Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

SRI WAHYUNI PO713202211067


SUKMA ANUGRAH PO713202211068
SUSI SUSANTI MUH. ASRI PO713202211069
SYAHRUL PO713202211070
WINNI ANNISYAN UMAERA PO713202211071
YUSTINA AMRAN PO713202211072

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakutu, puji sayukur kehadirat Tuhan


yang Maha Kuasa astas segala limpahan rahmat,taufik, dan hidahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan,petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami Pembelajaran
Keperawatan Paliatif.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karna pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan - masukan yang berisfat membangunkan umtuk kesempurnaan
makalah ini.

Penyusun

Parepare, 23 Januari 2024

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan Masalah..................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Pengertian Keperawatan Paliatif........................................................................6
B. Pengertian Keperawatan Paliatif Menurut WHO...............................................7
C. Bagaimana Melihat Perkembangan Paliatif Di Dunia Dan Di Indonesia..........7
D. Contoh Program Perawatan Paliatif Di Indonesia..............................................9
E. Contoh Program Perawatan Paliatif Di Dunia..................................................10
F. Keadaan Perawatan Paliatif Di Indonesia........................................................11
G. Strategi Perawatan Paliatif................................................................................11
BAB III........................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan kesehatan yang berfokus pada
perawatan dan kenyamanan pasien yang menghadapi penyakit serius, kronis,
atau terminal. Tujuan utama dari perawatan paliatif adalah meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan mengurangi gejala yang mengganggu, seperti
nyeri, kelelahan, dan stres. Selain itu, perawatan ini juga membantu pasien
dan keluarganya memahami dan mengelola aspek emosional, sosial, dan
spiritual yang terkait dengan kondisi penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Tim perawatan paliatif terdiri dari profesional kesehatan yang berkolaborasi
untuk memberikan dukungan holistik kepada pasien, memastikan bahwa
mereka merasa dihargai dan didukung selama perjalanan mereka.

Perawatan paliatif mencakup berbagai aspek, termasuk pengelolaan


gejala, dukungan psikososial, serta pembicaraan terbuka dan jujur tentang
prognosis penyakit. Tim perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat,
pekerja sosial, dan terapis yang bekerja bersama untuk menyediakan
perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap pasien. Sifatnya
yang holistik membuat perawatan paliatif menjadi pendekatan yang sangat
berharga, tidak hanya untuk pasien, tetapi juga untuk keluarga mereka yang
terlibat dalam perjalanan menghadapi penyakit serius atau terminal.

Selain itu, perawatan paliatif juga menekankan komunikasi yang terbuka


dan kolaboratif antara pasien, keluarga, dan tim perawatan. Pembicaraan ini
membantu pasien untuk memahami pilihan perawatan yang tersedia,
merencanakan perjalanan perawatan, dan menentukan nilai-nilai yang penting
bagi mereka dalam menghadapi akhir hidup. Perawatan paliatif dapat dimulai
sejak dini dalam perjalanan penyakit serius, bukan hanya pada tahap akhir,
sehingga memberikan dampak positif yang lebih besar dalam mengelola
gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Perawatan paliatif juga mengakui pentingnya aspek spiritual dan


eksistensial dalam pengalaman penyakit dan akhir hidup. Dengan
memperhatikan dimensi spiritual, perawatan ini membantu pasien dan
keluarganya menemukan makna dalam penderitaan dan mencari ketenangan
di tengah tantangan yang dihadapi. Keseluruhan, perawatan paliatif

4
merupakan pendekatan yang berfokus pada keberdayaan pasien, penghargaan
terhadap keunikan setiap individu, dan pemberian dukungan yang holistik,
menciptakan lingkungan perawatan yang hangat dan peduli.

