Disusun oleh:
MEGA SELVIA
NIM. 2014.06.1.0023
Pembimbing:
FAKULTAS HUKUM
S U R AB AYA
2015
REFERAT
Disusun oleh:
MEGA SELVIA
NIM. 2014.06.1.0023
Pembimbing:
FAKULTAS HUKUM
S U R AB AYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya dengan rahmat
Dengan ketulusan hati penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
Saya menyadari bahwa referat ini tentu tidak terlepas dari kekurangan
diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar................................................................................................ i
Lembar Pengesahan......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
2.1 Pembahasan................................................................................ 11
PRAKTEK EUTHANASIA.......................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
mutu individual, maka peningkatan kualitas adalah hal mutlak yang harus
dilakukan, agar tidak tertinggal dengan rotasi zaman. Begitu pula dalam
disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit
1 Mendri. Ni Ketut, Hubungan Pemberian Informasi Tindakan Invasif Oleh Perawat Dengan
Pemahaman Hak Pasien Rawat Inap Di IRNA I RSUP Dr. Sardjito, Tesis. Program Pascasarjana
UGM, Yogyakarta, 2009.
pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien
perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan
keluarganya.
paliatif .2
yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah masalah lain seperti
berikut:
yang normal;
3. Tidak bertujuan untuk mempercepat ataupun menunda kematian;
4. Memadukan aspek aspek bio-psikologi, sosial dan spiritual dalam
pengobatan pasien;
5. Menawarkan dukungan untuk membantu pasien hidup seaktif
selama sakit;
9. Dapat diterapkan sejak awal pengobatan penyakit, bersamaan dengan
ventilator. Seringkali para dokter ICU kini dihadapkan pada dilema apakah
yang sudah diberikan apa boleh dihentikan. Para dokter sudah dididik
3 Dr. Sutarno, dr. Sp.THT, S.H., M.H., Hukum Kesehatan: Eutanasia, Keadilan dan Hukum
Positif di Indonesia, Setara Press, Malang, 2014, h. 66-67.
untuk menolong jiwa pasien, namun kini harus memutuskan apakah
die), mengingat satu dan lain hal sudah tidak mungkin lagi untuk
diperpanjang dan kadang kadang pasien sudah tidak tahan lagi akan
pedoman yang pasti dan nurani sang dokter dan kepercayaan dan agama
yang dianutinya. Juga tergantung kepada hukum dari negara yang berlaku.4
tidak ada batas waktu sampai kapan harus dirawat di rumah sakit, karena
Jangka waktu perawatan bisa sangat lama, dan tentunya memerlukan biaya
sangat besar baik untuk ongkos penginapan, obat obatan, tenaga medis
dan paramedis. Selain itu keluarga pasien juga akan sangat repot, karena
4 Goewandi, Bioethic & Biolaw, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2000.
kita tidak dapat begitu saja meniru Belanda. Tidak lain karena kondisi
ada yang menterjemahkan mati cepat tanpa derita. Hal ini dinyatakan oleh
makhluk, (baik orang atau hewan piaraan) yang sakit berat atau luka parah
Di satu pihak dokter harus menghormati hak hak pasien (termasuk hak
6 Ibid, h. 16.
untuk mati?), namun dilain pihak faktor faktor etika moral dan hukum
yang juga harus ditaati. Suka atau tidak, sengaja atau tidak, pada masa
sekarang para dokter akan berhadapan dengan kasus kasus eutanasia atau
kesempatan. 7
7 http://agus-prayogi.blogspot.co.id/2013/04/medikolegal-dalam-perawatan-paliatif.html
8 Dr. Sutarno, dr. Sp.THT, SpKL, S.H.,M.H. dan Bambang Ariyanto, Tinjauan Hak Asasi
Manusia Dalam Tindakan Eutanasia, Perspektif Hukum, Volume 12, No.2, November 2012, h.
43.
kegiatan kedokterannya sebagai seorang profesi dokter harus sesuai
penyakit, baik fisik maupun materi adalah tindakan irasional dan tidak
dan sikap dokter yang terlalu pasrah dan menyerah. Secara agama, hidup
dan matinya seseorang itu berada di tangan Allah SWT dan tugas dokter
Apakah betul hak untuk mati bagi seseorang tidak ada, dan
bagaimana pula kalau hak untuk hidup tidak diambilnya. Pada Pasal 281
UUD 1945 hak untuk hidup dicantumkan sedangkan hak untuk mati tidak
negara harus menghormati hak orang lain, termasuk pula hak pasien
khusus ini. Sehingga pasien tidak merasa disiksa, baik waktu dan
daripada terus menerus digunakan untuk hal yang sudah jelas secara
isu HAM akan makin menarik untuk dikaji. Hal ini penting apalagi usia
yang berusia lanjut dan orang yang berpenyakit degeneratif serta kanker
tindakan ini sangat rawan terhadap tuntutan hukum. Hal ini membuat para
pandang medis-etis-yuridis. 9
maka isu hukum utama yang akan dikaji dalam referat ini adalah:
pseudo-euthanasia?
