Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif

Dosen : Denni Fransiska H. M., S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelas 3B Kelompok 2

1. Eka Mustika Rohmah AK118051 8. Jania Flormoy DJM AK118086

2. Elsa Rachmawati AK118055 9. Lelli Rismawati AK118090

3. Esah Rahayu AK118059 10. Luthfia Serenli N AK118094

4. Fitri setiawati pratiwi AK118066 11. Maryati AK118100

5. Hesti Oktari Rahayu AK118073 12. M Zulfan FN AK118097

6. Indah Nur Safitri AK118078 13. Muhamad Heikal D AK118109

7. Irna Nursantika Irianti AK118082

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “MANAJEMEN KEUANGAN”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bandung, Januari 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................ 1

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2

2.1 Definisi Terapi Komplementer .................................................................................... 3

2.2 Jenis-Jenis Terapi Komplementer ............................................................................... 8

2.3 Peran Perawat ............................................................................................................... 9

2.4 Hubungan Terapi Komplementer Dengan Keperawatan Paliatif.......................... 11

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 11

3.2 Saran............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak


negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991
menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat.
Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al.,
2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal
ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer psiko spiritual?
2. Apa saja jenis-jenis terapi komplementer psiko spiritual?
3. Apa Peran perawat pada terapi komplementer psiko spiritual?
4. Apa hubungan terapi komplementer dengan keperawatan paliatif?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untik mengetahui definisi dari terapi komplementer psiko spiritual
2. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi komplementer psiko spiritual
3. Untuk mengetahui peran perawat pada terapi komplementer psiko spiritual
4. Untuk mengetahui hubungan terapi komplementer dengan keperawatan paliatif

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
Terapi komplementer merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan
kedokteran modern (konvensional) dan dipergunakan sebagai pelengkap pengobatan
kedokteran tersebut (Hidayati & Mangoenprasodjo, 2005).
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1109 Tahun 2017 menyebutkan bahwa
terapi komplementer alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik,
yang belum diterima kedokteran konvensional.
Dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer merupakan segala upaya
merupakan segala upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
menggunakan cara, alat atau bahan diluar standar pengobatan kedokteran modern
(konvensional) dan dipergunakan sebagai pelengkap pengobatan kedokteran.

2
3

2.2 Jenis-jenis terapi komplementer


Di indonesia ada beberapa jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan kedalam pelayanan
konvesional, yaitu sebagai berikut :
1. Meditasi
Meditasi adalah suatu teknik yang memungkinkan seseorang mampu
menggunakan kesadaran dan pengalamannya sehingga membuat seseorang lebih
sadar akan dirinya. Meditasi dapat menjadikan orang santai, hal ini dapat menjadikan
tubuh merasa rileks, pikiran lebih tenang, meningkatkan kesejahteraan fisik dan
emosional dengan kondisi lingkungan tenang dan posisi yang nyaman. Meditasi
merupakan sarana seseorang untuk fokus terhadap suatu objek. Terapi ini
menggunakan sikap tubuh yang spesifik, memfokuskan perhatian atau sikap terbuka
terhadap gangguan. Indikasi meditasi dilakukan pada saat stress, cemas, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat. Kontra indikasi melakukan meditasi adalah
klien yang kurang mampu menyimpan emosi dan kurang mampu menganalisa sebab
akibat yang kompleks.
2. Terapi massase
Teknik ini dilakukan dengan cara menekan, mengusap dan memanipulasi otot dan
jaringan lunak lainnya pada tubuh. Massase dapat berfungsi sebagai salah satu terapi
untuk meredakan berbagai keluhan fisik, sepeti rasa kembung, menghilangkan myeri
dan meredakan stress serta kelelahan fisik. Massase membantu mengurangi
ketegangan otot dan menstimulasi sirkulasi darah dalam tubuh, relaksasi mengurangi
nyeri, sedangkan pada bayi melancarkan sirkulasi sehingga efektif meningkatkan
berat badan (Synder & Linquist; Mantle & Tiran, 2009)
3. Yoga
Yoga merupakan suatu sarana untuk mencapai suatu tingkat aktivitas untuk
pikiran dan jiwa agar berfungsi bersama secara harmonis. Teknik ini
mengkombinasikan postur fisik, teknik nafas dalam, dan meditasi atau relaksasi.
4. Bekam
Bekam adalah melakukan suction pada bagian tertentu (lokal) dengan
menggunakan cups pada area yang telah dipilih pada tubuh. Tujuan utama terapi ini
untuk mempercepat aliran darah dan membantu mengeluarkan darah yang sudah tidak
memiliki manfaat bagi tubuh. Bekam juga bermanfaat untuk mengelurakan racun dari
sirkulasi kulit dan kompartemen interstisial
4