Pentingnya perawatan paliatif juga tercermin dalam konsep bahwa setiap


orang berhak mendapatkan perawatan yang memadai dan bermartabat saat
menghadapi penyakit serius atau akhir hayat. Selain merawat gejala fisik,
perawatan paliatif memberikan perhatian khusus pada aspek emosional dan
psikologis, membantu pasien untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan yang
mungkin timbul selama proses penyakit.

Selanjutnya, pendidikan dan pelibatan keluarga menjadi bagian integral


dari perawatan paliatif. Keluarga memiliki peran yang signifikan dalam
memberikan dukungan kepada pasien, dan tim perawatan paliatif berupaya
untuk menyediakan informasi, pelatihan, dan dukungan emosional kepada
keluarga agar mereka dapat mendukung pasien dengan lebih baik. Ini
menciptakan suatu kerangka kerja perawatan yang melibatkan seluruh sistem
dukungan pasien, mengakui bahwa dukungan dan perhatian tidak hanya
diperlukan oleh pasien, tetapi juga oleh orang-orang terdekatnya.

Dalam keseluruhan, perawatan paliatif bukan hanya tentang mengakhiri


hidup, tetapi lebih pada memberikan makna dan kenyamanan selama sisa
waktu yang dimiliki oleh pasien. Melalui pendekatan ini, pasien diberdayakan
untuk memiliki kendali atas keputusan mereka sendiri, sehingga mereka dapat
mengakhiri hidup dengan martabat dan di kelilingi oleh cinta dan dukungan
dari orang-orang yang mereka cintai.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan keperawatan paliatif di dunia
2. Bagaimana perkembangan keperawatan paliatif di Indonesia

C. Tujuan Masalah
1. Mampu mengetahui perkembangan keperawatan paliatif di dunia
2. Mampu mengetahui perkembangan di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Paliatif


WHO mendefinisikan perawatan paliatif sebagai pendekatan yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam
menghadapi masalah penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan
dan mengurangi gejala
Kebutuhan akan perawatan paliatif akan terus meningkat dengan cepat di
waktu mendatang. Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi
usia lanjut di dunia yang disertai dengan peningkatan insidensi Penyakait
Tidak Menular (PTM) termasuk kanker. Terlepas dari kebutuhan ini, sangat
memperihatinkan bahwa perawatan paliatif kurang berkembang di sebagian
besar dunia. Hal ini disebabkan karena sebagian besar sistem kesehatan
dirancang untuk memberikan perawatan kondisi akut dibandingkan dengan
perawataan kondisi kronis. Sehingga akses masyarakat terhadap perawatan
paliatif yang berkualitas sangat terbatas. Perawatan paliatif dapat memenuhi
kebutuhan pasien dan keluarga mulai dari manajemen gejala, psikososial, dan
suportif terutama ketika pasien dalam stadium lanjut dan memiliki peluang
sangat rendah untuk disembuhkan, atau ketika mereka menghadapi fase akhir
penyakit. Oleh karena itu, WHO menyatakan bahwa perawatan paliatif secara
eksplisit merupakan hak asasi manusia untuk kesehatan yang harus dipenuhi.
Oleh karena itu perawatan paliatif harus diberikan melalui layanan kesehatan
yang berpusat pada orang dan terintegrasi yang memberikan perhatian khusus
pada kebutuhan dan preferensi spesifik individu. Secara umum, pendekatan
perawatan paliatif merupakan pendekatan multidisiplin dan melibatkan
berbagai disiplin ilmu yang meliputi, dokter (dokter spesialis dan/atau dokter
umum), perawat, psikologis, ahli farmasi, pekerja sosial, relawan, pemuka

6
agama, dan bahkan ahli kesehatan tradisional dengan tugas dan tanggung
jawabnya masing masing.

B. Pengertian Keperawatan Paliatif Menurut WHO


Perawatan paliatif dapat diterapkan pada awal perjalanan penyakit,
bersamaan dengan terapi utama yang dimaksudkan untuk memperpanjang
hidup. Akan tetapi, perawatan paliatif tidak berfokus untuk menunda kematian
tetapi berusaha untuk memaksimalkan kualitas hidup mereka. Pada anak,
perawatan paliatif di definisikan sebagai perawatan total aktif dari tubuh,
pikiran dan jiwa anak, dan juga memberikan dukungan kepada keluarga.
Perawatan dimulai ketika penyakit didiagnosis, dan berlanjut terlepas dari
apakah seorang anak menerima perawatan yang diarahkan pada penyakit
tersebut atau tidak.
Perawatan paliatif diberikan pada tiga tingkatan yang berbeda:
1. Palliative care approach dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
terampil yang telah menerima pelatihan secara khusus.
2. General palliative care diberikan oleh tenaga kesehatan profesional di
layanan primer yang telah memiliki pengetahuan dasar yang baik
tentang perawatan paliatif.
3. Specialist palliative care diberikan oleh tim multidisiplin untuk pasien
dengan masalah kompleks. Dalam Kebijakannya, WHO
mengisyaratkan bahwa, semua negara harus mengintegrasikan layanan
paliatif dan memastikan aksesibilitasnya secara adil di semua fasilitas
kesehatan, baik umum ataupun swasta.
Kebijakan yang dibentuk harus mencakup:
1. Produk hukum yang mengakui dan mendefinisikan bahwa perawatan
paliatif adalah bagian dari sistem perawatan kesehatan;
2. Standar perawatan paliatif nasional;
3. Panduan praktik klinis;
4. Strategi nasional dalam implementasi perawatan paliatif.

C. Bagaimana Melihat Perkembangan Paliatif Di Dunia Dan Di Indonesia


Pelayanan kesehatan yang paripurna tidak hanya yang dilakukan di rumah
sakit, tetapi juga meliputi perawatan pra-rumah sakit, selama di rumah sakit,
dan purna rumah sakit. Tujuannya mencakup aspek promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif, yang tujuan utamanya mempertahankan kemampuan

7
individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin. Pada kasus yang oleh
tim dokter dinyatakan sulit sembuh atau tidak ada harapan lagi, bahkan
mungkin hampir meninggal dunia atau yang dikenal pasien stadium terminal
(PST), tentunya dibutuhkan pelayanan yang spesial. Di sinilah perawatan paliatif
menjadi aspek penting pada pengobatan, khususnya bidang geriatri (masalah
kesehatan pada lansia).
Hal tersebut dikemukakan Ketua Organisasi Paliatif Cabang Yogyakarta,
dr. Probosuseno, Sp.PD, K-Ger, FINASIM, dalam Seminar Palliative II
‘Pelayanan Palliative dengan Pendekatan Multidispliner’ di Auditorium
Gedung Ismangoen Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Sabtu (6/7). Acara yang
dihadiri oleh ratusan peserta, antara lain, dari Yogyakarta, Bandung, Bali,
Semarang, dan Surakarta ini diadakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan
FK UGM.
Lebih lanjut Probosuseno mengatakan perawatan paliatif adalah
pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien
dan keluarganya menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi dan masalah
lain-fisik, psikososial, dan spiritual. Dalam perawatan paliatif ini
membutuhkan tim multidisiplin, kata dokter dari Subbagian Geriatri, Bagian
Ilmu Penyakit Dalam, FK UGM/SMF Geriatri RSUP Dr. Sardjito tersebut.
Melihat pentingnya peran perawatan paliatif ini, Probosuseno berharap
agar setiap rumah sakit (misalnya tipe B) memiliki semacam instalasi
perawatan paliatif dan dipakai sebagai salah satu syarat penilaian akreditasi
rumah sakit. Sementara itu, di lingkungan fakultas kedokteran, akper, sekolah
tinggi keperawatan, SMK kesehatan, psikologi, gizi, dan farmasi juga
diberikan materi terkait dengan perawatan paliatif. Dengan demikian, para
calon civitas hospitalia mendapatkan paparan dini tentang perawatan paliatif
tersebut.
Senada dengan itu, dr. Ali Agus Fauzi, PGD Pall Med dari Pusat
Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo-FK Unair
Surabaya menjelaskan perawatan paliatif tidak saja untuk menyembuhkan
penyakit. Selain penderita, yang ditangani juga pihak keluarga. Beberapa
tempat yang memungkinkan untuk dilakukan perawatan paliatif adalah rumah
sakit, puskesmas, rumah singgah (panti/hospis), dan rumah pasien. “Dulu,
perawatan paliatif ini diberikan hanya kepada pasien kanker yang secara
medis sudah tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua

8
stadium kanker, bahkan juga pada penderita penyakit-penyakit lain yang
mengancam kehidupan, seperti HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang
bersifat kronis,kata Agus.
Agus mencontohkan aplikasi perawatan paliatif di RSU Dr Soetomo
meliputi perawatan paliatif rawat jalan (poliklinik), rawat inap, rawat rumah
(home care), day care, dan respite care. Tata kerja organisasi perawatan
paliatif ini bersifat koodinatif dan melibatkan semua unsur terkait dengan
mengedepankan tim kerja yang kuat, membentuk jaringan yang luas,
berinovasi tinggi, dan layanan sepenuh hati.
Di sisi lain, dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM, Christantie
Effendy, S.Kp., M.Kes.pada kesempatan tersebut mengangkat persoalan dan
kebutuhan pasien kanker di Indonesia dan Belanda. Menurut Christantie,
meskipun Indonesia dan Belanda sangat berbeda, pasien kanker pada kedua
kelompok ini memiliki masalah fisik yang nyaris sama, dengan kelelahan dan
nyeri di urutan atas.
Dari semua masalah yang dialami pasien, unmeet needs (kebutuhan yang
tidak terpenuhi) di Indonesia lebih tinggi daripada di Belanda. Untuk
prevalensi masalah pskikososial dan sosial di Indonesia lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok penelitian di Belanda. “Perbedaan dalam
budaya dan juga sistem kesehatan mungkin telah berkontribusi terhadap
kondisi ini,jelas Christantie. (Humas UGM/Satria AN).

D. Contoh Program Perawatan Paliatif Di Indonesia


Contoh di Indonesia yaitu Surabaya sebagai Kota Paliatif pertama di
Indonesia, bersama dengan pemangku kepentingan terkait di pemerintahan
berhasil mengeluarkan Surat Keputusan Walikota No.
188.45/315/436.1.2/2010 (tahun 2010) mengenai pembentukan Tim Paliatif di
Kota Surabaya yang mengalami revisi berkelanjutan terkahir menjadi Surat
Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/17/436.1.2/2018 (tahun 2018).
Surabaya menjadi kota paliatif pertama di Indonesia sejak tahun 2010
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Wali Kota Surabaya No.
188.45/315/436.1.2/2010 untuk pembentukan Tim Paliatif Kota Surabaya
yang mengalami perbaruan beberapa tahun belakangan ini dan terakhir pada
tahun 2018 menjadi Surat Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor
188.45/17/436.1.2/2018. Sudah terdapat berbagai macam inovasi paliatif yang
dikembangkan mulai dari peningkatan kapasitas dan keterampilan dalam

9
pemberian perawatan pasien kanker (melibatkan petugas puskesmas, keluarga
pasien, dan kader), hingga pembangunan taman paliatif yang dipenuhi pasien
paliatif setiap Sabtu dan Minggu dimana tersedia pemeriksaan kepada pasien
paliatif dari tim dokter rumah sakit pemerintah maupun swasta.13 Selain itu
juga didukung dengan terbentuknya pelayanan perawatan paliatif di RSUD Dr
Soetomo Surabaya sejak tahun 1992, dimana hingga kini tidak hanya
melakukan pelayanan paliatif berbasis rumah sakit (rawat jalan dan rawat
inap) serta melakukan kunjugan ke rumah pasien, pemberian pelyanan
terhadap keluarga pasien, dan melakukan desiminasi dengan in-house training
hingga luar kota Surabaya.

