Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYAMPAIAN BERITA BURUK PADA

PASIEN PALIATIF DENGAN KASUS KANKER

Disusun Oleh :

Kelompok 1 S1-3B

1. Putri Sri Puspita H (2010086) 8. M. Irsyad M (2010064)


2. Ellyza Audia (2010042) 9. Afan Fadli (2010002)
3. Yunus Mufid W (2010108) 10. Coirun nisak (2010024)
4. Novela Dea (2010076) 11. Anggi Diva S (2010012)
5. Orifa (2010078) 12. Debby Silvi (2010028)
6. Andreas Alfa B M (2101010) 13. Rena Febri R (2011022)
7. M. Mahar Bagus (2010060)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2022-2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya kami
dapat menyelsaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah
“Komunikasi Terapeutik Dalam Penyampaian Berita Buruk Pada Pasien Paliatif Dengan
Kasus Kanker .”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang telah memberikan
peugasan ini. Kami juga ingin mengucapkan kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna dan ini akan menjadi langkah
yang baik untuk studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan,
semoga makalah ini dapat berguna khususnya untuk kami sendiri dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................II
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................................2
1.3. Manfaat......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Pengertian Keperawatan Paliatif................................................................3
2.2.Tujuan Perawatan Paliatif...........................................................................3
2.3.Prinsip Perawatan Paliatif...........................................................................4
2.4.Kriteria Pasien Paliatif................................................................................5
2.5 Definisi Berita Buruk..................................................................................6
2.6 Tujuan Penyampaian Berita Buruk.............................................................7
2.7 Penyampaian Berita Buruk Pada Pasien Kanker........................................7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi merupakan suatu percakapan yang dilakukan dengan maksud dan
tujuan tertentu. Maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan oleh dokter terhadap
pasien adalah untuk membantu pasien agar dapat mengurangi penderitaan pasien serta
membantunya untuk sembuh dari penyakitnya. Kesembuhan biasanya didapatkan dari
khasiat obatobatan dan fungsi komunikasi atau wawancara hanya sebagai pendukung
untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat. Tetapi tidak jarang
komunikasi itu sendiri juga merupakan terapi.
Karena komunikasi penting sekali artinya dalam hubungan dokter-  pasien, maka
seyogyanya para dokter menguasai teknik dan  berkomunikasi yang baik. Untuk itu
dokter perlu mengetahui jenis-jenis komunikasi atau wawancara yang biasa terdapat
antara dokter atau dokter gigi dan pasien, antara lain wawancara biasa yang terdiri
dari wawancara  bebas dan terarah, percakapan bimbingan dan konseling, dan
penyampaian  berita buruk.
Berita buruk dapat didefinisikan sebagai segala informasi yang secara serius
dapat memperburuk pandangan seseorang tentang masa depannya. Penyampaian
berita buruk adalah suatu hal yang sering harus dilakukan dokter maupun dokter gigi,
misalnya pada waktu dokter harus menyampaikan berita kematian, menyampaikan
diagnosis suatu penyakit dengan prognosis yang tidak baik, atau menyampaikan
rencana terapi yang mengandung resiko yang tinggi. Dalam hubungan ini setiap
dokter akan mengetahui bahwa penyampaian berita buruk selalu akan menimbulkan
frustasi pada pihak pasien.
1.2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Keperawatan Paliatif
2. Tujuan Perawatan Paliatif
3. Prinsip Perawatan Paliatif
4. Kriteria Pasien Paliatif
5. Definisi Berita Buruk
6. Tujuan Penyampaian Berita Buruk
7. Penyampaian Berita Buruk Pada Pasien Kanker
1.3. Tujuan
1. Memahami Mengenai Pengertian Keperawatan Paliatif
2. Memahami Mengenai Tujuan Perawatan Paliatif
3. Memahami Mengenai Prinsip Perawatan Paliatif
4. Memahami Mengenai Kriteria Pasien Paliatif
5. Memahami Mengenai Definisi Berita Buruk
6. Memahami Mengenai Tujuan Penyampaian Berita Buruk
7. Memahami Mengenai Penyampaian Berita Buruk Pada Pasien Kanker
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Paliatif


Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan “Palliare” (bahasa latin) yang berarti menyelubungi, merupakan
jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankangejala klien, bukan
berarti kesembuhan.
Perawatan paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang mengahadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu
meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang memingkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yan terkait
dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan – pencegahan sempurna
dan pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial, spiritual (Kemenkes RI
Nomor 812, 2007)

2.2 Tujuan Perawatan Paliatif


Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga memberikan
dukungan kepada keluarganya. Meskipun pada akhirnya pasien meniggal, pasien saat
sebelum meninggal pasien sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stress
menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif meliputi:
1. Menyediakan system untuk membantu individu hidup seoptimal mungkin sampai
menjelang ajal hidupnya.
2. Menyakini bahwa hidup dan mati adalah proses yang normal, tidak menghambat
kematian, mengurangi nyeri, dan gejala penyakit lainnya, integrase fisik, psikis,
social, emosional, dan spiritual dalam memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan individu dan keluarganya.
3. Menawarkan system dukungan untuk membantu keluarga dalam mengatasi
masalah sepanjang perawatan pasien dan masa berduka.

2.3 Prinsip Perawatan Paliatif


Menghormati martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga pasien.
Dukungan untuk carviger, paliatif vare merupakan acces yang competent dan
compassionet. Mengembangkan professional dan social dukungan untuk pediatric
paliatif care melalui penelitian dan pendidikan (Farrel & Coyle, 2007).
Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal
2. Tidak mempercepat atau menunda ajal.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan yang dirasakan.
4. Menjaga keseimbangan psikologis, social, dan spiritual.
5. Berusaha agar pasien tetap aktif sampai akhir hayatnya.

2.4 Kriteria Pasien Paliatif


Perawatan paliatif ini ditujukan untuk orang yang menghadapi penyakit yang
belum dapat disembuhkan seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit
paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung/heart failure,
penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS, dimana penyakit pasien
tersebut sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan atau pasien yang
mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup.

2.5 Definisi Berita Buruk


Berita buruk secara medis di definisikan sebagai informasi yang menciptakan
pandangan buruk bagi kesehatan seseorang. Berita buruk dapat menimbulkan
perasaan tanpa harapan pada pasien, ancaman terhadap kesehatan mental dan fisik
pasien atau resiko menganggu gaya hidup pasien (Wright dkk, 2013).
Menurut Bile, dkk (2000) berita buruk dapat di definisikan sebagai segala
informasi yang secara serius dapat memperburuk pandangan seseorang tentang masa
depannya. Sedangkan menurut Aitini & Aleotti (2006) Kabar buruk adalah
pengalaman tidak nyaman untuk pemberi dan penerima kabar.
2.6 Tujuan Penyampaian Berita Buruk
1. Merupakan pekerjaan yang sering dilakukan namun membuat stress
Selama karirnya, seorang dokter akan mengalami keadaan dimana harus
menyampaikan informasi buruk kepada pasien dan keluarganya. Penyampaian
berita buruk akan menjadi sangat menenganggkan ketika seorang dokter kurang
berpengalaman, sedang menghadapi pasien muda, dan ketika prospek
keberhasilan pengobatan minim (Baile dkk, 2000).
2. Pasien menginginkan kebenaran
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 96% orang berharapdiberi tahu ketika ia
menderita kanker dan 85% berharap mendapatinformasi mengenai perkiraan umur
mereka (Baile dkk, 2000).
3. Prinsip hukum dan etik
Di Amerika Utara, prinsip informed consent, otonomi pasien,dan hukum telah
menciptakan kewajiban etika dan hukum yang jelasuntuk memberikan informasi
sebanyak yang pasien inginkan tentang penyakit mereka dan pengobatannya.
Dokter tidak mungkin menahan informasi medis bahkan jika mereka tahu itu akan
memiliki efeknegatif pada pasien (Baile dkk, 2000).
4. Hasil pemeriksaan klinis
Bagaimana cara penyampaian kabar buruk dapat mengubah pemahaman pasien
akan informasi, kepuasan perawatan, tingkat harapan, dan psikologi pasien.
Banyak pasien mengharapkaninformasi yang akurat untuk membantu mereka.
5. Penyampaian pada pasien mengenai
Pada penyakit kronis atau penyakit yang disertai dengankecacatan yang berat,
sebaiknya dokter memberitahukan kenyataanatau fakta yang ada. Terutama cara
adaptasi yang cepat dan tepat terhadap perubahan hidupnya. Pasien penyakit
kronis seharusnya menerima kenyataan agar mereka lebih cepat untuk
menyesuaikan diri dengan keadaannya. Kecemasan dan rasa takut yang berlebihan
tidak saja ditimbulkan dari penyakit yang diderita, tetapi juga dari tekanan
masyarakat yang sering memberikan simbol tertentu pada penyakitnya (Sukardi
dkk, 2007).
6. Penyampaian pada pasien mengenai penyakit kanker/tumor ganas
Penyakit kanker merupakan penyakit yang sering ditanggapi dengan cara yang
tidak realistis. Pasien sering dijauhi oleh masyarakat dan seolah-olah kematiannya
sudah dekat. Kanker sebagai suatu penyakit yang fatal membuat dan mendorong
keadaan kurangnya perhatian untuk mendapatkan pengobatan. Ketakutan
masyarakat terhadap penyakit kanker memberikan beban
tersendiri pada penderitaan pasien, disamping dari akibat proses kanker itu sendiri.
Oleh karena itu, sebelum diagnosis kanker disampaikan, tim dokter harus benar-
benar sudah yakin (Sukardi dkk, 2007).

2.7 Penyampaian Berita Buruk Kepada Pasien Kanker


Penyampaian pada pasien mengenai kecacatan/penyakit kronis yang disertai
dengan kecacatan yang berat, sebaiknya dokter memberitahukan kenyataan atau fakta
yang ada. Terutama cara adaptasi yang cepat dan tepat terhadap perubahan hidupnya.
Pasien penyakit kronis seharusnya menerima kenyataan agar mereka lebih cepat untuk
menyesuaikan diri dengan keadaannya. Kecemasan dan rasa takut yang berlebihan
tidak saja ditimbulkan dari penyakit yang diderita, tetapi juga dari tekanan masyarakat
yang sering memberikan simbol tertentu pada penyakitnya (Sukardi dkk, 2007).
Jika semua stress menumpuk, pasien akan banyak menghadapi masalah. Hal ini
dapat melampaui kemampuan dirinya da kecemasan, menghilangkan harapan,
menimbulkan keinginan untuk  bunuh diri, atau timbulya gejala psikopatologik lain.
Dalam menentukan suatu penyakit yang kronis dan kecacatan, informasi harus
diberikan secara perlahan. Pemberian informasi dapat dimulai dari awal dugaan
penyakit sampai diagnosis akhir ditegakkan. Adanya keinginan pasien untuk
mengetahui penyakitnya merupakan kesempatan baik bagi dokter untuk
menyampaikan keadaan yang mungkin terjadi dan risikonya di kemudian hari
(Sukardi dkk, 2000).
a. Penyampaian berita buruk secara tidak langsung
Penyampaian berita buruk adalah suatu hal yang sering harus dilakukan dokter
maupun dokter gigi, misalnya pada waktu dokter harus menyampaikan berita
kematian, menyampaikan diagnosis suatu penyakit dengan prognosis yang tidak
baik, atau menyampaikan rencana terapi yang mengandung resiko yang tinggi.
Dalam hubungan ini setiap dokter akan mengetahui bahwa penyampaian berita
buruk selalu akan menimbulkanf rustasi pada pihak pasien (Sarwono, 1982).
Usaha mengurangi frustasi pasien dalam penyampaian barita burukini biasa
dilakukan dengan beberapa cara yang kurang benar. Untuk jelasnya, berikut
diberikan contoh seorang dokter gigi yang harus menyampaikan berita bahwa
pasiennya menderita penyakit kanker mulut. Pada pasien didapatkan bisul yang
menyakitkan di mulut, dimana sudah tak sembuh-sembuh dalam waktu 14 hari,
suara jadi serak berkepanjangan,dan mengalami kesulitan untuk mengunyah,
menelan, dan bahkan berbicara, serta terdapat bercak putih pada mulut (Nawawi,
2013).
b. Penyampaian berita buruk secara langsung
Penyampaian berita buruk secara langsung merupakan cara yang lebih efektif
dalam penyampaian berita buruk kepada pasien. Dengan penyampaian langsung
ini, maka jelas dokter berada dalam keadaan ‘siapmental’ untuk menghadapi
frustasi pasien dan selanjutnya dapat menampung dan meredakan frustasi
itu (Sarwono, 1982).
Dalam penyampaian berita buruk secara langsung, ada 3 tahap yang harus
dilalui dokter, yaitu:
1. Tahap 1: penyampaian berita buruk itu sendiri
2. Tahap 2: memperendah tingkat frustasi
3. Tahap 3: mencari pemecahan persoalan
Setiap berita buruk tentu akan menimbulkan frustasi, tetapi yang terpenting
adalah mencari jalan keluar dari keadaan yang buruk itu. Untuk bisa mencari
jalan keluar, tingkat frustasi harus direndahkan dulu agar pasien tidak terlalu
emosional.Tugas mencari pemecahan persoalan dan merendahkan tingkat frustasi
termasuk dalam kewajiban dokter juga (Sarwono, 1982).
1. Tahap 1 penyampaian berita buruk
Sering kali pasien sudah mempunyai dugaan tentang keadaan yang buruk itu,
hanya saja ia belum merasa pasti. Pasien mempunyai hak untuk segera bebas dari
ketidakpastian ini. Dalam menyampaikan berita buruk dokter harus
memperhatikan hal-hal berikut:
- Berita buruk langsung disampaikan pada awal percakapan. Dokter jangan
melakukan berbagai aksi menghindar.
- Dokter harus meyampaikan berita dalam kalimat yang sesingkat mungkin,
tetapi dalam kalimatnya itu dokter juga harus menunjukkan bahwa ia
memperhatikan perasaan pasien.
- Nada suara dokter harus menunjukkan bahwa dokter ikut menghayati apa
yang diarasakan pasien. (Sarwono, 1982).
Contoh:
Dokter : Hasil pemeriksaan kami menunjukkan bahwa terdapat tumor pada mulut
bapak. Tumor ini sudah menggerogoti hampir seluruh rahang bawah bapak,
sehingga terpaksa kami harus mengambil rahang bawah bapak. Saya mengerti
bahwa bapak tentunya sangat sedih.
2. Tahap 2 penurunan tingkat frustasi
Setelah berita buruk disampaikan, dokter harus berusaha menurunkan frustasi
pasien. Untuk itu ada 2 macam cara :
- Mengucapkan kata-kata simpati.
- Memberikan informasi kepada pasien bahwa ada hal-hal yang membuatnya
tidak usah terlalu kecewa, misalnya bahwa dokter dapat menghilangkan
tumornya dengan segera dengan cara yang baik dan tidak sakit, bahwa
tumornya belum sampai tingkatan yang parah, dan sebagainya.
Bedanya dari cara penyampaian berita buruk yang menghindari frustasi adalah
bahwa informasi ini disampaikan sesudah berita buruk, tidak sebelumnya.
(Sarwono, 1982). Mengurangi frustasi sampai tingkat yang paling rendah adalah
sangat penting karena bila tingkat frustasi masih tinggi dokter tidak akan sampai
pada pemecahan persoalan. Kalau frustasi tidak dapat diturunkan sekaligus, usaha
ini sebaiknya ditunda dan dilanjutkan lain kali (Sarwono, 1982).
3. Tahap 3 pemecahan persoalan
Di sini dokter memberikan nasihat-nasihat berupa pilihanpilihan yang dapat
ditempuh oleh pasien untuk mengatasi persoalan yang akan dihadapinya sebagai
akibat dari keadaannya yang tidak diharapkan tersebut (Sarwono, 1982).
Contoh :
Pasien : Jadi bagaimana pekerjaan saya kalau saya sampai harus rawat inap ya
Dokter?
Dokter : Saya bisa membuatkan surat untuk atasan Bapak agar bapak beroleh izin
sekaligus tunjangan sesuai dengan kesehatan Bapak.
Pasien : Bagaimana dengan penampilan saya nanti apabila tumornya diangkat?
Dokter : Tidak apa-apa. Seiring waktu nanti akan tampak normal lagi. Saya bisa
menutupi tampilan yang bengkak dengan perban
Pasien : Bagaimana dengan rasa sakitnya nanti?
Dokter : Tidak apa-apa, saya bisa mengusahakan dengan pemberian obat anti
rasa sakit yang tidak mahal. Dan seterusnya
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam
hubungan dokter-pasien. Meskipun teknologi di bidang kesehatan sudah sangat
berkembang, komunikasi tetap menjadi penentu kepuasan pasien dan menjadi bagian
dari rencana perawatan pasien di masa yang akan dating. Penyampaian berita buruk
kepada pasien merupakan hal yang sulit dihadapi dan seringkali menjadi pengalaman
yang menegangkan dan menyedihkan baik bagi pasien ,maupun dokter. Berita buruk
adalah semua berita (informasi) yang secara drastis dan negatif mengubah pandangan
hidup pasien tentang masa depannya. Berita buruk dapat menimbulkan perasaan tidak
ada harapan bagi pasien. Apabila penyampaian berita buruk tidak dilakukan secara
tidak hati-hati, maka ini akan berdampak besar terhadap hasil akhir dari perawatan
pasien. Respon emosional pasien akan sulit untuk ditahan kecuali dokter tesrsebut
memiliki strategi yang dapat digunakan untuk mengatasinya.
Penjelasan yang diberikan dokter akan memberikan pengaruh besar bagi
pasien dalam memutuskan suatu perencanaan perawatan mengenai penyakitnya.
sehingga penyampaian berita buruk/breaking bad news merupakan hal yang penting
untuk dipelajari. Terdapat 2 jenis teknik penyampaian berita buruk yaitu menurut
Buckman dan Kaye Model. Enam langkah penyampaian berita buruk menurut
Buckman antara lain Setting, listening skills, patient’s perception, invitation to share
information, knowledge transmission, explore emotions and empathize, dan
summarize and strategi atau disingkat SPIKES.

3.2 Saran
Sebelum berkomunikasi dengan pasien, sangat penting bagi seorang dokter
dan perawat untuk mengenali pasiennya, atau paling tidak mengetahui latar belakang
pasien dan keluarganya sebab dalam hal penerimaan berita buruk, kita tidak bisa
mengharapkan reaksi yang sama dari setiap pasien. Faktor – faktor yang disebutkan di
atas memang akan sangat berpengaruh. Informasi tentang pasien, terutama usia, jenis
kelamin, sosial ekonomi dan budaya dapat diketahui dengan mempelajari rekam
medis, sedangkan jenis kepribadian dapat dinilai melalui interaksi yang dilakukan
dengan pasien. Kehadiran anggota keluarga pasien juga merupakan hal yang harus
diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai