KERACUNAN
KELOMPOK 4 :
FRIANDA BUKOTING
HENDRA RAJULANI
INDRIYANI ABUNIO
KHAIRUNNISA SAMARANG
KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Keracunan adalah proses masuknya zat racun ke dalam tubuh dalam
jumlah banyak yang mempunyai efek yang membahayakan yang dapat
disebabkan ketidaksengajaan maupun kesengajaan.
2. Etiologi
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
• Polusi limbah industri yang mengandung logam berat,
• Bahan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti
kuman, bakteri, protozoa, parasit, jamur beracun.
• Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis
normal, tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan
efek samping yang merupakan racun bagi tubuh.
3. Patofisologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan
akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik
langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi
karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin
berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi
sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010).
4. Manifestasi klinis
Gejala keracunan dapat dibagi dalam dua golongan yaitu :
- Gejala muskarinik
- Gejala nikotinik
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bermanfaat dalam diagnosis toksikologi adalah sebagai
berikut:
• Pemeriksaan Laboratorium: Pada pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan tes
darah, tes urin, tes kondisi tinja, dan pemeriksaan parasit.
• Gas Darah Arteri: Hipoventilasi akan menyebabkan peningkatan PCO2 (hiperkapnia).
• Uji Fungsi Ginjal: Beberapa toksin mempunyai efek nefrotoksik; dalam kasus lain,
gagal ginjal merupakan akibat syok, koagulasi intravaskular yang menyebar
(disseminated irrtravascular coagulation, DTC), atau mioglohinuria.
• Osmolalitas Serum: Perhitungan osmolalitas serum terutama bergantung pada natrium
serum, glukosa serum serta nitrogen urea darah.
• Elektrokardiogram: Pelebaran lama kompleks QRS yang lebih besar dari 0,1 detik
adalah khas untuk takar lajak antidepresan trisiktik dan kuinidin.
• CT-Scan: fotopolos abdomen mungkin berguna, karena beberapa tablet, khususnya
besi dan kalium, dapat berbentuk radiopaque. Foto toraks dapat menunjukkan
pneumonia aspirasi, pneumonia hidrokarbon, atau edema paru.
6. Komplikasi
• Kejang
• Koma
• Henti jantung
• Henti napas (Apneu)
• Syok
7. Pencegahan
• Masak masakan sampai benar-benar matang karena racun akan tidak aktif dengan
pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama
5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
• Letakkan bahan-bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari
jangakauan anak-anak
• Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
• Hindari pemakaian botol/kaleng bekas
• Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat-obatan
• Perhatikan petunjuk tanggal/masa kadaluarsa
8. Pengobatan
• Penatalaksanaan kegawatan
Setiap keracunan dapat mengancam nyawa.
• Penilaian klinis
Penatalaksanaan keracunan harus segera dilakukan tanpa menunggu
hasil penapisan toksikologi.
• Dekontaminasi
Konsep Keperawatan Gawat
Darurat
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
• Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi
yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan
status kesadaran
• Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
b. Data Obyektif
• Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran
pencernaan.
• Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi, delirium,
kejang sampai koma.
• BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
• Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah besar,
hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
• Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.
• Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau hipokalsemia
2. Diagnosa
• Pola nafas tidak efektif
• Defisit nutrisi
• Gangguan rasa nyaman
3. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan #Manajemen jalan nafas
efektif tindakan keperawatan Observasi
1x24 jam maka pola nafas 1. Monitor pola nafas
membaik dengan kriteria (frekuensi, kedalaman,
hasil : usaha nafas)
1. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi nafas
2. Penggunaan otot bantu tambahan
nafas menurun Terapeutik
3. Pemanjangan fase 3. Pertahankan kepatenan
ekspirasi menurun jalan nafas dengan head-
4. Frekuensi nafas tilt dan chin-lift
membaik 4. Posisikan semi-fowler
5. Kedalaman nafas atau fowler
membaik Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
jika perlu
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan #Menejemen Nutrisi
keperawatan 1x24 jam maka Observasi
pola Status Nutrisi membaik. 1. Identifikasi status nutrisi
Dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi perlunya
1. Porsi makan dihabiskan penggunaan selang nasogastrik
meningkat Terapeutik
2. Berat badan indeks masa 3. Lakukan oral hygiene sebelum
tubuh (IMT) membaik makan, jika perlu
4. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
Edukasi
5. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
6. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
3. Gangguan rasa nyaman #Pengaturan posisi
Setelah dilakukan tindakan
Observasi
keperawatan 1x24 jam maka 1. Monitor status oksigenenasi
sebelum dan sesudah mengubah
status kenyamanan meningkat.
posisi
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor alat traksi agar selalu tepat
Terapeutik
1. Keluhan tidak nyaman
3. Atur posisi tidur yang disukai, jika
2. Gelisah tidak kontraindikasi
4. Atur posisi untuk mengurangi
sesak (mis. Semi-Fowler)
Edukasi
5. Informasikan saat akan dilakukan
perubahan sosial.
6. Ajarkan cara menggunakan postur
yang baik dan mekanika tubuh
yang baik selama melakukan
perubahan posisi.
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian premedikasi
sebelum mengubah posisi, jika
perlu.
Pathway
Makanan
Makanan (bakteri
(bakteri dan
dan non
non bakteri)
bakteri) bahan
bahan kimia
kimia dan
dan obat-obatan
obat-obatan
Masuk
Masuk saluran
saluran pencernaan
pencernaan
Absorpsi
Absorpsi usus
usus halus
halus
Masuk
Masuk kepembuluh
kepembuluh darah
darah
Ke
Ke seluruh
seluruh tubuh
tubuh
Transmisi
Transmisi neurotransmitter
neurotransmitter terganggu
terganggu
Depresan
Depresan (penurunan
(penurunan laju
laju neurotransmitter)
neurotransmitter)
Penurunan
Penurunan fungsi
fungsi kerja
kerja
Penumpukan
Penumpukan zat
zat intoksikasi
intoksikasi
Kerusakan
Kerusakan sel
sel
Keracunan/over
Keracunan/over dosis
dosis
Saluran
Saluran pernapasan
pernapasan gastroistestinal
gastroistestinal track
track gangguan
gangguan sistem
sistem saraf
saraf otonom
otonom
Korosi
Korosi trakea
trakea iritasi
iritasi saluran
saluran cerna
cerna nyeri
nyeri kepala
kepala dan
dan otot
otot
Edema
Edema laring
laring mual,
mual, muntah
muntah dan
dan diare
diare merasa gelisah
merasa gelisah Gangguan rasa nyaman
Defisit nutrisi
Obstruksi
Obstruksi saluran
saluran nafas
nafas
Pola napas tidak efektif
Nafas
Nafas cepat
cepat dan
dan dalam
dalam
Penjelasan pathway
Ketika terjadi keracunan makanan atau bahan kimia dan obat-obatan benda tersebut masuk melalui saluran
pencernaa kemudian diabsorbsi (penyerapan) oleh usus halus dan masuk ke pembuluh darah sampai ke seluruh
tubuh, Sehingga transmisi neurotransmitter (bahan kimia endogen yang bertindak sebagai molekul ) terganggu
dan terjadi juga depresan (penurunan laju neurotransmitter) ketika itu terjadi penurunan fungsi kerja sebab zat
intoksikasi menumpuk dan akibat dari hal tersebut terjadi kerusakan sel sehingga berdampak pada
keracunan/over dosis.
dari dampak keracunan/over dosis akan masuk 3 fase yaitu, pertama akan masuk ke saluran pernapasan sehingga
terjadi korosi (kerusakan atau dagradasi logam karena terjadi reaksi kimia antara logam dengan zat-zat
dilingkungannya) trakea, kemudian akan terjadi penyempitan pada saluran nafas, (edema laring) sehingga
menyebabkan obstruksi saluran napas (penyumbatan), maka napas cepat dan dalam, sehingga diangkat diagnosa
pola nafas tidak efektif. Yang kedua, akan terjadi gastroinstestinal track (pendarahan yang terjadi dibagian
saluran cerna manapun), akibatnya iritasi pada saluran cerna dan terjadi mual, muntah dan diare, sehingga
diangkat diagnosa defisit nutrisi. Dan terakhir terjadinya gangguan pada sistem saraf otonom, akibatnya nyeri
pada kepala dan otot, sehingga merasa gelisah, dan diangkat diagnosa gangguan rasa nyaman.
TERIMA KASIH