BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat sekarang tetapi
juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu.bagi orang yang beriman ibadah puasa
merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk
mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala kebaikan,dan pengangkatan derajat.
Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal-amal ibadah
lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat menjaga manusia dari
bujuk rayu setan. Dengan puasa syahwat yang bersemayam dalam diri manusia akan
terkekang sehingga manusia tidak lagi menjadi budak nafsu tetapi manusia akan menjadi
majikannya.
Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang
diciptakan tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti demi
kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat
yang sangat besar karena puasa tidak hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam
segi lahiri. Barang siapa yang melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan maka
akan diberi ganjaran yang besar oleh allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa?
2. Apa macam- macam puasa?
3. Apa syarat dan rukun puasa?
4. Apa saja yang membatalkan puasa?
5. Apa saja sunat-sunat dalam berpuasa?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman bagi kita umat islam dalam
menjalankan ibadah khususnya ibadah puasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Puasa Saumu menurut bahasa Arab adalah menahan dari segala sesuatu,
seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan
sebagainya. Menurut istilah agama islam yaitu menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan
niat dan beberapa syarat.
Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar.(Al-baqarah:187).
(183: )
Puasa ramadhan mulai diwajibkan kepada umat Islam pada tahun kedua hijriyah. Dalam
puasa ramadhan niat untuk berpuasa harus dilaksanakan malam hari sebelum puasa.
Sedang untuk puasa sunah boleh dilaksanakan siang hari saat puasa sebelum matahari
condong ke barat (masuk waktu dhuhur) asal sejak terbit fajar belum makan atau minum
sama sekali. Hal-hal yang disunahkan ketika berpuasa antara lain :
c). Ketika berbuka dengan makanan atau minuman yang manis, lebih utama
3
Artinya :
Ya Allah, untuk-Mu saya berpuasa, kepada-Mu beriman dan dengan rizki-Mu saya
berbuka. Dengan rahmat-Mu ya Tuhan yang Maha Pengasih.
e). Mengakhirkan makan sahur kira-kira 15 menit sebelum waktunya imsak (habis).
f). Memberi makan untuk berbuka atau sahur kepada orang yang berpuasa.
b. Puasa Kifarat
Puasa kifarat yaitu puasa sebagai denda terhadap orang yang bersetubuh pada saat
berpuasa (pada siang hari ) bulan ramadhan. Adapun denda (kifarat) bagi yang
bersetubuh di siang hari bulan ramadhan yaitu :
c. Puasa Nazar
Puasa nazar ialah puasa yang dilakukan karena pernah berjanji untuk berpuasa jika
keinginannya tercapai. Misalnya seorang siswa bernazar: jika saya mendapat rangking
pertama maka saya akan puasa dua hari. Jika keinginannya tersebut tercapai maka puasa
yang telah dijanjikan (dinazarkannya) harus (wajib) dilaksanakan. Hukum nazar sendiri
adalah mubah tetapi pelaksanaan nazarnya jika hal yang baik wajib dilaksanakan, tetapi
jika nazarnya jelak tidak boleh dilaksanakan, misalnya jika tercapai keinginannya tadi
akan memukul temannya maka memukul temannya tidak boleh dilaksanakan.
2. Puasa Sunah
4
Puasa sunah adalah puasa yang boleh dikerjakan dan boleh tidak, puasa sunah sering
disebut dengan puasa Tathawu artinya apabila dilakukan mendapat pahala dan
apabila tidak dilakukan tidak berdosa. Ada beberapa macam puasa sunah yang waktu
pelaksanaannya berbeda-beda, antara lain;
a. Puasa Syawal
Yang dimaksud dengan puasa Syawal adalah puasa enam hari di bulan Syawal
setelah tanggal 1 di bulan Syawal, yang pelaksanaannya boleh secara berturut-
turut dan boleh selang-seling yang penting sejumlah enam hari. Nabi Muhammad
saw. bersabda ;
:
( )
Artinya : Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al Anshari r.a. bahwa Rasulullah SAW.
pernah bersabda: Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu disusul dengan berpuasa 6
(enam) hari di bulan Syawal, maka ( pahalanya ) bagaikan puasa setahun penuh. ( H.R
Muslim)
). . . :
:
(
Artinya :
Puasa hari Arafah itu dihitung oleh Allah dapat menghapus ( dosa ) dua tahun,
satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.(HR Muslim ).
c. Puasa Asyura
Puasa sunah pada bulan Asyura, ada tiga tingkatan, yaitu:
1). Berpuasa tiga hari yaitu, tanggal 9, 10 dan 11 di bulan Syura atau Muharam.
