Anda di halaman 1dari 17

TERAPI KOMPLEMENTER

BEKAM
Dosen Pembimbing : Ns. Jaka Pradika, M.Kep., WOC(ET)N

Disusun Oleh
Kelompok 5 :

Marwah NurFitria SNR18213024

M.Ilham Akbari SNR182130

PRODI NERS NON REGULER B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Terapi komplementer yang terdiri dari Bekam tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan pembahasan mengenai konsep dari Bekam Dalam penyusunan
Makalah ini kami telah berusaha memberikan yang terbaik dengan dukungan dari berbagai
sumber atau literatur yang ada. Untuk itu kami menghaturkan terima kasih kepada
a. Orang tua yang telah memberikan dukungan finansial serta motivasi dalam proses
pendidikan.
b. Dosen pembimbing bapak Ns. Jaka Pradika, M.Kep., WOC(ET)N
c. Teman kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, serta pihak-
pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini maka dari
itu kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami perlukan demi
kesempurnaan penulisan berikutnya. Harapan kami dengan adanya makalah ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun pembaca.

Pontianak, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
banyaknya fenomena-fenomena pengobatan nonkonvensional yang lain, seperti
pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam (Widyatuti, 2008).
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke
pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat popular di
perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang
memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis
(sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu
alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan.
Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian
tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di
negara tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan
komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan
28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana (2006), Negara-
negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap
pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi
menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO)
merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan
kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam
peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80%
dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Beberapa
rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai
terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan
konvensional. Terapi komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri
ataupun atas rujukan dokter. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan
konvensional komplementer bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik.
Diantara banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan pengobatan
komplementer saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka takut untuk
menggunakan pengobatan komplementer ialah pengalaman berobat di kedokteran yang
tidak kunjung sembuh, banyaknya pengobatan modern yang gagal, pengobatan
komplementer lebih murah dibandingkan dengan pengobatan modern. Kepercayaan
terhadap pengobatan komplementer bahkan budaya juga dapat mempengaruhi anggapan
tersebut.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep terapi komplementer dari bekam?
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk memahami konsep terapi komplementer dari bekam

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori terapi komplementer secara umum
b. Mengetahui terapi komplementer mengenai bekam
c. Mengetahui manfaat dari bekam
d. Mengetahui beberapa jenis dari terapi bekam.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini membahas tentang terapi komplementer dari
bekam.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan studi kepustakaan untuk
mendapatkan data dasar penulis menggunakan atau membaca referensi-referensi yang
berhubungan tentang terapi komplementer dari bekam.

F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarahnya penjelasan dan pembahasan maka sistematika penulisan disusun
atas tiga bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan
penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan
BAB II : Landasan teori yang menguraikan tentang teori terapi
komplementer dari bekam
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Terapi komplementer


1. Definisi
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Widyatuti, 2008). Terapi komplementer adalah sebuah kelompok
dari macam-macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk
yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Rufaida,
2018)

2. Tujuan Terapi Komplementer


Tujuan terapi komplementer yaitu
a. untuk memperbaiki fungsi dan system-sistem tubuh terutama system
kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri
yang sedang sakit, karena tubuh mempunyai kemampuannya untuk menyembuhkan
dirinnya sendiri dengan asupan nutrisi yang baik dan perawatan yang tepat.
b. Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit
ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup
dengan menggunakan terapi nutrisi.
c. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai
unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang
di tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat
individu maupun kelompok misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif
(Hitchcock et al., 1999) dalam (widyatuti, 2008).
3. Macam-macam terapi komplementer
Menurut Rupaida (2018) macam-macam terapi komplementer :
a. Mind-body therapy
intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang
mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan
fungsi tubuh (imagery, yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan hypnoterapy)
b. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo,
homeopathy, nautraphaty).
c. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasilnya misalnya herbal,
dan makanan.
d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi
dan pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, seperti pijat, rolfing, terapi cahaya,
dan warna serta hidroterapi
e. Terapi energi yaitu terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau
mendapatkan energi daru luar tubuh (teraupetik sentuhan,
pengobatan sentuhan, reiki, ekternal qi gong magnet) terapi ini kombinasi antar
energi dan bioelektromagnetik.
4. Peran perawat
Menurut Widyatuti (2008) Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan
tentang terapi komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan,
peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat.
a. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.
b. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di
sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih
dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan
c. Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian
yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.
d. Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer.
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam
terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi
komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan
e. sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan
perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif.
B. Terapi Bekam
1. Definisi
Bekam adalah satu teknik pengobatan menggunakan sarana gelas, tabung, atau
bambu yang prosesnya di awali dengan melakukan pengekopan (membuat tekanan
negatif dalam gelas, tabung, atau bambu) sehingga menimbulkan bendungan lokal di
permukaan kulit dengan tujuan agar sirkulasi energi meningkat, menimbulkan efek
analgetik, anti bengkak, mengusir patogen angin dingin maupun angin lembap,
mengeluarkan racun, serta oksidan dalam tubuh.
Bekam menurut bahasa adalah ungkapan tentang menghisap darah dan
mengeluarkannya dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas
bekam, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah di sana. Lalu dilakukan
penyayatan permukaan kulit dengan pisau bedah, untuk mengeluarkan darah (Yasin,
2007).

