Anda di halaman 1dari 14

“TERAPI KOMPLEMENTER”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

NURAININ MALIK (2120013)


VINGKY ALVIONITA PAKAYA (2120008)
AYUDIAH NAHU (2120010)
ESTILIA DUA HALE (2120003)
JENI RIANA BULU (2120007)
OLIVIA FILOMENA SIWI (2120002)
IMANUE RATO NONO (2120001)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta,


tidak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
saw. karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dan teman–
teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur keperawatan


komunitas IV Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan
mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat


bagi siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

Makassar 6 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi alternatif/komplementer merupakan istilah umum terhadap
berbagai praktik ataupun produk yang umumnya tidak dianggap sebagai
terapi medis/konvensional. Perkembangan terapi komplementer akhir- akhir
ini menjadi sorotan banyak negara dan menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat. Hal ini terjadi karena masyarakat ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginannya terpenuhi akan berdampak pada kepuasan. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.
Alasan yang mendasari terapi komplementer menjadi piluhan masyarakat
adalah karena terapi komplementer dianggap sebagai terapi holistik artinya
tidak hanya memperbaiki kondisi sakitnya namun terapi ini juga ikut terlibat
dalam pemeliharaan bio, piskonya, selain alasan diatas masyarakat pun ingin
terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
peningkatan kualitas hidupnya. Bebrapa alasan klasik diatas, diikuti dengan
beberapa masalah yang terjadi seperti dikatakan oleh (Snyder, 2002) bahwa
terdapat 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima sehingga mereka beralih pada terapi
komplementer.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan didunia. WHO yang merupakan salah satu organisasi
kesehatan dunia telah merekomendasikan penggunaan obat traditional
termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan
pengobatan penyakit, terutama bagi penyakit kronik, penyakit degenerative
dan cancer, WHO juga mendukung upaya peningkatan keamanan dan
khasiat obat traditional. Data dunia menunjukkan Amerika Serikat dan
negara sekitarnya tercatat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Snyder, 2002).
Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi
komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun
1997 (Snyder, 2002).Indonesia sendiri, yang merupakan negara yang
memiliki keanekaragaman budaya yang mampu menciptakan berbagai terapi
komplementer, juga telah mengembangkan penggunaan terapi
komplementer, RS Dharmais dan 12 RS lainnya yang ada di Jakarta telah
ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan untuk mengembangakan pengobatan
komplementer ini.
Oleh karena tingginya kebutuhan masyarakat akan terapi komplementer
pada berbagai ranah perawatan dan berkembangnya penelitian terhadap
terapi komplementer, maka hal ini menjadi perluang emas perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perawat dapat
berperan aktif sebagaI konselor bagi masyarakat untuk memilih terapi
komplementer yang tepat bagi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu terapi komplementer?
2. Apa tujuan terapi komplementer?
3. Apa jenis-jenis terapi komplementer?
4. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ap aitu terapi komplementer.
2. Untuk mengetahui tujuan terapi komplementer.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi kompementer.
4. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Terapi Komplementer
Terapi Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau
aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Andrews & J.A., 1999)
Terapi komplementer juga disebut sebagai pengobatan holistik, pendapat
ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah pengobatan yang mengatur keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith, 2004). Memperhatikan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik
suatu kesimpulan, bahwa terapi komplementer merupakan suatu terapi
pengganti/ tradisional yang dikombinasikan ke dalam pengobatan modern
guna mencapai suatu proses kesembuhan.
B. Tujuan Terapi Komplementer
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem –
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, hal ini ditekankan karena
dipercaya tubuh mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
C. Jenis-jenis Terapi Komplementer
Jenis terapi komplementer saat ini telah dikembangkan dan meluas dalam
ilmu keperawatan, meskipun penemu therapi tersebut tidak berasal dari
kelompok keperawatan. Terapi komplementer dibagi menjadi dua bagian
yaitu terapi invasif dan terapi noninvasif, antara lain :
a. Terapi Invasif adalah segala tindakan yang berhubungan dengan suatu
teknik yang dimasukkan di dalam tubuh yang termasuk dalam terapi
invasif antara lain akupuntur dan cupping (bekam basah) yang
menggunakan jarum dalam pengobatannya.
b. Terapi Non Invasif adalah segala tindakan yang berhubungan dengan
suatu teknik yang tidak dimasukkan di dalam tubuh, hanya pada
permukaan kulit saja, yang termasuk dalam terapi non invasif seperti
terapi energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis
(herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi
colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki,
rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999)

Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer


dikategorikan menjadi 5 (Suardi, 2011), yaitu :
a. Biological Based Practice
yaitu pengguaa bahan natural/ herbal dan praktik biologis dalam
memberikan kesembuhan pada masyarakat misalnya, vitamin, dan
suplemen.
b. Mind-body techniques : meditasi mind-body therapy yaitu memberikan
intervensi dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir
yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan
(imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor,
tai chi, dan terapi seni.
c. Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
Terapi ini didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya
pengobatan kiropraksi, macammacam pijat, rolfing, terapi cahaya dan
warna, serta hidroterapi.
d. Energy therapies : terapi medan magnet terapi energi yaitu terapi yang
fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan
energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan,
reiki, external qi gong, magnet.
e. Ancient medical systems : obat tradisional chinese, ayurvedic,
akupunktur

Beberapa terapi yang telah dibuktikan secara ilmiah dan telah memiliki
evidance based diantaranya adalah :

a. Terapi sentuhan berguna untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan


nyeri, mengurangi kecemasan, mempercepat penyembuhan luka, dan
memberi kontribusi positif pada perubahan psikoimunologik (Hitchcock,
1999).
b. Terapi pijat (massage) dilaksanakan pada berbagai kasus, seperti pada
bayi prematur berguna untuk pada bayi yang lahir kurang bulan,
memperpendek hari rawat, dan meningkatkan respons. Case lainnya
seperti terapi pijat pada anak autis meningkatkan perhatian dan belajar.
Terapi pijat juga dapat meningkatkan pola makan, meningkatkan citra
tubuh, dan menurunkan kecemasan pada anak susah makan (Stanhope &
Inc, 2004)
c. Terapi kiropraksi terbukti dapat menurunkan nyeri haid dan level plasma
prostaglandin selama haid (Fontaine, 2005)
d. Terapi Herbal /Aromaterapi seperti minyak esensial berkhasiat untuk
mengatasi infeksi bakteri dan jamur (Buckle, 2003). Minyak lemon
thyme mampu membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus dan
tuberkulosis(Smith, 2004) Tanaman lavender dapat mengontrol minyak
kulit, sedangkan teh dapat membersihkan jerawat dan membatasi
kekambuhan. Dr. Carl menemukan bahwa penderita kanker lebih cepat
sembuh dan berkurang rasa nyerinya dengan meditasi dan
imagery(Smith, 2004)
e. Terapi hipnoterapi & Yoga meningkatkan suplai oksigen, perubahan
vaskular dan termal, mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, dan
mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005)
TERAPI KOMPLEMENTER DAN PEMBAHASAN
1. Terapi Herbal
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di
dunia.Menurut WHO, negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin
menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang
diterima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan
obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor pendorong
terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju adalah
usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit
kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk
penyakit tertentu diantaranya kanker, serta semakin luas akses informasi
mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar, 2006). WHO
merekomendasi penggunaan obat tradisional dalam pemeliharaan
kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama
untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif, dan kanker.WHO juga
mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari
obat herbal (WHO, 2003).
2. Akupresure & Akupuntur Akupuntur
 Akupuntur
Akupunktur adalah suatu cara pengobatan yang sudah bersejarah
lama. Digunakan oleh para tabib di China sekitar 5000 tahun yang lalu
menurut bukti-bukti sejarah. Namun sampai sekarang cara pengobatan
ini masih menjadi cara alternatif yang paling dimintai oleh masyarakat
untuk mencari kesembuhan dari berbagai penyakit yang dideritanya.
Akupunktur berasal dari Bahasa Latin, yaitu: acus, “jarum” (kata
benda), dan pungere, “tusuk” (kata kerja) atau dalam Bahasa
Mandarin disebut zhen jiu dimana zhen (tusuk) dan jiu (bakar), atau
dikenal juga sebagai terapi “moxibustion” yang merupakan suatu
teknik terapi kesehatan dengan cara memasukkan atau memanipulasi
jarum ke dalam “titik akupunktur” tubuh. Dengan cara ini diharapkan
akan memulihkan kesehatan dan kebugaran, dan khususnya sangat
baik untuk mengobati rasa sakit yang diderita pasien.
 Akupresur
Akupresur adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan
pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh.Berguna
untuk mengurangi bermacam-macam sakit dan nyeri serta mengurangi
ketegangan, kelelahan dan penyakit. Pada titik-titik penekanan ini,
lebih dari 1000 darinya sebenarnya merupakan syaraf kecil dengan
diameter kurang lebih satu sentimeter, dengan kedalaman yang
bervariasi antara seperempat hingga beberapa inci. yang menempel
atau dekat dengan otot atau tendon. Titik-titik akupresur terletak pada
kedua telapak tangan begitu juga pada kedua telapak kaki.Di telapak
kita terdapat titik akupresur untuk jantung, paru, ginjal, mata, hati,
kelenjar tiroid, pankreas, sinus dan otak.
3. Diet dan Nutrisi
Asupan makanan dan status gizi adalah faktor penting yang
berpengaruh terhadap kesehatan mental. Meskipun faktor makanan tidak
menjadi etiologi utama dalam masalah kesehatan mental, akan tetapi
faktor makanan dan gizi seseorang dapat berpengaruh terhadap status
kesehatan. Asam lemak tak jenuh, seperti omega 3 FA, fosfolipid,
klestrol, niasin, folat, vitamin B6, vitamin B12, dan vitamin D memiliki
manfaat terhadap kesehatan mental. Sebaliknya lemak jenuh dan gula
bisa berbahaya bagi kesehatan otak (Lim et al, 2016).
4. Therapeuitic Touch and Massage
 Therapeutic Touch
Terapi Terapi sentuhan terapeutik merupakan program
penyembuhan klien yang berfokus pada terapi pertukaran energy
dengan menggunakan media tangan sebagai alat bantu menyalurkan
energy kepada klien (Stuart, 2016). Terapi sentuhan terapeutik
pertama kali gagas oleh Dora Kunz dan diteliti oleh Dolores Krieger
pada tahun 1973. Terapi sentuhan terapeutik dikembangkan dari
tradisi masyarakat Veda Indian Timur. Terapi sentuhan terapeutik
merupakan interprestasi dari praktik penyembuhan kuno. Adanya
pemikiran bahwa tubuh, emosi, pikiran, dan intensi manusia berasal
dari sebuah medan dinamis yang kompleks didalam dirinya. Dalam
keadaan sakit, medan ini dipercaya menjadi tidak seimbang sehingga
diperlukan sebuah penyembuhan kembali. Hal inilah yang menjadi
dasar dari terbentuknya gagasan mengenai terapi sentuhan terapeutik
(Woods, Craven,& Whitney, 2005)
 Terapi Pijat
Terapi pijat merupakan terapi dengan mekanisme menekan sumbu
HPA untuk mengurangi hormone stress serta meningkatkan aktivasi
sistem saraf parasimpatis (Stuart, 2016). Terapi pijat berasal dari
teknik pijat tradisional yang dikembangkan oleh Per Henrik Ling dan
saat ini dianggap sebagai bagian dari sistem perawatan kesehatan
(Nazari, Mirzamohamadi & Yousefi, 2015).
 Yoga
Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan
emosional dengan menggunakan berbagai posisi tubuh (asana), latihan
peregangan, kontrol napas (pranayana), dan meditasi (dhyana).
Sejumlah penelitian menyatakan bahwa yoga bermanfaat dalam
mengurangi gejala depresi, kecemasan, memperbaiki gangguan mood
akut dan memungkinkan modulasi kortisol yang dapat membuat
seseorang merasa rileks.
 Hipnoterapi
Hipnosis berasal dari kata Yunani hypnos yang berarti tidur.
Hipnosis merupakan suatu keadaan setengah sadar yang jika dilihat
penampakannya mirip dengan tidur, disebabkan oleh suatu sugesti
relaksasi dan perhatian yang terkonsentrasi pada sebuah objek tunggal.
Individu tersebut menjadi tersugesti dan responsif terhadap pengaruh
orang yang menghipnosis dan dapat mengingak kembali kejadian-
kejadian yang telah dilupakan serta dapat meredakan gejala psikologis
(WHO, 1994 dalam Novrizal, 2010).
Hipnoterapi adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi
seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya yang dicapai
dengan cara mengendalikan emosional seseorang dengan serangkaian
aktifitas. Hipnoterapi dapat digunakan untuk menghilangkan beberapa
kebiasaan buruk dari dirinya atau menyimpan suatu keadaan yang
lebih tenang dalam dirinya (Susilo, 2010 dalam Irianto;
Kristiyawati,& Supriyadi, 2014). Dibawah hipnoterapi korteks serebri
mengalami inhibisi kuat sehingga daya identivikasi, analisis,
pengambilan keputusan terhadap stimulus baru menurun, pengalaman
masa lalu tidak dapat di manfaatkan sehingga katakata sugestif
menjadi kekuatan dominan yang tidak dapat ditolak.
D. Peran Perawat
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan,peneliti,
pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat.(Snyder,
2002)
a. Konselor
perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila
klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan
terkait penggunaan terapi komplementer.
b. Pendidik
Sebagai pendidik kesehatan, menerapkan terapi komplementer pada
terapi non farmakologik, dengan ini memberikan pemahaman lebih
kepada mahasiswa bahwa selain pengobatan konvensional,
terapikomplementer juga dapat dijadikan alternative pengobatan.
c. Peneliti
Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasil evidencebased practice.
d. Care Giver
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya
dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer.
e. Advokat
Perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan
omplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif.
f. Koordinator
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran
koordinator dalam terapi komplementer adalah mendiskusikan terapi
komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi komplementer juga disebut sebagai pengobatan holistik, pendapat
ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah pengobatan yang mengatur keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi.
Jenis terapi komplementer saat ini telah dikembangkan dan meluas dalam
ilmu keperawatan, meskipun penemu therapi tersebut tidak berasal dari
kelompok keperawatan. Terapi komplementer dibagi menjadi dua bagian
yaitu terapi invasif dan terapi noninvasif.
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan,peneliti,
pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat.
Dalam rangka memacu perkembangan obat tradisional tersebut,
pemerintah menetapkan bahwa fitofarmaka dapat digunakan dalam sistem
pengobatan formal bersamasama dengan obat kimia.
Beberapa terapi yang telah dibuktikan secara ilmiah dan telah memiliki
evidance based diantaranya: Terapi sentuhan, terapi pijat (massage), terapi
kiropraksi, terapi Herbal /Aromatherapi, terapi hipnoterapi & Yoga.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan terapi komplementer yang benar pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
bahrianpro,+9.+Widyatuti. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai