MAKALAH KELOMPOK 5
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Erna Marni, M.Kep
Ardiyansyah 19031005
Nissa Hidayah 19031013
Liza Ermita 19031029
Lydia Prastika Pratami Yeti 19031035
Widya Aprilia Ningsih 19031035
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah terkait “Komunikasi Terapeutik
pada Keperawatan Paliatif” ini dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal. Selain itu, kami juga berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita semua.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Semoga apa yang dituangkan dalam makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami dan umumnya teman-teman yang membaca. Dengan ini, kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata, kalimat maupun bahasa yang kurang berkenan dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan..............................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Paliatif Care...........................................................................................................5
2.2 Prinsip Komunikasi dalam Perawatan Paliatif................................................................5
2.3 Masalah-Masalah Komunikasi..........................................................................................6
2.4 Komunikasi pada Pasien dengan Penyakit Kronis..........................................................6
2.5 Komunikasi pada Pasien yang Tidak Sadar.....................................................................8
2.6 Hambatan untuk Komunikasi Efektif dalam Perawatan Paliatif.................................13
2.7 Langkah-Langkah Menyampaikan Berita Buruk dalam Perawatan Paliatif..............14
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Role Play............................................................................................................................17
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................20
4.2 Saran..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................21
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3
Komunikasi perawat dengan pasien khususnya sangatlah penting. Perawat harus
bisa menerapkan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik diterapkan tidak hanya
pada pasien sadar saja, namun pada pasien tidak sadar juga harus diterapkan komunikasi
terapeutik tersebut. Pasien tak sadar atau yang sering disebut “koma” merupakan pasien
yang fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali
stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali
stimulus tersebut. Namun meskipun pasien tersebut tak sadar, organ pendengaran pasien
merupakan organ terakhir yang mengalami penurunan penerimaan rangsangan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada penyakit yang bersifat lanjut, tiap individu menbutuhkan dukungan untuk
menyuarakan pemikirannya tentang masa depan sehingga mereka mulai dapat membuat
rencana untuk mewujudkannya (Kresnoadi, dalam Anshori, 2013).
6
(Purwaningsih dan Karbina, 2009). Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan
persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu
keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan
yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Tiap fase yang di alami oleh pasien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pula. Dalam berkomunikasi
perawat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah
bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.
7
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
perasaannya dan mendengarkan.
3. Fase bargaining ( tawar menawar )
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja
kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses
berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “
kalau saja yang sakit bukan anak saya
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan
kepada pasien apa yang di ingnkan
4. Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak
mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan
menurut atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah
tidur, letih, dorongan libugo menurun
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan kesedihannya.
5. Fase acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase
menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat saya
lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase
tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat
mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas.
Tapi apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase
penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase
penerimaan.
Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah:
Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk
mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien.
8
2.5 Komunikasi pada Pasien yang Tidak Sadar
Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan
menggunakan teknik komunikasi khusus/terapeutik dikarenakan fungsi sensorik dan
motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat
diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan
klien tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien
sendiri tidak sadar. Nyatanya dilapangan atau di banyak rumah sakit seperti di Intensif
Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya, sering
mengabaikan komunikasi terapeutik dengan pasien ketika mau melakukan sesuatu
tindakan atau bahkan suatu intervensi.
Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagian kalangan, ada yang
berpendapat dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus berbicara, sedangkan
sebagian lagi berpendapat walau dia tidak sadar dia juga masih memiliki rasa atau masih
mengetahui apa yang kita perbuat, maka kita harus berkomunikasi walau sebagian orang
beranggapan janggal. Maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan komunikasi terapeutik
untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun dia
berada dalam keadaan yang tidak sadar atau sedang koma.
10
karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh untuk
menerima dan menolak terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada
pasien tidak sadar ini, kita dapat meminta persetujuan terhadap keluarga,
dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja
yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat dapat memberitahu
maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika kita
tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.
Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses keperawatan
menjalankan satu atau lebih dari ke empat fungsi di atas. Dengan kata
lain, tujuan perawat berkomunikasi dengan klien yaitu untuk menjalankan
fungsi tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun, komunikasi penting
adanya. Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di
atas. Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar sekali pun, ia
merupakan seorang pasien yang memiliki hak-hak sebagai pasien yang
harus tetap kita penuhi.
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk membentuk
hubungan saling percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas.
Pada komunikasi dengan pasien tidak sadar kita tetap melakukan
komunikasi untuk meningkatkan dimensi ini sebagai hubungan membantu
dalam komunikasi terapeutik.
2. Cara Berkomunikasi dengan Pasien Tak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses
keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat
juga menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan klien. Dalam berkomunikasi kita dapat
menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada pasien tidak sadar ini kita
tidak menggunakan keseluruhan teknik. Adapun teknik yang dapat diterapkan,
meliputi:
a. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan
perawat lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi
11
yang akan dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara
spesifik, kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
b. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep
kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi
yang akan diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan
dalam komunikasi.
c. Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan
informasi. Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat
memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa intervensi
yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya,
karena dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat
menumbuhkan kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi
lebih baik.
d. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat
menujukkan dengan kesabaran dalam merawat klien. Ketenangan yang
perawat berikan dapat membantu atau mendorong klien menjadi lebih
baik. Ketenangan perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak
sadar dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat
berupa sentuhan yang hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa
kata-kata, merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk
mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah bagian yang
penting dari hubungan antara perawat dan klien.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar
adalah komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh
salah seorang sebagai pengirim dan diterima oleh penerima dengan
adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa feed back pada penerima
yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point
ini pasien tidak sadar. Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus
seperti ini, keefektifan komunikasi lebih diutamakan kepada perawat
12
sendiri, karena perawat lah yang melakukan komunikasi satu arah
tersebut.