2. Manfaat Terapi Bekam


Sebagai suatu metode pengobatan, tentunya bekam mempunyai khasiat.
Diantaranya adalah:
1. Mengeluarkan darah kotor, baik darah yang teracuni maupun darah yang statis,
sehingga peredaran darah yang semula tersumbat menjadi lancar kembali.
2. Meringankan tubuh. Banyaknya kandungan darah kotor yang menumpuk di
bawah permukaan kulit seseorang akan mengakibatkan terasa malas dan berat.
Dengan dibekam, maka akan meringankan tubuh.
3. Menajamkan penglihatan. Tersumbatnya peredaran darah ke mata
mengakibatkan penglihatan akan menjadi buram. Setelah dibekam, peredaran
darah yang tersumbat kembali lancar dan mata bisa melihat dengan terang.
4. Menyembuhkan berbagai macam penyakit. Rasulullah SAW mengisyaratkan
ada 72 macam penyakit yang dapat disembuhkan dengan jalan berbekam,
seperti: asam urat, darah tinggi, jantung, kolesterol, masuk angin, migrain,
sakit mata, stroke, sakit gigi, vertigo, sinusitis, jerawat, sembelit, wasir,
impotensi, kencing manis, liver, ginjal, pengapuran dan lain – lain. (Tatang
Rahmat, 2008).

C. Jenis-Jenis Bekam
Berikut adalah jenis-jenis pengobatan bekam:
1. Bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah)
Bekam kering dilakukan dengan menghisap permukaan kulit dan memijat
tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering baik bagi orang
yang tidak tahan suntikan jarum dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan
tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari atau akan kelihatan memar selama 1
atau 2 pekan. Kulit sebaiknya diolesi minyak habbah sauda’ atau minyak zaitun untuk
menghilangkan tanda lebam pada kulit yang selesai dibekam. Bekam ini sedotannya
hanya sekali dan dibiarkan selama 5 – 10 menit.
Bekam kering ini berkhasiat untuk melegakan sakit secara darurat atau digunakan
untuk meringankan kenyerian urat-urat punggung karena sakit rheumatik, juga
penyakit-penyakit penyebab kenyerian punggung. Bekam kering bermanfaat juga
untuk terapi penyakit paru-paru, radang ginjal, pembengkakan liver/radang selaput
jantung, radang urat syaraf, radang sumsum tulang belakang, nyeri punggung,
rematik, masuk angin, wasir, dan lain-lain.
Terdapat dua teknik bekam kering yang dapat dipraktekkan untuk tempat
tertentu yaitu bekam luncur dan bekam tarik.
- Bekam luncur, caranya dengan meng-kop pada bagian tubuh tertentu dan
meluncurkan ke arah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasa digunakan
untuk pemanasan pasien, berfungsi untuk melancarkan peredaran darah, pelemasan
otot, dan menyehatkan kulit.
- Bekam tarik, dilakukan seperti ditarik-tarik. Dibekam hanya beberapa detik
kemudian ditarik dan ditempelkan lagi hingga kulit yang dibekam menjadi merah.
2. Bekam basah (Hijamah Rothbah)
Pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita melukai permukaan
kulit dengan jarum tajam (lancet) atau sayatan pisau steril (surgical blade), lalu di
sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan handpump untuk mengeluarkan darah
kotor dari dalam tubuh. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9
menit, lalu dibuang darah kotornya. Penghisapan tidak lebih dari 7 kali hisapan.
Darah kotor berupa darah merah pekat dan berbuih. Bekasnya (kulit yang lebam)
akan hilang 3 hari kemudian setelah diolesi minyak habbah sauda’ atau minyak
zaitun. Dan selama 3 jam setelah dibekam, kulit yang lebam itu tidak boleh disiram
air. Jarak waktu pengulangan bekam pada tempat yang sama adalah 4 minggu.
Bekam basah berkhasiat untuk berbagai penyakit, terutama penyakit yang
terkait dengan terganggunya sistem peredaran darah di tubuh. Kalau bekam kering
dapat menyembuhkan penyakit-penyakit ringan, maka bekam basah dapat
menyembuhkan penyakit-penyakti yang lebih berat, akut, kronis ataupun yang
degeneratif, seperti darah tinggi, kanker, asam urat, diabetes mellitus (kencing
manis), kolesterol, dan osteoporosis.

D. Larangan Berbekam
Terapi bekam dilarang digunakan pada penderita tekanan darah rendah, penderita
sakit kudis, penderita diabetes mellius, wanita hamil, wanita yang sedang haid.
Orang yang sedang minum obat pengencer darah, penderita leukemia, thrombosit,
alergi kulit serius, orang yang sangat letih, kelaparan, kenyang, kehausan dan
orang yang sedang gugup. Adapun anggota bagian tubuh yang tidak boleh di-
bekam yaitu mata, telinga, hidung, mulut, puting susu, alat kelamin, dubur. Area
tubuh yang banyak simpul limpa. Area tubuh yang dekat pembuluh besar. Bagian
tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan luka, dan dianjurkan untuk
tidak makan selama 2- 3 jam sebelumnya.

E. Alat Terapi Bekam


Alat terapi bekam dari tahun ke tahun mengalami modifikasi kearah yang lebih
mudah dan praktis. Pada masa kenabian, alat bekam dikabarkan hanya menggunakan
tanduk binatang, kemudian meningkat menggunakan gelas atau benda setengah bola.
Untuk menempelkannya pada permukaan tubuh digunakan prinsip vakum dengan
berbagai teknik. Pelukaan kulit pada awalnya menggunakan ujung pedang, lalu
berkembang menggunakan silet, lebih berkembang lagi menggunakan pisau bedah, dan
saat ini lebih banyak digunakan jarum dengan dibantu alat pemantik. Perkembangan
tersebut tidak mengubah esensi terapi bekam, prinsip detoksifikasi tetap dipertahankan.

Gambar 2.1 Cupping set


Peralatan tersebut digunakan untuk menghisap titik-titik bekam dipermukaan kulit
yang sudah ditetapkan.Gelas-gelas kaca tahan pecah ini berdiameter besar, sedang,
kecil dan digunakan sesuai dengan daerah bekam.

Gambar 2.2 Lancing device

Alat berbentuk seperti pulpen yang berguna untuk menusukkan jarum pada waktu
bekam basah.

E. Langkah Melakukan Terapi Bekam


1. Mendata Pasien dan Melakukan Anamnesis (Wawancara)
Catatan data pasien sangatlah penting untuk merekam identitas, diagnosis
penyakit,terapi yang sudah diberikan serta mengetahui perkembangan penyakitnya.
Data yang perlu dicatat antara lain adalah:
a. Identitas pasien, meliputi: Nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat dan
status perkawinan.
b. Identitas keluarga, meliputi: kedudukan dalam keluarga, pekerjaan dan alamat
tinggal. Beberapa penyakit berkaitan erat dengan pekerjaan/lokasi pemukiman.
Tujuan melakukan anamnesis (wawancara) adalah untuk mengetahui maksud
pasien berobat, serta mendalami penyakit dan keluhan yang dialami.

2. Melakukan pemeriksaan dan menentukan Diagnosa penyakit


Pemeriksaan ini berguna untuk membuktikan apa yang dikeluhkan pasien
tersebut sesuai dengan kelainan fisik yang ada. Adakalanya pasien mengeluhkan
sesuatu tetapi tidak ditemukan kelainan fisik apapun dan begitu juga sebaliknya.
Pemeriksaan fisik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan umum, meliputi: tekanan darah, nadi, temperatur tubuh,
pernafasan, lidah iris (iridology), telapak tangan dan lain-lain. Yang terpenting
adalah bisa mengetahui penyakit yang di derita pasien.
b. Dari organ yang dikeluhkan pasien. Perhatikan perubahan warna kulit, bentuk,
tekstur atau perubahan lainnya yang kasat mata. Amati pula ekspresi wajah,
bentuk dan sikap serta cara berjalan pasien.
c. Palpasi (Perabaan, penekanan) atau perkusi (pengetukan) disekitar tubuh yang
mengalami keluhan. Auskultasi, yakni pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop untuk mengetahui adanya kelainan pada rongga dada (jantung dan
paru-paru) serta rongga perut (lambung, usus, dan lain-lain).
d. Jika diperlukan lakukanlah pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium darah,
urin dan tinja, rontgen (radiologi) dan sebagainya.
Setelah diketahui keluhannya melalui anamnesis dan telah dilakukan
pemeriksaan maka dapat diambil kesimpulan mengenai penyakit yang dialami oleh
pasien (diagnosa). Diagnosa penyakit ini sebagai modal dasar untuk menentukan
langkah selanjutnya mengenai jenis terapi apa yang cocok dilakukan, titik bekam
mana yang akan dipilih serta herbal penunjang apa yang memang diperlukan.

F. Cara Membekam

a. Bekam basah (hijamah rothbah) atauWet Cupping


Metode pembekaman ini merupakan metode pengeluaran darah statis atau
darah kotor yang dapat membahayakan tubuh jika tidak dikeluarkan.

Tata cara bekam basah :

 Lakukan pemijatan / urut seluruh tubuh dengan minyak habbats atau but-but atau
zaitun selama 5-10 menit, agar peredaran darah menjadi lancar dan pengeluaran
toksid menjadi optimal.
 Hisap / vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit yang sudah ditentukan
titik-titiknya. 3-5 kali pompa, biarkan selama 3-5 menit untuk memberikan
kekebalan pada kulit saat dilakukan penyayatan.
 Kemudian lepas gelas kaca tersebut, basuh kulit dengan alkohol atau betadine
untuk membersihkan permukaan kulit yang akan dibekam dari kuman, lakukan
penyayatan dengan lancet/ jarum/ pisau bedah, sayatan disesuaikan dengan
diameter/ lingkaran gelas tersebut, lalu hisap dengan alat cupping set dan hand
pump untuk menyedot darah kotor. Hisap/vacuum sebanyak 3-5 kali pompa
(disesuaikan dengan ketahanan pasien) dan biarkan selama 3-5 menit.
 Buang darah yang kotor (pada cawan yang telah disiapkan), kemudian lakukan
pembekaman lagi pada tempat yang sama. Biarkan 2-3 menit, lakukan hal ini
sampai 3 kali dan maksimal 5 kali jika pada kondisi pasien tertentu bisa sampai
maksimal 7 kali.
 Setelah selesai bekas bekaman diberi anti septik /minyak but-but, agar tidak
terjadi infeksi dan luka cepat sembuh
 Pembekaman dapat dilakukan tiap hari pada titik-titik yang berbeda-beda dan
berikan jangka waktu 2-3 pekan untuk titik yang sama. Atau 4 pekan sekali
melakukan pembekaman.
 Sebaiknya dilakukan diagnosa sebelum pembekaman agar dicapai suatu ketepatan
dalam pengobatan dan tidak membahayakan pasien.
b. Bekam kering (hijamah jaafah) atauDry Cupping
Metode ini hanya dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri danmelenturkan
otot-otot pada punggung dan badan bagian belakang. Tindakan ini dilakukan untuk
penyakit ringan.
Cara bekam kering :
 Massage/ urut seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-
but/zaitun/minyak habbatssauda selama 5 menit.
 Hisap/vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit dan pada titik yang sudah
ditentukan. Hal ini sebaiknya dilakukan 3-5 kali pompa dan biarkan selama 10-15
menit.
 Lepaskan gelas kaca tersebut dan urut atau pijat kembali bekas bekaman dengan
menggunakan minyak selama 2-3 menit.

G. Titik Bekam
a. Di bagian atas kepala (ummu mughits), caranya dengan mencukur rambut pada
bagian yang akan dibekam. Bekam di kepala sangat efektif untukterapi penakit
migrain, vertigo, sakit kepala menahun, darah tinggi, stroke, suka mengantuk, sakit
gigi, sakit mata, melancarkan peredaran darah, perbaikan sistem kekebalan tubuh, dan
lain-lain.
b. Di sekitar urat leher (al akhda’iin), titik ini untuk mengobati penyakit seperti: sakit
kepala, wajah, kedua telinga, mata, polip (hidung) dan tenggorokan, gigi seri lidah,
kanker darah, melancarkan peredaran darah.
c. Di bawah kepala (An Naqrah), sekitar empat jari di bawah (tulang tengkorak paling
bawah), bermanfaat menyembuhkan radang mata (pada anak-anak), tumor pada
telinga, berat kepala, bintik-bintik di wajah, jerawat.
d. Daerah antara dua pundak (al kaahil), merupakan titik paling sentral untuk mengatasi
berbagai macam penyakit.
e. Daerah sekitar pundak kiri dan kanan (Naa ‘is), yaitu daging lembut di pundak yang
tegang ketika merasa takut. Bekam pada titik ini dapat bermanfaaat untuk menetralisir
keracunan dan penyakit liver.
f. Daerah punggung (di bawah tulang belikat), bekam di daerah ini banyak memiliki
keistimewaan dan kahsiatnya.
g. Daerah punggung bagian bawah dan tulang ekor untuk penyakit pegal/nyeri di
pinggang dan wasir.
h. Pangkal telapak kaki (iltiwa’ – di bawah mata kaki) untuk penyakit nyeri di kaki,
asam urat, kaku, dan pegal-pegal.
i. Di tempat-tempat yang dirasakan sakit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis, pengobatan komplementer di tujukan untuk meningkatkan
derajad kesehatan masyarakat meliputi upaya promotive, preventive, kuratif dan
rehabilitative yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan
dan efektifitas yang tinggi berdasarkan ilmu pengetahuan. Terganggunya kesehatan
pikiran oleh pemikiran dan perasaan negatif akan memicu keluarnya hormon dan reaksi
kimia dalam tubuh yang mempengaruhi kondisi fisik secara negatif, ketika hal ini
berlangsung berkepanjangan fenomena ini akan memicu munculnya masalah fisik yang
sebenarnya bermula dari pikiran, atau dalam dunia kesehatan biasa disebut psikosomatis.
Pada terapi pikiran tubuh ini individu berfokus pada penjajaran atau penciptaan
keseimbangan proses mental untuk menimbulkan penyembuhan. Fokus terapi pikiran
tubuh adalah menciptakan keseimbangan pikiran, emosi, atau pernafasan sebab individu
merupakan satu kesatuan yang utuh hal ini dapat membantu memulihkan kedamaian dan
keseimbangan tubuh.
Perawat berperan untuk memberikan asuhan keperawatan yang bersifat
komprehensif pada klien. Oleh karena itu perhatian perawat tidak hanya berfokus pada
perubahan-perubahan fisik yang ada pada klien, namun juga berfokus kepada aspek etik
dan psikososial klien. Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi
kecemasan dianggap dapat mempertahankan imunitas dan dapat memperlambat proses
penyakit. Dengan melakukan salah satu dari terapi bekam yang sesui akan menyebabkan
kestabilan pada hormone tubuh sehingga kecemasan, stress dan sakit yang lainnya dapat
berkurang/ dihindari.

B. Saran
Pembuatan makalah selanjutnya mengenai terapi bekam diharapkan agar lebih
melengkapi konsep mengenai terapi ini serta memaparkan lebih banyak dan detail
mengenai manfaat dan cara dalam melakukan terapi, serta untuk pembuatan makalah
selanjutnnya agar lebih memperbanyak mencari referensi terbaru, karena kendala utama
dalam pembuatan makalah ini adalah keterbatasan referensi yang tidak memadai.
Daftar Pustaka
Rufaida, Z., Puji Lestari, S. W., & Sari, P. D. (2018). Terapi Komplementer. Mojokerto:
STIKES Majapahit Mojokerto.
Widyatuti. (2008). Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 12, No.1.

Yasin,S.A. (2007), Bekam, Sunnah nabi dan mukjizat medis, Cetakan VIII, Jakarta: al-
Qowam

Widyatuti, W. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal Keperawatan


Indonesia, 12(1), 53-57.

Anda mungkin juga menyukai