5. Akupuntur
Pengobatan akupuntur sangat individu dan dilakukan berdasarkan institusi,
subjektif, dan pengalaman pribadi, bukan atas dasar penelitian medis. Akupuntur
melibatkan penusukan jarum dalam berbagai ukuran kedalam titik meridian dalam
tubuh manusia dengan tujuan untuk mengalihkan Chi (energi vital tubuh) untuk
meningkatkan keseimbangan tubuh atau mengembalikan kesehatan tubuh (Hadibroto
dkk, 2006).
Titik median adalah jalur yang sangat penting dalam tubuh manusia sebagai
tempat mengalir Chi. Chi mengalir dalam tubuh manusia memberikan energi vital
untuk organ tubuh agar otgan-organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. maka sangat
penting untuk memastikan bahwa Chi dapat mengalir dengan bebas untuk memastikan
bahwa struktur dan fungsi organ tubuh bagian dalam bekerja dengan efektif
(Hardibroto dkk, 2006). Jarum ditusukan ke titik median untuk mempengarui Chi
yang mengalir ke organ tubuh bagian dalam, untuk untuk meningkatkan struktur dan
dungsi mereka. Jarum juga dapat digunakan untuk daerah tertentu yang terasa skit
yang mungkin berhubungan dengan masalah dalam tubuh seperti cedera akibat
olahraga.
Akupuntur dapat menyebabkan beberapa reaksi fisik, baik di sekitar dimana
akupuntur dilakukan atau di daerah lain karena sel syaraf yang menghubungkan organ
ke otak dan tubuh. Rasa sakit di salurkan melalui hormon urat syaraf, terutama yang
berhubungan dengan penerima rasa sakit. Pereda rasa sakit yang diberika oleh morfin
bekerja pada penerima yang sama dengan hormon urat syaraf ini. endorphin yang di
produksi oleh otak adalah pengganti alami dari morfin dan bekerja dengan cara yang
sama.
6. Terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik yaitu metode terapi dimana pasien dimasukan kedalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2-3 kali lebih besar daripada tekanan udara
atmosfer normal, lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi pasien
boleh melakukan aktivitas seperti membaca, minum atau makan untuk menghindari
trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara
5

7. Herbalisme medis
Herbalisme medis merupakan penggunaan obat dari tumbuhan untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit yang memiliki sejarah panjang. Herbal
digunakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan dan sering digmbarkan sebagai
misalnya pemanas atau pendingin seperti peppermint akan digunakan untuk
mengobati kondisi panas seperti demam.
Beberapa aspek herbalisme zaman modern adalah sebagai berikut (Heirich et al,
2009) :
1. Herbalisme menggunakan suatu oendekatan holistik dengan mempertimbangkan
perasaan sehat pasien secara psikologis dan emosional, juga kesehatan fisik.
2. Herbalis memilih herbal berdasarkan pada basis individual untuk setiap pasin
(sesuai degan pendekatan holistik0 sehingga kemungkinan besar pasien-pasien
dengan gejala fisik yang sama akan menerima kombinasi herbal yang berbeda
3. Herbalis juga bertujuan untuk mengidentifikai penyebab dasar (misalnya stres)
penyakit pasien dan mempertimbangkan hal ini dalam rencana pengobatan
4. Herbalis di gunakan untuk merangsang kemampuan penyembuhan tubuh untuk
memperkuat sistem tubuh dan untuk memperbaiki fungsi tubub yang terganggu,
bukan untuk mengobati gejala-gejala yang muncul secara langsung
5. Herbalis mungkin digunakan dengan tujuan untuk mengeliminasi toksin atau
merangsang peredaran darah, tujuannya adalah untuk penyembuhan jangka
panjang dari kondisi-kondisi tertentu.

