperawatan ................................................... 3
2.2. Prinsip Legal dan Etik Keperawatan .............................................................. 4
2.3. Masalah Legal Dalam Keperawatan ............................................................... 6
2.4. Landasan Aspek Legal Keperawatan ............................................................. 7
2.5. Tanggungjawab dan Tanggunggugat Keperawatan...................................... 8
BAB 3 PEMBAHASAN .................................................................................................... 9
3.1. Kasus Pasien Dengan Gangguan Kardiovaskuler ......................................... 9
3.2. Pembahasan Kasus Berdasarkan Prinsip Legal Etik Keperawatan ............ 9
3.3. Terapi Non Farmakologi Manajemen Nyeri Pada Penyakit Jantung
Koroner ........................................................................................................................ 10
3.4. Terapi Non Farmakologi Pada Penyakit Hipertensi Dengan Jus Mentimun
12
3.5. Terapi Non Farmakologi Pada Penyakit Hipertensi Dengan Meditasi ..... 13
3.6. Terapi Non Farmakologi Pada Penyakit Hipertensi Dengan Daun Alpukat
14
BAB 4 PENUTUP .......................................................................................................... 15
4.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 15
4.2. Saran ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga
diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan
yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi,
maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang
dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau
praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam.
Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan
kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada
kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan
tuntutan globalisasi. Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian
pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada
diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang
melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus
pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam
reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75%
pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994),
Swansburg dan Swansburg, 1999) dan hampir semua pelayanan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan
pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian Direktorat
Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata lebih
dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan

1
2

keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang
bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24
jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem klien.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana aspek legal etik pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler
?
b. Bagaimana terapi non farmakologi pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler
1.3. Tujuan
a. Menjelaskan aspek legal etik pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler
b. Menjelaskan terapi non farmakologi pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler
1.4. Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai beriku:
a. Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan
mengenai aspek legal etik pada pasien dengan ganguan kardiovaskuler
b. Secara praktis makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dapat lebih
memahami mengenai terapi non farmakologi pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler
1.5. Metode Penyusunan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah yaitu studi literatur.
Pada tahap ini, dilakukan penelusuran teori-teori yang tepat tentang aspek legal
etik dan terapi non farmakologi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Aspek Legal Etik Keperawatan
Etika berhubungan dengan bagaimana seseorang bertindak dan bagaimana
mereka melakukan hubungan dengan orang lain (Potter and Perry 1997).
Menurut (Copper 1997 ) etika keperawatan dihubungkan dengan hubungan antar
perawat terhadap orang lain. Menurut Florence Nightingale etika keperawatan
merupakan tuntunan bagi profesi keperawatan.
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya
yang diatur dalam undang-undang keperawatan.Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan
bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran.
Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus
juga bisa diandalkan.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh
sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered
nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada
kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja
(SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP)
bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional,
Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang

3
4

Professional Development “Setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat


utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif,
komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan
memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna,
Pakar Hukum Kesehatan UI 2006)
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan
legal yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan,
pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis
perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan
dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih
melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat
harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.
2.2. Prinsip Legal dan Etik Keperawatan
a. Autonomi ( Otonomi ) .
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
b. Beneficience ( Berbuat Baik ) .
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
5

 Weak paternalism, mengambil keputusan pada pasien yang tidak bisa


mengambil keputusan
 Strong paternalism, pasien bisa mengambil keputusan sendiri dan
perawat tetap harus memberikan yang terbaik untuk pasien
c. Justice(Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien. Menghindari tindakan yang berbahaya/merrugikan
bagi pasien
e. Veracity (Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.
f. Fidellity
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality(Kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien.
6

h. Accountability
Akuntabilitas merupakan tanggungjawab dengan apa yang
dilakukan terhadap pasien, tenaga kesehatan dan diri sendiri

2.3. Masalah Legal Dalam Keperawatan


Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga
negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum
untuk menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu
dihindari seorang perawat :
a. Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien
dengan cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan
ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan
pasien jatuh dan cedera.
b. Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah
karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil
barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.
c. Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan
orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika
anda menyatakan secara verbal atau tertulis.
d. Falseimprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik
atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja
sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein
harus digunakan sesuai dengan perintah dokter
e. Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh
orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan
7

berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita
berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien
harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita
lakukan.
f. Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan
pribadinya.Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi
dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.
g. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik
meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan
pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-
anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit
dimengerti mengapa seseorang menganiaya orang lain yang lemah atau
rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa
mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari
perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga
keamanan dan keselamatan pasiennya.
2.4. Landasan Aspek Legal Keperawatan
Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan.
Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan
Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau
berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang.
8

Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam


bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam
profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh
Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan
dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti
tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-
masing.
2.5. Tanggungjawab dan Tanggunggugat Keperawatan
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas
yang berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab perawat
secara umum :
a. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
b. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau obat-
obatan tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan
orang-orang yang tepat ditempat tersebut.
c. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi
d. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien
dan memberikaninformasi biasanya diberikan oleh dokter
e. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal ± hal penting
kepada orang yangtepat.
Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan
hasil-hasilnya termasuk dalam lingkup peran profesional seseorang. sebagaimana
tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil
- hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan
masyarakat. Akuntabilitas bertujuan :

a. Mengevaluasi praktisi-praktisi profesional baru dan mengkaji ulang praktisi -


praktisi yangsudah ada
b. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
c. Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan pertumbuhan
pribadi sebagai bagian yang profesional perawatan kesehatan
d. Memberikan dasar untuk keputusan etis
BAB 3

PEMBAHASAN
3.1. Kasus Pasien Dengan Gangguan Kardiovaskuler
Tn. A umur 56 tahun perkerjaan petani terdiagnosa gangguan irama
jantung (atrial fibrilasi). Untuk meningkatkan kualitas hidup Tn. A
dianjurkan oleh dokter untuk dipasang alat pacu jantung, tetapi keluarga Tn.
A menolak dengan alasan tidak punya biaya untuk operasi pemasangan alat
pacu jantung. Tn. A mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya
kalau memang ia harus meninggal Tn. A sudah ikhlas, Tn. A tidak mau
membebani keluarganya.
3.2. Pembahasan Kasus Berdasarkan Prinsip Legal Etik Keperawatan
a. Otonomi, memberikan kebebasan kepada Tn. A mengambil keputusan
untuk tindakan yang akan diberikan pada dirinya misal klien menolak
untuk di pasang pemacu jantung, perawat tidak boleh memaksakan
klien untuk menerima tindakan tersebu tetapi perawat dapat melakukan
pedekatan secara bertahap memasang alat pacu jantung dapat
membantu kesembuhan klien
b. Beneficience (berbuat baik), memberikan pelayanan kesehatan yang
sesuai yang dapat meningkatkan derajat kesehatan Tn A yaitu
memasangkan pemacu jantung jika klien menolak lakukan pendekatan
untuk mendapatkan persetjuan
c. Keadilan (justice), melakukan pemasangan pemacu jantung kepada Tn.
A sesuai dengan prosedur pemasangannya tidak memandang usia ,jenis
kelamin, ras, dan tingkatan ekonomi dengan pasien yang lain
d. Tidak merugikan (non maleficience), menjaga keamanan, kenyaman
Tn. A pada saat pemasangan dan setelah pemasangan misal tidak
melakukan kesalahan dalam pemasangan yang dapat menyebabkan
luka pada klien
e. Kejujuran (veracity), memberikan informasi yang sesungguhnya
tentang penyakitnya kepada Tn A jika Tn. A bertanya-tanya

9
10

f. Menepati janji (fidelity), melakukan pemasangan pemacu sesuai janji


yang telah dilakukan dengan klien
g. Kerahasiaan (confidentiality), merahasiakan reaksi Tn. A ketika
dilakukan pemasangan pemacu jantung
h. Akuntabilitas (accountability), perawat memberikan pelayanan secara
professional kepada Tn. A sehingga klien merasa lebih nyaman
3.3. Terapi Non Farmakologi Manajemen Nyeri Pada Penyakit Jantung
Koroner
a. Pengalihan perhatian
Terapi musik Penggunaan istilah terapi musik dewasa ini
berkembang. Ada beberapa pendapat ahli tentang terapi musik, salah
satu diantaranya yang dikemukakan oleh Linberg dan Katherine (1997)
yang menyatakan bahwa terapi musik adalah tindakan menentukan
penggunaan musik dan intervensi musikal sebagai rencana tindakan
untuk memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
emosional, fisik, psikologis dn spiritual serta untuk proses
penyembuhan (Dossey, Guzzetta dan Kenner, 2002). Dengan demikian
istilah terapi musik dapat diartikan sebagai tindakan terapi alternatif
dengan memperdengarkan musik yang dilakukan oleh ahli terapi musik
dengan tujuan untuk meningkatkan, mempertahankan dan
mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional maupun spiritual
sebagai terapi penunjang dalam proses penyembuhan klien. Tomatis
(1996) berpendapat bahwa bunyi-bunyi dengan
frekwensitinggi(3000hingga 8000 hertz atau lebih) lazimnya bergetar
diotak danmmempengaruhi fungsi-fungsi kognitif seperti berfikir,
persepsi spasial dan ingtan. Bunyi-bunyi dengan frekwensi sedang 750
hingga 3000 hertz cenderung merangsang jantung, paru dan emosi
sedangkan bunyi-bunyi dengan frekwensi rendah 125 hingga 750 hertz
akan mempengaruhi gearakan-gerakan fisik. Bunyi yang keluar dari
alat musik yang diminkan oleh orang yang menguasai alat musik
memiliki nada-nada yanga beraturan dan irama-irama tertentu. Bunyi
11

tersebut dikenal dengan musik. Alunan suara musik yang terdngar oleh
telinga manusia ternyta mampu memberikan stimulus yang positif bagi
manusia. Musik mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak
menyenangkan. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan
gelombang otak, bahkan musik dapat berpengaruh terhadap irama
pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah manusia (Campbell,
2001).
a. Pijatan
b. Akupuntur
Akupuntur adalah teknik kesehatan holistik yang berasal dari
praktek Pengobatan Tradisional Cina, yang dilakukan oleh ahli tusuk
jarum dengan merangsang titik-titik tertentu pada tubuh dengan
memasukkan jarum tipis ke dalam kulit. Anehnya, meskipun
perawatannya menggunakan jarum, namun pengobatan ini tidak
menimbulkan rasa sakit. Bahkan, salah satu manfaat yang paling populer
dari akupuntur ialah untuk mengurangi rasa sakit kronis di seluruh tubuh
dengan cara yang alami.
c. Relaksasi adalah pengaturan pernapasan. Cara relaksasi yaitu :
 Posisikan tubuh pada posisi duduk atau berbaring dengan nyaman
 Tutuplah mata supaya merasa nyaman merasakannya
 Letakan satu tangan diperut dan satu lagi di dada
 Menghirup melalui hidung dan mengeluarkan melalu mulut
 Tarik napas empat hitungan, berhenti sebentar, lalu hembuskan
sampai hitungan ke empat
 Bernapas halus, stabil dan tidak menyentak
d. Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL dan memperbaiki koroner pada
penderita jantung koroner, karena dapat memperbaiki fungsi paru-paru
dan memperbanyak O2masuk ke dalam miokard, menurunkan tekanan
darah , dan menyehatkan jasmani
12

3.4. Terapi Non Farmakologi Pada Penyakit Hipertensi Dengan Jus


Mentimun
Khomsan (2009) juga menyatakan bahwa buah mentimun memiliki efek
hipotensif yang dapat menurunkan tekanan darah dan efek diuretik yang
dapat melancarkan air seni sehingga menurunkan jumlah cairan yang
beredar dalam aliran darah pada akhirnya dapat mengurangi beban kerja
jantung. Hal ini berarti cara kerja terapi dengan mengkonsumsi jus
mentimun sama halnya dengan obat-obatan antihipertensi golongan diuretik
dalam menurunkan tekanan darah. Selain itu, mentimun sangat bermanfaat
dalam menurunkan tekanan darah karena kandungan kalsium, magnesium,
kalium, dan fosfornya yang tinggi. Hal ini sesuai dengan diet DASH yang
menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang tinggi kalsium,
magnesium, kalsium, dan serat seperti yang terkandung pada sayuran (salah
satu contohnya mentimun) terbukti dapat menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik sebesar 5,5 mmHg dan 3 mmHg (Chaturvedi, Saurabh
& Rajeev, 2009). Pengaruh kandungan mentimun terhadap tekanan darah
terlihat jelas dalam peranan kalium, kalsium, dan magnesium terhadap
pompa kaliumnatrium. Kalium berperan dalam menjaga kestabilan
elektrolit tubuh melalui pompa kalium-natrium. Kurangnya kadar kalium
dalam darah akan mengganggu rasio kalium-natrium sehingga kadar
natrium akan meningkat. Hal ini dapat menyebabkan pengendapan kalsium
pada persendian dan tulang belakang yang meningkatkan kadar air tubuh
sehingga meningkatkan beban kerja jantung dan pengumpalan natrium
dalam pembuluh darah. Akibatnya dinding pembuluh darah dapat terkikis
dan terkelupas yang pada akhirnya menyumbat aliran darah sehingga
meningkatkan risiko hipertensi sehingga dengan mengkonsumsi jus
mentimun hal ini kemungkinan dapat dihindari. Sedangkan magnesium
berperan dalam mengaktifkan pompa natrium-kalium, yang memompa
natrium keluar dan kalium masuk ke dalam sel (Julianti, 2005). Selain itu,
magnesium juga berperan dalam mempertahankan irama jantung agar tetap
13

dalam kondisi normal, memperbaiki aliran darah ke jantung, meningkatkan


kolesterol HDL yang bermanfaat, dan mendatangkan efek penenang bagi
tubuh. Magnesium juga memiliki aktivitas atau cara kerja yang sama tetapi
tanpa efek samping dengan obat antihipertensi golongan antagonis kalsium
sepertiDiltiazem,verapamil dan isoptin(Braverman & Braverman, 2006).
Semua ini akan dapat menjaga tekanan darah tetap teratur dan stabil. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa mengkonsumsi mentimun membantu
mempertahankan dan menjaga keseimbangan pompa kalium-natrium yang
berpengaruh terhadap tekanan darah
3.5. Terapi Non Farmakologi Pada Penyakit Hipertensi Dengan Meditasi
Meditasi adalah latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik,
emosi, mental, dan spiritual seseorang (Iskandar, 2008). Meditasi adalah
pemfokusan pikiran menuju status kesadaran yang membawa status
ketenangan, kejelasan, dan kebahagiaan yang merupakan media dari NSR
(Sukmono, 2009). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa meditasi
adalah latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik, emosi, mental,
dan spiritual seseorang yang dapat menagarahkan pikiran menuju status
kesadaran yang membawa ketenangan,kejelasan, dan kebahagiaan.
Dengan meditasi akan menstimulus sistem parasimpatik sehigga
menimbulkan keadaan tenang (rileks). Dengan terstimulusnya saraf
parasympatik dapat memperlambat denyut jantung memperlebar diameter
pembuluh arteri sehingga dalam keadaan rileks atau tenang dapat
menurunkan tekanan darah,sedangkan pada diastole mengalami
penurunan yang tidak begitu signifikan karena tekanan darah diastolik
terkait dengan sirkulasi koroner,jika arteri koroner mengalami
aterosklerosis akan mempengaruhi tekanan darah diastolik,
sehinggadengan meditasi tidak mengalami penurunan tekanan darah
diastolik yang berarti.
14

3.6. Terapi Non Farmakologi Pada Penyakit Hipertensi Dengan Daun


Alpukat
Daun alpukat telah diuji penelitian mengenai kandungan zat
aktifnya, terbukti memiliki kandungan flavonoid,savonin, dan alkaloid. Zat-
azat yang terkandung dalam alpukat bersifat sebgai peluruh kencing
(deuretika), dapat menurunkan tekanan darah, anti inflamasi, dan analgestik.
Salah satu cara kerja daun alpukat adalah dengan mengeluarkan sejumlah
cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan
berkurangnya jumlah air didalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar
sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami penurunan (Redaksi
Agromedia)
BAB 4

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggungjwabnya dan berbagai
tatanan pelayanan termasuk hak dan kewajibannya diatur dalam undang-
undang keperawatan. Selain itu juga perawat dapat memberikan terapi non
farmakologi pada pasiennya. Seperti halnya pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler perawat dapat memberikan terapi non faramakologi seperti
relaksasi nafas dalam, meditasi, mengkonsumsi jus mentimun,mengkonsumsi
daun alpukat dan masih banyak yang lainnya yang bisa perawat lakukan untuk
membantu proses penyembuhan pasien
4.2. Saran
Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan
suatu tindakan agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian
yang fatal akibatnya. Untuk para pembaca yang memiliki gangguan pada
sistem kardiovaskuler hendaknya biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar
kita tidak terkena gangguan sistem kardiovaskuler karena mencegah itu lebih
baik daripada mengobati

15
DAFTAR PUSTAKA
Mimin, Suhaemin. 2003. Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC

Mary ,Baradero. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskular.

Jakarta : EG

Firmansyah, Iman. . Farmakoterapi Terapan Penyakit Jantung Koroner.


Tersedia :
https://www.academia.edu/34526403/FARMAKOTERAPI_TERAPAN_PENYA
KIT_JANTUNG_KORONER. [21,Juni 2019]

Ramadhani, Afdal. 2012. Perbedaan Pengaruh Pemberihan Seduhan Daun


Alpukat Pada Pasien Hipertensi. Tersedia :
http://repository.unand.ac.id/17830/1/AFDAL.pdf [21, Juni 2019]

16

Anda mungkin juga menyukai