1
KATA PENGANTAR
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karna pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan - masukan yang berisfat membangunkan umtuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan Masalah..................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Pengertian Keperawatan Paliatif........................................................................6
B. Pengertian Keperawatan Paliatif Menurut WHO...............................................7
C. Bagaimana Melihat Perkembangan Paliatif Di Dunia Dan Di Indonesia..........7
D. Contoh Program Perawatan Paliatif Di Indonesia..............................................9
E. Contoh Program Perawatan Paliatif Di Dunia..................................................10
F. Keadaan Perawatan Paliatif Di Indonesia........................................................11
G. Strategi Perawatan Paliatif................................................................................11
BAB III........................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan kesehatan yang berfokus pada
perawatan dan kenyamanan pasien yang menghadapi penyakit serius, kronis,
atau terminal. Tujuan utama dari perawatan paliatif adalah meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan mengurangi gejala yang mengganggu, seperti
nyeri, kelelahan, dan stres. Selain itu, perawatan ini juga membantu pasien
dan keluarganya memahami dan mengelola aspek emosional, sosial, dan
spiritual yang terkait dengan kondisi penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Tim perawatan paliatif terdiri dari profesional kesehatan yang berkolaborasi
untuk memberikan dukungan holistik kepada pasien, memastikan bahwa
mereka merasa dihargai dan didukung selama perjalanan mereka.
4
merupakan pendekatan yang berfokus pada keberdayaan pasien, penghargaan
terhadap keunikan setiap individu, dan pemberian dukungan yang holistik,
menciptakan lingkungan perawatan yang hangat dan peduli.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan keperawatan paliatif di dunia
2. Bagaimana perkembangan keperawatan paliatif di Indonesia
C. Tujuan Masalah
1. Mampu mengetahui perkembangan keperawatan paliatif di dunia
2. Mampu mengetahui perkembangan di Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
agama, dan bahkan ahli kesehatan tradisional dengan tugas dan tanggung
jawabnya masing masing.
7
individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin. Pada kasus yang oleh
tim dokter dinyatakan sulit sembuh atau tidak ada harapan lagi, bahkan
mungkin hampir meninggal dunia atau yang dikenal pasien stadium terminal
(PST), tentunya dibutuhkan pelayanan yang spesial. Di sinilah perawatan paliatif
menjadi aspek penting pada pengobatan, khususnya bidang geriatri (masalah
kesehatan pada lansia).
Hal tersebut dikemukakan Ketua Organisasi Paliatif Cabang Yogyakarta,
dr. Probosuseno, Sp.PD, K-Ger, FINASIM, dalam Seminar Palliative II
‘Pelayanan Palliative dengan Pendekatan Multidispliner’ di Auditorium
Gedung Ismangoen Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Sabtu (6/7). Acara yang
dihadiri oleh ratusan peserta, antara lain, dari Yogyakarta, Bandung, Bali,
Semarang, dan Surakarta ini diadakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan
FK UGM.
Lebih lanjut Probosuseno mengatakan perawatan paliatif adalah
pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien
dan keluarganya menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi dan masalah
lain-fisik, psikososial, dan spiritual. Dalam perawatan paliatif ini
membutuhkan tim multidisiplin, kata dokter dari Subbagian Geriatri, Bagian
Ilmu Penyakit Dalam, FK UGM/SMF Geriatri RSUP Dr. Sardjito tersebut.
Melihat pentingnya peran perawatan paliatif ini, Probosuseno berharap
agar setiap rumah sakit (misalnya tipe B) memiliki semacam instalasi
perawatan paliatif dan dipakai sebagai salah satu syarat penilaian akreditasi
rumah sakit. Sementara itu, di lingkungan fakultas kedokteran, akper, sekolah
tinggi keperawatan, SMK kesehatan, psikologi, gizi, dan farmasi juga
diberikan materi terkait dengan perawatan paliatif. Dengan demikian, para
calon civitas hospitalia mendapatkan paparan dini tentang perawatan paliatif
tersebut.
Senada dengan itu, dr. Ali Agus Fauzi, PGD Pall Med dari Pusat
Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo-FK Unair
Surabaya menjelaskan perawatan paliatif tidak saja untuk menyembuhkan
penyakit. Selain penderita, yang ditangani juga pihak keluarga. Beberapa
tempat yang memungkinkan untuk dilakukan perawatan paliatif adalah rumah
sakit, puskesmas, rumah singgah (panti/hospis), dan rumah pasien. “Dulu,
perawatan paliatif ini diberikan hanya kepada pasien kanker yang secara
medis sudah tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua
8
stadium kanker, bahkan juga pada penderita penyakit-penyakit lain yang
mengancam kehidupan, seperti HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang
bersifat kronis,kata Agus.
Agus mencontohkan aplikasi perawatan paliatif di RSU Dr Soetomo
meliputi perawatan paliatif rawat jalan (poliklinik), rawat inap, rawat rumah
(home care), day care, dan respite care. Tata kerja organisasi perawatan
paliatif ini bersifat koodinatif dan melibatkan semua unsur terkait dengan
mengedepankan tim kerja yang kuat, membentuk jaringan yang luas,
berinovasi tinggi, dan layanan sepenuh hati.
Di sisi lain, dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM, Christantie
Effendy, S.Kp., M.Kes.pada kesempatan tersebut mengangkat persoalan dan
kebutuhan pasien kanker di Indonesia dan Belanda. Menurut Christantie,
meskipun Indonesia dan Belanda sangat berbeda, pasien kanker pada kedua
kelompok ini memiliki masalah fisik yang nyaris sama, dengan kelelahan dan
nyeri di urutan atas.
Dari semua masalah yang dialami pasien, unmeet needs (kebutuhan yang
tidak terpenuhi) di Indonesia lebih tinggi daripada di Belanda. Untuk
prevalensi masalah pskikososial dan sosial di Indonesia lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok penelitian di Belanda. “Perbedaan dalam
budaya dan juga sistem kesehatan mungkin telah berkontribusi terhadap
kondisi ini,jelas Christantie. (Humas UGM/Satria AN).
9
pemberian perawatan pasien kanker (melibatkan petugas puskesmas, keluarga
pasien, dan kader), hingga pembangunan taman paliatif yang dipenuhi pasien
paliatif setiap Sabtu dan Minggu dimana tersedia pemeriksaan kepada pasien
paliatif dari tim dokter rumah sakit pemerintah maupun swasta.13 Selain itu
juga didukung dengan terbentuknya pelayanan perawatan paliatif di RSUD Dr
Soetomo Surabaya sejak tahun 1992, dimana hingga kini tidak hanya
melakukan pelayanan paliatif berbasis rumah sakit (rawat jalan dan rawat
inap) serta melakukan kunjugan ke rumah pasien, pemberian pelyanan
terhadap keluarga pasien, dan melakukan desiminasi dengan in-house training
hingga luar kota Surabaya.
10
F. Keadaan Perawatan Paliatif Di Indonesia
Asuhan paliatif sudah mulai dikembangkan di Indonesia, Surabaya, sejak
tahun 1992. Namun perkembangan yang ada masih relatif lambat.4
Kementerian Kesehatan Indonesia telah memperkirakan terdapat 240.000
insiden kanker per tahun dengan 70% pasien datang pada stadium lanjut, dan
kebanyakan pasien meninggal di rumah sakit dalam keadaan menderita akibat
gejala penyakitnya dan masih belum dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarga.5 Tahun 2007 Kementerian Kesehatan telah menetapkan kebijakan
nasional terkait asuhan paliatif dalam (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
812/Menkes/SK/VII/2007 mengenai Kebijakan Perawatan Paliatif). Namun
hingga saat ini asuhan paliatif di Indonesia hanya terpusat di lima kota besar
(Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar) dengan pengembangan
SDM, sarana dan prasarana yang berbeda dan berdasarkan The Economist
Intelligence Unit (EIU) tahun 2015 mengenai kualitas kematian, Indonesia
menempati peringkat 53 dinilai berdasarkan integrasinya terhadap pelayanan
kesehatan nasional, dukungan hospis, dan keterlibatan komunitas terhadap isu
paliatif.
11
4. Bukan menandakan untuk mempercepat ataupun menunda kematian.
5. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam pelayanan
pasien.
6. Menawarkan sistem pendukung dalam membantu pasien hidup seaktif
mungkin menuju kematiannya.
7. Menawarakn sistem pendukung untuk membantu keluarga pasien
mengatasi kesedihan akibat penyakit pasien.
8. Menawarkan bantuan pemecahan masalah menggunakan sistem
konseling pendekatan tim untuk keluarga pasieng dalam masa
berkabung.
9. Meningkatkan kualitas hidup dan memberi masukan positif dalam
perjalanan penyakit.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktik perawatan paliatif yang telah diimplementasikan adalah model
berbasis komunitas dimana negara India dan Uganda mengoptimalkan sumber daya
relawan yang ada pada masing-masing area di negaranya. Strategi yang digunakan
dalam mengembangkan pelayanan paliatif di kedua negara berkembang tersebut
antara lain dengan mengoptimalkan peran organisasi non- pemerintahan yang fokus
pada peningkatan kualitas pelayanan paliatif; menginisiasi berbagai program
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dan relawan atau masyarakat umum,
baik dalam bentuk pendidikan formal maupun informal; mengoptimalkan jejaring
klinik (link clinics) dan upaya perawatan di rumah; memastikan ketersediaan dan
aksesibilitas morfin serta kebijakan yang mengatur; memaksimalkan kampanye dan
kerjasama media untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas dan pemasukan
sumber finansial dari berbagai sumber yang memungkinkan.
B. Saran
Saran bagi praktisi kesehatan yang berfokus pada pelayanan paliatif dan
pengambil kebijakan terkait juga akademisi adalah bahwa model CBPC perlu
dikembangkan untuk mendukung penyediaan layanan perawatan paliatif di Negara
berkembang dengan infrastruktur terbatas, karena kekuatan social atau komunitas
merupakan sumber daya potensial yang dapat dilibatkan dan dilatih untuk menjadi
relawan. Hal Ini karena relawan memiliki peran penting sebagai jembatan antara
pasien dan tenaga kesehatan, dan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi mereka
yang membutuhkan di wilayah mereka. Di Indonesia, PUSKESMAS perlu
menyediakan layanan di tingkat lokal karena ini adalah pusat perawatan kesehatan
yang paling mudah dijangkau, terutama di daerah pedesaan ketika perawatan paliatif
terbatas atau bahkan tidak tersedia. Mengoptimalkan peran media massa juga penting
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas. Penelitian lebih lanjut diperlukan
terutama dengan fokus pada pengelolaan finansial dan efektifitasnya dalam
membangun perawatan paliatif berbasis komunitas di negara berkembang. Hal ini
karena dukungan keuangan yang terbatas selalu menjadi penghalang besar dalam
menerapkan layanan perawatan paliatif yang lebih baik di masyarakat. Penting juga
bagi profesional kesehatan lokal dalam kolaborasi dengan pemerintah atau organisasi
terkait untuk merencanakan strategi dalam mempromosikan perawatan paliatif
13
berbasis komunitas. Selain itu, saran untuk peneliti selanjutnya adalah pentingnya
mengeksplorasi bagaimana manajemen finansial yang efektif dilakukan pada praktik
perawatan paliatif berbasis komunitas di negara berkembang lainnya dengan
memaksimalkan peran relawan.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://ugm.ac.id/id/berita/3588-mengembangkan-perawatan-paliatif-di-
indonesia/
https://www.researchgate.net/publication/
359260658_MENGEMBANGKAN_PERAWATAN_PALIATIF_BERBASIS
_MASYARAKAT_DI_INDONESIA_BELAJAR_DARI_IMPLEMENTASI_
SUKSES_DI_INDIA_DAN_UGANDA
https://scholar.ui.ac.id/ws/portalfiles/portal/
14222934/5._Pedoman_Strategi_Langkah_Aksi_Pengembangan_Perawatan_
Paliatif.pdf
15