DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi alternatif/komplementer merupakan istilah umum terhadap
berbagai praktik ataupun produk yang umumnya tidak dianggap sebagai
terapi medis/konvensional. Perkembangan terapi komplementer akhir- akhir
ini menjadi sorotan banyak negara dan menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat. Hal ini terjadi karena masyarakat ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginannya terpenuhi akan berdampak pada kepuasan. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.
Alasan yang mendasari terapi komplementer menjadi piluhan masyarakat
adalah karena terapi komplementer dianggap sebagai terapi holistik artinya
tidak hanya memperbaiki kondisi sakitnya namun terapi ini juga ikut terlibat
dalam pemeliharaan bio, piskonya, selain alasan diatas masyarakat pun ingin
terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
peningkatan kualitas hidupnya. Bebrapa alasan klasik diatas, diikuti dengan
beberapa masalah yang terjadi seperti dikatakan oleh (Snyder, 2002) bahwa
terdapat 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima sehingga mereka beralih pada terapi
komplementer.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan didunia. WHO yang merupakan salah satu organisasi
kesehatan dunia telah merekomendasikan penggunaan obat traditional
termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan
pengobatan penyakit, terutama bagi penyakit kronik, penyakit degenerative
dan cancer, WHO juga mendukung upaya peningkatan keamanan dan
khasiat obat traditional. Data dunia menunjukkan Amerika Serikat dan
negara sekitarnya tercatat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Snyder, 2002).
Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi
komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun
1997 (Snyder, 2002).Indonesia sendiri, yang merupakan negara yang
memiliki keanekaragaman budaya yang mampu menciptakan berbagai terapi
komplementer, juga telah mengembangkan penggunaan terapi
komplementer, RS Dharmais dan 12 RS lainnya yang ada di Jakarta telah
ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan untuk mengembangakan pengobatan
komplementer ini.
Oleh karena tingginya kebutuhan masyarakat akan terapi komplementer
pada berbagai ranah perawatan dan berkembangnya penelitian terhadap
terapi komplementer, maka hal ini menjadi perluang emas perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perawat dapat
berperan aktif sebagaI konselor bagi masyarakat untuk memilih terapi
komplementer yang tepat bagi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu terapi komplementer?
2. Apa tujuan terapi komplementer?
3. Apa jenis-jenis terapi komplementer?
4. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ap aitu terapi komplementer.
2. Untuk mengetahui tujuan terapi komplementer.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi kompementer.
4. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Terapi Komplementer
Terapi Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau
aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Andrews & J.A., 1999)
Terapi komplementer juga disebut sebagai pengobatan holistik, pendapat
ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah pengobatan yang mengatur keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith, 2004). Memperhatikan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik
suatu kesimpulan, bahwa terapi komplementer merupakan suatu terapi
pengganti/ tradisional yang dikombinasikan ke dalam pengobatan modern
guna mencapai suatu proses kesembuhan.
B. Tujuan Terapi Komplementer
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem –
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, hal ini ditekankan karena
dipercaya tubuh mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
C. Jenis-jenis Terapi Komplementer
Jenis terapi komplementer saat ini telah dikembangkan dan meluas dalam
ilmu keperawatan, meskipun penemu therapi tersebut tidak berasal dari
kelompok keperawatan. Terapi komplementer dibagi menjadi dua bagian
yaitu terapi invasif dan terapi noninvasif, antara lain :
a. Terapi Invasif adalah segala tindakan yang berhubungan dengan suatu
teknik yang dimasukkan di dalam tubuh yang termasuk dalam terapi
invasif antara lain akupuntur dan cupping (bekam basah) yang
menggunakan jarum dalam pengobatannya.
b. Terapi Non Invasif adalah segala tindakan yang berhubungan dengan
suatu teknik yang tidak dimasukkan di dalam tubuh, hanya pada
permukaan kulit saja, yang termasuk dalam terapi non invasif seperti
terapi energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis
(herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi
colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki,
rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999)
Beberapa terapi yang telah dibuktikan secara ilmiah dan telah memiliki
evidance based diantaranya adalah :