13
- Takut menjawab salah dan menimbulkan masalah
b. Keyakinan
- Bahwa masalah emosional tidak dapat dihindari pada pasien dengan
penyakit serius dan tidak ada yang dapat dilakukan tentang mereka
- Bahwa bukan peran saya untuk membahas hal-hal tertentu. Ini harus
didiskusikan dengan anggota tim senior
- Berbicara tentang kekhawatiran yang tidak dapat diselesaikan akan
memunculkan harapan
14
c. Kesulitan
- Tidak dapat mengungkapkan perasaan mereka.
- Tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat.
- Ketika mereka mencoba mengungkapkan keprihatinan mereka kepada
para profesional perawatan kesehatan, isyarat terpenuhi dengan jarak
yang tidak memiliki penguasaan bahasa yang cukup baik
15
- Perkenalkan diri Anda dengan jelas
- Biarkan pasien tahu bahwa mereka memiliki perhatian dan pastikan pasien
merasa nyaman dan tidak terganggu oleh rasa sakit atau kandung kemih
penuh, dll.
- Berikan ' peringatan tembakan ' indikasi bahwa ini bukan pertemuan sosial
atau rutin.
- Duduk pada tingkat mata yang sama satu sama lain dan mudah dijangkau
7. Kaji
- Seberapa banyak pasien sudah tahu
- Berapa banyak yang ingin diketahui pasien
- Bagaimana pasien mengungkapkan dirinya, kata-kata, dan cara apa yang dia
gunakan untuk memahami situasi
8. Dapatkan empati dengan pasien
- Bagaimana rasanya menjadi pasien?
- Bagaimana perasaan pasien?
- Adakah sesuatu yang memprihatinkan pasien yang tidak dia ungkapkan secara
verbal?
- Mekanisme apa yang digunakan pasien di masa lalu untuk menghadapi berita
buruk?
- Apakah pasien memiliki pandangan khusus tentang pemahaman hidup atau
budaya yang mendukung pendekatannya untuk menghadapi situasi tersebut?
- Siapa orang penting dalam hidup pasien?
9. Menanggapi non-verbal maupun verbal petunjuk.
Dorong pasien untuk berbicara dengan mendengarkan dengan hati-hati dan
merespons dengan tepat.
10. Bagikan informasi
- Setelah menghabiskan waktu mendengarkan, gunakan kata-kata pasien untuk
merangkum kisah perjalanan sejauh ini, periksa secara teratur dengan pasien
bahwa Anda telah mendengar cerita dengan benar
- Secara perlahan dan bertahap menarik informasi dari pasien sambil secara
teratur memeriksa bahwa mereka tidak salah memahami apa yang Anda
16
katakan
- Gunakan teknik 'tembakan peringatan' untuk memberi pengantar berita buruk
untuk membantu pasien mempersiapkan diri mereka
- Gunakan diagram untuk membantu memahami dan menyimpan informasi jika
sesuai dan diterima oleh pasien
- Hindari akronim yang mudah disalah pahami
BAB III
PEMBAHASAN
Di Icu rumash sakit X an.A dirawat. An.A menderita penyakit Acute Limblastik
Leukemia sudah pernah menjalani kemoterapi sebanyak 5 kali namun tidak ada
perkembangan yang berarti. An.A semakin lemah, Hb menurun drastis sehingga ia harus
dirawat di ICU, karena tidak ada peningkatan kesehatan an.A dokter yang menangani
pun memberi tahu perawat B untuk memberikan informasi kepada orang tua an.A
keadaan anak mereka yang semakin memburuk.
18
keluarga tetap ingin an.A dirumah sakit kami akan tetap memberikan
perawatan yang kami bisa.
Ibu : Biarkanlah anak kami tetap dirawat suster, setidaknya kami sudah
menjalankan tugas kami sebagai orang tua
Perawat 2 : Baiklah jika ini sudah menjadi keputusan ibu dan bapak, kami akan tetap
memberikan perawatan pada an.A
Bapak : Terimakasih suster
Perawat 2 : Iya sama-sama ibu bapak. Baiklah hanya ini yang dapat saya sampaikan,
sekali lagi saya berharap keluarga dapat sabar dan kuat menerimanya.
Jangan lupa untuk terus selalu berdoa untuk kebaikan an.A
Orang tua : Iya suster, kami permisi
Perawat 2 : Iya silahkan bu pak
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. Komunikasi merupakan proses yang
dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan klien dalam membantu
memenuhi kebutuhan kesehatan klien, maupun dengan tenaga kesehatan lain dalam
rangka membantu mengatasi masalah klien. Inti dari perawatan paliatif adalah
kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan mendengarkan yang baik, dan kesiapan
dari perawat ataupun pasien untuk melakukan komunikasi. Perawat dalam melakukan
komunikasi paliatif harus memperhatikan kondisi pasien agar pesan dapat tersampaikan
dengan baik.
4.2 Saran
Perawat dalam melakukan komunikasi paliatif harus memperhatikan prinsip
komunikasi dalam perawatan paliatif sesuai dengan kondisi pasien agar pesan dapat
tersampaikan dengan baik dan komunikasi dapat berjalan dua arah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Canadian Cancer Society. (2016). Right to Care : Palliative care for all Canadians.
Damayanti, dkk. 2008. Penanganan Masalah Sosial dan Psikologis Pasien Kanker Stadium
Lanjut dalam Perawatan Paliatif. Indonesian Journal of Cancer 1: 30-34.
WHO. (2015, July). Definiton Palliative Care. Dipetik November Rabu, 2016, dari World
Health Organization: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs402/en/ di akses pada
tanggal 30 November 2016
21