Anda di halaman 1dari 16

REKAYASA PONDASI

TURAP

A. Teori Mengenai Turap


1. Pengertian Umum
Turap adalah suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai dinding
penahan tanah, agar tanah yang berada di belakang dinding turap tetap pada
kedudukannya yang sesuai dengan rencana. Dinding turap menahan tekanan-tekanan
yang diakibatkan tekanan tanah, yang terdiri dari :
a. Tekanan Tanah Aktif (Pa)
b. Tekanan Tanah Statis ( Netral = Ps )
c. Tekanan Tanah Pasif (Ps)

Apabila dinding tanah yang bergerak menjauhi tanah isian (tekanan tanah di
belakang dinding), maka tekanan tanah yang dipikul dinding tersebut akan berkurang
secara perlahan-lahan sampai mencapai suatu besar tekanan tanah yang tetap
(minimum).
Jika takanan tanah diteruskan akan terjadi kelongsoran atau keruntuhan. Hal
inilah yang disebut tekanan tanah aktif. (Gbr. 01).
Sedangkan jika dinding penahan tanah bergerak mendekati tanah isian, maka
tekanan tanah yang dipikul oleh dinding tersebut akan bertambah secara perlahan-
lahan sampai mencapai suatu harga yang tetap (maksismium). Jika gerakan
dilanjutkan pada tanah isian, maka akan terjadi kelongsoran geser (bidang gelincir).
Tekanan ini disebut tekanan tanah pasif (Gbr. 02).
Sedangkan tanah dengan tekanan statis (Ps) merupakan harga tekanan yang
berada antra tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif, dimana harga tekanan tanah
ini berubah-ubah menurut kedudukan dinding penahan (Gbr. 03).

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

Gerakan Tanah

Gerakan
Tanah
Bidang Longsor
Bidang
Gelincir

(Gbr.01) Tekanan Tanah Aktif (Gbr.02) Tekanan Tanah Pasif

Tekanan Tekanan
Tanah Pasif Tanah Statis
Tekanan
Tanah Aktif

Gerakan ke Muka Gerakan ke Belakang

(Gbr.03) Tekanan Tanah Statis

2. Macam-macam Turap
Pembagian jenis turap dapat digolongkan menurut beberapa peninjauan, yaitu :
1) Menurut pemasangan dinding turapnya :
a. Turap dengan tiang tegak dan papan turap.
b. Turap yang terdiri dari deretan tiang-tiang.
2) Menurut bahan turap yang digunakan :
a. Turap kayu
b. Turap beton bertulang
c. Turap baja

Cara pemasangan turap ada bermacam-macam, untuk itu kita perlu memilih cara
dan jenis turap yang paling tepat untuk suatu kondisi tanah pondasi, tinggi muka air
tanah ataupun manfaat ekonomisnya. Pembagian jenis-jenis turap dapat digolongkan
dalam beberapa bentuk peninjauan, yaitu:

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

1) Menurut pemasangan dinding turapnya, dibagi atas :


a. Turap dengan tiang tegak dan papan turap.
Papan turap dipasang secara mendatar dan diletakkan diantara tiang-
tiang tegak dari profil dengan jarak yang sama.

b. Turap yang terdiri dari deretan tiang-tiang.


Yaitu jenis turap dimana dindingnya terdiri dari deretan tiang-tiang
kayu, beton atau baja.

2) Menurut bahan turap yang digunakan, dibagi atas :


a. Turap baja (Steel Sheet Piling)
Turap ini adalah yang paling umum digunakan karena beberapa
segi keuntungan dibandingkan dengan yang lain dan bahan-bahan yang
lainnya, diantaranya yaitu :
 Tahan terhadap dorongan tinggi yang dikembangkan didalam bahan
keras atau batu.
 Mempunyai berat yang relatif ringan.
 Boleh dipakai dalam beberapa kali pemakaian.
 Umur pemakaian cukup panjang, baik di atas tanah maupun di
bawah tanah dengan perlindungan sederhana
 Didapat bidang tanah yang cukup rapat.
 Mampu menahan lapisan tanah yang cukup padat.
 Mudah memperpanjang tiang, baik dengan memasang baut ataupun
mengelas.
 Sambungan sangat sedikit mengalami deformasi bila diisi dengan
tanah dan batu-batuan selama mengalami reaksi pendorongan.

B. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Memilih Metode.


Karena adanya berbagai macam pemasangan turap dan jenisnya, maka sebelum
melakukan perencanaan, keadaan lapangan harus benar-benar diperiksa dan diselidiki
terutama ciri-ciri topografi, kondisi geologi, lapisan tanahnya, keadaan bangunannya, tinggi
muka air tanah, dsb. Selain itu masih ada yang harus diperhatikan, diantaranya :

 Stabilitas terhadap gaya-gaya luar.

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

 Ketahanan dinding halang.


 Ruang yang cukup untuk pembangunan konstruksinya.
 Kesulitan relatif dalam pembangunan.
 Kesulitan relatif terhadap pemindahan pekerjaan.
 Pengaruh terhadap daerah-daerah sekeliling.
 Syarat-syarat pekerjaan yang diizinkan.
 Biaya pekerjaan.

PENJANGKARAN

A. Teori Penjangkaran
Dalam penjangkaran, pemboran dilakukan dalam tanah pondasi yang terdiri dari tanah
berpasir, lapisan kerikil, lapisan tanah berbutir halus, atau batuan lapuk serta suatu bagian
yang menahan gaya tarik seperti campuran semen dengan kabel baja dimasukkan kedalam
lubang hasil pemboran tadi, kemudian disertai suatu gaya tarik untuk memperkuat
konstruksinya. Penjangkaran ini hanya dilakukan untuk melawan tekanan tanah pada turap
atau tembok penahan (Gbr. 03). Pelaksanaan penjangkaran tanah yaitu dengan melubangi
pondasi dengan mesin bor, lalu dimasukkan ke dalamnya batang tarik dan kemudian digrout
dengan semen (Gbr. 04).
1) Penjangkaran dengan tanah geser
Jenis ini menggunakan batang jangkar yang silindris untuk digrout ke dalam
lubang bor dan gaya tarik ditimbulkan dari tegangan geser yang bekerja di
sekelilingnya.
2) Penjangkaran dengan plat pemikul.
Jenis ini menggunakan suatu plat pasir yang dipasang di dalam tanah
sehingga tanah dengan tekanan pasifnya dapat bekerja menahan gaya tarik.
3) Penjangkaran gabungan
Pada penjangkaran ini ada beberapa bagian yang diperbesar dan tekanan
tanah pasif bersama-sama tahanan geser batangnya menahan gaya tarik.

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

B. Metode Penjangkaran
1) Metode penjangkaran dengan grouting
Setelah suatu batang atau kabel terpasang sebagai suatu batang tarik di dalam
lubang hasil pemboran, kemudian dilakukan grouting dan batang tarik ini dijangkar.
Untuk menghindari mengalir keluarnya adukan semen dari lubang pada waktu
dilaksanakan grouting, perlu dipasang alat khusus dalam lubang tersebut, yaitu “cker”
untuk menahan tinggi. Cara ini dimaksudkan untuk mengeraskan dinding lubang
secukupnya yang cukup urai karena grouting pada suatu kekuatan leleh yang besar.
2) Metode penjangkaran dengan tabung tertekan
Adalah metode dimana suatu tabung yang dapat mengembang dimasukkan ke
dalam lubang hasil pengeboran dan adukan diisikan pada bagian luar dari dinding
tabung kemudian air bertekanan dimasukkan ke dalam lubang tersebut agar
mengembang, sehingga bagian luar tabung yang tertekan dapat mengeras. Setelah
mengeras, tabung tersebut dikeluarkan dan batang tarik dimasukkan menggantikan
tempat lubang tadi dan diberi tambahan kedudukan sehingga selesailah pemasangan
jangkar tersebut yang disebut jangkar PS.
3) Metode penjangkaran dengan penekanan.
Suatu batang PC baja dimasukkan ke dalam lubang dan adukan dimasukkan ke
dasar lubang. Lalu beton bertulang yang berlubang di tengahnya sebagai inti dari
jangkar ini dengan batang baja tadi sebagai pengarahnya dipikul masuk ke dalam
adukannya menyebabkan adukan ini memperbesar lubangnya. Jenis jangkar ini
disebut jangkar bagi.
4) Metode penjangkaran plat
Metode ini disebut metode penjangkaran mekanis. Terdiri dari batang baja dan
bagian jangkar yang dibuat dari plat baja yang dimasukkan ke dalam tanah yang
dipikul. Setelah itu batang baja ditarik sehingga plat tadi berputar dan menjadi plat
penahan. Dalam metode ini plat dimasukkan ke dalang lubang bor. Jenis jangkar yang
dipikul biasanya dipergunakan untuk beban rencana yang agak kecil dimana gaya tarik
kurang dari 20 ton. Hal ini ditandai dengan cara pelaksanaannya yang mudah dan
prinsipnya yang sederhana.

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

5) Metode jangkar UAC


Metode ini adalah dengan pembesaran lubang. Telah dikembangkan di Inggris
dan banyak dipergunakan di sana. Caranya adalah setelah di bor pada kedalaman yang
diperlukan, maka suatu mata bor khusus dipergunakan untuk memperbesar
memperbesar bagian dasar lubang tersebut. Metode ini sangat mirip dengan metode
jangkar bangunan.

LANGKAH-LANGKAH KERJA

I. Menghitung Kedalaman Benaman Turap


1. Sketsa diagram tekanan tanah.
2. Menghitung koefisien tekanan tanah aktif dan pasif.
3. Menghitung tekanan tanah aktif dan pasif.
4. Menghitung kedalaman pemancangan turap.
5. Menghitung lengan tekanan tanah.
6. Menghitung alas diagram tekanan tanah.

II. Merencanakan Konstruksi Jangkar.


1. Menghitung kedalaman batang jangkar.
2. Menghitung letak batang jangkar pada papan jangkar
3. Menghitung panjang batang jangkar.
4. Menghitung diameter batang jangkar.
5. Menghitung dimensi papan jangkar.
6. Menghitung dimensi balok horizontal jangkar.

III. Perhitungan Turap


1. Mencari momen maksimum.
2. Menentukan profil dinding turap yang paling efektif dengan metode reduksi
momen rowe.

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

TEMBOK PENAHAN TANAH


Tembok penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mencegah
keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang kestabilannya tidak dapat dipertahankan oleh
lereng itu sendiri.
Macam-macam tembok penahan jika digolongkan menurut cara menimbulkan
kesabilannya :
1) Penulangan tanah secara mekanis.
2) Tembok penahan gravitasi (gaya berat)
3) Tembok penahan kantilever.
4) Tembok penahan dengan jangkar.

Sedangkan menurut bahan yang digunakan :


1) Tembok penahan tanah dari pasangan batu
Tembok ini digunakan jika tekanan tanah aktif di belaknag tembok sangat kecil
sehingga mampu ditahan oleh tembok pasangan batu.
2) Tembok penahan beton tife gravitasi atau semi gravitasi.
Konstruksi ini bertujuan untuk memperoleh kestabilan dan menahan tekanan tanah
di belakangnya dengan berat sendiri dari dinding. Konstruksi ini digunakan jika
tembok digunakan jika tembok penahan tidak terlalu tinggi.
3) Tembok penahan dengan sandaran
Tembok ini merupakan tembok penahan tife kantilever, tapi sandaran diberikan pada
bagian belakangnya untuk memperkuat kestabilan dinding.
4) Tembok penahan tife kantilever.
Tembok penahan yang terdiri atas tembok beton yang berdiri di atas plat lantai.
Kestabilannya diperoleh dari berat sendiri dan tekanan tanah pasif yang berada di
atas tumit plat lantai.
5) Tembok penahan beton bertulang dengan penahan.
Tembok ini hampir sama dengan tembok penahan tifa kantilever, kecuali bahwa
tembok ini dibangun di bawah tanah tertekan untuk mengurangi gaya irisan yang
bekerja pada tembok memanjang dan plat lantai.

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

Perencanaan Tembok Penahan

Hal pertama dalam perencanaan tembok penahan adalah membuat jelas semua alasan
yang dituntut oleh tujuan yang direncanakan. Dalam mengamati perencanaan juga perlu
dipelajari apakah perencanaan itu dapat dilaksanakan dan dapat mengefisiensi dana
pelaksanaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1) Beban yang dipakai dalam perencanaan


Beban yang terutama dipakai dalam perencanaan tembok penahan adalah :

 Berat sendiri tembok penahan.


 Tekanan tanah.
 Beban penekanan.
 Beban lainnya, mis: gaya apung.
2) Kemantapan tembok penahan.
Kemantapan terhadap longsor/geser.

Dalam hal ini memenuhi :

Dimana :

EG = Berat total konstruksi.

EH = Tekanan total tanah.

n = Faktor keamanan.

3) Kemantapan terhadap guling.


Dalam hal ini memenuhi :

Dimana :

EG.a = Momen total akibat Berat konstruksi.

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

EH.z = Momen total akibat Tekanan tanah.

n = Faktor keamanan

4) Kemantapan terhadap daya dukung pondasi


Dalam hal ini harus memenuhi :

Dimana :

tmaks = Tegangan tanah maksimum.

izin = Tegangan tanah izin.

A = Luas pondasi

E = Eksentrsitas

B = Lebar dasar pondas

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN
1. Perhitungan koefisien tekanan tanah dengan cara Rankine.
2. Perhitungan tekanan tanah.
3. Perhitungan jarak lengan dan momen akibat tekanan tanah.
4. Perhitungan berat tanah dan konstruksi.
5. Perhitungan momen akibat berat tanah
6. Stabilitas dinding
7. Faktor keamanan terhadap dinding.
8. Kontrol terhadap guling
9. Eksentrisitas
10. Tekanan tanah sesungguhnya
11. Perhitungan tekanan tanah secara grafis dengan metode “Culeman”.
12. Perhitungan momen, geser, normal dan tegangan pada potongan

PONDASI TIANG PANCANG


Pondasi tiang pancang adalah konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya ke sumbu
tiang dengan jalan menyerap lenturan.

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal
tiang pancang yang ada di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.

A. Penggolongan Pondasi Tiang


I. PENGGOLONGAN BERDASARKAN MATERIAL DAN CARA
PEMBUATANNYA YANG DAPAT DILIHAT DALAM TABEL BERIKUT :
Jenis Bahan Nama Tiang Cara Pembuatan Bentuk

Tiang kayu Tiang pancang kayu Alamiah Bulat segi


empat
Tiang baja Pipa baja Disambung secara eksentris Bulat
Tiang dengan flens lebar Diasah dalam keadaaan panas H

Tiang beton Beton bertulang pra- Diaduk dengan gaya Bulat segi
cetak sentrfugal Sistem penarikan awal dan empat
Beton pratekan pra-cetak sistem penarikan akhir Bulat
Corinsitu tiang alas, tiang Sistem pemancangan, sistem Bulat segi
beton dan raymer pengeboran empat

Dalam perhitungan digunakan tiang berupa beton bentuk bulat dengan sistem
pemancangan.
II. Berdasarkan penyaluran beban.
a. Point Bearing Pile (tiang tahanan ujung)
Pondasi yang menahan bebannya dengan tahanan ujung atau meneruskan beban
dari konstruksi di atasnya melalui tahanan ujung ke lapisan tanah keras.
b. Friction Pile (tiang dengan gesekan kulit)
Pondasi ini meneruskan bebannya ke lapisan tanah keras melalui gesekan kulit.
B. Dasar-dasar Perencanaan
Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang adalah berat sendiri pada bangunan di
atasnya, beban hidup, tekanan tanah dan tekanan air serta gaya luar yang bekerja langsung
pada tubuh tiang.
Pada waktu melakukan perencanaan, umumnya diperkirakan pengaturan tiangnya
terlebih dahulu. Dalam hal ini jarak minimal antara tiang adalah 1,5 – 3,5D. Waktu
menentukan susunan tiang dibuat seperti yang disebutkan di atas, agar dapat menahan beban
tetap selama mungkin. Hal ini juga berguna untuk mencegah berbagai kesulitan, misalnya
perbedaan penurunan yang tidak berguna. Tiang-tiang yang berbeda kualitas bahannya atau
tiang yang memiliki diameter yang berbeda, tidak boleh dipakai untuk tiang yang sama.
C. Perincian perencanaan

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

a. Setelah dilakukan pemeriksaan tanah di bawah permukaan, penyelidikan di


sekelilingnya dan penyelidikan terhadap bangunan sekitar letak pondasi tiang,
maka diameter dan panjang tiang dapat diperiksa/diperkirakan.
b. Kemudian dihitung daya dukung yang diizinkan untuk satu tiang bagi kondisi
pembebanan. Daya dukung seyogianya diperiksa untuk peristiwa biasa ataupun
untuk waktu gempa.
c. Bila daya dukung untuk satu tiang sudah diperkirakan, maka daya dukukng untuk
seluruh tiang harus diperiksa. Harga akhir untuk gabungan tiang ini atau gesekan
tiang merupakan daya dukung yang diizinkan untuk tiang.
d. Berikutnya, hitung reaksi yang didistribusikan ke setiap kepala tiang. Juga
ditetapkan banyaknya tiang secara tetap. Hal ini juga berarti Vo. Mo, Ho bekerja
pada sekelompok tiang sebagai suatu kesatuan yang dapat dihitung dengan
memperkirakan tentang tumpuannya dan bagaimana pembagiannya ke masing–
masing tiang. Berdasarkan pada susunannya dan jumlah tiang yang diperkirakan
semula, beban-beban yang bekerja pada masing-masing tiang dapat dihitung
kemudian diperiksa apakah beban itu masih termasuk kedalam daya dukung yang
diperkenankan, sedangkan Mo, Vo, Ho harus dihitung kembali dengan
perhitungan reaksi kepala tiang yang diganti.
e. Setelah beban pada kepala tiang dihitung, pembagian momen lentur atau gaya
geser pada kepala tiang dalam arah vertikal dapat dicari, lalu pengecekan yang
lebih mendetail pada bagian-bagian tiang dapat dilakukan dengan gaya pada dasar
tumpuan.
f. Jika detail pada perencanaan tubuh tiang telah selesai, tumpuan harus diperiksa
berdasarkan reaksi pada kepala tiang.
g. Hal-hal yang berkenan dengan bangunan khusus, misalnya pengerjaan kepala tiang
atau pemakaian alat penghubung yang dapat ditentukan selanjutnya.

ABUTMENT (KEPALA JEMBATAN)


Kepala jembatan (abutment) adalah suatu bangunan yang meneruskan beban (beban
mati dan beban hidup) dari bangunan atas dan tekanan tanah ke tanah pondasi. Bentuk

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

struktur dari kepala jembatan yang umum diperlihatkan pada gambar 1.1 dan hubungan antara
macam serta tinggi jembatan sebaiknya disesuaikan dengan gambar 1.2.

a. Kepala jembatan tipe b. Kepala jembatan tipe a. Kepala jembatan dengan


gravitasi T terbalik penopang

1.1 Bentuk umum kepala jembatan

Gaya keluar yang bekerja pada kepala jembatan umumnya tidak akan menimbulkan
persoalan bila hanya gaya-gaya pada perhitungan pada umumnya. Gaya inersia akibat gempa,
dan pada jembatan jalan kereta api, gaya sentrifugal atau beban kejut perlu juga
diperhitungkan, lagipula melihat kenyataan bahwa dalam perencanaan kepala jembatan
dengan bentuk umum seperti yang disebutkan di atas, perhitungannya dibuat untuk pias 1
meter sehingga sebaiknya gaya luar yang bekerja dinyatakan dalam ton/meter.

Perencanaan kepala jembatan secara praktis dapat dibuat seperti perencanaan tembok
penahan tanah, dengan memperhitungkan beban kerja dari bangunan atas. Pendekatan bagi
rencana kepala jembatan bervariasi sesuai dengan bentuk bangunannya, bentuk pondasinya
dan kondisi seperti yang disebutkan di bawah ini :

1. Untuk setiap kepala jembatan tipe gravitasi atau kantilever, tembok belakang hipotesis
dimana tekanan tanah yang bekerja adalah berubah-ubah, oleh karena itu sudut geser
permukaan tembok juga berubah.

2. Kriteria stabilitas bervariasi menurut bentuk pondasi. Untuk pondasi telapak (spread
foundation), diperlukan stabilitas terhadap guling, daya dukung geser, sedang untuk

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

pondasi tiang bila hanya stabilitas terhadap guling yang memuaskan, maka lebar pondasi
dapat diperkecil dalam banyak hal, karena tiang tersebut praktis stabil terhadap daya
dukung geser.

3. Kondisi tumpuan pondasi juga pelu diperhatikan agar reaksi dari bangunan atas dapat
berfungsi.

4. Beban kerja pada analisa stabilitas berbeda dengan beban untuk perencanaan bagian-
bagian banguna

PONDASI DANGKAL

1.1 Pengertian Pondasi Dangkal

Pondasi dangkal sangat susah untuk didefinisikan. Pada umumnya definisi pondasi
dangkal ada beberapa penjelasan :

 Apabila perbandingan antara kedalaman pondasi dan lebar pondasi lebih kecil atau
sama, maka konstruksi pondasi yang diletakkan pada dasar tanah tersebut dapat
dinamakan pondasi dangkal (lihat Gbr. 1.1).

 Anggapan bahwa penyebaran tegangan pada struktur pondasi ke tanah di bawahnya


yang berupa lapisan penyangga (bearing stratum) yang kuat lebih kecil atau sama
dengan lebar pondasi.

Pada umumnya penentuan pondasi dangkal dapat dilihat secara fisik dari bentuk
konstruksi pondasi. Biasanya bentuk pondasi berupa : empat persegi panjang atau bujur
sangkar yang disebut juga pondasi tapak. Meskipun pondasi tapak dapat juga berupa pondasi
tapak menerus atau pondasi tapak lingkaran/bulat. Sedangkan pondasi dalam biasanya
berbentuk tiang hasil dipancang atau tiang berupa sumuran.

Df < B

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

B daerah pengaruh penyebaran beban (tegangan)

Gbr. 1.1 Pondasi dangkal menurut Terzaghi

1.2 Pengertian Stabilitas Pondasi Dangkal

Stabilitas dari suatu pondasi dangkal ditentukan oleh :

1. Kapasitas daya dukung tanah (bearing capacity) dimana konstriksi pondasi dangkal
diletakkan.

Kapasitas daya dukung tanah ini ditentukan oleh :

a. Macam pondasi dangkal

Termasuk dalam butir ini adalah dimensi dan letak pondasi.

b. Sifat-sifat tanah dimana pondasi dangkal diletakkan.

Sifat-sifat tanah, terutama yang ada hubungannya dengan karakteristik indeks dan
karakteristik struktur tanah antara lain :

  (berat isi) tanah

 c (kohesi)

  (sudut geser dalam)

2. Penurunan (settlement) dari konstruksi pondasi dangkal yang terjadi akibat beban struktur
di atasnya.

Di dalam perhitungan penurunan dikenal :

a. Penurunan seketika (immediate settlement)

Penurunan yang diakibatkan oleh elastisitas tanah.

b. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement)

Penurunan yang diakibatkan oleh peristiwa konsolidasi, dimana yang dinamakan


peristiwa konsolidasi adalah peristiwa keluarnya air dari ruang pori partikel tanah.

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

Dengan melihat kriteria stabilitas dari suatu pondasi dangkall, maka di dalam
perancangan kedua kriteria tersebut perlu diperhatikan dan harus selalu dipenuhi
persyaratannya.

Kedua kriteria stabilitas yang disebutkan tadi adalah untuk perancnagan pondasi
dengan tujuan terhadap sistem pondasinya sendiri. Apabila pondasi terletak pada suatu lereng,
maka tinjauan perlu diperluas dan kriteria stabilitas di dalam perancanagan pondasi perlu
ditambah dengan satu kriteria lagi yaitu : memenuhi harga faktor keamanan tertentu terhadap
kemungkinan longsornya talud (tinjauan kemiringan talud/stability or slope).

Sehingga kalau disimpulkan suatu pondasi dangkal memenuhi kriteria stabilitas jika :

1. Kapasitas daya dukung qult > tegangan kontak yang diakibatkan oleh beban-beban luar.

2. Penurunan pondasi yang terjadi < penurunan yang disyaratkan.

Perlu diterangkan disini lebihlanjut mengenai permasalahan penurunan.

Melihat bentuk terjadinya, penurunan dibedakan atas :

 Penurunan seragam (uniform) (Gbr. 1.2)

 Penurunan tak seragam (non uniform) (gbr. 1.3)

Terdapat yang dinamakan perbedaan penurunan (differential settlement).

Dengan melihat pada bentuk penurunan yang terjadi maka :

Penurunan seragam

Penurunan yang terjadi Stotal < penurunan yang disyaratkan Ssyarat.

ST < ST Ijin

ST

Gbr. 1.2 Penurunan Seragam (uniform)

MUH. RISALDI AS / 220 190 010


REKAYASA PONDASI

Penurunan tak seragam

Dua hal yang perlu yaitu penurunan total dan perbedaan penurunan, dimana kedua
penurunan harus memenuhi persyaratan :

Stotal < Ssyarat ; s < syarat

ST2

s

Gbr. 1.3 Penurunan tak seragam (non uniform)

MUH. RISALDI AS / 220 190 010

Anda mungkin juga menyukai