E. Contoh Program Perawatan Paliatif Di Dunia


Community-based Palliative Care yang mengadakan koalisi nasional
untuk hospis dan perawatan paliatif di Amerika yang membuat strategi arahan
dari pemegang kepentingan meliki 18 peranan besar sebagai pijakan tahap
awal dalam program perawatan paliatif dalam NCP Stakeholder Strategic
Directions Summit yang diikuti oleh 58 partisipan organisasi dari 43 bagian
negara terkait berbagai macama aspek seperti tatakelola pelayanan, asosiasi
penyedia pelayanan, bidang akreditasi, penyumbang dana, dan komunitas
organisasi terkait. Monitoring dan Evaluasi Rencana Strategis Paliatif di
Australia23 Australia menetapkan Rencana Strategi Perawatan Paliatif di
tahun 2010. Evaluasi Strategi menghasilkan beberapa rekomendasi terkait
dengan pengumpulan data di semua pengaturan perawatan dan pengembangan
data yang konsisten secara nasional. Monitoring dan evaluasi dilakukan
dengan tujuan memantau hasil implementasi di seluruh Australia. Kegiatan Ini
memungkinkan kualitas dan proses perawatan untuk dinilai dan ditingkatkan
di semua tingkat perawatan, memperluas pemahaman tentang di mana orang
dapat mengakses perawatan paliatif, yang menyediakan perawatan, dan
frekuensi serta efektivitas berbagai perawatan atau layanan. Hasil dari monev
telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kualitas perawatan
paliatif yang diberikan di Australia. Mempertahankan komitmen nasional
yang kuat, dan membantu meningkatkan pelayanan di Australia serta
internasional dengan meningkatkan basis pengetahuan global.

10
F. Keadaan Perawatan Paliatif Di Indonesia
Asuhan paliatif sudah mulai dikembangkan di Indonesia, Surabaya, sejak
tahun 1992. Namun perkembangan yang ada masih relatif lambat.4
Kementerian Kesehatan Indonesia telah memperkirakan terdapat 240.000
insiden kanker per tahun dengan 70% pasien datang pada stadium lanjut, dan
kebanyakan pasien meninggal di rumah sakit dalam keadaan menderita akibat
gejala penyakitnya dan masih belum dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarga.5 Tahun 2007 Kementerian Kesehatan telah menetapkan kebijakan
nasional terkait asuhan paliatif dalam (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
812/Menkes/SK/VII/2007 mengenai Kebijakan Perawatan Paliatif). Namun
hingga saat ini asuhan paliatif di Indonesia hanya terpusat di lima kota besar
(Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar) dengan pengembangan
SDM, sarana dan prasarana yang berbeda dan berdasarkan The Economist
Intelligence Unit (EIU) tahun 2015 mengenai kualitas kematian, Indonesia
menempati peringkat 53 dinilai berdasarkan integrasinya terhadap pelayanan
kesehatan nasional, dukungan hospis, dan keterlibatan komunitas terhadap isu
paliatif.

G. Strategi Perawatan Paliatif


WHO menyusun sebuah model Pengembangan perawatan paliatif yang
menekankan pada pembuatan kebijakan, pendidikan dan pelatihan,
ketersediaan obat, dan implementasi terhadap perawatan paliatif di dunia.
Perawatan paliatif berprinsip
1. Dimulai dari tahap diagnosis, dan berkembang sesuai kebutuhan sejalan
dengan semakin parahnya penyakit.
2. Memberikan manajemen nyeri dan gejala lainnya.
3. Menegaskan bahwa proses kehidupan dan sekarat dalam kematian
adalah proses yang normal.