Salah satu prinsip herbalisme adalah bahwa kandungan herba yang berbeda
bekerja bersama dalam beberapa cara (yang tidak dapat dijelaskan) sehingga
meghasilkan efek-efek bermanfaat. Herbalis medis mengobati berbagai macam
kondisi akut misalnya infeksi, dan yang lebih lazim kondisi kronis. Beberapa contoh
gangguan yang biasanya di konsultasikan orang kepada herbalis yaitu : Sindrom iritasi
usus, sisdrom pramenstruasi, gejala-gejala menopause, eksim, jenis-jenis arthiris,
depresi, jerawat dan kondisi lainnya, sistitis, migrain, sindrom lelah kronis.

Hebalis biasanya merespon obat-obat herbak seperti tingtur, meskipun


terkadang menggunakan formulasi yang lebih pekat (ekstrak cair). Jika suatu resep
memerlukan beberapa herba, tingtur dan ekstra dicampur menjadi satu campuran.
Beberapa herbalis akan menyiapkan bahan-bahan persediaannya sendiri, sementara
bahan lain yang dibeli dari pemasok khusus dan sebagian besar memberikan resep
6

herbalnya sendiri. Formulasi oral lainnya (tablet, kapsul) dan sediaan herba topikal
juga dapat di resepkan (Heirinch et al., 2009)

8. Aromaterapi
Aroma terapi adalah penggunaan terapeutik zat-zat aromatic yang diekstraksi dari
tumbuhan. Kelompok paling penting pada zat-zat ini adalah minyak atsiri. Beberapa
aspek penting untuk penggunaan minyak atsiri dalam aromaterapi sebagi berikut :
1. Aromaterapis meyakinkan bahwa minyak atsiri dapat digunakan tidak hanya
untuk pengobatan dan pencegahan penyakit, tetapi kiga efeknya terhadap mood,
emosi dan rasa sehat
2. Aromaterapi diklaim sebagai suatu terapi holistik dalam hal ini aromaterapis
memilih suatu minyak atsiri, atau kombinasi minyak atsiri disesuaikan dengan
gejala, kepribadian, dan keadaan emosi masing-masing klien. Pengobatan dapat
berubah pada kunjungan pasien berikutnya
3. Minyak atsiri dijelaskan tidak hanya dengan rujukan terhadap reputasi sifat-sifat
farmakologisnya (misalnya antibakteri, antiradang), tetapi juga melalui hal-hal
yang tidak dikenali pada obat-obat konvesional (misalnya keseimbangan,
memberi energi)
4. Aromaterapis meyakini bahwa kandungan minyak atsiri atau kombinasi
minyak, bekerja secara sinergis untuk meningkatkan efikasi atau mengurangi
terjadinya efek-efek merugikan yang terkait dengan kandungan kimia tertentu.

Metode paling lazim yang digunakan oleh aromaterapi untuk penggunaan


minyak atsiri adalah dengan pemijatan, yaitu tetesan dua sampai tiga minyak atsiri di
encerkan dalam pembawa berupa minyak sayur seperti minyak biji anggur, minyak
jojoba, dll. Metode lain untuk penggunaan minyak atsiri yang dilakukan oleh
aromaterapis atau dalam perawatan sendiri antara lain :

1. Penambahan minyak atsiri kedalam air mandi dan air untuk mencuci kali (air
harus diauk dengan kuat untuk membantu disperse)
2. Dihirup
3. Kompres
4. Digunakan dalam peralatan aromaterapi (misalnya alat pembakar dan penguap)
7

9. Terapi pengobatan bunga


Pengobatan bunga Bach dikembangkan oleh dr Edward Bach (1886-1936),
seorang dokter ahli homeopati. Teorinya adalah bahwa dengan mengobati respons
emosional dan mental pasien terhadap penyakitnya, gejala-gejala fisikakan dapat
diredahkan. Ia mengidentifikasi 38 keadaan psikologis negative (misalnya iri, putus
asa, rasa bersalah, tidak dapat memutuskan) dan mencari obat-obat alam yang dapat
igunakan untuk memperbaiki berbagai keadaan pikiran yang negatif ini (heirinch et
al., 2009).
Berbagai jenis obat bunga banyak tersedia untuk dipilih sendiri dan terapi
mandiri. Selain itu beberapa orang menjalani pelatihan untuk mejadi praktisi
pengobatan dengan bunga. hal ini meliputi beberapa profesional pelayanan kesehatan,
seperti beberapa dokter umum, yang menggunakan obat-obatan bunga beserta praktik
medis konvensional yang mereka lakukan setiap hari (Heirinch et al., 2009)
Bach mengembangkan 38 obat bunga, diantaranya terdiri atas bunga-bunga liar
tunggal dan pohon-pohon berbunga, dan satu yang diperoleh dari mata air alami. Ia
bertujuan bahwa masing-masing obat digunakan untuk keadaan emosional atau
mental tertentu misalnya :
a. Gentian (Gentiana amarella) untuk perasaan murung
b. Holly (Ilex aquifolium) untuk perasaan iri
c. Impatiens (Impatiens glandulifera) untuk ketidaksabaran
d. Pinus (Pinus sylvestris) untuk rasa bersalah
e. Rock rose (Helianthemum nummularium) untuk perasaan takut

Bach juga mengembangkan suatu sediaan yang dinamakan pbat penyelamat


(Recue Remedy0, yang merupakan kombinasi lima obat lainnya seperti : Impatiens
(Impatiens Glandulifera), Bintang Betlehem (Ornithogalum umbellatum), Prem ceri
(Prunus cerasifera), Rock rose (Helianthemum nummularium), dan Clematis
(Clematis vitalba). Bach menganjurkan sediaan ini digunakan dalam situasi yang sulit
mendesak seperti syok, sangat ketakutan dan kehilangan (Heirinch et al., 2009).
8

2.3 Peran perawat dalam terapi komplementer


Peran perawat yang harus dilakukan pada pelaksanaan terapi komplementer
diantaranya :
1. Sebagai konselor, perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.
2. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah
tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001)
3. Sebagai peneliti, perawat melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dri
hasil-hasil evidence-based practice.
4. Sebagai pelayanan langsung, misalnya dalam praktik pelayanan kesehatan yang
melakukan integrasi terapi komplementer.
5. Sebagai koordinator, misalnya perawat lebih banyak beriteraksi dengan pasien hal ini
sangat penting pada terapi komplementer. Perawat dapat mendiskusikan terapi
komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait
6. Sebagai advokat, perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan
komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif.

Beberapa terapi komplementer telah diintegrasikan kedalam praktik keperawatan dari


masa ke masa, perluasan ruang lingkup dari terapi ini merupakan sebuah kebutuhan bahwa
perawat melakukan pengembangan panduan untuk digunakan dalam pelayanan. Kunci
untuk mendapatkan keterampilan terapi komplementer seorang perawat membutuhkan
pendidikan lanjutan atau khusus. Pendidikan tersebut dapat dilakukan secara mandiri di
institusi yang terakreditasi, adapun pelatihan terapi komplementer yang telah diakui oleh
Badan PPSDM (pust Pengembangan Sumber Daya Manusia) Kesehatan RI yang teah
dikembangkan adalah akupuntur dan akupresur untuk tenaga kesehatan.

Perawat yang telah mendapatkan pengakuan dari organisasi profesi atau lembaga
terfertifikasi dapat melakukan intervensi terapi komplementer untuk praktik ataupun
penelitian. Perawat dalam memberikan terapi komplementer dalam asuhan keperawatan
dilakukan sesuai langkah proses keperawatan. Hal ini sesuai undang-undang yang berlaku
di indonesia tentang tugas dan wewenang perawat dalam penatalaksanaan tindakan
komplementer dan alternatif. Proses keperawatan penting digunakan bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, mengatasi masalah aktual atau potensial dalam status
kesehatan.
9

Perawat menggunakan proses keperawatan dengan mempertimbangkan klien menajdi


mampu mengatasi kesehatannya sendiri dan menghormati pengalaman subjektifnya yang
relevan dalam memelihara kesehatan atau pendampingan dalam pemulihan. dalam model
kesehatan holistik klien dilibatkan dalam proses pemulihan dan juga pemeliharaan
kesehatan, artinya seorang perawat yang melakukan intervensi komplementer harus
menggunakan pendekatan proses keperawatan, jika tidak demikian maka praktik yang
dilakukan identik dengan pengobatan tradisional (batra). Kebutuhan praktik keperawatan
lanjut dalam memberikan terapi komplementer yang terintegrasi antara intervensi
konvensional dengan tradisional dapat memunculkan dilema terhadap penghargaan
imbalan jasa.

2.4 Hubungan Terapi Komplementer pada Keperawatan Paliatif


Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena banyak terapi yang
menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati berbagai jenis penyakit namun belum
banyak penelitian yang membuktikannya. Salah satu penyakit paliatif yang bisa dilakukan
terapi komplementer adalah penyakit kanker. Pengobatan kanker yang baik harus
memenuhi fungsi menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah
timbulnya kembali (preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu
pelayanan kesehatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun
kalangan kedokteran konvensional (Hasanah & Widowati, 2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani (2017) menunjukkan
bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mual muntah terutama pasca kemoterapi.
Pengguna terapi modern dan komplementer (pijat) mengatakan penggunaan pijat
mengurangi lelah dan nyeri pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern dan
komplementer (herbal) mengatakan penggunaan herbal mengurangi mual muntah dan
mempercepat penyembuhan pasca terapi modern dilakukan.
Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal dan pijat) mengatakan
penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi efek samping terapi modern. Hasil
penelitian yang lain menunjukkan terapi modern telah terbukti secara medis dan gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker dapat dikurangi dengan terapi modern dan
komplementer sehingga secara global kualitas hidup penderita kanker meningkat.
10

Salah satu dari terapi komplementer yang dapat digunakan pada keperawatan paliatif
adalah akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada terapi kanker bukan ditujukan untuk
mengobati penyakit kankernya karena penusukan pada lesi merupakan kontraindikasi. Hal
ini dilakukan untuk pengobatan paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi efek
samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta mengurangi
dosis obat anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan.
Pelayanan kesehatan komplementer alternatif merupakan pelayanan yang
menggabungkan pelayanan konvensional dengan kesehatan tradisional dan atau hanya
sebagai alternatif menggunakan pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam
pelayanan kesehatan formal. Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem
pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar dari
para klinisi untuk menerima dan menggunakan obat tradisional (Hasanah & Widowati,
2016).
Penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif diatur dalam standar pelayanan
medik herbal menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.121/Menkes/SK/II/2008 yang
meliputi melakukan anamnesis; melakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik
(inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) maupun Jamu pada pemeriksaan penunjang
(laboratorium, radiologi, EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran;
memberikan obat herbal hanya pada pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan hasil
diagnosis yang telah ditegakkan; penggunaan obat herbal dilakukan dengan menggunakan
tanaman berkhasiat obat sebagai contoh yang selama ini telah digunakan di beberapa rumah
sakit dan PDPKT; mencatat setiap intervensi (dosis, bentuk sediaan, cara pemberian) dan
hasil pelayanan yang meliputi setiap kejadian atau perubahan yang terjadi pada pasien
termasuk efek samping (Kepmenkes, 2008).
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan banyaknya pilihan tanaman
obat yang ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan keperawatan paliatif secara
konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan
konvensional, serta adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat
mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara lain
dengan tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara untuk pengobatan (Hasanah &
Widowati, 2016).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi komplementer adalah tindakan yang diberikan sebagai bagian dari
keperawatan kesehatan, terdiri dari berbagai macam bentuk praktik kesehatan selain
tinakan konvesional, ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ditahap
pencegahan primer, sekunder dan tersier yang diperoleh melalui pendidikan khusus
yang didasari oleh ilmu-ilmu kesehatan. Jenis-jenis terapi komplementer adalah
akupuntur, herbalisme medis, aroaterapi, terapi pengobatan bunga. Peran perawat yang
dapat dilakukan dari pengetahan tentang terapi komplementer diantaranya sebagai
konselor, pendidikan kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan
sebagai advokat.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik
isi dan cara penulisan. Untuk itu kelompok kami mohon maaf apabila merasa kurang
puas, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk
memperbaiki penulisan makalah kelompok kami.

11
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. I. (2017). Hubungan penggunaan terapi modern dan
komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. JKP.

Rufaida Zulfa, dkk. 2018. Terapi Komplementer. STIKes Majapahit Mojokerto : Mojokerto

Ismail Suhartini, dkk. 2019. Keperawatan Holistik dan Aplikasi Intervensi Komplementer.
Universitas Diponegoro : Semarang

12

Anda mungkin juga menyukai