MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia
dosen pengampu Dian Anggraini, M.Kep
oleh:
Neng Milawati (218026)
Nita Kartini (218027)
Noor Aziziyah (218028)
Pani Nur Padilah (218029)
Putri Hilda Octaviani (218030)
Segala puji bagi Allah SWT, robb seluruh alam. Sholawat dan salam
semoga tercurah limpahkan kepada nabi akhir zaman, sayyidina wa maulana
Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabat beliau. Berkat rahmat,
hidayah, dan petunjuk dari Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Aspek Legal Etik Dan Terapi Non Farmakologi Pada Pasien Dengan
Gangguan Kardiovaskuler . Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas keperawatan medikal bedah yang telah diberikan oleh dosen
pengampu yaitu Ibu Dian Anggraini, M.Kep
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga
diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan
yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi,
maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang
dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau
praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam.
Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan
kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada
kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan
tuntutan globalisasi. Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian
pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada
diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang
melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus
pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam
reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75%
pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994),
Swansburg dan Swansburg, 1999) dan hampir semua pelayanan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan
pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian Direktorat
Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata lebih
dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan
1
2
keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang
bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24
jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem klien.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana aspek legal etik pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler
?
b. Bagaimana terapi non farmakologi pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler
1.3. Tujuan
a. Menjelaskan aspek legal etik pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler
b. Menjelaskan terapi non farmakologi pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler
1.4. Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai beriku:
a. Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan
mengenai aspek legal etik pada pasien dengan ganguan kardiovaskuler
b. Secara praktis makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dapat lebih
memahami mengenai terapi non farmakologi pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler
1.5. Metode Penyusunan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah yaitu studi literatur.
Pada tahap ini, dilakukan penelusuran teori-teori yang tepat tentang aspek legal
etik dan terapi non farmakologi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Aspek Legal Etik Keperawatan
Etika berhubungan dengan bagaimana seseorang bertindak dan bagaimana
mereka melakukan hubungan dengan orang lain (Potter and Perry 1997).
Menurut (Copper 1997 ) etika keperawatan dihubungkan dengan hubungan antar
perawat terhadap orang lain. Menurut Florence Nightingale etika keperawatan
merupakan tuntunan bagi profesi keperawatan.
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya
yang diatur dalam undang-undang keperawatan.Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan
bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran.
Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus
juga bisa diandalkan.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh
sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered
nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada
kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja
(SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP)
bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional,
Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang
3
4
h. Accountability
Akuntabilitas merupakan tanggungjawab dengan apa yang
dilakukan terhadap pasien, tenaga kesehatan dan diri sendiri
berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita
berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien
harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita
lakukan.
f. Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan
pribadinya.Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi
dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.
g. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik
meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan
pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-
anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit
dimengerti mengapa seseorang menganiaya orang lain yang lemah atau
rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa
mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari
perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga
keamanan dan keselamatan pasiennya.
2.4. Landasan Aspek Legal Keperawatan
Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan.
Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan
Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau
berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang.
8
PEMBAHASAN
3.1. Kasus Pasien Dengan Gangguan Kardiovaskuler
Tn. A umur 56 tahun perkerjaan petani terdiagnosa gangguan irama
jantung (atrial fibrilasi). Untuk meningkatkan kualitas hidup Tn. A
dianjurkan oleh dokter untuk dipasang alat pacu jantung, tetapi keluarga Tn.
A menolak dengan alasan tidak punya biaya untuk operasi pemasangan alat
pacu jantung. Tn. A mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya
kalau memang ia harus meninggal Tn. A sudah ikhlas, Tn. A tidak mau
membebani keluarganya.
3.2. Pembahasan Kasus Berdasarkan Prinsip Legal Etik Keperawatan
a. Otonomi, memberikan kebebasan kepada Tn. A mengambil keputusan
untuk tindakan yang akan diberikan pada dirinya misal klien menolak
untuk di pasang pemacu jantung, perawat tidak boleh memaksakan
klien untuk menerima tindakan tersebu tetapi perawat dapat melakukan
pedekatan secara bertahap memasang alat pacu jantung dapat
membantu kesembuhan klien
b. Beneficience (berbuat baik), memberikan pelayanan kesehatan yang
sesuai yang dapat meningkatkan derajat kesehatan Tn A yaitu
memasangkan pemacu jantung jika klien menolak lakukan pendekatan
untuk mendapatkan persetjuan
c. Keadilan (justice), melakukan pemasangan pemacu jantung kepada Tn.
A sesuai dengan prosedur pemasangannya tidak memandang usia ,jenis
kelamin, ras, dan tingkatan ekonomi dengan pasien yang lain
d. Tidak merugikan (non maleficience), menjaga keamanan, kenyaman
Tn. A pada saat pemasangan dan setelah pemasangan misal tidak
melakukan kesalahan dalam pemasangan yang dapat menyebabkan
luka pada klien
e. Kejujuran (veracity), memberikan informasi yang sesungguhnya
tentang penyakitnya kepada Tn A jika Tn. A bertanya-tanya
9
10
tersebut dikenal dengan musik. Alunan suara musik yang terdngar oleh
telinga manusia ternyta mampu memberikan stimulus yang positif bagi
manusia. Musik mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak
menyenangkan. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan
gelombang otak, bahkan musik dapat berpengaruh terhadap irama
pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah manusia (Campbell,
2001).
a. Pijatan
b. Akupuntur
Akupuntur adalah teknik kesehatan holistik yang berasal dari
praktek Pengobatan Tradisional Cina, yang dilakukan oleh ahli tusuk
jarum dengan merangsang titik-titik tertentu pada tubuh dengan
memasukkan jarum tipis ke dalam kulit. Anehnya, meskipun
perawatannya menggunakan jarum, namun pengobatan ini tidak
menimbulkan rasa sakit. Bahkan, salah satu manfaat yang paling populer
dari akupuntur ialah untuk mengurangi rasa sakit kronis di seluruh tubuh
dengan cara yang alami.
c. Relaksasi adalah pengaturan pernapasan. Cara relaksasi yaitu :
Posisikan tubuh pada posisi duduk atau berbaring dengan nyaman
Tutuplah mata supaya merasa nyaman merasakannya
Letakan satu tangan diperut dan satu lagi di dada
Menghirup melalui hidung dan mengeluarkan melalu mulut
Tarik napas empat hitungan, berhenti sebentar, lalu hembuskan
sampai hitungan ke empat
Bernapas halus, stabil dan tidak menyentak
d. Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL dan memperbaiki koroner pada
penderita jantung koroner, karena dapat memperbaiki fungsi paru-paru
dan memperbanyak O2masuk ke dalam miokard, menurunkan tekanan
darah , dan menyehatkan jasmani
12
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggungjwabnya dan berbagai
tatanan pelayanan termasuk hak dan kewajibannya diatur dalam undang-
undang keperawatan. Selain itu juga perawat dapat memberikan terapi non
farmakologi pada pasiennya. Seperti halnya pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler perawat dapat memberikan terapi non faramakologi seperti
relaksasi nafas dalam, meditasi, mengkonsumsi jus mentimun,mengkonsumsi
daun alpukat dan masih banyak yang lainnya yang bisa perawat lakukan untuk
membantu proses penyembuhan pasien
4.2. Saran
Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan
suatu tindakan agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian
yang fatal akibatnya. Untuk para pembaca yang memiliki gangguan pada
sistem kardiovaskuler hendaknya biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar
kita tidak terkena gangguan sistem kardiovaskuler karena mencegah itu lebih
baik daripada mengobati
15
DAFTAR PUSTAKA
Mimin, Suhaemin. 2003. Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC
Jakarta : EG
16