11
4. Bukan menandakan untuk mempercepat ataupun menunda kematian.
5. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam pelayanan
pasien.
6. Menawarkan sistem pendukung dalam membantu pasien hidup seaktif
mungkin menuju kematiannya.
7. Menawarakn sistem pendukung untuk membantu keluarga pasien
mengatasi kesedihan akibat penyakit pasien.
8. Menawarkan bantuan pemecahan masalah menggunakan sistem
konseling pendekatan tim untuk keluarga pasieng dalam masa
berkabung.
9. Meningkatkan kualitas hidup dan memberi masukan positif dalam
perjalanan penyakit.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktik perawatan paliatif yang telah diimplementasikan adalah model
berbasis komunitas dimana negara India dan Uganda mengoptimalkan sumber daya
relawan yang ada pada masing-masing area di negaranya. Strategi yang digunakan
dalam mengembangkan pelayanan paliatif di kedua negara berkembang tersebut
antara lain dengan mengoptimalkan peran organisasi non- pemerintahan yang fokus
pada peningkatan kualitas pelayanan paliatif; menginisiasi berbagai program
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dan relawan atau masyarakat umum,
baik dalam bentuk pendidikan formal maupun informal; mengoptimalkan jejaring
klinik (link clinics) dan upaya perawatan di rumah; memastikan ketersediaan dan
aksesibilitas morfin serta kebijakan yang mengatur; memaksimalkan kampanye dan
kerjasama media untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas dan pemasukan
sumber finansial dari berbagai sumber yang memungkinkan.

B. Saran
Saran bagi praktisi kesehatan yang berfokus pada pelayanan paliatif dan
pengambil kebijakan terkait juga akademisi adalah bahwa model CBPC perlu
dikembangkan untuk mendukung penyediaan layanan perawatan paliatif di Negara
berkembang dengan infrastruktur terbatas, karena kekuatan social atau komunitas
merupakan sumber daya potensial yang dapat dilibatkan dan dilatih untuk menjadi
relawan. Hal Ini karena relawan memiliki peran penting sebagai jembatan antara
pasien dan tenaga kesehatan, dan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi mereka
yang membutuhkan di wilayah mereka. Di Indonesia, PUSKESMAS perlu
menyediakan layanan di tingkat lokal karena ini adalah pusat perawatan kesehatan
yang paling mudah dijangkau, terutama di daerah pedesaan ketika perawatan paliatif
terbatas atau bahkan tidak tersedia. Mengoptimalkan peran media massa juga penting
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas. Penelitian lebih lanjut diperlukan
terutama dengan fokus pada pengelolaan finansial dan efektifitasnya dalam
membangun perawatan paliatif berbasis komunitas di negara berkembang. Hal ini
karena dukungan keuangan yang terbatas selalu menjadi penghalang besar dalam
menerapkan layanan perawatan paliatif yang lebih baik di masyarakat. Penting juga
bagi profesional kesehatan lokal dalam kolaborasi dengan pemerintah atau organisasi
terkait untuk merencanakan strategi dalam mempromosikan perawatan paliatif

13
berbasis komunitas. Selain itu, saran untuk peneliti selanjutnya adalah pentingnya
mengeksplorasi bagaimana manajemen finansial yang efektif dilakukan pada praktik
perawatan paliatif berbasis komunitas di negara berkembang lainnya dengan
memaksimalkan peran relawan.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://ugm.ac.id/id/berita/3588-mengembangkan-perawatan-paliatif-di-
indonesia/
https://www.researchgate.net/publication/
359260658_MENGEMBANGKAN_PERAWATAN_PALIATIF_BERBASIS
_MASYARAKAT_DI_INDONESIA_BELAJAR_DARI_IMPLEMENTASI_
SUKSES_DI_INDIA_DAN_UGANDA
https://scholar.ui.ac.id/ws/portalfiles/portal/
14222934/5._Pedoman_Strategi_Langkah_Aksi_Pengembangan_Perawatan_
Paliatif.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai