BEKAM
Dosen Pembimbing : Ns. Jaka Pradika, M.Kep., WOC(ET)N
Disusun Oleh
Kelompok 5 :
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Terapi komplementer yang terdiri dari Bekam tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan pembahasan mengenai konsep dari Bekam Dalam penyusunan
Makalah ini kami telah berusaha memberikan yang terbaik dengan dukungan dari berbagai
sumber atau literatur yang ada. Untuk itu kami menghaturkan terima kasih kepada
a. Orang tua yang telah memberikan dukungan finansial serta motivasi dalam proses
pendidikan.
b. Dosen pembimbing bapak Ns. Jaka Pradika, M.Kep., WOC(ET)N
c. Teman kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, serta pihak-
pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini maka dari
itu kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami perlukan demi
kesempurnaan penulisan berikutnya. Harapan kami dengan adanya makalah ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
banyaknya fenomena-fenomena pengobatan nonkonvensional yang lain, seperti
pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam (Widyatuti, 2008).
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke
pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat popular di
perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang
memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis
(sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu
alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan.
Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian
tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di
negara tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan
komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan
28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana (2006), Negara-
negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap
pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi
menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO)
merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan
kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam
peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80%
dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Beberapa
rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai
terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan
konvensional. Terapi komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri
ataupun atas rujukan dokter. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan
konvensional komplementer bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik.
Diantara banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan pengobatan
komplementer saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka takut untuk
menggunakan pengobatan komplementer ialah pengalaman berobat di kedokteran yang
tidak kunjung sembuh, banyaknya pengobatan modern yang gagal, pengobatan
komplementer lebih murah dibandingkan dengan pengobatan modern. Kepercayaan
terhadap pengobatan komplementer bahkan budaya juga dapat mempengaruhi anggapan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep terapi komplementer dari bekam?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami konsep terapi komplementer dari bekam
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori terapi komplementer secara umum
b. Mengetahui terapi komplementer mengenai bekam
c. Mengetahui manfaat dari bekam
d. Mengetahui beberapa jenis dari terapi bekam.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini membahas tentang terapi komplementer dari
bekam.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan studi kepustakaan untuk
mendapatkan data dasar penulis menggunakan atau membaca referensi-referensi yang
berhubungan tentang terapi komplementer dari bekam.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarahnya penjelasan dan pembahasan maka sistematika penulisan disusun
atas tiga bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan
penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan
BAB II : Landasan teori yang menguraikan tentang teori terapi
komplementer dari bekam
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
C. Jenis-Jenis Bekam
Berikut adalah jenis-jenis pengobatan bekam:
1. Bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah)
Bekam kering dilakukan dengan menghisap permukaan kulit dan memijat
tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering baik bagi orang
yang tidak tahan suntikan jarum dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan
tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari atau akan kelihatan memar selama 1
atau 2 pekan. Kulit sebaiknya diolesi minyak habbah sauda’ atau minyak zaitun untuk
menghilangkan tanda lebam pada kulit yang selesai dibekam. Bekam ini sedotannya
hanya sekali dan dibiarkan selama 5 – 10 menit.
Bekam kering ini berkhasiat untuk melegakan sakit secara darurat atau digunakan
untuk meringankan kenyerian urat-urat punggung karena sakit rheumatik, juga
penyakit-penyakit penyebab kenyerian punggung. Bekam kering bermanfaat juga
untuk terapi penyakit paru-paru, radang ginjal, pembengkakan liver/radang selaput
jantung, radang urat syaraf, radang sumsum tulang belakang, nyeri punggung,
rematik, masuk angin, wasir, dan lain-lain.
Terdapat dua teknik bekam kering yang dapat dipraktekkan untuk tempat
tertentu yaitu bekam luncur dan bekam tarik.
- Bekam luncur, caranya dengan meng-kop pada bagian tubuh tertentu dan
meluncurkan ke arah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasa digunakan
untuk pemanasan pasien, berfungsi untuk melancarkan peredaran darah, pelemasan
otot, dan menyehatkan kulit.
- Bekam tarik, dilakukan seperti ditarik-tarik. Dibekam hanya beberapa detik
kemudian ditarik dan ditempelkan lagi hingga kulit yang dibekam menjadi merah.
2. Bekam basah (Hijamah Rothbah)
Pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita melukai permukaan
kulit dengan jarum tajam (lancet) atau sayatan pisau steril (surgical blade), lalu di
sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan handpump untuk mengeluarkan darah
kotor dari dalam tubuh. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9
menit, lalu dibuang darah kotornya. Penghisapan tidak lebih dari 7 kali hisapan.
Darah kotor berupa darah merah pekat dan berbuih. Bekasnya (kulit yang lebam)
akan hilang 3 hari kemudian setelah diolesi minyak habbah sauda’ atau minyak
zaitun. Dan selama 3 jam setelah dibekam, kulit yang lebam itu tidak boleh disiram
air. Jarak waktu pengulangan bekam pada tempat yang sama adalah 4 minggu.
Bekam basah berkhasiat untuk berbagai penyakit, terutama penyakit yang
terkait dengan terganggunya sistem peredaran darah di tubuh. Kalau bekam kering
dapat menyembuhkan penyakit-penyakit ringan, maka bekam basah dapat
menyembuhkan penyakit-penyakti yang lebih berat, akut, kronis ataupun yang
degeneratif, seperti darah tinggi, kanker, asam urat, diabetes mellitus (kencing
manis), kolesterol, dan osteoporosis.
D. Larangan Berbekam
Terapi bekam dilarang digunakan pada penderita tekanan darah rendah, penderita
sakit kudis, penderita diabetes mellius, wanita hamil, wanita yang sedang haid.
Orang yang sedang minum obat pengencer darah, penderita leukemia, thrombosit,
alergi kulit serius, orang yang sangat letih, kelaparan, kenyang, kehausan dan
orang yang sedang gugup. Adapun anggota bagian tubuh yang tidak boleh di-
bekam yaitu mata, telinga, hidung, mulut, puting susu, alat kelamin, dubur. Area
tubuh yang banyak simpul limpa. Area tubuh yang dekat pembuluh besar. Bagian
tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan luka, dan dianjurkan untuk
tidak makan selama 2- 3 jam sebelumnya.
Alat berbentuk seperti pulpen yang berguna untuk menusukkan jarum pada waktu
bekam basah.
F. Cara Membekam
Lakukan pemijatan / urut seluruh tubuh dengan minyak habbats atau but-but atau
zaitun selama 5-10 menit, agar peredaran darah menjadi lancar dan pengeluaran
toksid menjadi optimal.
Hisap / vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit yang sudah ditentukan
titik-titiknya. 3-5 kali pompa, biarkan selama 3-5 menit untuk memberikan
kekebalan pada kulit saat dilakukan penyayatan.
Kemudian lepas gelas kaca tersebut, basuh kulit dengan alkohol atau betadine
untuk membersihkan permukaan kulit yang akan dibekam dari kuman, lakukan
penyayatan dengan lancet/ jarum/ pisau bedah, sayatan disesuaikan dengan
diameter/ lingkaran gelas tersebut, lalu hisap dengan alat cupping set dan hand
pump untuk menyedot darah kotor. Hisap/vacuum sebanyak 3-5 kali pompa
(disesuaikan dengan ketahanan pasien) dan biarkan selama 3-5 menit.
Buang darah yang kotor (pada cawan yang telah disiapkan), kemudian lakukan
pembekaman lagi pada tempat yang sama. Biarkan 2-3 menit, lakukan hal ini
sampai 3 kali dan maksimal 5 kali jika pada kondisi pasien tertentu bisa sampai
maksimal 7 kali.
Setelah selesai bekas bekaman diberi anti septik /minyak but-but, agar tidak
terjadi infeksi dan luka cepat sembuh
Pembekaman dapat dilakukan tiap hari pada titik-titik yang berbeda-beda dan
berikan jangka waktu 2-3 pekan untuk titik yang sama. Atau 4 pekan sekali
melakukan pembekaman.
Sebaiknya dilakukan diagnosa sebelum pembekaman agar dicapai suatu ketepatan
dalam pengobatan dan tidak membahayakan pasien.
b. Bekam kering (hijamah jaafah) atauDry Cupping
Metode ini hanya dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri danmelenturkan
otot-otot pada punggung dan badan bagian belakang. Tindakan ini dilakukan untuk
penyakit ringan.
Cara bekam kering :
Massage/ urut seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-
but/zaitun/minyak habbatssauda selama 5 menit.
Hisap/vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit dan pada titik yang sudah
ditentukan. Hal ini sebaiknya dilakukan 3-5 kali pompa dan biarkan selama 10-15
menit.
Lepaskan gelas kaca tersebut dan urut atau pijat kembali bekas bekaman dengan
menggunakan minyak selama 2-3 menit.
G. Titik Bekam
a. Di bagian atas kepala (ummu mughits), caranya dengan mencukur rambut pada
bagian yang akan dibekam. Bekam di kepala sangat efektif untukterapi penakit
migrain, vertigo, sakit kepala menahun, darah tinggi, stroke, suka mengantuk, sakit
gigi, sakit mata, melancarkan peredaran darah, perbaikan sistem kekebalan tubuh, dan
lain-lain.
b. Di sekitar urat leher (al akhda’iin), titik ini untuk mengobati penyakit seperti: sakit
kepala, wajah, kedua telinga, mata, polip (hidung) dan tenggorokan, gigi seri lidah,
kanker darah, melancarkan peredaran darah.
c. Di bawah kepala (An Naqrah), sekitar empat jari di bawah (tulang tengkorak paling
bawah), bermanfaat menyembuhkan radang mata (pada anak-anak), tumor pada
telinga, berat kepala, bintik-bintik di wajah, jerawat.
d. Daerah antara dua pundak (al kaahil), merupakan titik paling sentral untuk mengatasi
berbagai macam penyakit.
e. Daerah sekitar pundak kiri dan kanan (Naa ‘is), yaitu daging lembut di pundak yang
tegang ketika merasa takut. Bekam pada titik ini dapat bermanfaaat untuk menetralisir
keracunan dan penyakit liver.
f. Daerah punggung (di bawah tulang belikat), bekam di daerah ini banyak memiliki
keistimewaan dan kahsiatnya.
g. Daerah punggung bagian bawah dan tulang ekor untuk penyakit pegal/nyeri di
pinggang dan wasir.
h. Pangkal telapak kaki (iltiwa’ – di bawah mata kaki) untuk penyakit nyeri di kaki,
asam urat, kaku, dan pegal-pegal.
i. Di tempat-tempat yang dirasakan sakit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis, pengobatan komplementer di tujukan untuk meningkatkan
derajad kesehatan masyarakat meliputi upaya promotive, preventive, kuratif dan
rehabilitative yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan
dan efektifitas yang tinggi berdasarkan ilmu pengetahuan. Terganggunya kesehatan
pikiran oleh pemikiran dan perasaan negatif akan memicu keluarnya hormon dan reaksi
kimia dalam tubuh yang mempengaruhi kondisi fisik secara negatif, ketika hal ini
berlangsung berkepanjangan fenomena ini akan memicu munculnya masalah fisik yang
sebenarnya bermula dari pikiran, atau dalam dunia kesehatan biasa disebut psikosomatis.
Pada terapi pikiran tubuh ini individu berfokus pada penjajaran atau penciptaan
keseimbangan proses mental untuk menimbulkan penyembuhan. Fokus terapi pikiran
tubuh adalah menciptakan keseimbangan pikiran, emosi, atau pernafasan sebab individu
merupakan satu kesatuan yang utuh hal ini dapat membantu memulihkan kedamaian dan
keseimbangan tubuh.
Perawat berperan untuk memberikan asuhan keperawatan yang bersifat
komprehensif pada klien. Oleh karena itu perhatian perawat tidak hanya berfokus pada
perubahan-perubahan fisik yang ada pada klien, namun juga berfokus kepada aspek etik
dan psikososial klien. Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi
kecemasan dianggap dapat mempertahankan imunitas dan dapat memperlambat proses
penyakit. Dengan melakukan salah satu dari terapi bekam yang sesui akan menyebabkan
kestabilan pada hormone tubuh sehingga kecemasan, stress dan sakit yang lainnya dapat
berkurang/ dihindari.
B. Saran
Pembuatan makalah selanjutnya mengenai terapi bekam diharapkan agar lebih
melengkapi konsep mengenai terapi ini serta memaparkan lebih banyak dan detail
mengenai manfaat dan cara dalam melakukan terapi, serta untuk pembuatan makalah
selanjutnnya agar lebih memperbanyak mencari referensi terbaru, karena kendala utama
dalam pembuatan makalah ini adalah keterbatasan referensi yang tidak memadai.
Daftar Pustaka
Rufaida, Z., Puji Lestari, S. W., & Sari, P. D. (2018). Terapi Komplementer. Mojokerto:
STIKES Majapahit Mojokerto.
Widyatuti. (2008). Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 12, No.1.
Yasin,S.A. (2007), Bekam, Sunnah nabi dan mukjizat medis, Cetakan VIII, Jakarta: al-
Qowam