9 Dr. Sutarno, dr. Sp.THT, SpKL, S.H.,M.H. dan Bambang Ariyanto, S.H.,M.H., Hak Asasi
Manusia Dalam Kasus Euthanasia, Penelitian, Program Studi Magister Hukum Universitas
Hangtuah, Surabaya, 2013.
BAB II
DAN PSEUDO-EUTHANASIA
.1 Pembahasan
sulit. Di satu pihak dokter harus menghormati hak hak pasien (termasuk
hak untuk mati?), namun dilain pihak faktor etika moral dan hukum yang
juga harus ditaati. Suka atau tidak, sengaja atau tidak, pada masa sekarang
para dokter akan berhadapan dengan kasus euthanasia atau mirip dengan
itu. 10
suatu perawatan/ pengobatan, jika secara medis telah diketahui tidak dapat
10 Ibid.
11 Goewandi, Op.Cit..
untuk mengakhiri/ memperpendek hidup pasien, melainkan untuk
paliatif
keluarganya,
consent.
12 http://agus-prayogi.blogspot.co.id/2013/04/medikolegal-dalam-perawatan-paliatif.html
e) Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk
kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau tidak boleh
apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat pula hanya
tersebut di buat tertulis dan akan dijadikan panduan utama bagi tim
perawatan paliatif.
pertama.
dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan
Paliatif.
di atas.
harus dipelihara.13
1. Euthanasia
pada sumpah hipokrates yang ditulis pada masa 400-300 SM. Sumpah
law sejak tahun 1300 hingga saat ini bunuh diri ataupun membantu
dengan tenang & aman tanpa penderitaan, buat yang beriman dengan
2. Pseudo-Euthanasia
otak.
Euthanasia Pasif
Tindakan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau
pertolongan dihentikan.
Euthanasia Aktif
Merupakan perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter
golongan:
a) Euthanasia aktif langsung: yaitu cara pengakhiran kehidupan
lainnya.
perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan
perundang undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang
pada pengaturan pasal pasal 338,340,345, dan 359 KUHP yang juga
dapat dukatakan memenuhi unsur unsur delik dalam perbuatan
euthanasia.
c. Kesalahan (dolus,culpa)
juga ilmu kedokteran tetap mempunyai batas dan hal yang erat
paliatif. Sesuatu yang berada diluar batas ilmu kedokteran sudah tidak
pasiennya.
Yang terpenting kriteria medik harus selalu digunakan untuk
perawatan.14
BAB III
Praktek Euthanasia
Manusia LN No. 165 Tahun 1999, TLN No 3886 pada Pasal 1 angka 1
dengan Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
14 http://agus-prayogi.blogspot.co.id/2013/04/medikolegal-dalam-perawatan-paliatif.html
Maha Esa dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang
asasi manusia merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia sejak
lahir. Hak asasi manusia selain dilindungi oleh negara, juga dilindungi
dalam Undang undang No. 39 Tahun 1999 Ln No. 165 Tahun 1999, TLN
pribadi, pikiran dan hati nurani, hal beragama, hak untuk tidak
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
penghilangan nyawa.
Pada dasarnya, pasal diatas justru menghargai dan mengedepankan
hak asasi manusia untuk hidup, bukan sebaliknya.Selain itu, hak asasi
Nomor 12 Tahun 2005 LN. No. 119 Tahun 2005, TLN. No. 4558 tentang
Setiap manusia berhak atas hak untuk hidup yang melekat pada
Berdasarkan pasal diatas hak asasi manusia, yaitu hak untuk hidup
merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling mendasar dan
melekat pada setiap diri manusia secara kodrati, berlaku universal dan
bersifat abadi sebagai anugerh Tuhan Yang Maha Esa.Di Indonesia, hak
dan hak untuk dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
keadaan apapun.
ketika menyentuh hak dasar pasien, yaitu hak untuk menentukan diri
sendiri adalah hak yang melekat dalam diri manusia, dalam arti seseorang
TLN No. 3886 tentang Hak Asasi Manusia dalam Bab V Hak Atas
jasmani, dan karena itu itu tidak boleh menjadi obyek penelitian
pada hak kebebasan pribadi yang merupakan salah satu hak yang paling
15 I Made Fandi Dwi Permana, Euthanasia Dikaji dari Perspektif Hukum Kesehatan dan Hak
Asasi Manusia, Jurnal, Universitas Mataram, Mataram, 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sutarno, dr. Sp.THT, SpKL, S.H.,M.H. dan Bambang Ariyanto, 2012,
Tinjauan Hak Asasi Manusia Dalam Tindakan Eutanasia,
Perspektif Hukum, Volume 12, Surabaya.