Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TENTANG TERAPI KOMPLEMENTER

DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS


Dosen Pembimbing : Nur Uyuun I. Biahimo S.Kep,Ns,M.Kep

DISUSUN OLEH
NAMA : INDRIYANI ABUNIO
NIM : C01417069
KELAS : B KEPERAWATAN 2017

PRODI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang
“Terapi Komplementer dalam keperawatan komunitas” ini dengan baik.
Tugas Makalah ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah keperawatan
komunitas.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii


DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ........................................................................... 1
B.     Tujuan Pembelajaran ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Jenis-jenis Terapi Komplementer ................................................ 3
B.   Fokus Terapi Komplementer......................................................... 3

C.    Teknik Terapi Komplementer ...................................................... 3


BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................. 5
B.     Saran .......................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak
negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis,
2002).
Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004).
Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer
di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg,
1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah
satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya
harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan
lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam
pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah
82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional
yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder & Lindquis,
2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya
tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi
alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi
akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat
untuk berperan memberikan terapi komplementer. Peran yang dapat diberikan
perawat dalam terapi komplementer atau alternatif dapat disesuaikan dengan 
peran perawat yang ada, sesuai dengan batas kemampuannya. Pada dasarnya,

1
perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh
yaitu American HolisticNursing Association (AHNA), Nurse HealerProfesional
Associates (NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula National Center
forComplementary/Alternative Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998
(Snyder & Lindquis, 2002).
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi
sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk
klien dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi
langsung. Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian
(evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan
yang lebih baik.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar terapi komplementer, imajinasi
terbimbing dan terapi meditasi.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis- jenis terapi komplementer.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan fokus terapi komplementer
c. Mahasiswa mampu menyebutkan Teknik Terapi Komplementer

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis – Jenis Terapi Komplementer


1. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.
2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral

B. Fokus Terapi Komplementer


1. Pasien dengan penyakit jantung.
2. Pasien dengan autis dan hiperaktif
3. Pasien kanker

C. Teknik Terapi Komplementer


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk  dapat diintegrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga
sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi
berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah
satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak
berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi  hiperbarik

3
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2–3 kali lebih besar
daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan
oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau
makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan
udara.

3. Terapi herbal medik

Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam,
baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun
berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji
preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun
efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya


efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa
dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik
serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya
digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak  perlu
dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam
meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi
memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi
konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau
mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu
sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan kesehatan yang tidak termasuk dalam standar praktek pengobatan
berat disebut “alternative” atau “komplementer”.

B. Saran
Tidak ada salahnya kita mencoba terapi komplementer untuk menjaga
kesehatan tubuh kita baik fisik maupun mental.

5
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis,  J.A., & Johnson, P.H.
(1999). Nurse’s  handbook of alternative and complementary therapies.
Pennsylvania: Springhouse
Widyatuti, W. 2008. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan.
jki.ui.ac.id/index.php / jki/ articledownload /200/pdf_65. Diakses tanggal 20
Februari 2015.
Hadibroto dan Alam, S. (2006). Seluk Beluk Pengobatan Komplementer.
Jakarta: Buana Ilmu Populer

Anda mungkin juga menyukai