2). Berpuasa dua hari yaitu, tanggal 9 dan 10 di bulan Syura atau Muharam.
Bulan Syura adalah bulan kemenangan nabi Musa as dan Bani Israil dari musuh,
barang siapa berpuasa As Syura dihapus ( dosanya ) satu tahun yang lalu.
5
( ) :
Artinya :
Puasa pada hari As Syura menghapus ( dosa ) selama satu tahun yang lalu.
(H.R. Muslim).
Artinya :
)
:
(
( )
:
Artinya : Dari Aisyah ra. Ia berkata: Bahwasanya Nabi SAW selalu memilih
puasa hari senin dan hari kamis. (H.R. Tirmidzi)
6
( )
Artinya :
Dari Abu Dzar, : Barang siapa puasa tiga hari setiap bulannya maka sungguh
ia telah puasa selama satu tahun penuh. ( HR Ahmad dan Tirmidzi )
( )
Artinya :
Ketika kamu ingin puasa setiap bulan tiga hari maka puasalah setiap tanggal
13, 14 dan 15 setiap bulannya. (H.R. Ahmad,Tirmidzi dan Ibnu Hiban)
g. Puasa Daud
Puasa Daud yaitu puasa yang dilakukan dengan cara sehari berpuasa sehari
berbuka ( tidak berpuasa ).
Nabi SAW. bersabda :
:
, :
( ) , , ,
Artinya :
3. Puasa Makruh
Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh itu antara lain :
a. Puasa pada hari Jumat secara tersendiri
Berpuasa pada hari Jumat hukumnya makruh apabila puasa itu dilakukan secara
mandiri. Artinya, hanya mengkhususkan hari Jumat saja untuk berpuasa. Dari Abu
Hurairah ra. berkata: Saya mendengar Nabi saw. bersabda: Janganlah kamu
berpuasa pada hari Jumat, melainkan bersama satu hari sebelumnya atau
sesudahnya.
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. beliau bersabda: Janganlah salah seorang
dari kamu mendahului bulan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari,
kecuali seseorang yang biasa berpuasa, maka berpuasalah hari itu.
c. Puasa pada hari syak (meragukan)
Dari Shilah bin Zufar berkata: Kami berada di sisi Amar pada hari yang diragukan
Ramadhan-nya, lalu didatangkan seekor kambing, maka sebagian kaum menjauh.
Maka Ammar berkata: Barangsiapa yang berpuasa hari ini maka berarti dia
mendurhakai Abal Qasim saw.
4. Puasa Haram
Ada puasa pada waktu tertentu yang hukumnya haram dilakukan, baik karena
waktunya atau karena kondisi pelakukanya.
a. Hari Raya Idul Fitri
Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu
adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu
syariat telah mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk
berpuasa sampai pada tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling
tidak harus membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk puasa.
b. Hari Raya Idul Adha
Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi umat
Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk
menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan
kerabat serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan dengan
menyantap hewan qurban itu dan merayakan hari besar.
c. Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat
Islam masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih
diharamkan untuk berpuasa. Pada tiga hari itu masih dibolehkan utnuk
menyembelih hewan qurban sebagai ibadah yang disunnahkan sejak zaman nabi
Ibrahim as.
d. Puasa sepanjang tahun / selamanya
Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup
untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar`i puasa
seperti itu dilarang oleh Islam. Bagi mereka yang ingin banyak puasa, Rasulullah
SAW menyarankan untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud as yaitu sehari puasa
dan sehari berbuka.
8
Puasa Ramadhan adalah puasa yang telah ditentukan jumlah bilangan hari dan waktu
pelaksanaannya, yakni satu bulan penuh. Ada yang berjumlah 30 hari ada pula yang
berjumlah 29 hari. Perintah puasa pertama kali adalah pada tahun ke-2 Hijriah. Untuk
menentukan awal dan akhir bulan ramadhan dapat dimulai dengan salah satu sebab sebagai
berikut:
1. Dengan cara rukyatul hilal, yaitu dengan melihat bulan sabit tanggal satu bulan
qamariyah dengan mata telanjang.
Artinya: maka diantara kamu sekalian yang menyaksikan akan adanya awal ramadhan
haruslah ia puasa(QS. AL-Baqarah:185)
Kesimpulan hukum bahwa permulaan puasa itu harus berdasarkan atas rukyat bila
cuaca cerah; dan atas dasar istikmal (menggenapkan jumlah bilangan bulan
9
( ) ......
sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat (HR. Bukhari, Muslim).
Mengenai waktu niat, terdapat perbedaan pendapat. Dalam hal niat puasa wajib (jenis apa
saja), para ulama berbagai mazhab sepakat bahwa niat harus dilaksanakan pada malam
hari. Pendapat ini didasarkan pada hadis Rasul saw. yang diriwayatkan oleh Sayidah
'Aisyah:
"Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum terbit fajar, maka tidak
sah puasanya".
Lain halnya puasa sunnah, waktu berniat tidak harus malam hari, tapi bisa dilakukan
setelah terbit fajar sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) dengan syarat
ia belum makan/minum sedikitpun sejak Subuh. Bahkan ulama mazhab Hambali, untuk
puasa sunah, membolehkan berniat setelah waktu Dzuhur. Kembali ke persoalan,
seandainya lupa berniat pada malam hari atau tertidur, bolehkah melakukan niat setelah
terbit fajar atau pagi harinya?
10
1. Pendapat mazhab Hanafiyah : Lebih baik bila niat puasa (apa saja) dilakukan
bersamaan dengan terbitnya fajar, karena saat terbit fajar merupakan awal ibadah.
Jika dilaksanakan setelah terbitnya fajar, untuk semua jenis puasa wajib yang sifatnya
menjadi tanggungan/hutang (seperti puasa qadha, puasa kafarat, puasa karena telah
melakukan haji tamattu'dan qiran --sebagai gantinya denda/dam, dll) maka tidak sah
puasanya. Karena, menurut mazhab ini, puasa-puasa jenis ini niatnya harus dilakukan
pada malam hari. Tapi lain dengan puasa wajib yang hanya dilakukan pada waktu-
waktu tertentu, seperti puasa Ramadhan, nadzar, dan pusa-puasa sunnah yang tidak
dikerjakan dengan sempurna, maka boleh saja niatnya dilakukan setelah fajar sampai
sebelum Dhuhur.
2. Mazhab Malikiyah : Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan pada
malam hari atau bersamaan dengan terbitnya fajar. Adapun apabila seseorang berniat
sebelum terbenamnya matahari pada hari sebelumnya atau berniat sebelum
tergelincirnya matahari pada hari ia berpuasa maka puasanya tidak sah walaupun
puasa sunnah.
3. Mazhab Syafi'iyah : Untuk semua jenis puasa wajib (baik yang dilakukan pada
waktu-waktu tertentu seperti puasa Ramadhan; yang sifatnya menjadi tanggungan
seperti qadha, nazar, kafarat, dll.) niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun
puasa sunnah, niat bisa dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya
matahari.
Karena Nabi saw. suatu hari berkata pada 'Aisyah: 'Apakah kamu mempunyai
makanan?'. Jawab 'Aisyah: 'Tidak punya'. Terus Nabi bilang: 'Kalau begitu aku puasa'.
Lantas 'Aisyah mengisahkan bahwa Nabi pada hari yang lain berkata kepadanya:
'Adakah sesuatu yang bisa dimakan?'. Jawab 'Aisyah: 'Ada'. Lantas Nabi berkata:
'Kalau begitu saya tak berpuasa, meskipun saya telah berniat puasa'.
4. Mazhab Hanbaliyah : Tidak beda dari Syafi'iyah, mazhab ini mengharuskan niat
dilakukan pada malam hari, untuk semua jenis puasa wajib. Adapun puasa sunnah,
berbeda dari Syafi'iyah, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu Dhuhur
(dengan syarat belum makan/minum sedikitpun sejak fajar).
E. SyaratSyarat Puasa
1. Syarat Wajib Puasa
a. Berakal, orang yang gila tidak wajib Puasa.
b. Balig (umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib
puasa.
c. Kuat berpuasa, orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit, tidak
wajib puasa.
2. Syarat Sah Puasa
a. Islam, orang yang bukan islam tidak sah puasa.
11
b. Mumayiz (dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik).
c. Suci dari darah haid (kotoran) ataupun nifas(darah sehabis melahirkan).
Orang yang haid atau nifas itu tidak sah puasa, tetapi keduanya wajib mengqada
(membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya.
d. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang pada dua hari raya dan
hari Tasyriq (tanggal 11-12-13).
F. Rukun Puasa
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan ramadhan. Yang dimaksud
dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya.Kecuali puasa sunat,
boleh berniat pada siang hari, asal sebelum zawal (matahari condong ke barat)
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari.
G. Perkara yang Membatalkan Puasa
1. Makan dan Minum
Firman Allah Swt :
Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dan benang hitam,
yaitu fajar.(Al-baqarah : 187)
Makan dan minum yang membatalkan puasa ialah dilakukan dengan sengaja. Kalau tidak
sengaja, misalnya lupa, tidak membatalkan puasa.
Barang siapa lupa, sedangkan ia dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau
minum, maka hendaklah puasanya disempurnakan, karena sesungguhnya Allah-lah yang
memberinya makan dan minum. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Memasukan sesuatu kedalam lubang yang ada pada badan, seperti lubang telinga,
hidung, dan sebagainya, menurut sebagian ulama sama dengan makan dan minum,
artinya membatalkan puasa. Mereka mengambil alasan dengan qias, diqiaskan
(disamakan) dengan makan dan minum. Ulama yang lain berpendapat bahwa hal itu tidak
membatalkan karena tidak dapat diqiaskan dengan makan dan minum. Menurut pendapat
yang kedua itu, kemasukan air sewaktu mandi tidak membatalkan puasa, begitu juga
memasukkan obat melalui lubang badan selain mulut, suntik, dan sebagainya, tidak
membatalkan puasa karena yang demikian tidak dinamakan makan atau minum.
2. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali kedalam. Muntah yang
tidak disengaja tidaklah membatalkan puasa.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw, telah berkata, Barang siapa terpaksa muntah,
tidaklah wajib mengqada puasanya, dan barang siapa yang mengusahakan muntah, maka
hendaklah dia mengqada puasanya. (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
3. Bersetubuh
Firman Allah Swt :
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri
kamu. (Al-baqarah :187)
Laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh diwaktu siang hari dibulan
Ramadhan, sedangkan dia berkewajiban puasa, maka ia wajib membayar kafarat. Kafarat
ini ada 3 tingkat :
a. Memerdekakan hamba
b. Kalau tidak sanggup memerdekakan hamba puasa dua bulan berturut-turut.
c. Kalau tidak kuat puasa bersedekah dengan makanan yang mengenyangkan kepada
enam puluh fakir miskin, tiap-tiap orang liter.
3. Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi berpuasa karena tuanya, atau karena
memang lemah fisiknya, bukan karena tua. Maka ia boleh berbuka, dan ia wajib
membayar Fidyah (bersedekah) tiap hari liter beras atau yang sama dengan itu
(makanan yang mengenyangkan) kepada fakir dan miskin.
4. Orang hamil dan orang yang menyusui anak. Kedua perempuan tersebut, kalau
takut akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau beserta anaknya, boleh
berbuka, dan mereka wajib mengqada sebagaimana orang yang sakit. Kalau
keduanya hanya takut akan menimbulkan mudarat terhadap anaknya (takut
keguguran atau kurang susu yang dapat menyebabkan si anak kurus), maka
keduanya boleh berbuka serta wajib qada dan wajib Fidyah (memberi makan fakir
miskin, tiap-tiap hari liter). Keterangannya adalah ayat di atas dan sabda
Rasulullah Saw, berikut ini :
Dari Anas. Rasulullah Saw. Telah berkata, sesungguhnya Allah telah
memaafkan setengah Shalat dari orang musafir, dan memaafkan pada puasanya,
dan Dia memberikan (kemurahan) kepada wanita yang hamil dan yang sedang
menyusui. (Riwayat lima orang ahli hadis).
Mentakhirkan Qada
Batas waktu melakukan qada puasa adalah sampai datang bulan puasa berikutnya
bagi orang yang mungkin menqadanya. Tetapi apabila tidak dilakukannya, maka ia wajib
mengqada serta membayar Fidyah (member makan fakir miskin tiap-tiap hari liter
beras atau yang sama dengan itu). Pendapat tersebut berdasarkan hadist yang
diriwayatkan oleh Daruqutni, dari Abu Hurairah, tetapi Daruqutni sendiri mengatakan
bahwa hadist itu lemah, sebenarnya hanya perkataan Abu Hurairah saja. Kata pemuka
islam syaukani, membayar fidyah itu tidak berasalan satu hadis pun dari Rasulullah Saw,
dan perkataan sahabat tidak dapat menjadi alas an. Jadi, sebenarnya hal itu tidak wajib
dilakukan karena tidak ada keterangan yang mewajibkannya. Orang yang meninggalkan
puasa Ramadhan karena udzur diwajibkan segera mengqada puasanya itu pada hari
permulaan kesempatan yang didapatnya sesudah hari raya. Sebagian ulama berpendapat,
tidak wajib mengqada dengan segera, tetapi sepanjang tahun, itu adalah waktunya untuk
mengqada. Ia boleh memilih sembarang hari dalam tahun itu untuk mengqada.
Berpantik (berbekam)
Berpantik pada siang hari bagi orang yang puasa, membatalkan puasa atau tidak ?
sebagian ulama berpendapat tidak, Mereka mengambil alasan hadis berikut : Dari Ibnu
Abbas, Sesungguhnya Nabi Saw. telah berpantik ketika beliau dalam keadaan ihram dan
puasa. (Riwayat Bukhari). Ulama yang lain berpendapat bahwa berpantik itu
membatalkan puasa pendapat ini beralasan :
14
Sabda Rasulullah : Rasulullah Saw, berkata, Batallah puasa orang yang memantik dan
yang berpantik. (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)
Hadist yang pertama lebih kuat daripada hadist yang kedua. Maka dengan sendirinya
pendapat yang pertama lebih kuat daripada pendapat yang kedua.
Ada orang islam yang menyangka bahwa junub sampai pagi (sampai terbit fajar)
dalam bulan Ramadan dapat membatalkan puasa. Persangkaan yang demikian tidak
beralasan. Sebenarnya hal itu tidak mengurangi puasa, baik junub karena bersetubuh
ataupun sebab lain, sebaiknya dia segera mandi sebelum terbit fajar karena dikhawatirkan
terjadi hal yang membatalkan misalnya kemasukan air ketika mandi.
Sabda Rasulullah Saw : Dari Aisyah Rasulullah Saw, telah berkata, Barang siapa yang
mati dengan meninggalkan kewajiban (qada) puasa, hendaklah walinya berpuasa untuk
menggantikannya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Yang dimaksud dengan wali dalam hadist ini ialah keluarga dekatnya. Adapula
pendapat lain, bahwa puasa yang boleh dikerjakan oleh orang lain itu hanya puasa nazar.
Adapula pendapat lain, yaitu hendaklah diambilkan dari harta peninggalannya dan
disedekahkan kepada fakir miskin, tiap-tiap hari liter makanan yang mengenyangkan.
H. Sunat Puasa
1. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari sudah
terbenam.
Sabda Rasulullah Saw :
Dari Sabl Saad, Rasulullah Saw. Berkata, senantiasa manusia dalam kebaikan
selama mereka menyegerakkan berbuka puasa. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
2. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air.
Diriwayatkan :
Dari Anas, Nabi Saw. Berbuka dengan rutab (kurma gemading) sebelum shalat,
kalau tidak ada dengan kurma, kalau tidak ada juga , beliau minum beberapa teguk.
(Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
15
I. Hikmah Puasa
Ibadah puasa mengandung beberapa hikmah, diantaranya sebagai berikut :
1. Tanda terimakasih kepada Allah Swt karena semua ibadah yang mengadung arti
terimakasih kepada Allah atas nikmat pemberian-Nya yang tidak terbatas banyaknya,
dan tidak ternilai harganya.
Firman Allah Swt :
2. Didikan kepercayaan
Seorang yang telah sanggup menahan makan dan minum dari harta yang halal
kepunyaannya sendiri, karena ingat perintah Allah, sudah tentu ia tidak akan
meninggalkan segala perintah Allah, dan tidak akan berani melanggar segala
larangan-Nya.
16
3. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir-miskin karena seseorang yang telah
merasa sakit dan pedihnya perut keroncongan. Hal itu akan dapat mengukur
kesedihan dan kesusahan orang yang sepanjang masa merasakan ngilunya perut yang
kelaparan karena ketiadaan. Dengan demikian, akan timbul perasaan belas kasihan
dan suka menolong fakir miskin.
4. Guna menjaga kesehatan.
17
BAB III
PENUTUP
Puasa adalah salah satu rukun islam yang wajib dikerjakan oleh hamba Allah yang
bertakwa, didalamnya banyak terdapat manfaat bagi jasmani dan rohani, puasa sendiri
dibagi menjadi dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunah.
Puasa wajib adalah puasa wajib dikerjakan yang dilaksanakan mendapat pahala
dan tidak dikerjakan mendapat dosa. Puasa Sunnah adalah puasa yang boleh dikerjakan
ataupun tidak. Puasa wajib meliputi puasa ramadhan, puasa kafarat, dan puasa nadzar.
Sedangkan puasa sunah meliputi puasa daud, puasa senin kamis, puasa syawal, puasa
arafah, puasa asyura, puasa syaban, dan puasa pada bulan pertengahan komariah.
Puasa haruslah dilakukan pada selain hari-hari yang telah diharamkan dan dalam
menjalankannyapun harus menghindari hal-hal yang dapat membatalkan
puasa.diantaranya muntah dengan sengaja,ragu, berubah niat, danlain sebagainya.